• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kinerja Routing Protokol pada Jaringan Sensor Nirkabel dengan Metode Gradient Based Approach

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisa Kinerja Routing Protokol pada Jaringan Sensor Nirkabel dengan Metode Gradient Based Approach"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Analisa Kinerja Routing Protokol pada Jaringan Sensor Nirkabel

dengan Metode Gradient Based Approach

Kunpraga Maulana Arrossy, Tri Budi Santoso, Prima Kristalina Jurusan Telekomunikasi

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember

e-mail : kunpraga@gmail.com

Abstrak

Jaringan Sensor Nirkabel terdiri atas sejumlah besar sensor node yang bebas. Setiap node memiliki kemampuan untuk mengirim, menerima dan mendeteksi. Sensor node juga di lengkapi dengan peralatan pemrosesan data, penyimpanan data sementara atau memory, peralatan komunikasi dan power supply atau baterai. Dalam aplikasi WSN, sensor node harus mempunyai dimensi yang sangat kecil, sehingga sensor node mempunyai keterbatasan baik dalam processor, memory atau wireless.

Pada paper ini digunakan Gradient Based

Approach sebagai algoritma rute pengiriman data.

Pendekatan secara gradient tidak menggunakan jarak yang absolut sebagai parameternya, melainkan menggunakan jarak relatif. Beberapa parameter yang umum digunakan adalah perhitungan Hop, konsumsi energi, sisa energi pada sensor, atau kombinasi dari beberapa hal di atas.

Hasil yang diharapkan pada paper ini adalah membuat sebuah jalur routing yang cepat dan efisien serta perencanaan konfigurasi sistem agar transmisi informasi dapat berlangsung dengan baik dan optimal dengan menggunakan metode Gradient-based routing. Pada paper ini diketahui pengiriman 100bit data dalam satu perutean (dari sumber ke sink) membututuhkan energy rata-rata sebesar 606422 nJ.

Kata kunci: Routing protocol, Gradient base routing

protocol,wireless sensor network

1. Pendahuluan

Jaringan Sensor Nirkabel (Wireless Sensor

Network) terdiri atas sejumlah besar sensor node yang

bebas. Setiap node memiliki kemampuan untuk mengirim, menerima dan merasakan[1]. Akan tetapi, mereka terkendala terhadap kemampuan yang mereka miliki seperti kemampuan mengolah memori, bandwidth, dan sebagainya. Setiap node tersebar pada lokasi yang susah untuk diakses atau pada lingkungan yang keras seperti gurun pasir, lautan, hutan, dan sebagainya. Mereka tidak memiliki topologi yang tetap tetapi mereka dapat beradaptasi agar mampu bekerja pada kondisi tersebut.

Penggunaan daya terbesar pada sensor network adalah pada saat pengiriman data. Dengan mengurangi proses pengiriman data yang tidak penting, konsumsi daya dapat dikurangi[2]. Kolaborasi atau kerja sama antar sensor node memiliki peran penting dalam

sistem. Ketika salah satu sensor mengalami kerusakan, kekurangan daya untuk mengirim data kepada sink

node, sensor tersebut dapat mengirim suatu informasi

kepada sensor terdekat agar melakukan proses pengumpulan data atau transmisi data sebagai pengganti sementara sensor yang mengalami kegagalan. Sehingga ketika terjadi kegagalan link (hubungan), sistem dapat merubah topologi jejaring agar proses pengiriman data tetap berlangsung.

Pada paper ini akan dibuat simulasi sebuah routing protocol dengan metode gradient based routing yang mana akan digunakan untuk menentukan proses pemilihan route terbaik dengan menggunakan pendekatan secara gradient.

Penyusunan paper ini adalah sebagai berikut. Pada bab 2, akan dijelaskan tentang Wireless Sensor

Network, dan penjelasan algoritma Gradient Based

Approach. Pada bab 3, berisi susunan rancang sistem yang akan digunakan pada paper ini. Analisa energi yang dibutuhkan pada algoritma Gradient Based

Approach diberikan pada bab 4. Bab 5, berisi

kesumpulan dari data yang didapatkan, berdasarkan analisa dari bab 4.

2. Wireless Sensor Network

WSN(Wireless Sensor Network) atau Jaringan Sensor Nirkabel merupakan suatu jaringan nirkabel yang terdiri dari beberapa sensor (sensor node) yang diletakkan ditempat-tempat yang berbeda untuk memonitoring kondisi suatu plan. Wireless Sensor Network(WSN) adalah kelas baru dalam jaringan komputer yang terdiri dari beberapa sensor nodes yang saling berkomunikasi dan bekerja sama untuk mengumpulkan data-data dari lingkungan sekitar, misalnya suhu, tekanan udara, kelembapan udara dan beberapa parameter lingkungan lainnya. Untuk keperluan ini suatu node diperlengkapi dengan peralatan sensor yang digunakan untuk mendeteksi lingkungan sekitar dan perlatan komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sensor node yang lain dan sink. Selain itu sensor node juga di lengkapi dengan peralatan pemrosesan data, penyimpanan data sementra atau memory, peralatan komunikasi dan power supply atau baterai. Dalam aplikasi WSN, sensor node harus mempunyai dimensi yang sangat kecil, sehingga sensor node mempunyai keterbatasan baik dalam processor, memory atau

wireless. Oleh karena itu banyak para peneliti tertarik

dalam WSN untuk mengoptimalkan kebutuhan energy dalam pemrosesan data ataupun komunikasi ke

(2)

2 industri, Kontrol dan managemen energi, Monitoring mesin-mesin kesehatan, Monitoring bencana alam (pencatatan gempa), Monitoring polusi, Monitoring parameter energy listrik, dan lain-lain.

Sensor-sensor tersebut akan mendeteksi objek dan mengirimkan data dengan nirkabel ke gateway lalu ke server. Sensor-sensor yang digunakan dapat bermacam-macam, tergantung plan yang dikerjakan. Dari segi ukuran, node di dalam sensor network memiliki ukuran fisik bervariasi. Harganya juga bervariasi bergantung pada ukuran sensor network serta kompleksitas dari sensor. Wireless sensor network memiliki karakteristik yang unik, antara lain: - Daya / power yang dapat disimpan atau dipanen

sangat terbatas, oleh karena itu sangat penting untuk menggunakan device yang hemat energi.

- Kemampuan menahan kondisi lingkungan yang keras. Device yang digunakan kemungkinan diletakkan di daerah yang mungkin saja bersuhu ekstrim atau di daerah daerah berbahaya, sehingga kemampuan ini sangat penting menjaga sensor tetap bisa digunakan meskipun kondisi lingkungan sangat ekstrim.

- Mobilitas dari node dan topologi jaringan yang dinamis. Device yang digunakan bisa saja lokasinya berpindah – pindah, misalkan sensor yang diletakkan pada armada truck pengiriman barang yang mana digunakan untuk men-tracking posisi dari armada pengiriman tersebut.

- Adanya kemungkinan kegagalan komunikasi ataupun kesalahan operasi

- Heterogenitas dari node, baik dari segi hardware (ukuran sensor, device yang digunakan, dan lain-lain) maupun software. Selain itu kemampuan yang dimiliki oleh device pun juga bisa beraneka ragam. - Jumlah node dalam wireless sensor network bisa

diperbanyak, yang membatasi jumlahnya adalah bandwidth dari gateway.

2.1. Routing Protokol pada WSN

Salah satu masalah yang paling penting dalam jaringan wireless sensor adalah penyediaan layanan antara sensor dan sink. Meskipun sensor network dan mobile network ad hoc adalah mirip tapi mereka secara radikal bebeda dalam banyak aspek. Sensor network memiliki banyak fitur yang unik dan membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Secara umum, Routing protocol pada WSN dibagi menjadi dua katagori, yaitu

Indicator-based dan Indicator-free.

Pada indicator-based ada fase inisialisasi dimana sebuah indikator algoritma tersebut digunakan. Berdasarkan algoritma tersebut, setiap node menyusun sebuah indicator untung membantu proses routing. Pada algoritma indicator-free, proses routing dibuat di udara.

2.2. Gradient Based

Daripada menggunakan jarak geometri yang absolut, solusi lain menggunakan jarak relatif antara node. Jarak relatif tersebut adalah "Gradien" yang menunjukkan arah aliran data dari pengirim tertentu.

Beberapa pendekatan memilih sink sebagai sumber, seperti MCFN, GRAB, ARRIVE, dan GRAd. Yang lain memanfaatkan sumber data sebagai asal, seperti Direct Diffusion.

MCFN mempelajari masalah pengiriman paket dari sensor ke sink. Dalam MCFN, masing-masing node memiliki cost field sebagai biaya minimum dari node ke sink. Setelah cost field ditetapkan, paket mengalir ke sink sejalan dengan penurunan cost field. Paket hanya membawa biaya minimum dari sumber ke sink dan biaya yang dikeluarkan sampai ke node berikutnya. Forwarding node intermediate hanya menyebarkan paket ke semua tetangga tanpa menetapkan hop selanjutnya. Lingkungan penerima memutuskan untuk meneruskan jika jumlah biaya yang digunakan (yang terdapat dalam paket) dan biaya node (disimpan di node) cocok dengan biaya node sumber (yang terkandung dalam paket). Artinya, Costsource =

Costconsumed + Costcurrent_node, berarti bahwa node

sekarang pada jalur yang optimal. Dalam contoh ditunjukkan pada Gambar 2, jumlah hop digunakan sebagai cost field. Kontribusi utama MCFN adalah bahwa ia menyajikan suatu skema untuk menghindari paket iklan berlebihan yang mungkin membingungkan jaringan saat membuat cost field. Hal ini akan memastikan bahwa setiap node hanya mengiklankan cost fieldnya sekali dengan nilai yang benar.

GRAB adalah versi mesh MFCN untuk meningkatkan kehandalan transmisi. Dalam Grab, daripada menggunakan 1 jalan optimal, sebuah mesh antara sumber dan sink terbentuk, dan semua node dalam mesh terlibat. Lebar mesh sebanding dengan jarak ke sink. Untuk membangun mesh, konsep kredit tambahan diperkenalkan sebagai anggaran yang dapat digunakan paket. GRAB sangat meningkatkan kinerja MCFN tanpa terlalu banyak memperkenalkan overhead-only header paket sedikit lebih lama. Dalam prakteknya, baik jumlah hop dan energi dapat digunakan sebagai cost field. Hal yang harus diperhatikan, bahwa MCFN dan GRAB keduanya perlu link simetris sehingga cost field yang dibentuk adalah valid ketika transmisi.

Gambar 2 Routing protocol pada gradient based 3. Pembuatan Sistem

Sistem akan membangkitkan sensor secara acak setelah user memilih untuk membangkitkan sejumlah sensor dengan jumlah maksimal adalah 30 buah, setelah seluruh sensor telah di bangkitkan user dapat

(3)

3 memilih sink node hingga cost field sebagai biaya minimum dari masing-masing node dapat terbentuk berdasarkan jumlah hop dari node tersebut hinnga sink node. Dapat dilihat pada gambar 3, user akan menetapkan sumber node (sumber data berasal) dari node sumber akan dipilih node tetangga sebagai penerus data menuju sink node menggunakan state transition. Data mengalir ke sink sesuai penurunan biaya, masing-masing node tidak akan mengirimkan data jika node yang dipilih bukan jalur yang optimal.

Pembangkitan sensor

secara acak Cost Generate

Memilih Node Tetangga Pengoptimalan Jalur

Gambar 3 Block Diagram Perancangan Sistem Flowchart perencanaan system ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4 Flowchart Perancangan Sistem Pada gambar flowchart diatas dapat dijelaskan kembali langkah– langkah atau proses peembuatan yaitu pada proses awal adalah untuk menentukan jumlah node yang akan digunakan pada simulasi ini dalam hal ini jumlah node telah dibatasi oleh pemrogram maksimal sebanyak 30 node, kemudian langkah selanjutnya adalah mendapatkan posisi node – node yang telah disebar tersebut, meskipun pada

simulasi ini node disebar secara random posisi node perlu diketahui untuk memudahkan dalam proses – proses selanjutnya. Kemudian proses selanjutnya adalah menentukan Sink Node, pada setiap node akan mentukan jarak Hop dari node tersebut hingga menuju Sink-nya. Kemudian user akan menetapkan sumber node (sumber data berasal), dari node sumber akan dipilih node tetangga sebagai penerus data menuju sink kemudian dicek apakah node yang di pilih merupakan jalur yang optimal dengan membandingkan apakah Hop tetangga = Hop sumber-1, jika kondisi tersebut terpenuhi maka data akan di teruskan pada node tersebut, jika kondisi tersebut tidak terpenuhi maka data tidak akan di kirimkan kepada node tersebut dan akan memilih node tetangga yang lain yang dapat memenuhi kondisi tersebut. Ketika semua node tetangga sudah dicoba dan tidak ada node tetangga yang dapat memenuhi persyaratan tersebut, maka akan di terapkan sistem 1 extra credit dengan membandingkan apakah Hop tetangga = Hop Sumber, jika kondisi tersebut terpenuhi maka data akan diteruskan pada node tersebut, jika tidak terpenuhi maka akan mengecek node-node yang lain. Proses tersebut terus berulang hingga data sampai pada Sink node-nya.

4. Hasil dan Analisa

Pada setiap WSN(Wireless Sensor Network), energi selalu menjadi salah satu parameter yang digunakan. Hal ini dikarenkan WSN merupakan perangkat yang membutuhkan baterai dan kebanyakan digunakan untuk memonitor daerah-daerah yang sulit dijangkau manusia, life-time benar-benar harus dipertimbangkan.

Pada paper ini diasumsikan transmiter dan receifer membutuhkan energi yang sama Eelec untuk

mentransmisikan dan umtuk menerima satu bit data. Sedangkan untuk pengirim juga membutuhkan energy εƒs d2 atau εmp d4, tergantung dari jarak transmisinya.

Persamaan Energi transmit ETx sejumlah l-bit data pada

suatu jarak d adalah sbb :

(1) Untuk Energi Receifer ERx adalah sbb :

(2)

dimana :

ETx : Energi Transmiter

ERx : Energi Receifer l : Jumblah bit data

d : Jarak antar node

d0 : Jarak Treshold 87.7 m

Eelec : Energi yang di 50nJ / bit

εƒs : 10pJ / (bit . m2)

εmp : 0.0013pJ / (bit . m4)

Dari rumusan diatas didapatkan grafik yang dapat dilihat pada gambar 5. Yang menunjukan hubungan antara jarak (d), jumblah bit data (l), dan Energi.

(4)

4 Gambar 5 Tampilan class

Terlihat pada gambar 5, semakin tinggi data dan jaraknya maka semakin tinggi pula energi yang dibutuhkan untuk transmit. Dapat dilihat pada grafik meningkat derastis setelah jarak 100 m dan 1000 bit data.

Percobaan selanjutnya adalah untuk menghitung energi dalam satu rute (dari sumber ke sink). Dengan koordinat Source Node [330, 350] (Pixel) dan

Destination Point [40, 60] (Pixel), jarak antara Source dan Destination adalah 410,1219 (Pixel), jumlah node adalah 27, dengan area panjang dan lebar 469 x 429, Besar data yang ditransmisikan sebersar 100bit. Dilakukan 26 kali percobaan untuk mendapatkan nilai rata-rata energi yang dibutuhkan untuk algoritma

Gradient Based Approach.

Gambar 6 Grafik Energi Total

Pada gambar 6, merupakan gambar grafik Energi yang dibutuhkan dalam satu rute (dari sumber ke sink). Total energi yang dimaksud adalah total energi yang dibutuhkan dari sensor sumber mengirim data ke sensor tetangga, energi yang dibutuhkan sensor tetangga untuk menerima data dari sensor sumber, seterusnya hingga data berhasil dikirim pada sink. Dengan energi kirim ETx dan energi terima ERx sesuai

dengan persamaan (1) dan (2). Dilakukan sebanyak 26 kali percobaan.

Pada setiap percobaan didapatkan nilai energi dibutuhkan dalam satu rute adalah tidak sama. Hal ini disebabkan peletakan sensor node yang acak,

menyebabkan jumlah hop yang dibutuhkan hingga sampai ke sink berbeda-beda. Selain menyebabkan jumlah hop yang dibutuhkan singga sampai ke sink yang berbeda, jarak antar hop yang selalu berbeda-beda pula, sesuai dengan rumus (1) dimana ETx merupakan

fungsi dari jumlah bit data & jarak. Dalam 26 kali percobaan dapat kita ketauhui bahwa pengiriman 100bit data dalam satu perutean (dari sumber ke sink) membututuhkan energy rata-rata sebesar 287420,5 nJ. 4.1. Hasil Tampilan

Pada semester ini telah dibuat sebuah tampilan simulasi routing protocol pada WSN dengan menggunakan java Netbeans IDE 6.8 berikut adalah beberapa tampilan program yang telah dibuat.

Pada gambar 7, adalah contoh tampilan pembangkitan node secara random dengan jumlah node yang telah dibatasi oleh pemrogram yaitu sebanyak 27 node. Pada simulasi ini posisi sink dan source node telah ditentukan. Untuk source node pada koordinat (40, 60) untuk sink pada koordinat (330, 350).

Gambar 7 Contoh tampilan pembentukan cluster Pada gambar 7, adalah tampilan program pembangkitan nilai hop yang terlihat dan terletak pada sebelah kanan dari posisi penamaan node. Sedangkan abjad yang tertera pada penamaan node adalah sesuai dengan urutan pembangkitan node tesebut.

Gambar 8 Pembentukan Rute

0 1000 2000 3000 4000 0 100 200 300 400 0 2 4 6 8 10 12 14 x 107 D a t a ( b i t ) J a r a k ( m ) E n e r g i ( n J ) 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 E n e r g i T o t a l ( n J ) Percobaan ke-Energi Total

(5)

5 Pada gambar 8, merupakan tampilan perutean data yang terbentuk pada simulasi. Untuk jalur dengan warna abu-abu adalah semua kemungkinan koneksi yang dapat dibentuk. Sedangkan jalur dengan warna merah adalah rute yang terbentuk dari Source Node hingga ke Sink Node.

5. Kesimpulan

Dari analisa data terhadap simulasi Gradient Based Routing dapat disimpulkan bahwa :

- Ketika salah satu jalur tidak memungkinkan untuk dilalui, maka data masih tetap dapat dirutekan melalui jalur yang lain.

- Pengiriman 100 bit data dalam satu rute (dari sumber ke sink) membututuhkan energi rata-rata sebesar 287420,5 nJ.

- Terkadang nilai kebutuhan energi terbesar untuk mengirimkan data ke Sink justru tidak pada Source

Node, Melainkan pada node yang lain.

6. Daftar Pustaka

[1]. Jabed Faruque, Konstantinos Psounis, and Ahmed Helmy, Analysis of Gradient-Based Routing

Protocols in Sensor. In International Conference

on Distributed Computing in Sensor System (DCOSS), Marina del Rey, CA, USA: IEEE/ACM, June 2005.

[2]. Q. Wang, M. Hempstead, and W. Yang, A

realistic power consumption model for wireless sensor network devices. In SECON'06: Sensor

and Ad Hoc Communications and Networks, 2006.

[3]. Thomas Watteyne, Kris Pister, Dominique Barthel, Mischa Dohler, Isabelle Auge-Blum,

Implementation of Gradient Routing in Wireless Sensor Networks. In the direction of IEEE Communications Society subject matter experts for publication, 2009.

[4]. Qi Yang, Yuxiang Zhuang, Hui Li, An Multi-hop

Cluster Based Routing Protocol for Wireless Sensor Networks. Journal of Convergence

Information Technology, Volume 6, Number 3. March 2011.

Gambar

Gambar 2 Routing protocol pada gradient based
Gambar 3 Block Diagram Perancangan Sistem  Flowchart  perencanaan  system  ditunjukkan  pada  gambar 4
Gambar 6 Grafik Energi Total

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan (1) Guru SD di Kabupaten Gunungkidul kurang menguasai ketrampilan proses IPA yang diperlukan bagi keperluan pembelajaran

Maka apabila pengkajian sosial-humaniora diatas berkaitan dengan studi dakwah dan pendidikan Islam maka perbedaan mendasar pada penelitian ini adalah merupakan

mengangkut barang-barang pada saat darurat atau ketika tidak ada pesawat Indonesia yang mampu mengangkut barang-barang tersebut. Pihak Indonesia menyarankan agar

Mampu menghitung - Praktikum percobaan PT menggunakan RAL, Praktikum 150 Membuat laporan Laporan praktikum Keaktifan dalam anova percobaan PT RAK dan dalam waktu

Oleh karena itu, dari 5 komponen PHBS dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pencegahan diare pada balita adalah mencuci tangan, apabila ibu balita mempunyai

Dalam melakukan penelitian ini, terdapat penelitian sebelumnya yang juga mengembangkan sistem informasi pengelolaan UMKM yang dilakukan oleh Latifah Rifani (2016)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi petani dalam penerapan teknologi TABELA (Tanam Benih Langsung) dan untuk mengetahui hubungan motivasi petani terhadap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diKelurahan Simpang kecamatan berbak kabupaten Tanjung jabung Timur diperoleh dari informan yang merupakan hasil penilaian