• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Analisis Perbandingan Kinerja Protokol Proactive Routing Pada Jaringan Sensor Nirkabel Ad Hoc.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Analisis Perbandingan Kinerja Protokol Proactive Routing Pada Jaringan Sensor Nirkabel Ad Hoc."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PROTOKOL

PROACTIVE ROUTING PADA JARINGAN SENSOR

NIRKABEL AD HOC

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Komputer

Oleh:

Fauzan Triandi 07410200018

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

iv

1.3 Pembatasan Masalah... 3

1.4 Tujuan Masalah ... 4

1.5 Kontribusi Penelitian ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Pengertian Jaringan Sensor Nirkabel (JSN) ... 7

2.2 Arsitektur Jaringan Sensor Nirkabel (JSN) ... 8

2.3 Mode pada Node Sensor ... 9

2.4 Protokol Routing Proactive Routing... 10

2.4.1 Optimized Link State Routing (OLSR) ... 10

2.4.2 Destination-Sequenced Distance Vector (DSDV) ... 11

2.5 Parameter QoS ... 12

(3)

v

v

2.6.1 Konsep NS-2... 14

2.6.2 Komponen Pembangunan NS-2 ... 15

2.6.3 Cara Membuat dan Menjalankan Skrip NS-2... 16

2.6.4 Tahap-tahap Membangun Simulasi NS-2 ... 17

2.7 Pratical Extraction and Report Language (Perl) ... 23

BAB III Metode Penelitian ... 24

3.1 Metode Penelitian ... 24

3.1.1 Bagian Input ... 24

3.1.2 Bagian Proses ... 25

3.1.3 Bagian Output ... 26

3.2 Arsitektur Sistem Jaringan ... 27

3.3 Tahap Perancangan Sistem ... 28

3.3.1 Desain Topologi Simulasi ... 28

3.3.2 Parameter-parameter Simulasi ... 30

3.3.3 Membuat Script *.tcl ... 33

3.3.4 Melakukan Trace Simulasi ... 42

3.3.5 Proses Parsing Data ... 43

3.3.6 Proses Penghitungan Parameter Delay ... 49

3.3.7 Proses Penghitungan Parameter PLR ... 50

3.3.8 Proses Penghitungan Parameter Utilisasi Bandwidth ... 50

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI... 52

4.1 Pengujian Posisi Node ... 52

4.1.1 Tujuan ... 52

(4)

vi

vi

4.1.3 Prosedur Pengujian ... 53

4.1.4 Hasil Pengujian Posisi Node ... 54

4.2 Pengujian Komunikasi antar Node ... 56

4.2.1 Tujuan ... 56

4.2.2 Peralatan yang Digunakan ... 56

4.2.3 Prosedur Pengujian ... 58

4.2.4 Hasil Pengujian Komunikasi antar Node ... 58

4.3 Pengujian Filter ... 62

4.3.1 Tujuan ... 62

4.3.2 Peralatan yang Digunakan ... 63

4.3.3 Prosedur Pengujian ... 63

4.3.4 Hasil Pengujian Filter ... 64

4.4 Hasil Penghitungan Parameter-Parameter QoS ... 65

4.4.1 Hasil Penghitungan Delay ... 65

4.4.2 Hasil Penghitungan PLR ... 74

4.4.3 Hasil Penghitungan Utilisasi Bandwidth ... 83

4.5 Analisis Perbandingan Kinerja Protokol AODV dan DSR ... 91

BAB V PENUTUP ... 97

5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 98

(5)

vii

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Penentuan Node Sumber dan Node Tujuan ... 29

Tabel 3.2 Parameter Simulasi ... 30

Tabel 3.3 Nilai Parameter Seed ... 32

Tabel 3.4 Variabel-variabel Global ... 35

Tabel 4.1 Hasil Penghitungan Delay Protokol DSDV pada 5 Buah Node ... 66

Tabel 4.2 Hasil Penghitungan Delay Protokol DSDV pada 10 Buah Node ... 68

Tabel 4.3 Hasil Penghitungan Delay Protokol OLSR pada 5 Buah Node ... 70

Tabel 4.4 Hasil Penghitungan Delay Protokol OLSR pada 10 Buah Node .... 73

Tabel 4.5 Hasil Penghitungan PLRProtokol DSDV pada 5 Buah Node ... 75

Tabel 4.6 Hasil Penghitungan PLRProtokol DSDV pada 10 Buah Node ... 77

Tabel 4.7 Hasil Penghitungan PLRProtokol OLSR pada 5 Buah Node ... 79

Tabel 4.8 Hasil Penghitungan PLRProtokol OLSR pada 10 Buah Node ... 81

Tabel 4.9 Hasil Penghitungan Utilisasi Bandwidth Protokol DSDV pada 5 Buah Node ... 84

Tabel 4.10 Hasil Penghitungan Utilisasi Bandwidth Protokol DSDV pada 10 Buah Node ... 86

Tabel 4.11 Hasil Penghitungan Utilisasi Bandwidth Protokol OLSR pada 5 Buah Node ... 87

(6)

viii

viii

(7)

ix

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Arsitektur JSN Secara Umum ... 8

Gambar 2.2 Urutan Mode pada Node Sensor ... 9

Gambar 2.3 Hubungan Tcl/Otcl dengan C++ ... 15

Gambar 2.4 Komponen Pembangun NS-2 ... 16

Gambar 3.1 Diagram Blok ... 24

Gambar 3.2 Diagram Alur Proses Simulasi ... 27

Gambar 3.3 Tahap Perancangan Sistem ... 28

Gambar 3.4 Topologi 5 Buah Node ... 29

Gambar 3.5 Topologi 10 Buah Node ... 29

Gambar 3.6 Diagram Alur Pembuatan Script*.tcl ... 34

Gambar 3.7 Diagram Alur Trace Simulasi ... 43

Gambar 3.8 Hasil Tracefile ... 44

Gambar 3.9 Cuplikan Tracefile ... 44

Gambar 3.10 Diagram Alur Melakukan Filter Data ... 46

Gambar 3.11 Flowchart Script Perl ... 47

Gambar 4.1 Hasil NAM Penerapan Algoritma DSDV pada 5 Buah Node ... 54

Gambar 4.2 Hasil NAM Penerapan Algoritma DSDV pada 10 Buah Node ... 55

Gambar 4.3 Hasil NAM Penerapan Algoritma OLSR pada 5 Buah Node ... 55

Gambar 4.4 Hasil NAM Penerapan Algoritma OLSR pada 10 Buah Node ... 55

Gambar 4.5 Hasil Komunikasi 5 Buah Node dengan Protokol DSDV ... 58

Gambar 4.6 Hasil Komunikasi 10 Buah Node dengan Protokol DSDV ... 59

(8)

x

x

Gambar 4.8 Hasil Komunikasi 10 Buah Node dengan Protokol OLSR ... 61

Gambar 4.9 Hasil Filter “simple.tr” Penerapan Algoritma DSR pada 5 Buah Node.... ... .. 65

Gambar 4.10Diagram Batang Rata-rata Delay ... 92

Gambar 4.11 Diagram Batang Rata-rata PLR... 93

(9)

xi

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Script Penerapan Protokol DSDV dengan 5 Buah Node ... 100

Lampiran 2. Script Penerapan Protokol DSDV dengan 10 Buah Node ... 103

Lampiran 3. Script Penerapan Protokol OLSR dengan 5 Buah Node... 106

Lampiran 4. Script Penerapan Protokol OLSR dengan 10 Buah Node... 109

Lampiran 5. Script FilterTracefile ... 112

Lampiran 6. Tabel Distribusi Z ... 113

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jaringan sensor nirkabel (JSN) sangat penting sejak kebanyakan

aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

area yang tidak dapat dijangkau. JSN memiliki sebuah komponen sensing

dilengkapi dengan alat proses, alat komunikasi, dan tempat penyimpanan data di

dalamnya. Penerapan JSN untuk pemantauan jarak jauh pada area yang tidak

dapat dijangkau biasanya menggunakan jaringan Ad Hoc yang jarak jangkauannya

lebih luas dibandingkan dengan tipe jaringan yang lain.

Oleh karena itu, penulis melakukan sebuah penelitian terhadap topologi

jaringan yang dibangkitkan secara random dan menggunakan tipe jaringan

wireless. Karena dengan menggunakan tipe jaringan wireless, jarak jangkau

pengiriman data antar node lebih luas sehingga dapat digunakan dalam

pengimplementasian JSN untuk pemantauan jarak jauh.

Untuk melakukan pengiriman data, diperlukan adanya penggunaan

protokol routing untuk mengirimkan data atau informasi ke penerima. Ada

beberapa tipe protokol routing yang dapat digunakan jaringan Ad Hoc yaitu

seperti protokol Destination-Sequenced Distance Vector (DSDV) dan Optimized

Link State Routing (OLSR) yang akan digunakan pada Tugas Akhir (TA) ini.

Kedua protokol tersebut merupakan protokol Proactive Routing.

DSDV merupakan salah satu Proactive Routing Protocol yang

membutuhkan setiap node untuk mengirimkan paket routing update ke seluruh

(11)

2

link-state yang proaktif dan menggunakan pesan “Hello” dan Topologi Control

(TC) untuk menemukan dan kemudian menyebarkan informasi link state seluruh

jaringan mobile Ad-Hoc. TA ini menggunakan simulasi Network Simulator-2

(NS-2) dikarenakan jika menggunakan kondisi real JSN membutuhkan dana yang

sangat besar karena komunikasi yang terjadi di setiap node diimplementasikan

dengan router yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan pada TA ini.

Penelitian sebelumnya telah dilakukan mengenai DSDV dan OLSR oleh

(Fatame, 2012) dengan judul “A Simulative Comparison of DSDV and OLSR

Routing Protocols”, dilakukan uji coba kinerja DSDV dan OLSR yang

membandingkan parameter-parameter seperti throughput dan Packet Delivery

Rate (PDF), dengan tipe data CBR pada kedua protokol routing tersebut. Dan

diketahui dari hasil penelitian tersebut bahwa protokol routing OLSR memiliki

kinerja yang lebih baik daripada DSDV.

Dalam TA ini, penulis melakukan perbandingan unjuk kerja kedua

protokol routing dengan membandingkan parameter-parameter QoS yang berbeda

daripada penelitian sebelumnya yaitu delay, Packet Loss Ratio (PLR), dan

utilisasi bandwidth. Dari hasil dari penghitungan parameter-parameter QoS

tersebut dapat dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya,

sehingga dapat diketahui protokol routing mana yang memiliki kinerja lebih baik

antara protokol DSDV dan OLSR.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana mensimulasikan jaringan sistem komunikasi Ad Hoc pada JSN

(12)

3

2. Bagaimana melakukan analisis perbandingan unjuk kerja protokol routing

berdasarkan delay, PLR , dan utilisasi bandwidth pada topologi jaringan

JSN Ad Hoc.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam menganalisis kinerja dari kedua protokol Proactive Routing yaitu

DSDV dan OLSR, terdapat beberapa batasan masalah terhadap permasalahan

yang muncul diantaranya :

1. Simulasi analisis menggunakan software NS-2.

2. Bahasa pemrograman menggunakan Tcl/OTcl pada NS-2.

3. Simulasi dilakukan secara terpisah untuk masing-masing protokol routing

baik DSDV maupun OLSR.

4. Topologi yang digunakan adalah dengan menggunakan 5 node dan 10

node yang posisinya tersebar secara random. Dimana pergerakan random

tersebut dilakukan secara manual berdasarkan seed.

5. Input data trafik dibangkitkan dari NS-2.

6. Input data trafik menggunakan tipe data Transmission Control Protocol

(TCP) yang dialirkan oleh aplikasi File Transfer Protocol (FTP).

7. Sistem jaringan sensor nirkabel Ad Hoc menggunakan standar

WirelessPhy 802.11.

8. Parameter-parameter perancangan sistem yang digunakan adalah sebagai

berikut :

No. Parameter Nilai

1. Model propagasi Free Space

2. Tipe antarmuka antrian Drop Tail

3. Model antena Omni antenna

(13)

4

5. Dimensi topografi 300 x 300 m

6. Waktu simulasi ± 200 detik

9. Hasil analisis membandingkan masing-masing delay, PLR, dan utilisasi

bandwidth pada kedua topologi jaringan tersebut secara end-to-end.

1.4 Tujuan Masalah

Tujuan dari TA ini adalah sebagai berikut :

1. Menghasilkan simulasi jaringan sistem komunikasi JSN Ad Hoc dengan

menggunakan protokol Proactive Routing yaitu DSDV dan OLSR dengan

menggunakan NS-2.

2. Menghasilkan analisis perbandingan kinerja antara kedua protokol

Proactive Routing berdasarkan pengaruh delay, Packet Loss Ratio (PLR),

dan utilisasi bandwidth pada topologi JSN Ad Hoc dengan menggunakan

NS-2.

1.5 Kontribusi Penelitian

Kontribusi yang didapat dari hasil TA ini adalah :

1. Dari hasil perbandingan kinerja protokol Proactive Routing yaitu DSDV

dan OLSR pada jaringan Mobile IP (Ad Hoc) dapat digunakan sebagai

pertimbangan untuk perkembangan teknologi JSN dalam hal penginderaan

elektronik jarak jauh (remote sensing).

2. Memberikan data statistik untuk perkembangan selanjutnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Pada penulisan Laporan TA ini ditulis dengan sistematika penulisan

(14)

5

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan hal–hal yang menjadi latar belakang,

perumusan masalah, batasan masalah, tujuan yang ingin dicapai,

manfaat serta sistematika penulisan laporan TA ini.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini dibahas teori yang berhubungan dengan protokol

Proactive Routing (DSDV dan OLSR), jaringan sensor nirkabel (JSN),

Ad Hoc, Quality of Service (QoS), dan software Network Simulator-2

(NS-2).

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini dibahas mengenai penjelasan sistem keseluruhan beserta

detail dari blok diagram sistem yang dibuat, penjelasan perancangan

simulasi sistem, pembuatan skrip NS-2, parsing file dan plotting file

untuk menghasilkan data dalam bentuk grafik maupun tabel yang

dibutuhkan dalam analisis.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini memaparkan hasil yang diperoleh dari proses simulasi,

yang kemudian dibandingkan untuk digunakan dalam proses analisis

delay, packet loss, dan utilisasi bandwidth. Selain itu disertai pula

hasil uji coba setiap skenario dan juga uji coba sistem secara

keseluruhan.

(15)

6

Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dari sistem terkait dengan

tujuan dan permasalahan yang ada, serta saran untuk pengembangan

(16)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Jaringan Sensor Nirkabel (JSN)

JSN adalah suatu infrastruktur jaringan nirkabel yang terdiri dari

sejumlah besar node sensor yang tersebar di suatu area. Dewasa ini perkembangan

JSN mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini terjadi karena adanya suatu

kebutuhan akan jaringan sensor yang memiliki kriteria yang sangat baik dalam hal

efisiensi operasional dan performansi. JSN menjadi suatu fenomena baik bagi

dunia industri maupun kalangan akademis, karena aplikasi JSN yang mencakup

berbagai bidang. Hal ini didukung oleh fakta bahwa sekitar 98% prosesor bukan

berada di dalam sebuah komputer PC/laptop seperti kebanyakan, namun

terintegrasi dalam aplikasi militer, kesehatan, remote control, robotic chip, alat

komunikasi dan mesin-mesin industri yang didalamnya telah dipasang sensor.

(Puspita, 2011).

Puspita (2011) menjelaskan bahwa teknologi JSN dapat memonitor dan

mengontrol temperatur, kelembaban, kondisi cahaya, level derau, pergerakan

suatu objek dan lain sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa JSN adalah sebuah

penghubung antara lingkungan fisik (physical world) dan sensor (digital world).

Berikut adalah beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari teknologi

JSN :

1. Praktis / ringkas karena tidak perlu ada instalasi kabel yang rumit dan

dalam kondisi geografi tertentu sangat menguntungkan dibanding

wired sensor. Sensor menjadi bersifat mobile, artinya pada suatu saat

(17)

8

pengukuran yang lebih tepat tanpa harus khawatir mengubah desain

ruangan maupun susunan kabel ruangan.

2. Meningkatkan efisiensi operasional.

3. Mengurangi total biaya sistem secara signifikan.

4. Dapat mengumpulkan data dalam jumlah besar.

5. Memungkinkan komunikasi digital 2 arah.

6. Menyediakan konektivitas internet yang secara global, kapanpun,

dimanapun informasi tersebut dapat diakses melalui server, laptop,

dsb.

2.2 Arsitektur Jaringan Sensor Nirkabel (JSN)

Pada JSN, node sensor disebar dengan tujuan untuk menangkap adanya

gejala atau fenomena yang hendak diteliti. Jumlah node yang disebar dapat

ditentukan sesuai kebutuhan dan tergantung beberapa faktor misalnya luas area,

kemampuan sensing node, dan sebagainya. Tiap node memiliki kemampuan untuk

mengumpulkan data dan meroutingkannya kembali ke base station serta

berkomunikasi dengan node lainnya. Node sensor dapat mengumpulkan data

dalam jumlah yang besar dari gejala yang timbul dari lingkungan sekitar.

(18)

9

Gambar 2.1 Arsitektur JSN secara umum

Node sensor yang berukuran sangat kecil disebar dalam jumlah besar di

suatu area sensor. Node sensor tersebut memiliki kemampuan untuk saling

berkomunikasi dan meroutingkan data yang dikumpulkan ke node lain yang

berdekatan. Data yang akan dikirim melalui transmisi radio akan diteruskan

menuju Base Station (BS) yang merupakan penghubung antara node sensor dan

user. Informasi tersebut dapat diakses melalui berbagai platform seperti koneksi

internet atau satelit sehingga memungkinkan user untuk dapat mengakses secara

realtime melalui remote server.

2.3 Jaringan Sensor Nirkabel Ad Hoc

Jaringan sensor nirkabel ad hoc adalah jaringan sementara yang beroperasi

tanpa bantuan infrastruktur yang tetap yang umumnya tersedia di jaringan tempat

node-node saling terhubung. Node-nodepada jaringan tanpa infrastruktur tersebut

dapat berfungsi sebagai router, atau dapat mencari dan mengatur rute paket-paket

data agar dapat dikirim dari pengirim sampai ke setiap penerima. Pertukaran data

di jaringan ad hoc dapat terjadi antara node yang masih dalam satu area transmisi

(transmission range) atau dengan node yang terhubung tidak langsung melalui

beberapa node lain yang terletak di antaranya (multiple hop).

(19)

10

• Topologi yang dinamis.

• Bukan komunikasi dua arah (half-duplex).

• Komunikasi multiple-hop.

• Beroperasi dengan cara desentralisasi karena tidak adanya infrastruktur

untuk pengaturan secara sentral.

2.4 Mode pada Node Sensor

Urutan aktivasi mode-mode pada node sensor dapat direpresentasikan

oleh Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Urutan mode pada node sensor

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa mode-mode tersebut dijalankan dengan

urutan tertentu. Tiap mode memiliki karakteristik yang berbeda tergantung dari

aktivitas yang sedang dilakukan node, apakah sedang melakukan proses transmisi

atau sedang standby dan seterusnya. Hal ini mengakibatkan energi yang

digunakan tiap mode juga berbeda-beda. Semakin ke kiri, maka mode tersebut

mengeluarkan energi yang semakin rendah, begitu juga sebaliknya. Suatu mode

harus melalui mode disampingnya jika ingin berganti mode. Misalnya mode off

harus melalui mode sleep dan standby terlebih dahulu jika akan melakukan

transmisi. Apabila tidak ada aktivitas observasi atau transmisi, sebaiknya

(20)

11

dan observasi cenderung menggunakan energi yang lebih besar. Pada modeready,

node sensor dapat melakukan kedua mode baik transmit dan receive.

2.5 Protokol Routing Proactive Routing 2.4.1 Optimized Link State Routing (OLSR)

OLSR (Optimized Link State Protocol) merupakan salah satu jenis dari

proactive routing protocol yang biasa digunakan dalam jaringan ad hoc. Protokol

ini melakukan pertukaran pesan secara periodik dalam rangka menjaga informasi

topologi jaringan yang ada pada setiap node.

Protokol OLSR mewarisi sifat kestabilan dari link state algorithm.

Berdasarkan sifat proaktifnya, protokol ini dapat menyediakan rute dengan segera

apabila dibutuhkan. Dalam sebuah link state protocol yang murni, setiap node

tetangga akan dideklarasikan dan dibanjiri dengan paket informasi yang akan

memenuhi seluruh jaringan. OLSR merupakan sebuah optimasi dari link state

protocol yang biasa digunakan dalam mobile adhoc network (MANET).

Langkah pertama dari optimasi tersebut adalah mengurangi ukuran dari

paket kontrol, daripada membanjiri paket kontrol tersebut pada setiap jalur, OLSR

lebih memilih sejumlah jalur dengan node tetangga yang disebut dengan

Multipoint Relay (MPR) Selector. Langkah kedua, OLSR meminimalisir

pembanjiran paket kontrol pada jaringan dengan menggunakan MPR untuk

menghantarkan paket-paket tersebut. Teknik ini akan mengurangi secara

signifikan jumlah dari transmisi ulang yang akan membanjiri jaringan dengan

(21)

12

Protokol OLSR dirancang untuk dapat bekerja pada kondisi yang

terdistribusi atau selalu bergerak serta tidak memerlukan adanya pengaturan

secara terpusat. Selain itu OLSR juga tidak memerlukan transmisi yang bagus

dalam mengirimkan paket-paket kontrolnya. Setiap node mengirimkan paket

kontrolnya masing-masing secara periodik sehingga dapat mentoleransi terjadinya

loss dari beberapa paket pada saat-saat tertentu akibat dari tubrukan data ataupun

akibat gangguan transmisi lainnya. Setiap paket kontrol yang dikirimkan akan

diberikan sequence number (nomor urut) yang dapat menandakan tingkat baru

paket tersebut.

OLSR menggunakan multihop routing dimana setiap node menggunakan

informasi routing terbaru yang ada pada node tersebut dalam mengantarkan

sebuah paket informasi. Sehingga, walaupun sebuah node bergerak ataupun

berpindah tempat maka pesan yang dikirimkan padanya akan tetap dapat diterima

2.4.2 Destination-Sequenced Distance Vector (DSDV)

DSDV merupakan salah satu Proactive Routing Protocol yang

membutuhkan setiap node untuk mengirimkan paket routing update ke seluruh

node tetangganya secara periodic. Setiap node menyimpan tabel routing yang

mengandung informasi yang dibutuhkan untuk sampai ke node tujuan (Garousi

2001). Setiap informasi di tabel routing diberi nomer sequence untuk menghindari

terjadinya looping.

Salah satu kelebihan DSDV ialah menyediakan route yang bebas loop

(22)

13

komunikasi antar node secara berlebihan karena update routing secara periodik

(Mukherjee et al. 2003).

Menurut (Perkins dan Bhagwat 1994) data informasi yang dikirimkan ke

seluruh node mengandung :

• Alamat node tujuan.

• Jumlah hop yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

• Nomer sequence.

2.6 Parameter QoS

Parameter-parameter yang digunakan untuk menghitung Quality of

Service (QoS) adalah sebagai berikut :

1. Delay

Delay adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah paket data, terhitung

dari saat pengiriman oleh transmitter sampai saat diterima oleh receiver.

Berikut adalah formula untuk menghitung besarnya delay : (Rifiani, Vina dan

Hadi, M. Zen S., dkk. 2009)

Waktu tunda (t) = (Tr – Ts) detik

0 ≤ t ≤ T

dimana :

Tr = Waktu penerimaan paket (detik)

Ts = Waktu pengiriman paket (detik)

T = Waktu simulasi (detik)

(23)

14

2. Packet Loss Ratio (PLR)

Packet loss ratio adalah prosentase banyaknya paket yang hilang selama

proses transmisi ke tujuan. Paket hilang terjadi ketika satu atau lebih paket

data yang melewati suatu jaringan gagal mencapai tujuannya. Berikut adalah

formula untuk menghitung besarnya PLR : (Rifiani, Vina dan Hadi, M. Zen

t = Waktu pengambilan sampel (detik)

3. Utilisasi Bandwidth

Utilisasi Bandwidth merupakan parameter yang menunjukkan prosentase

suatu sumber daya yang digunakan. Dalam hal ini sumber daya yang

dimaksud adalah bandwidth suatu link yang menghubungkan antara kedua

sisi yaitu sisi pelanggan dan provider. Utilisasi bandwidth suatu link

menunjukan rasio antara ukuran bandwidth total terpakai oleh pelanggan

dengan bandwidth yang tersedia, untuk mendapatkan nilai utilisasi bandwidth

dilakukan dengan menggunaka 2 formula. Berikut adalah formula-formula

untuk menghitung besarnya Utilisasi Bandwidth : (Jusak, 2011)

(24)

15

Dimana : t0 = 0 jika waktu awal adalah 0 (nol)

Dengan :

Length = jumlah total paket yang dikirim dan diterima pada saat proses

pengiriman data berlangsung (byte)

T = Waktu akhir penerimaan data (detik)

t0 = Waktu awal pengiriman data (detik)

Hasil dari rumus tersebut (Bandwidth terpakai) digunakan untuk

menghitung utilisasi bandwidth dengan rumus berikut : (Jusak, 2011)

Utilisasi Bandwidth =

Dengan :

Bandwidth terpakai = total bandwidth yang terpakai

Bandwidth sistem = besarnya bandwidth yang disediakan oleh sistem

yang digunakan.

2.6 NS-2 (Network Simulator 2) 2.6.1 Konsep NS-2

Network Simulator dibangun dengan menggunakan 2 bahasa

pemrograman, yaitu C++ dan Tcl/OTcl. C++ digunakan untuk library yang berisi

event scheduler, protokol dan network component yang diimplementasikan pada

Network Simulator 2.34 yang digunakan oleh penulis. Tcl/OTcl digunakan pada

script yang ditulis oleh user dan pada library sebagai simulator objek. OTcl juga

nantinya akan berperan sebagai interpreter. Hubungan antar bahasa pemrograman

dapat dideskripsikan seperti Gambar 2.3. (Wirawan, Andi B. dan Indarto, Eka :

(25)

16

Bahasa C++ digunakan pada library karena C++ mampu mendukung

runtime simulasi yang cepat, meskipun simulasi melibatkan simulasi jumlah paket

dan sumber data dalam jumlah besar.

Gambar 2.3 Hubungan Tcl/OTcl dengan C++

Bahasa Tcl memberikan respon runtime yang lebih lambat daripada C++,

tetapi jika terdapat kesalahan, respon Tcl terhadap kesalahan syntax dan

perubahan script berlangsung dengan cepat dan interaktif. User dapat mengetahui

letak kesalahannya yang dijelaskan pada console, sehingga user dapat

memperbaiki dengan cepat. Oleh karena itu, bahasa ini dipilih untuk digunakan

pada skripsi simulasi.

2.6.2 Komponen Pembangunan NS-2

Instaler NS versi NS-allinone berisi keseluruhan komponen wajib dan

optional yang dibutuhkan oleh simulasi. Masing-masing komponen tersebut

terdapat pada folder NS-allinone yang diinstal. Gambar 2.4 adalah gambar

(26)

17

Gambar 2.4 Komponen Pembangun NS-2

Keterangan:

1. TCL: Tool Command Language

2. Otcl: Object TCL

3. TK: Tool Kit

4. Tclcl: Tcl/C++ Interface

5. NS2: NS versi 2

6. Nam: Network Animator

2.6.3 Cara Membuat dan Menjalankan Skrip NS-2

Membuat skrip simulasi NS sangat mudah. Skrip simulasi bisa dibuat

dengan menggunakan program teks editor yang ada pada linux, dan disimpan

dalam sebuah folder dengan ekstensi .tcl.

Contoh:

Simulasi1.tcl

Berikut ini akan dijelaskan dasar-dasar bahasa Tcl yang berguna dalam

(27)

18 Syntax Dasar

Syntax dasar perintah tcl yaitu :

Command Arg1 arg2 arg3 …

Command tersebut bisa berupa nama dari built in command, atau sebuah

prosedur Tcl. Contoh :

Expr 2*3

Puts *ini adalah contoh command*

Variable dan Array

Untuk membuat variable, digunakan perintah set. Adapun contoh

penggunaannya adalah sebagai berikut :

Set x *ini adalah contoh variable* Set y 20

Pemanggilan variabel dilakukan dengan menggunakan tanda $ seperti

contoh di bawah ini :

Puts “ $x, semuanya berjumlah $y ”

Sedangkan pembuatan array ditandai dengan menggunakan tanda

kurung setelah nama array tersebut yang dapat dituliskan sebagai berikut:

Set opts (bottleneckinkrate) 1.2 Mb

(28)

19

Pembangunan simulasi NS-2 dilakukan secara bertahap. Berikut ini

merupakan contoh tahap-tahap dasar pembuatan simulasi NS-2 :

Langkah 1: Mendefinisikan Variable Global

Menurut Wirawan & Indarto (2004), dalam membangun simulasi JSN

apabila membutuhkan variable-variable global yang akan digunakan oleh

keseluruhan program, maka variable-variable harus didefinisikan terlebih dahulu

dengan menggunakan perintah set<spasi>namavariabel(identitasvariabel)

<spasi>value. Contoh pendefinisian tersebut adalah sebagai berikut :

set val(chan) Channel/WirelessChannel;

Variable-variable yang didefinisikan di atas memiliki fungsi yang

berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pembuatan simulasi. Keterangan dari

variable-variable di atas adalah sebagai berikut :

1. Chan

Merupakan tipe channel yang digunakan dalam simulasi, seperti channel

wireless.

2. Prop

Merupakan model propagasi. Model propagasi bisa bernilai

(29)

20 3. Netif

Merupakan tipe jaringan wireless yang digunakan.

4. Mac

Merupakan tipe MAC yang digunakan sesuai dengan channel yang

digunakan.

5. Ifq

Merupakan tipe antarmuka antriannya, yang menunjukkan perlakuan node

terhadap paket apabila memori yang digunakan telah penuh.

6. Ll

Merupakan tipe link layer.

7. Ant

Merupakan model antena node yang digunakan.

8. Ifqlen

Merupakan ukuran maksimum antrian paket.

9. Nn

Merupakan jumlah node yang digunakan.

10. Rp

Merupakan protokol routing yang digunakan.

11. Seed

Merupakan nilai seed yang digunakan sebagai nilai awal dari penggunaan

nilai random.

12. X

Merupakan nilai topografi x.

(30)

21 Merupakan Nilai topografi y.

14. Stop

Merupakan nilai waktu dimana simulasi akan dihentikan.

15. Mobility

Merupakan mobilitas dari node apakah pergerakan node bersifat statis atau

dinamis.

Langkah 2: Inisialisasi Simulasi

Menurut Wirawan & Indarto (2004), untuk memulai pembuatan simulasi

sederhana, dapat menggunakan salah satu teks editor yang ada pada linux yang

digunakan. Kemudian file tersebut disimpan dalam sebuah folder.

Simulasi NS dimulai dengan menuliskan skrip Tcl seperti di bawah ini :

#memanggil simulator object Set ns [new Simulator]

#open file handle untuk simulator nam trace data Set nf [open out.nam w]

$ns namtrace-all $nf

#prosedur finish berguna untuk menyelesaikan simulasi Proc finish {} {

#menutup file dan memulai nam (network animator) Global ns nf

#mengeksekusi prosedur finish pada saat detik ke 5.0 $ns at 5.0 “finish”

#menjalankan simulasi $ns run

Dimana baris yang diawali dengan tanda # dianggap sebagai komentar yang

digunakan untuk menjelaskan masing-masing perintah.

Langkah 3 : Pembuatan Topologi

Topologi dibangun oleh node dan link yang dijelaskan sebagai berikut :

(31)

22

Merupakan sebuah objek node pada NS-2 didefiniskan dengan command

$ns node. Sebagai contoh pembuatan node pada NS-2 adalah sebagai berikut :

Set node [$ns node]

Link

Ada dua jenis link yang bisa digunakan pada NS-2, yaitu simplex link dan

duplex link. Berikut ini adalah perintah pembuatan link beserta parameternya :

1. Untuk simplex link :

$ns simplex-link <node1><node2><bw><delay><qtype>

Link satu arah dari <node1> ke <node2>.

2. Untuk duplex link :

$ns simplex-link <node1><node2><bw><delay><qtype>

Link dua arah dari <node1> ke <node2> dan sebaliknya.

Langkah 4 : Membuat aliran data

Proses pengiriman data pada NS-2 dilakukan dengan membuat

transport agent dan aplikasi pembawanya. Transport agent dibuat berpasangan,

satu berfungsi sebagai sumber data dan pasangannya sebagai tujuannya.

Pada simulasi ini, kita menggunakan paket TCP dengan menggunakan

aplikasi FTP. Pengiriman data tersebut diawali dengan membuat agent pengirim

data.

#membuat objek simulator yang berupa TCP Agent

(32)

23

#attach-agent berfungsi untuk mengambil object agent yang sudah

didefinisikan. Attach-agent tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian

pengirim dan bagian penerima.

#node_(1) sebagai node sumber

$ns attach-agent $node_(1) $tcp

#node_(4) sebagai node tujuan

$ns attach-agent $node_(4) $sink

Untuk dapat mengalirkan data di antara 2 node tersebut, maka kedua

node tersebut harus dihubungkan dengan perintah sebagai berikut :

$ns connect $tcp $sink

Kemudian dibuat aplikasi yang berjalan di atas transport agent tersebut.

Pada contoh ini, kita gunakan generator trafik dengan fungsi FTP dengan perintah

sebagai berikut :

set ftp [new Application/FTP] $ftp attach-agent $tcp

Setelah itu dilakukan pengaturan waktu dimana data TCP akan dialirkan,

dengan perintah sebagai berikut :

$ns at 10.0 "$ftp start"

Artinya bahwa data akan dikirim setelah detik ke 10.0.

Menurut Wirawan & Indarto (2004), ada 2 jenis TCP Agent yang

didukung oleh NS-2, yaitu One Way TCP Agent dan Two Way TCP Agent.

Dimana One Way TCP Agent tidak menggunakan komunikasi 2 arah antara node

sumber dan node tujuannya, sedangkan Two Way TCP Agent mengadakan

(33)

24

2.7 Practical Extraction and Report language (Perl)

Menurut Jusak (2011), Perl merupakan bahasa pemrograman yang

banyak digunakan untuk pemrosesan data file ASCII pada system UNIX. Bahasa

pemrograman ini dibuat oleh Larry Wall dengan tujuan untuk memudahkan

tugas-tugas administrasi sistem UNIX. Saat ini, Perl telah berevolusi menjadi bahasa

pemrograman dan merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk

pemrograman web. Di bawah ini merupakan contoh sederhana prosedur queue.pl

untuk memfilter data:

$infile=$ARGV[0];

open (DATA,"<$infile") || die "Can't open $infile $!"; while (<DATA>)

Prosedur queue.pl di atas dijalankan dengan perintah sebagai berikut :

Perl queue.pl simple.tr > queue

Yang berarti bahwa prosedur queue.pl digunakan untuk memfilter data

dari file simple.tr yang kemudian hasilnya akan disimpan pada file baru bernama

(34)

24

BAB III

METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam TA ini dilakukan dengan cara

mencari informasi yang berkaitan dengan data-data yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan TA ini. Data-data tersebut meliputi karakteristik protokol yang

digunakan yaitu protokol DSDV dan OLSR sebagaimana yang diketahui bahwa

kedua protokol tersebut merupakan protokol Proactive routing, data yang

digunakan sebagai aliran trafik yaitu TCP, serta prameter-parameter QoS yang

digunakan dalam perhitungan dan analisis. Penelitian yang dilakukan dapat

dijelaskan dengan lebih baik melalui diagram blok pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram Blok

Dari diagram blok pada Gambar 3.1, dapat diketahui bahwa terdapat 3

bagian penting yaitu bagian input, proses, dan output.

(35)

25

Bagian input terdiri dari data yang digunakan untuk simulasi yaitu berupa

data trafik yang dibangkitkan dari simulator NS-2. Data TCP tersebut dialirkan

dari node sumber menuju node tujuan menggunakan protokol DSDV dan OLSR.

3.1.2 Bagian Proses

Pada bagian ini akan dibangun simulasi jaringan menggunakan NS-2.

Proses ini meliputi konfigurasi jaringan, desain topologi, mengatur skenario

simulasi dan parameter eksternal, dan menjalankan simulasi. Simulasi yang

dilakukan menggunakan topologi dengan posisi node yang bersifat acak

(random), dimana untuk menghasilkan posisi yang acak tersebut menggunakan

parameter eksternal berupa nilai seed yang ditentukan untuk masing-masing

percobaan.

Setelah semua tahap proses dilakukan dengan beberapa percobaan, akan

dilakukan pengambilan data-data yang berguna untuk melakukan penghitungan

delay, PLR, dan utilisasi bandwidth. Data-data tersebut dapat diperoleh dari file

hasil simulasi yaitu file “simple.tr” yang berisi segala informasi aktivitas yang

terjadi mulai dari awal hingga akhir. Data-data yang diambil adalah data-data

yang merupakan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan data TCP saja, karena

ukuran paket TCP ± sama dengan ukuran paket data yang dikirim dan diterima

pada penerapan JSN yaitu maksimal ±1040 byte. Hasil dari pengolahan data

tersebut berupa analisis seperti yang disebutkan sebagai berikut :

1. Analisis perbandingan delay : yaitu rata-rata waktu penundaan yang terjadi

terhitung dari saat paket dikirim dari transmitter hingga paket diterima

(36)

26

2. Analisis perbandingan PLR : yaitu rata-rata besarnya paket data yang

hilang dan gagal diterima oleh receiver. Apabila nilai PLR dari suatu

protokol itu semakin kecil, maka semakin baik kualitas protokol dalam

pengiriman data.

3. Analisis perbandingan utilisasi bandwidth : yaitu rata-rata bandwidth yang

dihabiskan untuk melakukan pengiriman dan penerimaan data. Semakin

kecil rata-rata bandwidth yang digunakan oleh sistem dengan protokol

tertentu, maka protokol tersebut semakin efektif bila digunakan.

3.1.3 Bagian Output

Bagian output meliputi hasil perbandingan protokol DSDV dan OLSR

yang terdiri dari beberapa parameter QoS yaitu delay, PLR, dan utilisasi

bandwidth. Sehingga dapat dilihat protokol yang paling sesuai untuk digunakan

pada pengimplementasian JSN Ad Hoc berdasarkan unjuk kerja dari

(37)

27

3.2 Arsitektur Sistem Jaringan

Gambar 3.2 Diagram Alur Proses Simulasi

Dari Gambar 3.2 dapat diketahui bahwa proses simulasi dimulai dengan

adanya script Tcl. Script tersebut dibangun sesuai dengan parameter-parameter

yang akan dijelaskan pada subbab berikutnya. Kemudian script tersebut akan

dijalankan dengan perintah :

root@fauzan:/home/fauzan/TA#ns<spasi>namafile.tcl

Perintah di atas dituliskan pada jendela terminal ubuntu dengan format

yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Jika simulasi tersebut berhasil, maka

akan dihasilkan file hasil simulasi, yaitu :

(38)

28

2.File.nam : digunakan untuk melihat display dari hasil program. Dapat

dieksekusi dengan cara “nam<spasi>namafile.nam

Jika simulasi tidak berhasil, maka harus dilakukan troubleshooting

terhadap script Tcl yang telah dibuat dan memperbaikinya. Setelah itu, penjalanan

simulasi bisa dilakukan kembali.

3.3 Tahap Perancangan Sistem

Tahap-tahap yang dilakukan dari awal perancangan sistem, pembuatan

sistem, serta analisisnya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Tahap Perancangan Sistem

Tahap-tahap perancangan sistem pada gambar di atas akan dijelaskan

pada sub-bab berikutnya.

(39)

29

Desain topologi simulasi yang digunakan dibagi menjadi 2 yaitu topologi

dengan 5 buah node dan 10 buah node. Desain topologi tersebut dapat

diilustrasikan seperti Gambar 3.4 dan Gambar 3.5.

Gambar 3.4 Topologi 5 buah node Gambar 3.5 Topologi 10 buah node

Desain topologi sistem seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.4 dan

Gambar 3.5, masing-masing posisi node nya ditentukan secara random. Jadi,

untuk masing-masing percobaan akan menghasilkan posisi-posisi node yang

berbeda. Akan tetapi, node sumber dan node tujuannya sudah ditentukan.

Penentuan node sumber dan node tujuannya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Penentuan Node Sumber dan Node Tujuan

DSDV OLSR

menjadi tujuan bisa dilihat dari syntax berikut :

(40)

30

Syintax (1) menunjukkan nomor node yang menjadi sumber, sedangkan

syntax (2) menunjukkan nomor node yang menjadi tujuan. Syntax tersebut dapat

digunakan jika menggunakan tipe data TCP yang akan dialirkan.

3.3.2 Parameter-parameter Simulasi

Pembuatan sistem tidak terlepas dari parameter-parameter yang

digunakan untuk menghasilkan sistem sesuai dengan kebutuhan.

Parameter-parameter yang digunakan pada pembangunan sistem pada penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Parameter Simulasi

No. Parameter Nilai

1. Channel WirelessChannel

2. Model propagasi Free Space

3. Tipe antarmuka antrian Drop Tail

4. Model antena Omni antenna

5. Tipe protokol routing DSDV dan OLSR

6. Network Interface WirelessPhy

pembangunan sistem. Parameter-parameter tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

(41)

31

Channel yang diaktifkan adalah channel Wireless, karena yang dibuat

adalah simulasi jaringan yang menggunakan wireless (jaringan tanpa

kabel).

2. Model propagasi = Free Space

Model propagasinya bersifat free space.

3. Tipe antarmuka antrian = Drop Tail

Tipe antarmuka antrian ini menggunakan Drop Tail dimana data yang

diterima pada saat kapasitas.

4. Model Antena = Omni Antenna

Model antena yang digunakan adalah antena omni untuk masing-masing

node yang digunakan dalam simulasi.

5. Tipe protokol routing = DSDV dan OLSR

Protokol routing yang digunakan adalah DSDV dan OLSR. Kedua protokol

routing tersebut merupakan protokol yang dapat digunakan dalam tipe

jaringan WirelessPhy. Kedua protokol tersebut merupakan protokol yang

proaktif, sehingga selalu ada komunikasi antar-node sehingga rute yang

terbentuk akan selalu terjaga.

6. Network Interface = WirelessPhy

Jaringan yang digunakan adalah jaringan wireless dan jaringan tersebut

memiliki beberapa tipe. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan tipe standar wirelessphy (802.11 phy) dengan data rate sebesar 1.2

Mbps dan operating frequency sebesar 2.4 GHz. (Gong, Shan. 2006).

(42)

32

Tipe MAC yang digunakan adalah 802.11 karena menggunakan standar

wireless 802.11.

8. Tipe Link Layer = LL Tipe link layernya LL.

9. Dimensi topografi = 300 x 300 m

Dimensi topografi yang digunakan adalah panjang = 300 m dan lebar = 300

m. Dimensi ini lebih besar 3 kali dari dimensi topografi yang digunakan

oleh Nofianti, Dwi, dkk (2011), agar posisi node yang tersebar lebih terlihat

komunikasi.

10.Waktu simulasi = 200 detik

Waktu simulasi yang digunakan adalah selama 200 detik.

Selain parameter-parameter yang sudah disebutkan di atas, untuk

pengaturan posisi node secara random menggunakan parameter seed yang sama,

agar hasil yang diperoleh dapat dibandingkan. Parameter seed yang diterapkan

pada sistem dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Nilai Parameter Seed

(43)

33

Nilai-nilai seed pada Tabel 3.3 berpengaruh pada pembuatan generator

nilai random yang akan digunakan pada simulasi. Nilai-nilai tersebut ditentukan

berdasarkan range maksimal nilai seed yang berpengaruh pada hasil simulasi

sehubungan dengan nilai seed tersebut akan menghasilkan nilai posisi yang masih

bisa terjangkau oleh node-node lain ataupun tidak. Nilai seed = 5 adalah nilai

maksimal yang dapat dijangkau dengan ukuran topografi yang ditentukan.

(44)

34

Gambar 3.6 Diagram Alur Pembuatan Script *.tcl

Sebelum melakukan proses simulasi, terlebih dahulu dilakukan

pembuatan script *.tcl sesuai dengan parameter-parameter dan bentuk topologi

jaringan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dari Gambar 3.6 dapat dijabarkan

bahwa tahap pembuatan script *.tcl adalah sebagai berikut :

(45)

35

Dalam membangun simulasi JSN Ad Hoc terlebih dahulu harus

mendefinisikan variabel-variabel global yang dibutuhkan. Berikut adalah cara

pendefinisian variabel dengan nilai yang sudah ditentukan :

set val(chan) Channel/WirelessChannel;

Script di atas bertujuan untuk mendeklarasikan variabel-variabel yang

digunakan. Variabel-variabel yang akan digunakan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Variabel-variabel Global

2. Prop TwoRayGround Model propagasinya TwoRayGround

3. Netif WirelessPhy Tipe jaringan wireless yang digunakan

adalah standar wirelessphy

4. Mac 802_11 Tipe MAC yang digunakan adalah

wireless 802.11

5. Ifq DropTail/PriQueue Tipe antarmuka antriannya bersifat

droptail yang menggunakan priqueue

6. Ll LL Tipe link layer nya LL

7. Ant OmniAntenna Antena yang digunakan pada node

adalah antena Omni

8. Ifqlen 50 Ukuran maksimum antrian paket adalah

50

9. Nn 5 / 10 Jumlah node yang digunakan adalah 5

dan 10 (secara terpisah)

10. Rp DSDV / OLSR Protokol routing yang digunakan adalah

DSDV dan OLSR (secara terpisah)

11. Seed 0 – 5 Seed yang digunakan bervariasi sesuai

(46)

36

15. Mobility Static Mobilitas dari node bersifat statis

2. Inisialisasi

Setelah mendefinisikan variabel-variabel yang dibutuhkan, selanjutnya

dilakukan inisialisasi dari simulasi tersebut. Script di bawah ini harus selalu

dituliskan ketika akan membangun simulasi. Script tersebut adalah sebagai

berikut:

set ns [new Simulator]

set tracefd [open simple.tr w] set namtrace [open simwrls.nam w] $ns trace-all $tracefd

$ns namtrace-all-wireless $namtrace $val(x) $val(y)

Dengan script di atas maka akan dihasilkan 2 jenis file yaitu “simple.tr”

yang digunakan untuk menyimpan hasil simulasi dan “simwrls.nam” untuk

menyimpan data visualisasi dari simulasi. Perintah “open” pada script di atas

digunakan untuk membuat file dan perintah “w” yang berada di belakang untuk

menuliskan hasil pada file yang telah dibuat.

3. Mengatur Parameter Node

Karena topologi yang dibuat adalah topologi yang posisi node-nodenya

ditentukan secara random, maka harus dibuat sebuah parameter yang digunakan

(47)

37

# General pseudo-random sequence generator set genSeed [new RNG]

# Mobility model: x node position [m] set genNodeX [new RNG]

$genNodeX seed [expr [$randomSeed value]] set randomNodeX [new RandomVariable/Uniform] $randomNodeX use-rng $genNodeX

$randomNodeX set min_ 1.0

$randomNodeX set max_ [expr $val(x) - 1.0]

# Mobility model: y node position [m] set posNodeY [new RNG]

$posNodeY seed [expr [$randomSeed value]] set randomNodeY [new RandomVariable/Uniform] $randomNodeY use-rng $posNodeY

$randomNodeY set min_ 1.0

$randomNodeY set max_ [expr $val(y) - 1.0]

Script di atas digunakan untuk membuat nilai random. Sebelum

melakukan random pada nilai variabel X dan Y, harus dibuat general random

terlebih dahulu dengan perintah set genSeed [new RNG], yang digunakan untuk

membangkitkan generator randomnya. Kemudian membuat variabel yang akan

digunakan seperti $genSeed seed $val(seed), dengan perintah tersebut akan

diberi nilai generatornya berdasarkan nilai parameter seed yang telah disebutkan

pada sub bab sebelumnya. Setelah membangkitkan generatornya, selanjutnya

dibuat variable yang digunakan untuk menampung nilai random yaitu dengan

perintah set randomSeed [new RandomVariable/Uniform], variabel tersebut

akan menampung nilai yang dihasilkan oleh generator seed yang diatur

sebelumnya dengan perintah $randomSeed use-rng $genSeed. Kemudian

dilakukan pengaturan nilai minimal dan maksimal nilai random, dalam penelitian

ini digunakan range 1-200 yang diatur dengan menuliskan perintah $randomSeed

(48)

38

maksimal yang digunakan berdasarkan kemampuan jangkauan dari

masing-masing node dikarenakan tipe jaringan wireless 802.11 memiliki jangkauan ± 100

meter. (Gong, Shan. 2006).

Setelah itu, pengaturan posisi node dapat dilakukan. Untuk pemberian

nilai random untuk titik X dan titik Y harus dibedakan variabel penampung dan

variabel generatornya, agar tidak terjadi pemberian nilai yang sama utnuk

masing-masing titik tersebut. Dimana generator yang digunakan untuk titik X adalah

genNodeX dan untuk titik Y adalah posNodeY dengan perintah set genNodeX

[new RNG] dan set posNodeY [new RNG]. Sedangkan variabel penampungnya

digunakan variable randomNodeX dan randomNodeY. Proses terakhir pemberian

nilai random untuk masing-masing titik adalah mengatur nilai minimal dan

maksimalnya juga. Dari perintah $randomNodeX set min_ 1.0 dan

$randomNodeX set max_ [expr $val(x) - 1.0], nilai minimal yang

digunakan adalah 1 dan nilai maksimalnya adalah 300-1. Karena nilai maksimal

dari generatornya adalah 200 maka nilai maksimal dari masing-masing mobilitas

node X dan Y adalah 200.

Setelah melakukan pengaturan-pengaturan di atas, sebelum membuat

topologi dan proses-proses yang lain dilakukan pengaktifan konfigurasi node

dengan variabel-variabel global yang sudah diinisialisasikan sebelumnya beserta

nilai-nilainya dengan perintah sebagai berikut :

$ns node-config -adhocRouting $val(rp) -llType $val(ll) \ -macType $val(mac) -ifqType $val(ifq) \

-ifqLen $val(ifqlen) -antType $val(ant) \ -propType $val(prop) -phyType $val(netif) \

-topoInstance $topo a-agentTrace ON -routerTrace OFF \ -macTrace ON -movementTrace ON -channel $chan_

(49)

39

Untuk membangun simulasi, maka dibutuhkan objek topografi, sehingga

harus dituliskan script dibawah ini :

set topo [new Topography]

$topo load_flatgrid $val(x) $val(y) create-god $val(nn)

set chan_ [new $val(chan)]

Perintah di atas digunakan untuk membuat objek topografi dan

mendefinisikan ukuran topologi sebesar nilai dari variabel x dan nilai dari variabel

y. Nilainya sesuai dengan yang telah didefinisikan pada variabel global, yaitu 300

x 300 meter. Selain itu, juga dibuat GOD (General Operation Director) untuk

menyimpan informasi keseluruhan mobile node dan melakukan perhitungan

jumlah hop terpendek untuk menghubungkan satu node dengan lainnya.

5. Membuat Node dan Mengatur Posisi Node

Objek node digunakan sebagai ilustrasi sebuah sensor. Pada NS-2, untuk

membuat sebuah node digunakan perintah :

set nama_node [$ns node]

Maka perintah yang digunakan adalah seperti di bawah ini:

for {set i 0} {$i < $val(nn) } {incr i} { set node_($i) [$ns node]

$node_($i) random-motion 0 ; }

Script di atas menunjukkan bahwa node yang dibuat adalah sebanyak

nilai “nn” yang sudah dideklarasikan pada saat pertama kali, yaitu sebanyak 5 atau

10 buah. Jika nilai nn=5, maka banyak node yang dibuat berjumlah 5, dan

pemberian nama node-nya karena dimulai dari 0 (seperti yang disebutkan dari

perulangan dengan variabel i, dimulai dari 0 hingga i kurang dari 5), maka nama

node tersebut adalah node_0, node_1, node_2, node_3, node_4. Demikian pula

(50)

40

Karena posisi node yang ditentukan bersifat random, maka posisi node

yang dihasilkan harus diatur letak titik X dan titik Y nya dengan menggunakan

general-pseudo-random yang sudah dibuat di script sebelumnya. Cara

menggunakan perintahnya adalah sebagai berikut :

if {$val(mobility) == "Static"} {

for {set i 0} {$i < $val(nn)} {incr i} { set X [expr [$randomNodeX value] ] $node_($i) set X_ $X

set Y [expr [$randomNodeY value] ] $node_($i) set Y_ $Y

$node_($i) set Z_ 0.0 }}

Dengan script di atas, akan diciptakan sebuah kondisi yaitu jika nilai dari

variabel mobility adalah “Static” maka akan terjadi pengulangan dimulai dari 0 –

nn untuk membuat posisi X dan Y dari node-node yang bersangkutan bernilai

random.

Perintah “expr” yang tercantum pada script digunakan untuk menandai

bahwa ada operasi matematika. Seperti yang terdapat pada script di atas yaitu

[$randomNodeX value] yang merupakan perintah untuk memberikan nilai

variabel X dengan hasil dari operasi randomNodeX, begitu juga dengan nilai

variabel Y. Sedangkan untuk nilai titik Z digunakan posisi 0, karena koordinat

yang digunakan adalah koordinat 2 dimensi.

6. Membuat Aliran Trafik

Untuk mendapatkan input data, maka dibuat aliran data. Proses

pengaliran data dilakukan dengan membuat transport agent dan aplikasi di

atasnya. Dalam penelitian ini, menggunakan agent TCP dan FTP sebagai

aplikasinya. Script yang digunakan dapat dituliskan sebagai berikut :

(51)

41

menunjukkan bahwa node_1 merupakan node sumber menuju node_4 dengan

perintah $ns attach-agent $node_(4) $sink sebagai tujuannya. setelah

ditentukan arah alirannya, maka kedua node tersebut dihubungkan dengan

perintah :

$ns connect $tcp $sink

Kemudian TCP tersebut dialirkan dengan aplikasi File Transfer Protokol

(FTP) pada detik ke 10.0.

7. Akhir Program

Selain script-script yang dibuat di atas, untuk proses akhir dari program,

maka harus dibuat script penutup. Script akhir bertujuan untuk me-reset semua

nilai yang sudah digunakan dan untuk mengakhiri simulasi. Berikut adalah

perintah untuk me-reset nilai-nilai :

for { set i 0} { $i < $val(nn) } { incr i } { $ns initial_node_pos $node_($i) 30

}

for { set i 0} { $i < $val(nn) } { incr i } { $ns at 200.0 "$node_($i) reset";

}

$ns at $val(stop) "$ns nam-end-wireless $val(stop)" $ns at $val(stop) "stop"

(52)

42

Sedangkan, untuk menghentikan program simulasi digunakan perintah

sebagai berikut :

namtrace. Perintah “flush-trace” digunakan untuk menyimpan seluruh data hasil

simulasi ke dalam tracefile dan namfile. Sedangkan, perintah “exit” digunakan

untuk mengakhiri aplikasi dan memberikan status 0 kepada sistem. Nilai status

tersebut adalah default untuk membersihkan memori sistem. Prosedur di atas akan

dijalankan pada detik 200.01 seperti yang tertera pada perintah :

$ns at 200.01 "puts \"end simulation\" ; $ns halt"

Setelah menuliskan semua objek simulasi, jangan lupa untuk menuliskan

perintah :

$ns run

3.3.4 Melakukan Trace Simulasi

Dengan perintah tersebut objek simulasi akan dieksekusi secara

berurutan ketika dijalankan, perintah-perintah yang ditulis setelah $ns run tidak

(53)

43

Gambar 3.7 Diagram Alur Trace Simulasi

Gambar 3.7 merupakan langkah-langkah melakukan trace simulasi,

pertama-tama kita melakukan panggilan/menjalankan script *.tcl yang telah

dibuat. Kemudian jendela Network Animator yang dihasilkan dari pemanggilan

script tersebut dijalankan hingga selesai. Sehingga dihasilkan 2 file yaitu file

*.nam yang berisi data visualisasi dari simulasi dan file *.tr yang berisi data-data

aktivitas yang terjadi pada saat simulasi berjalan hingga selesai.

3.3.5 Proses Parsing Data

Proses parsing data yang dilakukan bertujuan untuk mengambil data-data

yang dibutuhkan untuk melakukan penghitungan selanjutnya dari file *.tr yang

telah dihasilkan. Pada penelitian ini filter data dapat dilihat selengkapnya pada

pengujian Bab 4.3.3.

Tidak semua informasi yang tersimpan pada tracefile digunakan untuk

(54)

44

Gambar 3.8 Hasil Tracefile

File yang ditunjukkan oleh Gambar 3.8 merekam semua aktivitas yang

terjadi mulai dari detik ke-0 (nol) hingga detik ke-200 sesuai dengan script Tcl

yang telah dibuat. Gambar 3.9 menunjukkan cuplikan baris pertama dari hasil

tracefile Gambar 3.8.

S 0.031853939 _1_ MAC --- 0 message 90 [0 ffffffff 1 800] [1:255 -1:255 32 0] K. 0 K. 1 K. 2 K. 3 K. 4 K. 5 K. 6 K. 7 K. 8 K.9

Gambar 3.9 Cuplikan Tracefile

Dimana :

K = Kolom ke-i , misal : K. 7 = Kolom 7.

Data-data yang terekam ada beberapa kolom meliputi : (Wirawan, Andi

B. dan Indarto, Eka. 2004)

1. Kolom 0 menunjukkan event yang sedang terjadi. Pada file di atas terdapat 3

event yaitu s (sent) yang menunjukkan bahwa sedang terjadi pengiriman,

(55)

45

event D (Drop) yang menunjukkan bahwa ada paket yang dibuang (drop)

biasanya terjadi pada detik-detik terakhir saat simulasi akan berakhir.

2. Kolom 1 menunjukkan waktu event sedang terjadi.

3. Kolom 2 menunjukkan nomor node yang sedang terlibat dengan aktivitas

pada saat itu.

4. Kolom 3 menunjukkan trace level yaitu MAC dan AGT. MAC merupakan

MAC layer dan AGT merupakan paket pada transport layer.

5. Kolom 4 merupakan pemisah.

6. Kolom 5 adalah nomor urut paket dimulai dari urutan 0 (nol).

7. Kolom 6 menunjukkan tipe dari paket (tcp, ack, arp, cts, dsb).

8. Kolom 7 menunjukkan ukuran (length) dari paket dalam satuan byte.

9. [0 ffffffff 1 800] menunjukkan informasi MAC layer.

10. [1:255 -1:255 32 0] menunjukkan IP sumber dan tujuan berikutnya time to

live (ttl) dari paket.

11. Apabila terdapat informasi [0 0] merupakan nomor urut dan pemberitahuan

nomor (informasi tcp).

0 0 merupakan format mekanisme routing type pack.

File di atas difilter dengan langkah-langkah pada diagram alur pada

(56)

46

Gambar 3.10 Diagram Alur Melakukan Filter Data

Gambar 3.10 merupakan langkah-langkah melakukan proses parsing file

dimulai dengan memanggil script *.pl seperti yang terlihat pada diagram alur

Gambar 3.10. File yang difilter pada penelitian ini adalah file simple.tr, data-data

yang ada di dalam file tersebut difilter sesuai dengan kebutuhan untuk

penghitungan delay, PLR, dan utilisasi bandwidth. Jika proses filter berhasil,

maka akan dihasilkan file baru yang berisi data-data yang telah terfilter dengan

nama yang diberikan. Data-data yang dibutuhkan untuk proses penghitungan

(57)

47

Gambar 3.11 FlowchartScript Perl

Dari Gambar 3.11 dapat diketahui bahwa data-data yang dibutuhkan

adalah data yang menunjukkan aliran data TCP sesuai dengan sistem yang dibuat.

Tetapi tidak semua informasi yang digunakan. Dari flowchart di atas data-data

(58)

48

Satuan waktu dimana suatu event sedang berlangsung.

3. Kolom 2 ($x[2])

Nomor node yang sedang terlibat dengan aktivitas pada saat itu.

4. Kolom 3 ($x[3])

Trace level yaitu MAC dan AGT. MAC merupakan MAC layer dan AGT

merupakan paket pada transport layer.

5. Kolom 5 ($x[5])

Nomor urut paket dimulai dari urutan 0 (nol).

6. Kolom 7 ($x[7])

Ukuran (length) dari paket baik yang dikirim, diterima, maupun yang drop

dalam satuan byte.

7. Kolom 8 ($x[8])

Informasi MAC layer.

8. Kolom 11 ($x[11])

(59)

49

9. Kolom 12 ($x[12])

Format dari mekanisme. Misalnya 0 0 adalah mekanisme send dan 0 1

adalah mekanisme receive.

Informasi-informasi yang dijelaskan pada subbab di atas digunakan

dalam penghitungan yang akan dijelaskan pada subbab-subbab di bawah ini.

3.3.6 Proses Penghitungan Parameter Delay

Dalam penghitungan delay yang dibutuhkan adalah selisih/ waktu tunda

antara waktu pada saat paket diterima dengan waktu pada saat paket dikirim.

Informasi yang digunakan sebagai acuan pertama-tama data diurutkan

berdasarkan nomor urut paket yang tertera pada kolom 5, lalu dikelompokkan

berdasarkan trace level pada kolom 4 dimulai dari AGT terlebih dahulu karena

AGT merupakan paket pada transport layer dan MAC adalah MAC layernya.

Secara otomatis data akan urut dengan pola event s, r, s, r, …, s, r. Sehingga dapat

dihitung delay yang terjadi satu per satu, yang digunakan adalah waktu dengan

status event s dan r pada kolom 1. Rata-rata delay yang terjadi pada

masing-masing percobaan diperoleh dari total seluruh delay yang terhitung dibagi dengan

banyaknya proses komunikasi yang terjadi dimana suatu proses komunikasi yang

sukses adalah ketika data yang dikirim berhasil diterima oleh receiver.

Sedangkan, paket yang dikirim tetapi didrop oleh sistem tidak digunakan

dalam penghitungan delay. Tetapi akan digunakan pada penghitungan PLR.

Informasi-informasi yang lain digunakan untuk memastikan data-data yang sudah

(60)

50

3.3.7 Proses Penghitungan Parameter PLR

Dalam penghitungan PLR yang dibutuhkan adalah ukuran paket yang

hilang pada saat komunikasi berlangsung dengan menggunakan data yang sudah

diurutkan seperti yang sudah dijelaskan pada penghitungan delay pada subbab

sebelumnya.

Dalam penghitungan PLR, yang digunakan adalah ukuran paket pada

kolom 7 yaitu ukuran paket yang dikirim (sent) dikurangkan dengan ukuran paket

yang berhasil diterima (received). Rata-rata PLRyang terjadi pada masing-masing

percobaan diperoleh dari total seluruh paket yang hilang pada saat komunikasi

terjadi dijumlah dengan ukuran seluruh paket yang didrop dibagi dengan total

ukuran paket yang dikirim pada masing-masing percobaan.

3.3.8 Proses Penghitungan Parameter Utilisasi Bandwidth

Dalam penghitungan utilisasi bandwidth yang dibutuhkan adalah total

ukuran paket yang dikirim dan diterima pada saat komunikasi berlangsung dengan

menggunakan data yang sudah diurutkan seperti yang sudah dijelaskan pada

penghitungan delay sebelumnya. Dalam penghitungan utilisasi bandwidth, yang

digunakan adalah ukuran paket pada kolom 7 yaitu ukuran paket yang dikirim

dijumlahkan dengan ukuran paket yang berhasil.

Setelah diperoleh total ukuran paket yang berhasil dikirim dan diterima,

rata-rata utilisasi bandwidth yang terjadi pada masing-masing percobaan dapat

diperoleh dari total seluruh paket yang dikirim dan berhasil diterima pada saat

komunikasi terjadi dikalikan dengan 8 bit untuk memperoleh penghitungan dalam

satuan bit karena ukuran paket yang ditunjukan dari tracefile dalam ukuran byte

(61)

51

yang disediakan jika tidak diatur secara manual adalah 1.2 Mbps (1200000 bit per

sekon). Sesuai dengan tipe jaringan yang digunakan yaitu standar Wirelessphy

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Blok
Gambar 3.2 Diagram Alur Proses Simulasi
Gambar 3.3 Tahap Perancangan Sistem
Gambar 3.5, masing-masing posisi node nya ditentukan secara random. Jadi,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat beban pada jaringan tidak terlalu tinggi seperti dapat dilihat pada Gambar 22 dan 23, nilai dari delay pada masing-masing topologi cenderung fluktuatif

Semakin cepat node maka semakin jauh jarak yang terjadi pada antar node sehingga RLS tidak dapat menjangkau node tujuan hal ini disebabkan karena protokol routing GSR yang

Gambar diatas merupakan hasil dari pengujian average end to end delay OLSR terhadap jumlah kendaraan dapat dilihat ada beberapa node yang memiliki delay yang berdekatan yaitu 20

Berdasarkan pengujian yang dilakukan dalam skenario luas area dan jumlah mobile node yang berbeda dapat disimpulkan bahwa protokol AOMDV memiliki nilai rata-rata

Simulasi jaringan MANET dengan mengimplementasikan protokol TORA pada NS2, berdasarkan skenario penambahan jumlah node dari 30 node, 50 node hingga 70 node pada fixed grid

Dengan demikian dapat diperoleh analisis bahwa dengan menggunakan topologi dan skenario seperti pada simulasi maka protokol DSDV dapat meningkatkan jumlah paket

Protokol routing adalah standarisasi yang melakukan kontrol bagaimana sebuah node dapat meneruskan paket diantara perangkat komputasi dalam jaringan mobile ad hoc

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AD HOC ON-DEMAND DISTANCE VECTOR AODV PADA JARINGAN AD HOC HYBRID: PERBANDINGAN HASIL SIMULASI DENGAN NS-2 DAN IMPLEMENTASI PADA TESTBED DENGAN PDA