• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Analisis Perbandingan Kinerja Protokol On-Demand Routing pada Jaringan Sensor Nirkabel Ad Hoc.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Analisis Perbandingan Kinerja Protokol On-Demand Routing pada Jaringan Sensor Nirkabel Ad Hoc."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PROTOKOL ON-DEMAND

ROUTING PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL AD HOC

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :

Nama : Rizky Ananto Putri

NIM : 09.41020.0001

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Sistem Komputer

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER

SURABAYA

(2)

Aplikasi Jaringan Sensor Nirkabel (JSN) semakin banyak digunakan di negara-negara berkembang khususnya menggunakan node sensor untuk melakukan pamantauan jarak jauh. Peneliti-peneliti sebelumnya melakukan penelitian terhadap topologi jaringan dengan posisi yang ditetapkan, sedangkan pemantauan jarak jauh membutuhkan jaringan tanpa kabel biasanya menggunakan jaringan Ad Hoc dan disebarkan secara acak (random). Sehingga diperlukan sebuah penelitian dengan jaringan Ad Hoc yang posisi sensornya dibangkitkan secara acak dan menggunakan tipe jaringan wireless dengan protokol-protokol On-Demand Routing yaitu Ad Hoc On-demand Distance Vector (AODV) dan

Dynamic Source Routing (DSR) untuk proses pengiriman datanya.

Pada penelitian ini, dengan posisi node acak diketahui bahwa untuk penerapan topologi dengan jumlah node besar (10 node), protokol AODV sangat baik dalam hal keakuratan data berdasar Packet Loss Ratio (PLR) dan penggunaan utilisasi bandwidth. Sedangkan protokol DSR sangat baik dalam hal delay saat terjadi komunikasi.

Selain melakukan pengujian tersebut, dilakukan juga perbandingan sistem jaringan wireless Ad Hoc dan jaringan dengan menggunakan kabel dari segi delay dan PLR. Hasil pengujian tersebut menunjukkan perbedaan nilai delay dan PLR baik untuk 5 maupun 10 buah node. Hal tersebut terjadi karena adanya kemungkinan pengaturan sistem yang berbeda. Penulis tidak melakukan pengaturan tersebut karena tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik dari protokol AODV dan DSR.

Keyword : Jaringan Sensor Nirkabel, JSN, On-Demand Routing, Ad Hoc

(3)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Masalah ... 5

1.5 Kontribusi Penelitian ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Pengertian Jaringan Sensor Nirkabel (JSN) ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Arsitektur Jaringan Sensor Nirkabel (JSN) ... 8

2.3 Mode pada Node Sensor ... 9

2.4 Protokol Routing On-demand Routing .. Error! Bookmark not defined. 2.4.1 Dynamic Source Routing (DSR) ... 10

2.4.2 Ad Hoc On-demand Distance Vector (AODV) ... 12 2.5 Parameter QoS ... Error! Bookmark not defined.

(4)

2.6 NS-2 (Network Simulator 2) ... Error! Bookmark not defined.

2.6.1 Konsep NS-2... 17

2.6.2 Komponen Pembangunan NS-2 ... 18

2.6.3 Cara Membuat dan Menjalankan Skrip NS-2... 19

2.6.4 Tahap-tahap Membangun Simulasi NS-2 ... 20

2.7 Pratical Extraction and Report Language (Perl) ... 25

BAB III Metode Penelitian ... 26

3.1 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.1.1 Bagian Input ... Error! Bookmark not defined. 3.1.2 Bagian Proses ... 27

3.1.3 Bagian Output ... 28 3.2 Arsitektur Sistem Jaringan ... Error! Bookmark not defined.

3.3 Tahap Perancangan Sistem ... Error! Bookmark not defined.

3.3.1 Desain Topologi Simulasi ... Error! Bookmark not defined.

3.3.2 Parameter-parameter Simulasi ... Error! Bookmark not defined.

3.3.3 Membuat Script *.tcl ... Error! Bookmark not defined.

3.3.4 Melakukan Trace Simulasi ... Error! Bookmark not defined.

3.3.5 Proses Parsing Data ... Error! Bookmark not defined.

3.3.6 Proses Penghitungan Parameter Delay .... Error! Bookmark not defined.

3.3.7 Proses Penghitungan Parameter PLR ... Error! Bookmark not defined.

3.3.8 Proses Penghitungan Parameter Utilisasi Bandwidth ... Error!

Bookmark not defined.

(5)

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI... Error! Bookmark not defined.

4.1 Pengujian Posisi Node ... Error! Bookmark not defined.

4.1.1 Tujuan ... Error! Bookmark not defined.

4.1.2 Peralatan yang Digunakan ... Error! Bookmark not defined.

4.1.3 Prosedur Pengujian ... Error! Bookmark not defined.

4.1.4 Hasil Pengujian Posisi Node ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Pengujian Komunikasi antar Node ... Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Tujuan ... Error! Bookmark not defined.

4.2.2 Peralatan yang Digunakan ... Error! Bookmark not defined.

4.2.3 Prosedur Pengujian ... Error! Bookmark not defined.

4.2.4 Hasil Pengujian Komunikasi antar Node . Error! Bookmark not defined.

4.3 Pengujian Filter ... Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Tujuan ... Error! Bookmark not defined.

4.3.2 Peralatan yang Digunakan ... Error! Bookmark not defined.

4.3.3 Prosedur Pengujian ... Error! Bookmark not defined.

4.3.4 Hasil Pengujian Filter ... Error! Bookmark not defined.

4.4 Hasil Penghitungan Parameter-Parameter QoSError! Bookmark not

defined.

4.4.1 Hasil Penghitungan Delay ... Error! Bookmark not defined.

4.4.2 Hasil Penghitungan PLR ... Error! Bookmark not defined.

4.4.3 Hasil Penghitungan Utilisasi Bandwidth . Error! Bookmark not

defined.

(6)

4.5 Analisis Perbandingan Parameter-Parameter QoS ... Error! Bookmark not defined.

4.5.1 Analisis Perbandingan Delay ... Error! Bookmark not defined.

4.5.2 Analisis Perbandingan PLR ... Error! Bookmark not defined.

4.5.3 Analisis Perbandingan Utilisasi Bandwidth ... Error! Bookmark

not defined.

4.6 Analisis Perbandingan Kinerja Protokol AODV dan DSR ... Error! Bookmark not defined.

4.7 Pengujian dengan Posisi Sensor yang sudah Ditetapkan ... 108 4.7.1 Skenario 1: Penerapan Protokol AODV pada 5 Buah Node ... 109 4.7.2 Skenario 2: Penerapan Protokol DSR pada 5 Buah Node ... 111 4.7.3 Skenario 3: Penerapan Protokol AODV pada 10 Buah Node . 112 4.7.4 Skenario 4: Penerapan Protokol DSR pada 10 Buah Node .... 113 4.7.5 Analisis Delay dan PLR ... 114 4.8 Perbandingan Delay dan PLR Jaringan Wireless Ad Hoc dan Jaringan

dengan Kabel ... 115 BAB V PENUTUP ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jaringan sensor nirkabel (JSN) adalah sebuah teknologi interdisipliner yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro. Secara umum jaringan sensor nirkabel terdiri dari dua komponen, yaitu node sensor dan sink. Node sensor merupakan komponen kesatuan dari jejaring yang

dapat berupa sebuah actuator yang menghasilkan feedback pada keseluruhan operasi. Secara umum sensor disebar dengan volume dan kerapatan yang tinggi. Sink merupakan kesatuan proses pengumpulan informasi dari node sensor

sehingga dapat dilakukan pengolahan informasi lebih lanjut. (Pradana, Angga Galuh, 2008).

JSN sangat penting sejak kebanyakan aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk area yang tidak dapat dijangkau. JSN memiliki sebuah komponen sensing dilengkapi dengan alat proses, alat komunikasi, dan tempat penyimpanan data di dalamnya. Dengan kelebihan-kelebihan itu, sebuah node sensor tidak hanya memiliki respon terhadap kumpulan data saja, tetapi juga untuk menganalisis jaringan, korelasi, dan gabungan dari data-data node sensor itu sendiri dan data-data dari node sensor lainnya. (Dargie, Waltenegus & Poellabauer, Christian. 2010). Penerapan JSN untuk pemantauan jarak jauh pada area yang tidak dapat dijangkau biasanya menggunakan jaringan Ad Hoc yang jarak jangkauannya lebih luas dibandingkan dengan tipe jaringan yang lain.

(8)

Untuk melakukan pengiriman data, diperlukan adanya penggunaan protokol routing untuk mengirimkan data atau informasi ke penerima. Ada beberapa tipe protokol routing yang dapat digunakan jaringan Ad Hoc yaitu seperti protokol Ad Hoc On-demand Distance Vector (AODV) dan Dynamic Source Routing (DSR) yang digunakan pada Tugas Akhir (TA) ini. Kedua

protokol tersebut merupakan protokol routing On-demand.

Dengan melihat kelebihan dan untuk mengetahui proses pengiriman data pada JSN Ad Hoc, maka pada penelitian ini menggunakan pemodelan jaringan atau teknologi WirelessPhy (802.11) dengan menggunakan topologi jaringan yang diatur secara random dengan pemilihan metode routing AODV dan DSR. AODV merupakan protokol routing yang hanya akan berperan aktif ketika node sumber membutuhkan rute untuk melakukan pengiriman paket data. Sedangkan DSR selalu berperan aktif untuk menentukan rute paket yang dikirim dari node sumber berdasarkan informasi rute yang lengkap dari node-node yang berpengaruh untuk pengiriman data ke node tujuan dan memilih rute yang terbaik. Pemilihan metode routing AODV, karena memiliki performa yang baik saat terjadi perubahan kapasitas jaringan, tingkat mobilitas, maupun tingkat volume trafik jaringan. Sedangkan pemilihan metode routing DSR karena protokol tersebut memiliki mobilitas tinggi dan performa yang baik pada perubahan kapasitas jaringan dan metode routing. Multi-node yang digunakan adalah 5 dan 10 node, dikarenakan pada penelitian sebelumnya (Nofianti, Dwi, dkk. 2011) terdapat perbedaan tingkat Quality of Services (QoS) di antara keduanya. TA ini menggunakan simulasi

Network Simulator-2 (NS-2) dikarenakan jika menggunakan kondisi real JSN membutuhkan dana yang sangat besar karena komunikasi yang terjadi di setiap

(9)

node diimplementasikan dengan router yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan pada TA ini.

Dalam TA ini, penulis melakukan perbandingan unjuk kerja kedua protokol routing berdasarkan delay, Packet Loss Ratio (PLR), dan utilisasi bandwidth, dengan posisi yang bervariasi menggunakan program simulasi NS-2,

analisis ditinjau dari hasil yang bervariasi tersebut. Dari analisis yang dibuat, akan diketahui unjuk kerja terbaik dari kedua protokol tersebut sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk implementasi JSN Ad Hoc dengan menggunakan protokol routing yang tepat serta dapat digunakan sebagai acuan dalam pengimplementasian penginderaan elektronik jarak jauh (remote sensing), serta dapat mengetahui apakah penerapan jaringan yang bersifat mobile (Ad Hoc) lebih baik dari jaringan statis yang telah diteliti sebelumnya. (Nofianti, Dwi, dkk. 2011).

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana mensimulasikan jaringan sistem komunikasi Ad Hoc pada JSN

dengan menggunakan protokol On-Demand Routing yaitu AODV dan DSR. 2. Bagaimana melakukan analisis perbandingan unjuk kerja protokol routing

berdasarkan delay, PLR , dan utilisasi bandwidth pada topologi jaringan JSN Ad Hoc.

(10)

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam menganalisis kinerja dari kedua protokol On-Demand Routing yaitu AODV dan DSR, terdapat beberapa batasan masalah terhadap permasalahan yang muncul diantaranya :

1. Simulasi analisis menggunakan software NS-2.

2. Bahasa pemrograman menggunakan Tcl/OTcl pada NS-2.

3. Simulasi dilakukan secara terpisah untuk masing-masing protokol routing baik AODV maupun DSR.

4. Topologi yang digunakan adalah dengan menggunakan 5 node dan 10 node yang posisinya tersebar secara random. Dimana pergerakan random tersebut dilakukan secara manual berdasarkan seed.

5. Input data trafik dibangkitkan dari NS-2.

6. Input data trafik menggunakan tipe data Transmission Control Protocol (TCP) yang dialirkan oleh aplikasi File Transfer Protocol (FTP).

7. Sistem jaringan sensor nirkabel Ad Hoc menggunakan standar WirelessPhy 802.11.

8. Parameter-parameter perancangan sistem yang digunakan adalah sebagai berikut :

No. Parameter Nilai

1. Model propagasi Free Space 2. Tipe antarmuka antrian Drop Tail

3. Model antena Omni antenna

4. Tipe protokol routing AODV dan DSR 5. Dimensi topografi 300 x 300 m 6. Waktu simulasi ± 200 detik

9. Hasil analisis membandingkan masing-masing delay, PLR, dan utilisasi bandwidth pada kedua topologi jaringan tersebut secara end-to-end.

(11)

1.4 Tujuan Masalah

Tujuan dari TA ini adalah sebagai berikut :

1. Menghasilkan sebuah jaringan sistem komunikasi JSN Ad Hoc dengan menggunakan protokol On-Demand Routing yaitu AODV dan DSR pada simulasi NS-2.

2. Menghasilkan suatu analisis perbandingan kinerja antara kedua protokol On Demand Routing berdasarkan pengaruh delay, PLR, dan utilisasi bandwidth

pada topologi JSN Ad Hoc dengan menggunakan NS-2.

1.5 Kontribusi Penelitian

Kontribusi yang didapat dari hasil TA ini adalah :

1. Dari hasil perbandingan kinerja protokol On-Demand Routing yaitu AODV dan DSR pada jaringan Mobile IP (Ad Hoc) dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk perkembangan teknologi JSN dalam hal penginderaan elektronik jarak jauh (remote sensing).

2. Memberikan data statistik untuk perkembangan selanjutnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Pada penulisan Laporan TA ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan hal–hal yang menjadi latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan yang ingin dicapai, manfaat serta sistematika penulisan laporan TA ini.

(12)

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini dibahas teori yang berhubungan dengan protokol On-Demand Routing (AODV dan DSR), jaringan sensor nirkabel (JSN),

Ad Hoc, Quality of Service (QoS), dan software Network Simulator-2

(NS-2).

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini dibahas mengenai penjelasan sistem keseluruhan beserta detail dari blok diagram sistem yang dibuat, penjelasan perancangan simulasi sistem, pembuatan skrip NS-2, parsing file dan plotting file untuk menghasilkan data dalam bentuk grafik maupun tabel yang dibutuhkan dalam analisis.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini memaparkan hasil yang diperoleh dari proses simulasi, yang kemudian dibandingkan untuk digunakan dalam proses analisis delay, packet loss, dan utilisasi bandwidth. Selain itu disertai pula

hasil uji coba setiap skenario dan juga uji coba sistem secara keseluruhan.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dari sistem terkait dengan tujuan dan permasalahan yang ada, serta saran untuk pengembangan sistem di masa mendatang.

(13)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Jaringan Sensor Nirkabel (JSN)

JSN adalah suatu infrastruktur jaringan nirkabel yang terdiri dari sejumlah besar node sensor yang tersebar di suatu area. Dewasa ini perkembangan JSN mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini terjadi karena adanya suatu kebutuhan akan jaringan sensor yang memilik kriteria yang sangat baik dalam hal efisiensi operasional dan performansi. JSN menjadi suatu fenomena baik bagi dunia industri maupun kalangan akademis, karena aplikasi JSN yang mencakup berbagai bidang. Hal ini di dukung oleh fakta bahwa sekitar 98% prosesor bukan berada di dalam sebuah komputer PC/laptop seperti kebanyakan, namun terintegrasi dalam aplikasi militer, kesehatan, remote control, chip robotic, alat komunikasi dan mesin-mesin industri yang didalamnya

telah di pasang sensor. (Stephanie, 2011).

Menurut Stephanie (2011) menjelaskan bahwateknologi JSN dapat memonitor dan mengontrol temperatur, kelembaban, kondisi cahaya, level derau, pergerakan suatu objek dan lain sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa JSN adalah sebuah penghubung antara lingkungan fisik (physical world) dan sensor (digital world).

Berikut adalah beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari teknologi JSN : 1. Praktis / ringkas karena tidak perlu ada instalasi kabel yang rumit dan dalam

kondisi geografi tertentu sangat menguntungkan dibanding wired sensor. Sensor menjadi bersifat mobile, artinya pada suatu saat dimungkinkan untuk memindahkan sensor untuk mendapat pengukuran yang lebih tepat tanpa harus khawatir mengubah desain ruangan maupun susunan kabel ruangan.

(14)

2. Meningkatkan efisiensi operasional.

3. Mengurangi total biaya sistem secara signifikan. 4. Dapat mengumpulkan data dalam jumlah besar. 5. Memungkinkan komunikasi digital 2 arah.

Menyediakan konektivitas internet yang secara global, kapanpun, dimanapun informasi tersebut dapat diakses melalui server, laptop, dsb.

2.2 Arsitektur Jaringan Sensor Nirkabel (JSN)

Pada JSN, node sensor disebar dengan tujuan untuk menangkap adanya gejala atau fenomena yang hendak diteliti. Jumlah node yang disebar dapat ditentukan sesuai kebutuhan dan tergantung beberapa faktor misalnya luas area, kemampuan sensing node, dan sebagainya. Tiap node memiliki kemampuan untuk mengumpulkan data dan meroutingkannya kembali ke base station serta berkomunikasi dengan node lainnya. Node sensor dapat mengumpulkan data dalam jumlah yang besar dari gejala yang timbul

dari lingkungan sekitar.

Arsitektur JSN secara umum dapat direpresentasikan oleh Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Arsitektur JSN secara umum

Node sensor yang berukuran sangat kecil disebar dalam jumlah besar di suatu

(15)

meroutingkan data yang dikumpulkan ke node lain yang berdekatan. Data yang akan dikirim melalui transmisi radio akan diteruskan menuju Base Station (BS) yang merupakan penghubung antara node sensor dan user. Informasi tersebut dapat diakses melalui berbagai platform seperti koneksi internet atau satelit sehingga memungkinkan user untuk dapat mengakses secara realtime melalui remote server.

2.3 Mode pada Node Sensor

Urutan aktivasi mode-mode pada node sensor dapat direpresentasikan oleh Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Urutan mode pada node sensor

Pada Gambar 2.2 menunjukkan bahwa mode-mode tersebut dijalankan dengan urutan tertentu. Tiap mode memiliki karakteristik yang berbeda tergantung dari aktivitas yang sedang dilakukan node, apakah sedang melakukan proses transmisi atau sedang standby dan seterusnya. Hal ini mengakibatkan energi yang digunakan tiap mode juga

berbeda-beda. Semakin ke kiri, maka mode tersebut mengeluarkan energi yang semakin rendah, begitu juga sebaliknya. Suatu mode harus melalui mode disampingnya jika ingin berganti mode. Misalnya mode off harus melalui mode sleep dan standby terlebih dahulu jika akan melakukan transmisi. Apabila tidak ada aktivitas observasi atau transmisi, sebaiknya dijalankan mode off atau sleep. Hal ini perlu diperhatikan karena proses

(16)

transmisi dan observasi cenderung menggunakan energi yang lebih besar. Pada mode ready, node sensor dapat melakukan kedua mode baik transmit dan receive.

2.4 Protokol Routing On-demand Routing

2.4.1 Dynamic Source Routing (DSR)

DSR merupakan protokol dimana node sumber menentukan rute paket yang dikirim setelah mengetahui serangkaian rute yang lengkap. Proses routing pada protokol ini terdiri atas 2 mekanisme, yaitu Route Discovery dan Route Maintenance. Route discovery yaitu kondisi dimana node ingin mengirimkan paket data ke tujuan yang belum diketahui rutenya, sehingga sumber mengirim route request (RREQ). RREQ akan melakukan proses flooding, yaitu proses pengiriman data atau control message ke setiap node pada jaringan untuk mencari rute tujuan. RREQ akan tersebar ke seluruh node

dalam jaringan. Tiap node akan mengirim paket RREQ ke node lain kecuali node tujuan. Kemudian node-node yang menerima RREQ akan mengirim paket route reply (RREP) ke node yang mengirim RREQ tersebut. Setelah rute ditemukan, node sumber mulai mengirim paket data.

Gambar 2.3 merupakan ilustrasi mekanisme kerja Route Discovery menurut Dicky Rachmad P. (2007).

(17)

Route Maintenance adalah mekanisme dimana sumber mendeteksi adanya

perubahan topologi jaringan sehingga pengiriman paket mengalami kongesti. Hal ini disebabkan ketika salah satu node yang terdaftar dalam rute sebelumnya bergerak menjauh dari range node yang lain. Saat masalah tersebut terdeteksi, paket route error (RERR) akan dikirim ke node pengirim. Saat RERR diterima, hop ke node yang menjauh akan dihilangkan dari route cache. Kemudian rute lain yang masih tersimpan di cache akan digunakan. Saat tidak ada rute yang tersisa, protokol DSR akan melakukan

proses route discovery untuk menemukan rute baru. Gambar mekanisme Route Maintenance dapat dilihat pada Gambar 2.4. (Pambudi , Dicky R, 2007)

Gambar 2.4 Mekanisme Route Maintenance

Keuntungan dari penggunaan algoritma DSR adalah sebagai berikut :

1. Intermediate node tidak perlu memelihara secara up to date informasi routing pada saat melewatkan paket, karena setiap paket selalu berisi informasi routing di dalam headernya.

2. DSR menghilangkan proses periodic route advertisement dan neighbour detection.

3. DSR memiliki kinerja yang paling baik dalam hal throughput, routing overhead (pada paket) dan rata-rata panjang path.

(18)

Sedangkan, kerugian dari protokol routing ini adalah sebagai berikut :

1. Mekanisme route maintenance tidak dapat memperbaiki link yang rusak atau down.

2. DSR memiliki delay yang buruk untuk proses pencarian rute baru.

Menurut Dicky Rachmad P. (2007), penggunaan protokol DSR akan sangat optimal pada jumlah node yang kecil atau kurang dari 200 node.

2.4.2 Ad Hoc On-demand Distance Vector (AODV)

Menurut Dwi Nofianti, dkk (2011), AODV merupakan sebuah protokol routing On-Demand yang hanya akan membangun rute antar node jika diinginkan oleh source node. Rute akan disimpan selama masih dibutuhkan oleh source node (proses

pemeliharaan rute). AODV menggunakan sequencial number untuk memastikan bahwa rute yang dihasilkan adalah rute loop-free dan memiliki informasi routing yang paling update.

AODV menciptakan suatu rute dengan menggunakan Route Request (RREQ) dan Route Reply (RREP). Ketika source node menginginkan suatu rute menuju destination node, tetapi belum mempunyai rute yang benar, maka source node akan

menginisialisasi route discovery process untuk menemukan rute ke destination node. Source node akan mem-broadcast paket RREQ menuju neighbour node. RREQ paket

berisi source address, destination address, hop counter, source and destination sequence number, dan broadcast ID. Nilai broadcast ID akan bertambah satu setiap suatu source

node mengirimkan RREQ yang baru dan digunakan untuk mengidentifikasi sebuah

paket RREQ. Jika node yang menerima RREQ memiliki informasi rute menuju destination node, maka node tersebut akan mengirim paket RREP kembali menuju

(19)

source node. Tetapi jika tidak mengetahuinya, maka node tersebut akan mem-broadcast

ulang RREQ ke node tetangganya setelah menambahkan nilai hop counter. Node yang menerima RREQ dengan nilai source address dan broadcast ID yang sama dengan RREQ yang diterima sebelumnya akan membuang RREQ tersebut. Source sequence number digunakan oleh suatu node untuk memelihara informasi yang valid mengenai

reverse path (jalur balik) menuju source node. Pada saat RREQ mengalir menuju node

tujuan yang diinginkan, dia akan menciptakan reverse path menuju ke node, setiap node akan membaca RREQ dan mengidentifikasi alamat dari neighbour node yang mengirim RREQ tersebut. Ketika destination node atau node yang memiliki informasi rute menuju destination menerima RREQ maka node tersebut akan membandingkan nilai destination

sequence number yang dia miliki dengan nilai destination sequence number yang ada di

RREQ. Jika nilai destination sequence number yang ada di RREQ lebih besar dari nilai yang dimiliki oleh node, maka paket RREQ tersebut akan dibroadcast kembali ke neighbour node, sebaliknya jika nilai destination sequence number yang ada di node

lebih besar atau sama dengan nilai yang ada di RREQ maka node tersebut akan mengirim route reply (RREP) menuju source node dengan menggunakan reverse path yang telah dibentuk oleh RREQ. Intermediate node yang menerima RREP akan mengupdate informasi timeout (masa aktif rute) jalur yang telah diciptakan. Informasi rute source ke destination akan dihapus apabila waktu timeoutnya habis.

Dalam AODV, setiap node bertanggung jawab untuk memelihara informasi rute yang telah disimpan di dalam routing table-nya. Pada saat pengiriman data, apabila terjadi perubahan topologi yang mengakibatkan suatu node tidak dapat dituju dengan menggunakan informasi rute yang ada di routing table, maka suatu node akan

(20)

mengirimkan route error packet (RRER) ke neighbour node dan neighbour node akan mengirim kembali RRER demikian seterusnya hingga menuju source node. Setiap node yang memperoleh RRER ini akan menghapus informasi yang mengalami error di dalam routing table-nya. Kemudian source node akan melakukan route discovery process

kembali apabila rute tersebut masih diperlukan. DSR merupakan protokol dimana node sumber menentukan rute paket yang dikirim setelah mengetahui serangkaian rute yang lengkap. Proses routing pada protokol ini terdiri atas 2 mekanisme, yaitu Route Discovery dan Route Maintenance. Route discovery yaitu kondisi dimana node ingin mengirimkan paket data ke tujuan yang belum diketahui rutenya, sehingga sumber mengirim route request (RREQ). RREQ akan melakukan proses flooding, yaitu proses pengiriman data atau control message ke setiap node pada jaringan untuk mencari rute tujuan. RREQ akan tersebar ke seluruh node dalam jaringan. Tiap node akan mengirim paket RREQ ke node lain kecuali node tujuan. Kemudian node-node yang menerima RREQ akan mengirim paket route reply (RREP) ke node yang mengirim RREQ tersebut. Setelah rute ditemukan, node sumber mulai mengirim paket data.

2.5 Parameter QoS

Parameter-parameter yang digunakan untuk menghitung Quality of Service (QoS) adalah sebagai berikut :

1. Delay

Delay adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah paket data, terhitung dari saat

pengiriman oleh transmitter sampai saat diterima oleh receiver. Berikut adalah formula untuk menghitung besarnya delay : (Rifiani, Vina dan Hadi, M. Zen S., dkk. 2009)

(21)

Waktu tunda (t) = (Tr – Ts) detik 0 ≤ t ≤ T

dimana :

Tr = Waktu penerimaan paket (detik)

Ts = Waktu pengiriman paket (detik)

T = Waktu simulasi (detik)

t = Waktu pengambilan sampel (detik)

2. Packet Loss Ratio (PLR)

Packet loss ratio adalah prosentase banyaknya paket yang hilang selama proses

transmisi ke tujuan. Paket hilang terjadi ketika satu atau lebih paket data yang melewati suatu jaringan gagal mencapai tujuannya. Berikut adalah formula untuk menghitung besarnya PLR : (Rifiani, Vina dan Hadi, M. Zen S., dkk. 2009)

PLR = x 100%

0 ≤ t ≤ T

dimana :

Pd = Paket yang mengalami drop (paket) Ps = Paket yang dikirim (paket)

T = Waktu simulasi (detik)

t = Waktu pengambilan sampel (detik)

3. Utilisasi Bandwidth

Utilisasi Bandwidth merupakan parameter yang menunjukkan prosentase suatu

(22)

adalah bandwidth suatu link yang menghubungkan antara kedua sisi yaitu sisi pelanggan dan provider. Utilisasi bandwidth suatu link menunjukan rasio antara ukuran bandwidth total terpakai oleh pelanggan dengan bandwidth yang tersedia, untuk mendapatkan nilai utilisasi bandwidth dilakukan dengan menggunaka 2 formula. Berikut adalah formula-formula untuk menghitung besarnya Utilisasi Bandwidth : (Jusak, 2011)

Bandwidth terpakai =

Dimana : t0 = 0 jika waktu awal adalah 0 (nol)

Dengan :

Length = jumlah total paket yang dikirim dan diterima pada saat proses

pengiriman data berlangsung (byte) T = Waktu akhir penerimaan data (detik) t0 = Waktu awal pengiriman data (detik)

Hasil dari rumus tersebut (Bandwidth terpakai) digunakan untuk menghitung utilisasi bandwidth dengan rumus berikut : (Jusak, 2011)

Utilisasi Bandwidth =

Dengan :

Bandwidth terpakai = total bandwidth yang terpakai

Bandwidth sistem = besarnya bandwidth yang disediakan oleh sistem yang digunakan.

(23)

2.6 NS-2 (Network Simulator 2)

2.6.1 Konsep NS-2

Network Simulator dibangun dengan menggunakan 2 bahasa pemrograman, yaitu C++ dan Tcl/OTcl. C++ digunakan untuk library yang berisi event scheduler, protokol dan network component yang diimplementasikan pada Network Simulator 2.34 yang digunakan oleh penulis. Tcl/OTcl digunakan pada script yang ditulis oleh user dan pada library sebagai simulator objek. OTcl juga nantinya akan berperan sebagai interpreter. Hubungan antar bahasa pemrograman dapat dideskripsikan seperti Gambar 2.5. (Wirawan, Andi B. dan Indarto, Eka : 2004)

Bahasa C++ digunakan pada library karena C++ mampu mendukung runtime simulasi yang cepat, meskipun simulasi melibatkan simulasi jumlah paket dan sumber data dalam jumlah besar.

Gambar 2.5 Hubungan Tcl/OTcl dengan C++

Bahasa Tcl memberikan respon runtime yang lebih lambat daripada C++, tetapi jika terdapat kesalahan, respon Tcl terhadap kesalahan syntax dan perubahan script berlangsung dengan cepat dan interaktif. User dapat mengetahui letak kesalahannya yang dijelaskan pada console, sehingga user dapat memperbaiki dengan cepat. Oleh karena itu, bahasa ini dipilih untuk digunakan pada skripsi simulasi.

(24)

2.6.2 Komponen Pembangunan NS-2

Instaler NS versi NS-allinone berisi keseluruhan komponen wajib dan optional yang dibutuhkan oleh simulasi. Masing-masing komponen tersebut terdapat pada folder NS-allinone yang diinstal. Gambar 2.6 adalah gambar komponen-komponen pembangun NS-2.

Gambar 2.6 Komponen Pembangun NS-2

Keterangan:

1. TCL: Tool Command Language 2. Otcl: Object TCL

3. TK: Tool Kit

4. Tclcl: Tcl/C++ Interface 5. NS2: NS versi 2

6. Nam: Network Animator

2.6.3 Cara Membuat dan Menjalankan Skrip NS-2

Membuat skrip simulasi NS sangat mudah. Skrip simulasi bisa dibuat dengan menggunakan program teks editor yang ada pada linux, dan disimpan dalam sebuah folder dengan ekstensi .tcl.

(25)

Contoh:

Simulasi1.tcl

Berikut ini akan dijelaskan dasar-dasar bahasa Tcl yang berguna dalam membangun simulasi :

Syntax Dasar

Syntax dasar perintah tcl yaitu :

Command Arg1 arg2 arg3 …

Command tersebut bisa berupa nama dari built in command, atau sebuah prosedur Tcl. Contoh :

Expr 2*3

Puts *ini adalah contoh command*

Variable dan Array

Untuk membuat variable, digunakan perintah set. Adapun contoh penggunaannya adalah sebagai berikut :

Set x *ini adalah contoh variable*

Set y 20

Pemanggilan variabel dilakukan dengan menggunakan tanda $ seperti contoh di bawah ini :

Puts “ $x, semuanya berjumlah $y ”

Sedangkan pembuatan array ditandai dengan menggunakan tanda kurung setelah nama array tersebut yang dapat dituliskan sebagai berikut:

Set opts (bottleneckinkrate) 1.2 Mb Set opts (ENC) *on*

Set n(0) [$ns node] Set n(1) [$ns node]

Untuk menjalankan simulasi yang telah dibuat adalah dengan cara sebagai berikut :

(26)

[root @ accessnet your_folder]# ns Simulasi1.tcl

2.6.4 Tahap-tahap Membangun Simulasi NS-2

Pembangunan simulasi NS-2 dilakukan secara bertahap. Berikut ini merupakan contoh tahap-tahap dasar pembuatan simulasi NS-2 :

Langkah 1: Mendefinisikan Variable Global

Menurut Wirawan & Indarto (2004), dalam membangun simulasi JSN apabila membutuhkan variable-variable global yang akan digunakan oleh keseluruhan program, maka variable-variable harus didefinisikan terlebih dahulu dengan menggunakan perintah set<spasi>namavariabel(identitasvariabel) <spasi>value. Contoh pendefinisian tersebut adalah sebagai berikut :

set val(chan) Channel/WirelessChannel; set val(prop) Propagation/TwoRayGround; set val(netif) Phy/WirelessPhy;

set val(mac) Mac/802_11;

set val(ifq) Queue/DropTail/PriQueue; set val(ll) LL;

set val(ant) Antenna/OmniAntenna; set val(ifqlen) 50;

set val(nn) 5; set val(rp) AODV; set val(seed) 0; set val(x) 300; set val(y) 300; set val(stop) 200;

set val(mobility) Static;

Variable-variable yang didefinisikan di atas memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pembuatan simulasi. Keterangan dari variable-variable di atas adalah sebagai berikut :

1. Chan

Merupakan tipe channel yang digunakan dalam simulasi, seperti channel wireless.

(27)

2. Prop

Merupakan model propagasi. Model propagasi bisa bernilai OneWayGround atau TwoWayGround.

3. Netif

Merupakan tipe jaringan wireless yang digunakan. 4. Mac

Merupakan tipe MAC yang digunakan sesuai dengan channel yang digunakan. 5. Ifq

Merupakan tipe antarmuka antriannya, yang menunjukkan perlakuan node terhadap paket apabila memori yang digunakan telah penuh.

6. Ll

Merupakan T\tipe link layer. 7. Ant

Merupakan model antena node yang digunakan. 8. Ifqlen

Merupakan ukuran maksimum antrian paket. 9. Nn

Merupakan jumlah node yang digunakan. 10. Rp

Merupakan protokol routing yang digunakan. 11. Seed

Merupakan nilai seed yang digunakan sebagai nilai awal dari penggunaan nilai random.

(28)

12. X

Merupakan nilai topografi x. 13. Y

Merupakan Nilai topografi y. 14. Stop

Merupakan nilai waktu dimana simulasi akan dihentikan. 15. Mobility

Merupakan mobilitas dari node apakah pergerakan node bersifat statis atau dinamis.

Langkah 2: Inisialisasi Simulasi

Menurut Wirawan & Indarto (2004), untuk memulai pembuatan simulasi sederhana, dapat menggunakan salah satu teks editor yang ada pada linux yang digunakan. Kemudian file tersebut disimpan dalam sebuah folder.

Simulasi NS dimulai dengan menuliskan skrip Tcl seperti di bawah ini : #memanggil simulator object

Set ns [new Simulator]

#open file handle untuk simulator nam trace data Set nf [open out.nam w]

$ns namtrace-all $nf

#prosedur finish berguna untuk menyelesaikan simulasi Proc finish {} {

#menutup file dan memulai nam (network animator) Global ns nf

$ns flush-trace Close $ns

Exec nam out.nam & Exit 0

}

#mengeksekusi prosedur finish pada saat detik ke 5.0 $ns at 5.0 “finish”

#menjalankan simulasi $ns run

Dimana baris yang diawali dengan tanda # dianggap sebagai komentar yang digunakan untuk menjelaskan masing-masing perintah.

(29)

Langkah 3 : Pembuatan Topologi

Topologi dibangun oleh node dan link yang dijelaskan sebagai berikut : Node

Merupakan sebuah objek node pada NS-2 didefiniskan dengan command $ns

node. Sebagai contoh pembuatan node pada NS-2 adalah sebagai berikut : Set node [$ns node]

Link

Ada dua jenis link yang bisa digunakan pada NS-2, yaitu simplex link dan duplex link. Berikut ini adalah perintah pembuatan link beserta parameternya :

1. Untuk simplex link :

$ns simplex-link <node1><node2><bw><delay><qtype>

Link satu arah dari <node1> ke <node2>. 2. Untuk duplex link :

$ns simplex-link <node1><node2><bw><delay><qtype>

Link dua arah dari <node1> ke <node2> dan sebaliknya.

Langkah 4 : Membuat aliran data

Proses pengiriman data pada NS-2 dilakukan dengan membuat transport

agent dan aplikasi pembawanya. Transport agent dibuat berpasangan, satu berfungsi sebagai sumber data dan pasangannya sebagai tujuannya.

Pada simulasi ini, kita menggunakan paket TCP dengan menggunakan aplikasi FTP. Pengiriman data tersebut diawali dengan membuat agent pengirim data.

set tcp [new Agent/TCP/Newreno] $tcp set class_ 2

set sink [new Agent/TCPSink] $ns attach-agent $node_(1) $tcp $ns attach-agent $node_(4) $sink $ns connect $tcp $sink

(30)

set ftp [new Application/FTP] $ftp attach-agent $tcp

$ns at 10.0 "$ftp start"

#membuat objek simulator yang berupa TCP Agent set tcp [new Agent/TCP]

#attach-agent berfungsi untuk mengambil object agent yang sudah didefinisikan. Attach-agent tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian pengirim dan bagian penerima.

#node_(1) sebagai node sumber $ns attach-agent $node_(1) $tcp

#node_(4) sebagai node tujuan $ns attach-agent $node_(4) $sink

Untuk dapat mengalirkan data di antara 2 node tersebut, maka kedua node tersebut harus dihubungkan dengan perintah sebagai berikut :

$ns connect $tcp $sink

Kemudian dibuat aplikasi yang berjalan di atas transport agent tersebut. Pada contoh ini, kita gunakan generator trafik dengan fungsi FTP dengan perintah sebagai berikut :

set ftp [new Application/FTP] $ftp attach-agent $tcp

Setelah itu dilakukan pengaturan waktu dimana data TCP akan dialirkan, dengan perintah sebagai berikut :

$ns at 10.0 "$ftp start"

Artinya bahwa data akan dikirim setelah detik ke 10.0.

Menurut Wirawan & Indarto (2004), ada 2 jenis TCP Agent yang didukung oleh NS-2, yaitu One Way TCP Agent dan Two Way TCP Agent. Dimana One Way TCP

(31)

Agent tidak menggunakan komunikasi 2 arah antara node sumber dan node tujuannya, sedangkan Two Way TCP Agent mengadakan kesepakatan dua arah dalam proses pengiriman datanya.

2.7 Practical Extraction and Report language (Perl)

Menurut Jusak (2011), Perl merupakan bahasa pemrograman yang banyak digunakan untuk pemrosesan data file ASCII pada system UNIX. Bahasa pemrograman ini dibuat oleh Larry Wall dengan tujuan untuk memudahkan tugas-tugas administrasi sistem UNIX. Saat ini, Perl telah berevolusi menjadi bahasa pemrograman dan merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk pemrograman web. Di bawah ini merupakan contoh sederhana prosedur queue.pl untuk memfilter data :

$infile=$ARGV[0];

open (DATA,"<$infile") || die "Can't open $infile $!"; while (<DATA>)

{

@x = split(' '); if ($x[6] eq 'tcp') {

print STDOUT "$x[0] $x[1] $x[2] }

}

close DATA; exit(0);

Prosedur queue.pl di atas dijalankan dengan perintah sebagai berikut : Perl queue.pl simple.tr > queue

Yang berarti bahwa prosedur queue.pl digunakan untuk memfilter data dari file simple.tr yang kemudian hasilnya akan disimpan pada file baru bernama queue.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Metode Penelitian

[image:32.612.110.518.299.675.2]

Metode penelitian yang digunakan dalam TA ini dilakukan dengan cara mencari informasi yang berkaitan dengan data-data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan TA ini. Data-data tersebut meliputi karakteristik protokol yang digunakan yaitu protokol AODV dan DSR sebagaimana yang diketahui bahwa kedua protokol tersebut merupakan protokol On-Demand routing, data yang digunakan sebagai aliran trafik yaitu TCP, serta prameter-parameter QoS yang digunakan dalam perhitungan dan analisis. Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan dengan lebih baik melalui blok diagram pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram Blok

(33)

Dari diagram blok pada Gambar 3.1, dapat diketahui bahwa terdapat 3 bagian penting yaitu bagian input, proses, dan output.

3.1.1 Bagian Input

Bagian input terdiri dari data yang digunakan untuk simulasi yaitu berupa data trafik. Data tersebut adalah data TCP. Data TCP tersebut dialirkan dari node sumber menuju node tujuan menggunakan protokol AODV dan DSR. Input data tersebut dibangkitkan secara otomatis oleh NS-2 dan dilakukan secara terpisah dengan topologi yang dibangkitkan secara random.

3.1.2 Bagian Proses

Pada bagian ini akan dibangun simulasi jaringan menggunakan NS-2. Proses ini meliputi konfigurasi jaringan, desain topologi, mengatur skenario simulasi dan parameter eksternal, dan menjalankan simulasi. Simulasi yang dilakukan menggunakan topologi dengan posisi node yang bersifat acak (random), dimana untuk menghasilkan posisi yang acak tersebut menggunakan parameter eksternal berupa nilai seed yang ditentukan untuk masing-masing percobaan. Nilai parameter tersebut akan dijelaskan pada subbab berikutnya.

Setelah semua tahap proses dilakukan dengan beberapa percobaan, akan dilakukan pengambilan data-data yang berguna untuk melakukan penghitungan delay, PLR, dan utilisasi bandwidth. Data-data tersebut dapat diperoleh dari file hasil simulasi yaitu file “simple.tr” yang berisi segala informasi aktivitas yang terjadi mulai dari awal hingga akhir dari simulasi yang telah difilter dengan script Perl. Data-data yang diambil adalah data-data yang merupakan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan data TCP saja,

(34)

karena ukuran paket TCP ± sama dengan ukuran paket data yang dikirim dan diterima pada penerapan JSN yaitu maksimal ±1040 byte. Hasil dari pengolahan data tersebut berupa analisis seperti yang disebutkan sebagai berikut :

1. Analisis perbandingan delay : yaitu rata-rata waktu penundaan yang terjadi terhitung dari saat paket dikirim dari transmitter hingga paket diterima oleh receiver.

2. Analisis perbandingan PLR : yaitu rata-rata besarnya paket data yang hilang dan gagal diterima oleh receiver. Apabila nilai PLR dari suatu protokol itu semakin kecil, maka semakin baik kualitas protokol dalam pengiriman data.

3. Analisis perbandingan utilisasi bandwidth : yaitu rata-rata bandwidth yang dihabiskan untuk melakukan pengiriman dan penerimaan data. Semakin kecil rata-rata bandwidth yang digunakan oleh sistem dengan protokol tertentu, maka protokol tersebut semakin efektif bila digunakan.

3.1.3 Bagian Output

Bagian output meliputi hasil perbandingan protokol AODV dan DSR yang terdiri dari beberapa parameter QoS yaitu delay, PLR, dan utilisasi bandwidth. Sehingga dapat dilihat protokol yang paling sesuai untuk digunakan pada pengimplementasian JSN Ad Hoc berdasarkan unjuk kerja dari masing-masing protokol tersebut.

(35)
[image:35.612.137.506.107.477.2]

3.2 Arsitektur Sistem Jaringan

Gambar 3.2 Diagram Alur Proses Simulasi

Dari Gambar 3.2 dapat diketahui bahwa proses simulasi dimulai dengan adanya

script Tcl. Script tersebut dibangun sesuai dengan parameter-parameter yang akan dijelaskan pada subbab berikutnya. Kemudian script tersebut akan dijalankan dengan perintah :

root@ubuntu:/home/kiki/Desktop#ns<spasi>namafile.tcl

Perintah di atas dituliskan pada jendela terminal ubuntu dengan format yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Jika simulasi tersebut berhasil, maka akan dihasilkan file hasil simulasi, yaitu :

(36)

1.File.tr : untuk melihat trace yang terjadi selama proses komunikasi.

2.File.nam : digunakan untuk melihat display dari hasil program. Dapat dieksekusi dengan cara “nam<spasi>namafile.nam

Jika simulasi tidak berhasil, maka harus dilakukan troubleshooting terhadap script Tcl yang telah dibuat dan memperbaikinya. Setelah itu, penjalanan simulasi bisa

dilakukan kembali.

3.3 Tahap Perancangan Sistem

Tahap-tahap yang dilakukan dari awal perancangan sistem, pembuatan sistem, serta analisisnya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

(37)

Tahap-tahap perancangan sistem pada gambar di atas akan dijelaskan pada sub-bab berikutnya.

3.3.1 Desain Topologi Simulasi

Desain topologi simulasi yang digunakan dibagi menjadi 2 yaitu topologi dengan 5 buah node dan 10 buah node. Desain topologi tersebut dapat diilustrasikan seperti Gambar 3.4 dan Gambar 3.5.

Gambar 3.4 Topologi 5 buah node Gambar 3.5 Topologi 10 buah node

Desain topologi sistem seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5, masing-masing posisi node nya ditentukan secara random. Jadi, untuk masing-masing percobaan akan menghasilkan posisi-posisi node yang berbeda. Akan tetapi, node sumber dan node tujuannya sudah ditentukan. Penentuan node sumber dan node tujuannya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Penentuan Node Sumber dan Node Tujuan

AODV DSR

5 node node sumber : node 1 node tujuan : node 4

node sumber : node 1 node tujuan : node 4 10 node node sumber : node 1

node tujuan : node 2

node sumber : node 1 node tujuan : node 2

(38)

Penentuan node mana yang menjadi sumber dan node mana yang menjadi tujuan bisa dilihat dari syntax berikut :

$ns attach-agent $node_(1) $tcp ………(1) $ns attach-agent $node_(2) $sink ………(2)

Syintax (1) menunjukkan nomor node yang menjadi sumber, sedangkan syntax (2) menunjukkan nomor node yang menjadi tujuan. Syntax tersebut dapat digunakan jika menggunakan tipe data TCP yang akan dialirkan.

3.3.2 Parameter-parameter Simulasi

Pembuatan sistem tidak terlepas dari parameter-parameter yang digunakan untuk menghasilkan sistem sesuai dengan kebutuhan. Parameter-parameter yang digunakan pada pembangunan sistem pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Parameter Simulasi

No. Parameter Nilai

1. Channel WirelessChannel

2. Model propagasi Free Space 3. Tipe antarmuka antrian Drop Tail

4. Model antena Omni antenna

5. Tipe protokol routing AODV dan DSR 6. Network Interface WirelessPhy

7. Tipe MAC 802.11

8. Tipe Link Layer LL

9. Dimensi topografi 300 x 300 m 10. Waktu simulasi ± 200 detik

(39)

Dari Tabel 3.2 dapat terlihat parameter-parameter yang menunjang pembangunan sistem. Parameter-parameter tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Channel = WirelessChannel

Channel yang diaktifkan adalah channel Wireless, karena yang dibuat adalah simulasi jaringan yang menggunakan wireless (jaringan tanpa kabel).

2. Model propagasi = Free Space

Model propagasinya bersifat free space. 3. Tipe antarmuka antrian = Drop Tail

Tipe antarmuka antrian ini menggunakan Drop Tail dimana data yang diterima pada saat kapasitas.

4. Model Antena = Omni Antenna

Model antena yang digunakan adalah antena omni untuk masing-masing node yang digunakan dalam simulasi.

5. Tipe protokol routing = AODV dan DSR

Protokol routing yang digunakan adalah AODV dan DSR. Kedua protokol routing tersebut merupakan protokol yang dapat digunakan dalam tipe jaringan WirelessPhy. Kedua protokol tersebut merupakan protokol yang reaktif, sehingga

selalu ada komunikasi antar-node sehingga rute yang terbentuk akan selalu terjaga.

6. Network Interface = WirelessPhy

Jaringan yang digunakan adalah jaringan wireless dan jaringan tersebut memiliki beberapa tipe. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tipe standar

(40)

wirelessphy (802.11 phy) dengan data rate sebesar 1.2 Mbps dan operating

frequency sebesar 2.4 GHz. (Gong, Shan. 2006).

7. Tipe MAC = 802.11

Tipe MAC yang digunakan adalah 802.11 karena menggunakan standar wireless 802.11.

8. Tipe Link Layer = LL Tipe link layernya LL.

9. Dimensi topografi = 300 x 300 m

Dimensi topografi yang digunakan adalah panjang = 300 m dan lebar = 300 m. Dimensi ini lebih besar 3 kali dari dimensi topografi yang digunakan oleh Nofianti, Dwi, dkk (2011), agar posisi node yang tersebar lebih terlihat komunikasi.

10.Waktu simulasi = 200 detik

Waktu simulasi yang digunakan adalah selama 200 detik.

Selain parameter-parameter yang sudah disebutkan di atas, untuk pengaturan posisi node secara random menggunakan parameter seed yang sama, agar hasil yang diperoleh dapat dibandingkan. Parameter seed yang diterapkan pada sistem dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Nilai Parameter Seed

Percobaan Ke-

AODV DSR

5 node 10 node 5 node 10 node

1. 0

2. 0.001

3. 0.002

4. 0.003

5. 0.004

(41)

Percobaan Ke-

AODV DSR

5 node 10 node 5 node 10 node

6. 0.005

7. 0.006

8. 0.01

9. 0.02

10. 0.03

11. 0.04

12. 0.05

13. 0.06

14. 0.07

15. 0.08

16. 0.09

17. 0.1

18. 0.2

19. 0.3

20. 0.4

21. 0.5

22. 0.6

23. 0.7

24. 0.8

25. 0.9

26. 1

27. 2

28. 3

29. 4

30. 5

Nilai-nilai seed pada Tabel 3.3 berpengaruh pada pembuatan generator nilai random yang akan digunakan pada simulasi. Nilai-nilai tersebut ditentukan berdasarkan

range maksimal nilai seed yang berpengaruh pada hasil simulasi sehubungan dengan

nilai seed tersebut akan menghasilkan nilai posisi yang masih bisa terjangkau oleh

node-node lain ataupun tidak. Nilai seed = 5 adalah nilai maksimal yang dapat dijangkau dengan ukuran topografi yang ditentukan.

(42)

3.3.3 Membuat Script *.tcl

Gambar 3.6 Diagram Alur Pembuatan Script *.tcl

Sebelum melakukan proses simulasi, terlebih dahulu dilakukan pembuatan script *.tcl sesuai dengan parameter-parameter dan bentuk topologi jaringan yang sudah

ditetapkan sebelumnya. Dari Gambar 3.6 dapat dijabarkan bahwa tahap pembuatan script *.tcl adalah sebagai berikut :

(43)

1. Mendefinisikan Variabel Global

Dalam membangun simulasi JSN Ad Hoc terlebih dahulu harus mendefinisikan variabel-variabel global yang dibutuhkan. Berikut adalah cara pendefinisian variabel dengan nilai yang sudah ditentukan :

set val(chan) Channel/WirelessChannel; set val(prop) Propagation/TwoRayGround; set val(netif) Phy/WirelessPhy;

set val(mac) Mac/802_11;

set val(ifq) Queue/DropTail/PriQueue; set val(ll) LL;

set val(ant) Antenna/OmniAntenna; set val(ifqlen) 50;

set val(nn) 5; set val(rp) AODV; set val(seed) 0; set val(x) 300; set val(y) 300; set val(stop) 200;

set val(mobility) Static;

[image:43.612.111.539.175.711.2]

Script di atas bertujuan untuk mendeklarasikan variabel-variabel yang digunakan. Variabel-variabel yang akan digunakan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Variabel-variabel Global No. Nama

Variabel

Value Keterangan

1. Chan WirelessChannel Tipe channel yang digunakan adalah channel wireless

2. Prop TwoRayGround Model propagasinya TwoRayGround 3. Netif WirelessPhy Tipe jaringan wireless yang digunakan

adalah standar wirelessphy

4. Mac 802_11 Tipe MAC yang digunakan adalah

wireless 802.11

5. Ifq DropTail/PriQueue Tipe antarmuka antriannya bersifat droptail yang menggunakan priqueue

6. Ll LL Tipe link layer nya LL

7. Ant OmniAntenna Antena yang digunakan pada node adalah antena Omni

8. Ifqlen 50 Ukuran maksimum antrian paket adalah 50

(44)

No. Nama Variabel

Value Keterangan

dan 10 (secara terpisah)

10. Rp AODV / DSR Protokol routing yang digunakan adalah AODV dan DSR (secara terpisah) 11. Seed 0 – 5 Seed yang digunakan bervariasi sesuai

dengan range yang ditunjukkan pada Tabel 3.3 pada subbab 3.3.3

12. X 300 Nilai topografi x adalah 300 meter 13. Y 300 Nilai topografi y adalah 300 meter 14. Stop 200 Lama waktu simulasi adalah ± 200

detik

15. Mobility Static Mobilitas dari node bersifat statis 2. Inisialisasi

Setelah mendefinisikan variabel-variabel yang dibutuhkan, selanjutnya dilakukan inisialisasi dari simulasi tersebut. Script di bawah ini harus selalu dituliskan ketika akan membangun simulasi. Script tersebut adalah sebagai berikut:

set ns [new Simulator]

set tracefd [open simple.tr w] set namtrace [open simwrls.nam w] $ns trace-all $tracefd

$ns namtrace-all-wireless $namtrace $val(x) $val(y)

Dengan script di atas maka akan dihasilkan 2 jenis file yaitu “simple.tr” yang digunakan untuk menyimpan hasil simulasi dan “simwrls.nam” untuk menyimpan data visualisasi dari simulasi. Perintah “open” pada script di atas digunakan untuk membuat

file dan perintah “w” yang berada di belakang untuk menuliskan hasil pada file yang telah dibuat.

(45)

3. Mengatur Parameter Node

Karena topologi yang dibuat adalah topologi yang posisi node-nodenya ditentukan secara random, maka harus dibuat sebuah parameter yang digunakan untuk menjalankan fungsi random. Scriptnya adalah sebagai berikut :

# General pseudo-random sequence generator set genSeed [new RNG]

$genSeed seed $val(seed)

set randomSeed [new RandomVariable/Uniform] $randomSeed use-rng $genSeed

$randomSeed set min_ 1.0 $randomSeed set max_ 200.0

# Mobility model: x node position [m] set genNodeX [new RNG]

$genNodeX seed [expr [$randomSeed value]] set randomNodeX [new RandomVariable/Uniform] $randomNodeX use-rng $genNodeX

$randomNodeX set min_ 1.0

$randomNodeX set max_ [expr $val(x) - 1.0]

# Mobility model: y node position [m] set posNodeY [new RNG]

$posNodeY seed [expr [$randomSeed value]] set randomNodeY [new RandomVariable/Uniform] $randomNodeY use-rng $posNodeY

$randomNodeY set min_ 1.0

$randomNodeY set max_ [expr $val(y) - 1.0]

Script di atas digunakan untuk membuat nilai random. Sebelum melakukan random pada nilai variabel X dan Y, harus dibuat general random terlebih dahulu

dengan perintah set genSeed [new RNG], yang digunakan untuk membangkitkan generator randomnya. Kemudian membuat variabel yang akan digunakan seperti

$genSeed seed $val(seed), dengan perintah tersebut akan diberi nilai generatornya berdasarkan nilai parameter seed yang telah disebutkan pada sub bab sebelumnya. Setelah membangkitkan generatornya, selanjutnya dibuat variable yang digunakan untuk menampung nilai random yaitu dengan perintah set randomSeed [new

(46)

oleh generator seed yang diatur sebelumnya dengan perintah $randomSeed use-rng

$genSeed. Kemudian dilakukan pengaturan nilai minimal dan maksimal nilai random, dalam penelitian ini digunakan range 1-200 yang diatur dengan menuliskan perintah

$randomSeed set min_ 1.0 dan $randomSeed set max_ 200.0. Dimana batas minimal dan maksimal yang digunakan berdasarkan kemampuan jangkauan dari masing-masing node dikarenakan tipe jaringan wireless 802.11 memiliki jangkauan ± 100 meter. (Gong, Shan. 2006).

Setelah itu, pengaturan posisi node dapat dilakukan. Untuk pemberian nilai random untuk titik X dan titik Y harus dibedakan variabel penampung dan variabel

generatornya, agar tidak terjadi pemberian nilai yang sama utnuk masing-masing titik tersebut. Dimana generator yang digunakan untuk titik X adalah genNodeX dan untuk titik Y adalah genNodeY dengan perintah set genNodeX [new RNG] dan set

posNodeY [new RNG]. Sedangkan variabel penampungnya digunakan variable randomNodeX dan randomNodeY. Proses terakhir pemberian nilai random untuk masing-masing titik adalah mngatur nilai minimal dan maksimalnya juga. Dari perintah

$randomNodeX set min_ 1.0 dan $randomNodeX set max_ [expr $val(x) - 1.0], nilai minimal yang digunakan adalah 1 dan nilai maksimalnya adalah 300-1. Karena nilai maksimal dari generatornya adalah 200 maka nilai maksimal dari masing-masing mobilitas node X dan Y adalah 200.

Setelah melakukan pengaturan-pengaturan di atas, sebelum membuat topologi dan proses-proses yang lain dilakukan pengaktifan konfigurasi node dengan variabel-variabel global yang sudah diinisialisasikan sebelumnya beserta nilai-nilainya dengan perintah sebagai berikut :

(47)

$ns node-config -adhocRouting $val(rp) -llType $val(ll) \ -macType $val(mac) -ifqType $val(ifq) \

-ifqLen $val(ifqlen) -antType $val(ant) \ -propType $val(prop) -phyType $val(netif) \

-topoInstance $topo a-agentTrace ON -routerTrace OFF \ -macTrace ON -movementTrace ON -channel $chan_

4. Membuat Topologi

Untuk membangun simulasi, maka dibutuhkan objek topografi, sehingga harus dituliskan script dibawah ini :

set topo [new Topography]

$topo load_flatgrid $val(x) $val(y) create-god $val(nn)

set chan_ [new $val(chan)]

Perintah di atas digunakan untuk mebuat objek topografi dan mendefinisikan ukuran topologi sebesar nilai dari variabel x dan nilai dari variabel y. Nilainya sesuai dengan yang telah didefinisikan pada variabel global, yaitu 300 x 300 meter. Selain itu, juga dibuat GOD (General Operation Director) untuk menyimpan informasi keseluruhan mobile node dan melakukan perhitungan jumlah hop terpendek untuk menghubungkan satu node dengan lainnya.

5. Membuat Node dan Mengatur Posisi Node

Objek node digunakan sebagai ilustrasi sebuah sensor. Pada NS-2, untuk membuat sebuah node digunakan perintah :

set nama_node [$ns node]

Maka perintah yang digunakan adalah seperti di bawah ini: for {set i 0} {$i < $val(nn) } {incr i} {

set node_($i) [$ns node]

$node_($i) random-motion 0 ;# disable random motion }

Dari script di atas menunjukkan bahwa node yang dibuat adalah sebanyak nilai “nn” yang sudah dideklarasikan pada saat pertama kali, yaitu sebanyak 5 atau 10 buah.

(48)

Jika nilai nn=5, maka banyak node yang dibuat berjumlah 5, dan pemberian nama node-nya karena dimulai dari 0 (seperti yang disebutkan dari perulangan dengan variabel i, dimulai dari 0 hingga i kurang dari 5), maka nama node tersebut adalah node_0, node_1, node_2, node_3, node_4. Demikian pula untuk jumlah nn = 10 dan untuk jumlah nn lain yang dibutuhkan.

Karena posisi node yang ditentukan bersifat random, maka posisi node yang dihasilkan harus diatur letak titik X dan titik Y nya dengan menggunakan general-pseudo-random yang sudah dibuat di script sebelumnya. Cara menggunakan perintahnya adalah sebagai berikut :

if {$val(mobility) == "Static"} {

for {set i 0} {$i < $val(nn)} {incr i} { set X [expr [$randomNodeX value] ] $node_($i) set X_ $X

set Y [expr [$randomNodeY value] ] $node_($i) set Y_ $Y

$node_($i) set Z_ 0.0 }}

Dengan script di atas, akan diciptakan sebuah kondisi yaitu jika nilai dari variabel mobility adalah “Static” maka akan terjadi pengulangan dimulai dari 0 – nn untuk membuat posisi X dan Y dari node-node yang bersangkutan bernilai random.

Perintah “expr” yang tercantum pada script digunakan untuk menandai bahwa ada operasi matematika. Seperti yang terdapat pada script di atas yaitu [$randomNodeX value] yang merupakan perintah untuk memberikan nilai variabel X dengan hasil dari operasi randomNodeX, begitu juga dengan nilai variabel Y. Sedangkan untuk nilai titik Z digunakan posisi 0, karena koordinat yang digunakan adalah koordinat 2 dimensi.

(49)

6. Membuat Aliran Trafik

Untuk mendapatkan input data, maka dibuat aliran data. Proses pengaliran data dilakukan dengan membuat transport agent dan aplikasi di atasnya. Dalam penelitian ini, menggunakan agent TCP dan FTP sebagai aplikasinya. Script yang digunakan dapat dituliskan sebagai berikut :

set tcp [new Agent/TCP/Newreno] $tcp set class_ 2

set sink [new Agent/TCPSink] $ns attach-agent $node_(1) $tcp $ns attach-agent $node_(4) $sink $ns connect $tcp $sink

set ftp [new Application/FTP] $ftp attach-agent $tcp

$ns at 10.0 "$ftp start"

Dari script di atas aliran data TCP akan dialirkan dari node_1 yang ditunjukkan dengan perintah $ns attach-agent $node_(1) $tcp yang menunjukkan bahwa node_1 merupakan node sumber menuju node_4 dengan perintah $ns attach-agent

$node_(4) $sink sebagai tujuannya. setelah ditentukan arah alirannya, maka kedua

node tersebut dihubungkan dengan perintah :

$ns connect $tcp $sink

Kemudian TCP tersebut dialirkan dengan aplikasi File Transfer Protokol (FTP) pada detik ke 10.0.

7. Akhir Program

Selain script-script yang dibuat di atas, untuk proses akhir dari program, maka harus dibuat script penutup. Script akhir bertujuan untuk me-reset semua nilai yang sudah digunakan dan untuk mengakhiri simulasi. Berikut adalah perintah untuk me-reset nilai-nilai :

(50)

$ns initial_node_pos $node_($i) 30 }

for { set i 0} { $i < $val(nn) } { incr i } { $ns at 200.0 "$node_($i) reset";

}

$ns at $val(stop) "$ns nam-end-wireless $val(stop)" $ns at $val(stop) "stop"

$ns at 200.01 "puts \"end simulation\" ; $ns halt"

Sedangkan, untuk menghentikan program simulasi digunakan perintah sebagai berikut :

proc stop {} {

global ns tracefd namtrace $ns flush-trace

$ns use-newtrace close $tracefd close $namtrace

exec nam simwrls.nam & exit 0

}

Prosedur di atas menggunakan variabel global ns, tracefd, dan namtrace. Perintah “flush-trace” digunakan untuk menyimpan seluruh data hasil simulasi ke dalam tracefile dan namfile. Sedangkan, perintah “exit” digunakan untuk mengakhiri aplikasi dan memberikan status 0 kepada sistem. Nilai status tersebut adalah default untuk membersihkan memori sistem. Prosedur di atas akan dijalankan pada detik 200.01 seperti yang tertera pada perintah :

$ns at 200.01 "puts \"end simulation\" ; $ns halt"

Setelah menuliskan semua objek simulasi, jangan lupa untuk menuliskan perintah :

$ns run

(51)

3.3.4 Melakukan Trace Simulasi

[image:51.612.147.538.182.478.2]

Dengan perintah tersebut objek simulasi akan dieksekusi secara berurutan ketika dijalankan, perintah-perintah yang ditulis setelah $ns run tidak akan pernah dieksekusi.

Gambar 3.7 Diagram Alur Trace Simulasi

Gambar 3.7 merupakan langkah-langkah melakukan trace simulasi, pertama-tama kita melakukan panggilan/menjalankan script *.tcl yang telah dibuat. Kemudian jendela Network Animator yang dihasilkan dari pemanggilan script tersebut dijalankan hingga selesai. Sehingga dihasilkan 2 file yaitu file *.nam yang berisi data visualisasi dari simulasi dan file *.tr yang berisi data-data aktivitas yang terjadi pada saat simulasi berjalan hingga selesai.

3.3.5 Proses Parsing Data

Proses parsing data yang dilakukan bertujuan untuk mengambil data-data yang dibutuhkan untuk melakukan penghitungan selanjutnya dari file *.tr yang telah

(52)

dihasilkan. Pada penelitian ini filter data dapat dilihat selengkapnya pada pengujian Bab 4.3.3.

[image:52.612.131.520.181.596.2]

Tidak semua informasi yang tersimpan pada tracefile digunakan untuk proses selanjutnya. Adapun tracefile yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.8 Hasil Tracefile

(53)

File yang ditunjukkan oleh Gambar 3.8 merekam semua aktivitas yang terjadi mulai dari detik ke-0 (nol) hingga detik ke-200 sesuai dengan script Tcl yang telah dibuat. Gambar 3.9 menunjukkan cuplikan baris pertama dari hasil tracefile Gambar 3.8.

S 0.031853939 _1_ MAC --- 0 message 90 [0 ffffffff 1 800] [1:255 -1:255 32 0]

K. 0 K. 1 K. 2 K. 3 K. 4 K. 5 K. 6 K. 7 K. 8 K.9

Gambar 3.9 Cuplikan Tracefile Dimana :

K = Kolom ke-i , misal : K. 7 = Kolom 7.

Data-data yang terekam ada beberapa kolom meliputi : (Wirawan, Andi B. dan Indarto, Eka. 2004)

1. Kolom 0 menunjukkan event yang sedang terjadi. Pada file di atas terdapat 3 event yaitu s (sent) yang menunjukkan bahwa sedang terjadi pengiriman, event r (receive) yang menunjukkan bahwa sedang terjadi penerimaan, dan event D (Drop) yang menunjukkan bahwa ada paket yang dibuang (drop) biasanya terjadi pada detik-detik terakhir saat simulasi akan berakhir.

2. Kolom 1 menunjukkan waktu event sedang terjadi.

3. Kolom 2 menunjukkan nomor node yang sedang terlibat dengan aktivitas pada saat itu.

4. Kolom 3 menunjukkan trace level yaitu MAC dan AGT. MAC merupakan MAC layer dan AGT merupakan paket pada transport layer.

5. Kolom 4 merupakan pemisah.

6. Kolom 5 adalah nomor urut paket dimulai dari urutan 0 (nol). 7. Kolom 6 menunjukkan tipe dari paket (tcp, ack, arp, cts, dsb). 8. Kolom 7 menunjukkan ukuran (length) dari paket dalam satuan byte.

(54)

9. [0 ffffffff 1 800] menunjukkan informasi MAC layer.

10. [1:255 -1:255 32 0] menunjukkan IP sumber dan tujuan berikutnya time to live (ttl) dari paket.

11. Apabila terdapat informasi [0 0] merupakan nomor urut dan pemberitahuan nomor (informasi tcp).

0 0 merupakan format mekanisme routing type pack.

[image:54.612.153.445.305.559.2]

File di atas difilter dengan langkah-langkah pada diagram alur pada Gambar 3.9.

Gambar 3.10 Diagram Alur Melakukan Filter Data

Gambar 3.10 merupakan langkah-langkah melakukan proses parsing file dimulai dengan memanggil script *.pl seperti yang terlihat pada diagram alur Gambar 3.10. File yang difilter pada penelitian ini adalah file simple.tr, data-data yang ada di

(55)

dalam file tersebut difilter sesuai dengan kebutuhan untuk penghitungan delay, PLR, dan utilisasi bandwidth. Jika proses filter berhasil, maka akan dihasilkan file baru yang berisi

[image:55.612.152.491.183.585.2]

data-data yang telah terfilter dengan nama yang diberikan. Data-data yang dibutuhkan untuk proses penghitungan selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Flowchart Script Perl

Dari Gambar 3.11 dapat diketahui bahwa data-data yang dibutuhkan adalah data yang menunjukkan aliran data TCP sesuai dengan sistem yang dibuat. Tetapi tidak

(56)

semua informasi yang digunakan. Dari flowchart di atas data-data yang dibutuhkan adalah data pada kolom-kolom berikut :

1. Kolom 0 ($x[0])

Terdapat 3 jenis event yaitu s (sent) yang menunjukkan bahwa sedang terjadi pengiriman, event r (receive) yang menunjukkan bahwa sedang terjadi penerimaan, dan event D (Drop) yang menunjukkan bahwa ada paket yang dibuang (drop) biasanya terjadi pada detik-detik terakhir saat simulasi akan berakhir.

2. Kolom 1 ($x[1])

Satuan waktu dimana suatu event sedang berlangsung. 3. Kolom 2 ($x[2])

Nomor node yang sedang terlibat dengan aktivitas pada saat itu. 4. Kolom 3 ($x[3])

Trace level yaitu MAC dan AGT. MAC merupakan MAC layer dan AGT

merupakan paket pada transport layer. 5. Kolom 5 ($x[5])

Nomor urut paket dimulai dari urutan 0 (nol). 6. Kolom 7 ($x[7])

Ukuran (length) dari paket baik yang dikirim, diterima, maupun yang drop dalam satuan byte.

7. Kolom 8 ($x[8]) Informasi MAC layer.

(57)

8. Kolom 11 ($x[11])

Nomor urut dan pemberitahuan nomor (informasi tcp). 9. Kolom 12 ($x[12])

Format dari mekanisme. Misalnya 0 0 adalah mekanisme send dan 0 1 adalah mekanisme receive.

Informasi-informasi yang dijelaskan pada subbab di atas digunakan dalam penghitungan yang akan dijelaskan pada subbab-subbab di bawah ini.

3.3.6 Proses Penghitungan Parameter Delay

Dalam penghitungan delay yang dibutuhkan adalah selisih/ waktu tunda antara waktu pada saat paket diterima dengan waktu pada saat paket dikirim. Informasi yang digunakan sebagai acuan pertama-tama data diurutkan berdasarkan nomor urut paket yang tertera pada kolom 5, lalu dikelompokkan berdasarkan trace level pada kolom 4 dimulai dari AGT terlebih dahulu karena AGT merupakan paket pada transport layer dan MAC adalah MAC layernya. Secara otomatis data akan urut dengan pola event s, r, s, r, …, s, r. Sehingga dapat dihitung delay yang terjadi satu per satu, yang digunakan adalah waktu dengan status event s dan r pada kolom 1. Rata-rata delay yang terjadi pada masing-masing percobaan diperoleh dari total seluruh delay yang terhitung dibagi dengan banyaknya proses komunikasi yang terjadi dimana suatu proses komunikasi yang sukses adalah ketika data yang dikirim berhasil diterima oleh receiver.

Sedangkan, paket yang dikirim tetapi didrop oleh sistem tidak digunakan dalam penghitungan delay. Tetapi akan digunakan pada penghitungan PLR.

(58)

informasi yang lain digunakan untuk memastikan data-data yang sudah diurutkan adalah benar.

3.3.7 Proses Penghitungan Parameter PLR

Dalam penghitungan PLR yang dibutuhkan adalah ukuran paket yang hilang pada saat komunikasi berlangsung dengan menggunakan data yang sudah diurutkan seperti yang sudah dijelaskan pada penghitungan delay pada subbab sebelumnya.

Dalam penghitungan PLR, yang digunakan adalah ukuran paket pada kolom 7 yaitu ukuran paket yang dikirim (sent) dikurangkan dengan ukuran paket yang berhasil diterima (received). Rata-rata PLR yang terjadi pada masing-masing percobaan diperoleh dari total seluruh paket yang hilang pada saat komunikasi terjadi dijumlah dengan ukuran seluruh paket yang didrop dibagi dengan total ukuran paket yang dikirim pada masing-masing percobaan.

3.3.8 Proses Penghitungan Parameter Utilisasi Bandwidth

Dalam penghitungan utilisasi bandwidth yang dibutuhkan adalah total ukuran paket yang dikirim dan diterima pada saat komunikasi berlangsung dengan menggunak

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Blok
Gambar 3.2 Diagram Alur Proses Simulasi
Tabel 3.4 Variabel-variabel Global
Gambar 3.7 Diagram Alur Trace Simulasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan temuan hasil penelitian disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) bagi orang tua sebaiknya bekerja sama dengan terapis anak-anak ASD ikut menyelami dunia anak ASD,

Kualitas hidup bagi orang yang sedang sakit dapat diartikan pada seberapa besar orang tersebut mampu berjuang dan bertahan dengan penyakitnya.Bagi orang yang

Terdapat penggunaan kayu olahan impor dalam proses produksi untuk periode bulan April 2020 s/d Maret 2021 di PT Pundi Uniwood Industry berdasarkan hasil laporan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dari ayam kampung yang mendapat energi protein yang lebih tinggi lebih baik dari ayam kampung yang mendapat ransum

108,25 &gt; 3,34, artinya diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara media video dokumenter dengan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah

Lalu ia membuat kredo, pengakuan (ay. Allahmu adalah Allahku, bangsamu adalah bangsaku. Pengakuannya mengundang harapan hidup Bersama mertuanya. Kasihlah yang membuat

• Animasi Sel (seluloid) • Animasi Frame • Animasi Sprite • Animasi Lintasan • Animasi Spline • Animasi Vektor • Animasi Karakter • Animasi Komputasional • Morphing 5

Efek iradiasi dipdajari pada pertumbuhan bibit MI' Mutasi klorofil dan gejala perubahan wama biji dipdajari pada tanaman generasi M2• D50 untuk varietas Keris, Katengu, dan No..