• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. Pendahuluan. menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. Pendahuluan. menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Beralihnya piramida penduduk dunia dari piramida penduduk muda menjadi piramida penduduk tua dan urbanisasi merupakan dua tren global yang menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk kota-kota tersebut juga akan tumbuh dan menjadi tua. Hasil proyeksi dari PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) pada tahun 2006 memperlihatkan bahwa populasi penduduk dunia yang berusia 60 tahun ke atas akan berlipat ganda dari 600 juta jiwa menjadi 1.2 miliar jiwa pada tahun 2025 dan akan berlipat ganda lagi menjadi 2 miliar jiwa pada tahun 2050 (WHO, 2007).

Dalam konteks Indonesia, isu menuanya penduduk juga menjadi suatu fenomena yang tak bisa dihindarkan. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia hanya berjumlah 7.7 juta jiwa atau sekitar 5.2% dari seluruh jumlah penduduk. Jumlah ini meningkat di tahun 1990 menjadi 11.3 juta jiwa atau sekitar 7.2% dari jumlah penduduk. Jumlah ini terus naik dengan konstan hingga pada periode tahun 2000-2010 jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas mencapai 18.6% dari jumlah total penduduk atau sebesar 5.192.000 jiwa. Jumlah ini diproyeksikan akan naik sebesar 79.5% atau sebesar 14.147.000 jiwa pada periode tahun 2020-2030, dan empat kali lipat lebih besar pada periode tahun 2040-2050 yaitu sebanyak 272.2% atau sebesar 13.129.000 jiwa (Abikusno, 2007).

(2)

Tentunya dampak penuaan penduduk ini tidak hanya mempengaruhi sektor kesehatan dan ekonomi saja, namun juga mempengaruhi sektor pendidikan, kesejahteraan, kebijakan politik dll. Hal ini memunculkan pertanyaan akan implikasi dari perubahan demografi ini. Penuaan penduduk harus menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan, perencanaan kota, pembukaan lapangan kerja, pembangunan wilayah dan program peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Mempertimbangkan kesemua hal tersebut, pada tahun 2002 WHO (World Health Organization) mengeluarkan Policy Framework on Active Ageing yang didefinisikan sebagai “kesempatan untuk mengoptimalkan kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan kualitas kehidupan sejalan dengan bertambahnya umur seseorang” atau lebih dikenal dengan istilah “age actively” atau menua secara aktif (WHO, 2007). Age Friendly City atau kota ramah manula adalah pendekatan untuk mewujudkan policy yang telah dibuat oleh WHO tersebut. Adapun definisi age friendly city adalah:

“An age friendly city encourages active aging by optimizing opportunities for health, participation and security in order to enchance the quality of life as people age.”

(WHO, 2007: 1)

Pemerintah Indonesia memiliki kewajiban untuk memperhatikan kualitas hidup lansia. Hal ini sejalan dengan amanat UUD No. 4 Tahun 1965 Tentang Bantuan Penghidupan Orang Jompo yang berbunyi “Perlu diadakan usaha-usaha

(3)

jompo”. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia ikut serta dalah usaha mengadopsi konsep age-friendly city dari WHO tersebut pada kota-kota di Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat jumlah penduduk lanjut usia Indonesia yang cukup banyak namun belum diikuti oleh makin membaiknya kualitas hidup penduduk lanjut usia. Diharapkan dengan adanya kota yang ramah lansia akan mempermudah penduduk lansia dalam beraktifitas dan berkehidupan. Kota ramah lansia juga diharapkan dapat meningkatkan rasa nyaman lansia dalam bermobilitas dan mengakses sarana prasarana publik.

Hal ini penting mengingat penduduk lanjut usia juga melakukan mobilitas yang sama banyaknya dengan penduduk dengan kategori usia lainnya. Collia dkk. (2003) mengatakan bahwa penduduk lanjut usia sama-sama bergantung layaknya penduduk usia yang lebih muda dalam penggunaan kendaraan bermotor. Lebih lanjut Collia dkk. (2003) juga menjelaskan bahwa walau penduduk lansia melakukan perjalanan yang lebih pendek dibandingkan penduduk usia lebih muda, mereka cendrung melakukan lebih banyak perjalanan, mengemudi lebih lama dan melakukan perjalanan lebih jauh dibanding lansia di dekade lalu pada mayoritas perjalanan mereka.

Menjalani masa tua dengan bahagia dan sejahtera adalah dambaan semua orang. Keadaan ini tentunya hanya dapat dicapai apabila seseorang tersebut sehat secara fisik, mental, emosional, merasa dibutuhkan, merasa dicintai dan mempunyai harga diri serta dapat berpartisipasi dalam kehidupan (Suyoko, 2012). Bentuk dari hal tersebut adalah dicukupi kebutuhan hidup lansia. Salah satunya adalah kebutuhan bermobilisasi. Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan

(4)

kebutuhan bermobilisasi lansia dan memodelkan perilaku agar memudahkan pengambilan keputusan yang melibatkan lansia di kemudian hari.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perilaku perjalanan penduduk lansia yang dapat menaikkan kualitas hidup mereka? Permasalahan tersebut dapat dijabarkan secara lebih spesifik dalam pertanyaan penelitian di bawah ini:

1. Bagaimanakah model perilaku perjalanan penduduk lanjut usia?

2. Karakteristik perilaku perjalanan apa saja yang mempengaruhi perilaku perjalanan penduduk lanjut usia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Menggambarkan model perjalanan penduduk lanjut usia di Kota Yogyakarta.

2. Mengidentifikasi karakteristik perilaku perjalanan yang mempengaruhi perilaku perjalanan penduduk lanjut usia di Kota Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk dapat membuat model perencanaan berbasis perilaku perjalanan penduduk lanjut usia. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah mobilitas penduduk lanjut usia. Ke depannya penelitian ini

(5)

diharapkan dapat memberikan andil untuk memperbaiki kualitas kehidupan penduduk lanjut usia dalam bertempat tinggal dan membuat Kota Yogyakarta menjadi lebih inklusif.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang membahas mengenai perilaku perjalanan lansia sudah sering dilakukan terutama di negara-negara maju yang memiliki jumlah penduduk lansia lebih banyak dibanding penduduk usia produktifnya. Di Indonesia sendiri, penelitian mengenai perilaku perjalanan lansia masih sangat minim. Namun, terdapat beberapa penelitian mengenai perilaku perjalanan ataupun model transportasi manula. Adapun penelitian sebelumnya yang memiliki fokus permodelan ataupun perilaku perjalanan antara lain:

1. Setiawan, Y. (2011). Travel Behavior of Junior High School Children in Sleman Urban Area, Yogyakarta Special Province - Indonesia. (Master of Engineering), Thesis Magister Perencanaan Kota dan Daerah.. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tidak dipublikasikan

Penelitian ini berupaya untuk melihat perilaku perjalanan murid sekolah menengah di Kabupaten Sleman Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini berusaha untuk melihat hubungan antara faktor keruangan dan non-keruangan dengan perilaku perjalanan murid-murid tersebut. Dikarenakan metode penelitian adalah deduktif kuantitatif, hubungan keduanya diukur dengan menggunakan pendekatan statistik (model korelasi regresi dan multinomial legit model)

(6)

2. Ulfa, Ikfi Maryama; Manullang, Okto Risdianto dan Buchori, Imam (2013). Perilaku Perjalanan Rumah Tangga Pengguna Sepeda Motor yang Tinggal di Daerah Pinggiran Kota Semarang (Studi Kasus). Jurnal Teknik PWK Universitas Diponegoro Volume 2 Nomor 3 2013 hal. 358-367.

Penelitian ini berupaya untuk mengkaji perilaku perjalanan dalam penggunaan sepeda motor untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang tinggal di daerah pinggiran Kota Semarang sebagai dampak dari fenomena urban sprawl. Seperti halnya penelitian Setiawan (2011), pendekatan ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda.

3. Budiono, Sugeng. (2006). Identifikasi Perilaku Perjalanan Penduduk Pinggiran Kota Bandung dalam Penggunaan Fasilitas Perkotaan. Thesis Magister Perencanaan Kota dan Daerah. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pola pergerakan penduduk pinggiran kota Bandung dalam pemanfaatan fasilitas kota yang dapat dijadikan masukan dalam pengembangan fasilitas kota di kawasan pinggiran kota Bandung. Metode dalam penelitian ini adalah deduktif kualitatif dengan menggunakan wawancara.

4. Purboyo H. P., Heru; Sutriadi, R. dan Maulani, S. (2008) Perilaku Perjalanan Penduduk Pinggiran Kota dan Asosiasinya dengan Sebaran

(7)

April 2008 hlm. 55-67.

Penelitian ini berusaha untuk melihat preferensi penduduk pinggiran kota terhadap penggunaan moda angkutan umum sebagai bagian dari perjalanan harian penduduk pinggiran kota. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penduduk pinggiran ditanya melalui kuesioner tentang kegiatan harian yang terkait motif untuk bekerja, belajar/pendidikan, belanja dll.

!

5. Hyodo, T.; Fujiwara, A.; Montablo, Jr. C. M.; dan Soehodho, S. (2005). Urban Tavel Behavior Characteristics of 13 Cities Based on Household Interview Survey Data. Journal of the Eastern Asia Society for Transportation Studies. Vol. 6. hlm. 23-28.

!

Penelitian ini berusaha untuk menganalisis perilaku perjalanan dan karakter sosio-ekonomik dari pembuat perjalanan di 13 kota di Asia, Amerika Tengah dan Timur Tengah menggunakan data HIS (Household Interview Survey) yang dikembangkan oleh JICA (Japan International Cooperation Agency). Penelitian ini berusaha mengkomparasikan variabel karakteristik perjalanan yang memiliki kemungkinan mempengaruhi frekuensi perjalanan. Variabel tersebut antara lain umur, jenis kelamin dan kepemilikan kendaraan bermotor.

Referensi

Dokumen terkait

Mantra dalam kaji mudo di Kanagarian Koto Ranah Bayang Utara Kabupaten Pesisir Selatan memiliki tiga fungsi yaitu: (1) sebagai pamanih, mantra tersebut merupakan

“Sebagai unit yang telah berpengalaman lebih dari 30 tahun dalam mengelola O&M PLTGU, kinerja tersebut jelas sekali mencoreng nama baik Indonesia Power,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang keberadaan permainan tradisional di Sekolah Dasar dan bagaimana pemanfaatan permainan tradisional di

Analisis dilakukan untuk mengupas karya foto Setiawan secara visual dan biografis berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, untuk menemukan hubungan antara

36/2009: keadaan sehat, baik secara fisik, keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap mental, spritual maupun sosial yang

(6) Seseorang anggota jemaat yang telah dikucilkan, yang bersangkutan sungguh-sungguh berbalik dan bertobat serta dengan tindakan nyata meninggalkan dosanya,

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sediaan krim pada konsentrasi 1 %, 5 % dan 10 % memberikan efek antibakteri untuk pengobatan luka sayat

Sehingga untuk penggunaan panel surya yang digunakan lebih maksimal jika menggunakan sistem tracking, pengukuran menunjukkan kenaikan tegangan sel surya mencapai