• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Waktu dan Suhu Media Penyimpanan Terhadap Kualitas Oosit Hasil Koleksi Ovarium Sapi Betina Yang Dipotong Di TPH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Waktu dan Suhu Media Penyimpanan Terhadap Kualitas Oosit Hasil Koleksi Ovarium Sapi Betina Yang Dipotong Di TPH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Waktu dan Suhu Media Penyimpanan Terhadap Kualitas Oosit

Hasil Koleksi Ovarium Sapi Betina Yang Dipotong Di TPH

The Influence of Time and Temperature Media Storage on The Quality of

The Oocyte That Collect From Ovary Female Cut In TPH

Riza Pamungkas*, Siti Darodjah**, Rangga Setiawan** Universitas Padjadjaran

* Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 ** Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

e-mail: riza.pj@gmail.com

Abstrak

Kualitas oosit yang berasal dari ovarium yang diambil dari Tempat Pemotongan Hewan (TPH) sangat tergantung pada waktu dan suhu penyimpanan selama perjalanan dari TPH ke laboratorium. Kendala jarak antara TPH dan laboratorim umumnya relatif jauh sehingga waktu yang dibutuhkan ovarium sejak dipisahkan dari tubuh ternak sampai proses koleksi oosit lebih lama, yang berakibat pada penurunan kualitas oosit yang dihasilkan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui waktu dan suhu penyimpanan yang baik selama perjalanan. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental, dengan empat perlakuan yakni ovarium disimpan pada suhu 4 oC dan 25 oC selama 6 jam dan 12 jam. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Pada penelitian ini didapat nilai chi-kuadrat dari oosit kualitas A, B, C, dan D lebih kecil dari nilai chi-kuadrat tabel yang artinya bahwa interaksi antara suhu dan waktu penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas oosit yang dihasilkan, sedangkan pada uji anava, oosit kualitas A bernilai lebih besar dibanding Ftabel(0,05) yang artinya suhu maupun waktu

berpengaruh nyata terhadap jumlah oosit kualitas A yang didapat. Kata Kunci : Suhu Penyimpanan, Kualitas Oosit, Waktu Penyimpanan

Abstract

Oocyte quality of ovary from “Tempat Pemotongan Hewan (TPH)” very dependent on transportation time and temperature storage from TPH to laboratorium. The distance between TPH and laboratorium relatively far, it takes time the ovary since separated from the body until oocyte collection in laboratory aand could be decline the quality of that oocyte. Aim of the research was to know what time and temperature storage that the best during transportation. The research was done with experimental methods, with four treatment, there were ovary kept at a temperature 4 oC and 25 oC for 6 hours and 12 hours and five time replications. Result of this research showed that value of chi-quadrat of the oocyte grade A, B, C, and D was smaller than table of chi-quadrat, which means that interaction between time and temperature storage no different effect to the oocyte production, while in anova test, oocyte grade A have a value greater than f tabel (0.05) which means the temperature and the time have a different effect to the oocyte grade A production.

(2)

PENDAHULUAN

Teknologi reproduksi yang sering dipakai saat ini adalah teknologi In Vitro Fertilisation (IVF), yaitu sebuah teknologi reproduksi untuk memproduksi embrio pada lingkungan buatan (di luar tubuh), baik dengan menggunakan oosit yang berasal dari hewan yang masih hidup maupun oosit hewan yang dipotong yang bertujuan untuk optimalisasi bibit unggul dan juga untuk kepentingan penelitian dasar dan terapan. Namun keberhasilan teknologi In Vitro Fertilisation (IVF) ini sangat dipengaruhi oleh kualitas oosit dan spermatozoa yang didapatkan. Kualitas oosit dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya penanganan ovarium sejak diambil dari tubuh ternak di Tempat Pemotongan Hewan (TPH), selama proses transportasi ke laboratorium, dan saat dikoleksi hingga mengalami proses maturasi (Choi dkk, 2004).

TPH merupakan salah satu tempat yang dapat menyediakan kebutuhan ovarium untuk diambil oositnya. Namun letak laboratorium dengan TPH yang tidak selalu berdekatan, menyebabkan waktu transportasi yang berbeda-beda sehingga membutuhkan waktu penyimpanan yang berbeda pula. Hal tersebut menyebabkan makin besarnya kemungkinan menurunnya kualitas oosit yang didapat, karena dengan makin lamanya waktu penyimpanan makin lama pula oosit kehilangan suplai darah yang menyebabkan oosit mengalami iskemia, yang hasil akhirnya jumlah oosit yang mengalami fragmentasi meningkat (Pedersen dkk, 2004).

Suhu media penyimpanan pun dapat mempengaruhi kualitas oosit yang didapat. Suhu dalam perjalanan sangat bervariasi tergantung letak daerah laboratorium tempat dilakukannya IVF berada sedangkan oosit primer lebih sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan sekitar. Oosit yang didapat akan bertahan lama jika disimpan pada media yang bersuhu rendah begitupun sebaliknya. Ovarium dapat disimpan selama 18 jam pada suhu 24 oC dengan angka pematangan optimal (Jaswandi, 2000) sedangkan suhu dan lama optimal penyimpanan oosit adalah 6 jam pada suhu 25 oC dan 12 jam dengan suhu 24 oC. Namun demikian belum dilaporkan bagaimana kualitas oosit dari ovarium yang disimpan pada suhu tersebut. Maka dari itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui lamanya waktu penyimpanan dan suhu media yang optimum agar kualitas oosit dapat dipertahankan untuk mendukung keberhasilan In Vitro Fertilisation (IVF).

(3)

OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini berupa ovarium sapi betina yang di ambil setelah proses pemotongan di TPH. Sapi betina yang digunakan sebagai sampel untuk diambil ovariumnya sebanyak 20 ekor dengan kelompok umur 2-3 tahun, bangsa BX, dan bobot badan yang diseragamkan. Bahan yang digunakan untuk membersihkan ovarium dari kotoran dan sebagai media koleksi oosit adalah NaCl 0,9% yang sebelumnya telah ditambahkan dengan antibiotik penicillin dan streptomycin. Pengambilan ovarium dilakukan dalam rentang waktu tertentu dengan frekuensi pengambilan ovarium yang konstan

2. Metode Penelitian

Ovarium diambil dari ternak yang telah dipotong, yang kemudian dipisahkan dari jeroan lain dan dihindarkan dari kontaminasi kotoran. Ovarium tersebut dibersihkan dari jaringan yang menutupi permukaannya, kemudian dicuci dengan media NaCl 0,9% yang telah ditambahkan dengan antibiotik penicillin 100 IU/ml dan streptomycin 0,1 mg/ml kemudian dimasukkan ke dalam wadah berisi media yang sama. Ovarium kemudian dikelompokkan ke dalam 2 kelompok suhu. Kelompok pertama dengan suhu 4-5 oC sebanyak 20 ovarium, dan kelompok kedua dengan suhu 25 oC (suhu kamar) sebanyak 20 ovarium. Kemudian dari masing-masing kelompok perlakuan suhu dikelompokkan kembali menjadi 2 kelompok perlakuan waktu, yaitu 6 jam dan 12 jam. Pengukuran waktu penyimpanan terhitung mulai dari ovarium tersebut dikoleksi dari tubuh ternak.

Koleksi oosit dari ovarium dilakukan ,menggunakan teknik aspirasi. Oosit hasil aspirasi kemudian dikelompokkan sesuai kriteria yang telah ditentukan. Kriteria oosit dibagi menjadi empat kategori sebagai berikut (Loos, dkk. 1989). 1) Oosit kualitas A yakni oosit dengan banyak lapisan sel kumulus yang utuh, ooplasma homogen, dan corona radiata-nya terlihat lebih gelap; 2) Oosit kualitas B yakni oosit dengan lapisan sel kumulus kurang utuh (kurang dari 70% permukaan oosit diselimuti sel-sel kumulus), peforman ooplasma yang kurang homogen atau agak kasar, dan korona radiata yang tidak jelas; 3) Oosit kualitas C yakni oosit tanpa dikelilingi oleh sel-sel kumulus (gundul) atau oosit masih dikelilingi oleh sel-sel kumulus yang telah mengembang (berdegenerasi); 4) Oosit kualitas D yakni oosit yang dikelilingi oleh fibrin.

(4)

Grafik 1. Rataan Oosit Kualitas A Pada Kelompok Perlakuan 3. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah oosit yang dikoleksi dengan metode aspirasi dan kualitas oosit yang dikelompokkan dalam empat kategori kualitas.

4. Analisis Statistik

Untuk menguji kaitan waktu penyimpanan dan suhu media simpan terhadap kualitas oosit yang didapat data diolah menggunakan Uji Chi-Kuadrat (Sudjana, 2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaruh Waktu dan Suhu Penyimpanan Ovarium Terhadap Kuantitas Oosit

Waktu Suhu Ovarium Rataan Kualitas Oosit Total

A B C D ...Sel... 6 Jam 4 o C 10 14,6 5,4 1,8 1,4 23,2 25o C 10 7 2,2 1,6 1,4 12,2 12 Jam 4 o C 10 6.6 4,8 2,2 2,6 16,2 25o C 10 3,8 2 2,2 0,2 8,2 Total 32 14.4 7,8 5,6 59,8

Jumlah rataan oosit yang dihasilkan dari ovarium yang disimpan pada suhu 4 oC selama 6 dan 12 jam lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah rataan oosit yang dihasilkan dari ovarium yang disimpan pada suhu 25 oC selama 6 dan 12 jam. Menurut Gordon (2003) perbedaan kuantitas oosit diduga dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu suhu dan lama waktu penyimpanan ovarium serta kualitas dan ukuran folikel.

2. Pengaruh Waktu dan Suhu Penyimpanan Ovarium Terhadap Kualitas Oosit

14,6 7 6,6 3,8 0 5 10 15 4 25 6 Jam 12 Jam

(5)

5,4 2,2 4,8 2 0 5 10 15 4 25 6 Jam 12 Jam

Grafik 2. Rataan Oosit Kualitas B Pada Kelompok Perlakuan

1,8 2,2 1,6 2,2 0 5 10 15 4 25 6 Jam 12 Jam

Grafik 3. Rataan Oosit Kualitas C Pada Kelompok Perlakuan

1,4 2,6 1,4 0,2 0 5 10 15 4 25 6 Jam 12 Jam

Grafik 4. Rataan Oosit Kualitas D Pada Kelompok Perlakuan

Berdasarkan keempat grafik diatas, dapat dilihat bahwa penyimpanan ovarium pada suhu 4 oC selama 6 jam dapat menjaga ovarium agar dapat menghasilkan oosit kualitas baik (A dan B) lebih banyak dibanding suhu dan waktu penyimpanan lain. Sedangkan untuk oosit dengan kualitas C dan D, baik ovarium yang disimpan pada suhu 4 oC maupun 25 oC selama 6 dan 12 jam sama-sama menghasilkan jumlah yang sedikit. Hal tersebut dapat terjadi karena ovarium yang disimpan pada suhu 4 oC mengalami penurunan metabolisme sehingga kebutuhan oksigen dan energi yang biasa digunakan dalam proses metabolisme dapat ditekan. Pada penyimpanan di suhu 25 oC selama 6 dan 12 jam, ovarium menghasilkan oosit kualitas A, B, C, maupun D paling sedikit karena ovarium yang disimpan pada 25 oC tetap memiliki metabolisme yang normal sehingga oksigen yang terdapat dalam ovarium dapat habis dalam waktu yang cukup singkat, dan pada saat dilakukan penyimpanan yang lama ovarium dapat mengalami kekurangan oksigen. Kondisi tersebut menyebabkan ovarium merubah metabolismenya dari aerobik menjadi anaerobik dan hasil akhirnya adalah produk berupa asam laktat yang terakumulasi pada jaringan ovarium (Petrucci, 1985).

(6)

Akumulasi asam laktat dan asam fosfat akan meningkatkan jumlah ion H+. Ion H+ ini mudah masuk ke dalam pori membran plasma oosit sehingga kondisi sitoplasma oosit lebih asam berbanding lingkungan sekitarnya. Kondisi asam ini menyebabkan kerusakan pada oosit, seperti fragmentasi pada DNA (Wongsrikeao dkk., 2005).

Metabolisme anaerobik juga mengakibatkan penurunan Adenosin Tri Phosphate (ATP) dan hasil akhir penurunan ini berupa fosfat anorganik, yang selanjutnya akan berikatan dengan H2O menjadi asam fosfat. Akumulasi asam lakat dan asam fosfat pada tahap

selanjutnya akan menyebabkan penurunan pH folikuler. Apabila penurunan pH folikuler berlangsung terus menerus maka akan meningkatkan jumlah oosit yang mengalami fragmentasi (Petrucci, 1985).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa waktu penyimpanan selama 6 jam merupakan waktu yang terbaik untuk menghasilkan oosit kualitas A, dan suhu penyimpanan 4o C merupakan suhu penyimpanan terbaik untuk menghasilkan oosit kualitas A

DAFTAR PUSTAKA

Choi YH, LM Roasa, CC Love, SP Brinsko, K Hinrichs. 2004. Blastocyts formation rates in vivo and in vitro-maturation equine oocyts fertilized intracytoplasmic sperm injection. Biology of Reproduction 70: 1231-1238.

Gordon I. 2003. Laboratory of Production Cattle Embryo. 2nd ed. CABI Publishing. Wallingford.

Jaswandi. 2000. Kualitas dan Angka Pematangan In Vitro Oosit Domba Pada Berbagai Suhu dan Waktu Penyimpanan Ovarium. Laporan Penelitian Dosen Muda. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.

Pedersen HG, ED Watson, EE Telfer. 2004. Effect of ovary holding temperature and time on equine granulose cell apoptosis, oocyte chromatin configuration and cumulus morphology. Theriogenology 62: 468-480.

Petrucci RH, FG Herring, JD Madura. 2010. General Chemistry Prinsiple and Modern Application. 10th ed. Prentice-Hall, Inc

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito, Bandung.

Wongsrikeao P, T Otoi, NW Karja, B Agung, M Nii, T Nagai. 2005. Effect of ovary storage time and temperature on DNA fragmentation and development of porcine oocytes. Jurnal of Reproduction and Development 51: 8797.

Gambar

Grafik 1. Rataan Oosit Kualitas A Pada Kelompok Perlakuan 3. Peubah yang Diamati
Grafik 2. Rataan Oosit Kualitas B Pada Kelompok Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan mekanisme Klaim Verifikasi dalam Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan dilaksanakan dalam periode 5 tahun untuk memberikan kepastian waktu dan kepastian hukum

Hasil analisis menunjukan faktor risiko kejadian status gizi pendek pada anak balita adalah pola asuh dengan OR=50.3, tinggi badan ibu (OR =3.68), tinggi badan ayah (OR=5.05),

Data tersebut diperoleh dari alat ukur yang diisi langsung oleh subjek melalui skala bullying, secure attachment dengan orang tua, dan kontrol dirig. Metode

syringae menggunakan kit deteksi yang dibuat (larutan aktif dan kertas detektor) maka dilakukan uji sensitifitas deteksi larutan aktif. Pengujian dilakukan dengan cara

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 91,59% dari 18 nilai karakter yang muncul pada siswa sudah terlihat sangat baik dan maksimal setelah

Prinsip dalam matematika adalah suatu ide tentang konsep-konsep dan hubungan di antara konsep-konsep, dengan kata lain prinsip adalah suatu ide yang menghubungkan dua

Hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya siklus kenaikan dan penurunan konsumen, jika produk dan harga tidak diperhatikan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Pengaruh Brand KFC Terhadap Kepuasan Konsumen Muslim Di Mega Town Square (METOS) Palangka Raya Kalimantan Tengah