Mobile Ad Hoc Network (MANET) merupakan jaringan wireless yang berasal dari
kumpulan mobile node yang topologinya dapat berubah dengan cepat dan kapan saja.
Disini setiap node dapat bertindak sebagai pengirim, penerus jalur dan penerima pesan.
Dalam tugas akhir kali ini akan diuji perbandingan antara protokol proaktif DSDV dan
protokol reaktif DSR menggunakan simulator OMNeT++.
Routing Protokol DSDV lebih unggul dari segi delay dan throughput karena
protokol ini bersifat proaktif yang mengupdate tabel secara periodik, maka setiap node
memiliki tabel routing dari semua node sehingga protokol ini tidak membutuhkan waktu
yang lama saat mecari jalur pengiriman, dan secara otomatis throughput pun akan lebih
baik daripada protokol DSR. Kekurangan Routing protokol ini adalah memiliki overhead
yang lebih besar karena protokol ini memaintenance semua jalur pengiriman sehingga
overhead pun akan besar.
Routing Protokol DSR memiliki kelebihan dari segi overhead dikarenakan DSR
merupakan routing protokol reaktif yang hanya memaintenance satu jalur dalam
pengiriman data. Kekurangan protokol ini tidak cocok digunakan dalam banyak node
karena delay yang semakin besar dan throughput yang semakin menurun dikarenakan
apabila node ditambah akan menambah hop jalur pengiriman pesan sehingga waktu pun
akan bertambah dan otomatis akan mengurangi throughput.
Mobile Ad Hoc Network (MANET) is a wireless network that comes from a
group of mobile node which topology might change quickly at any time. In this network,
each node might serve as the transmitter, the path extension and the message receiver.
Therefore, the researcher through the study would like to test the comparison between the
proactive protocol of DSDV and the reactive protocol of DSR by means of OMNeT++
simulator.
The routing of DSDV Protocol had been more prominent in terms of delay and
throughput aspect because the protocol was proactive and updated the table periodically;
as a result, each node had the routing table from all nodes so that the protocol would not
take a long time to find the transmission path and automatically the throughput would be
better than the DSR Protocol. The lack of the protocol routing was that the protocol had
enormous overhead because the protocol performed the maintenance toward all
transmission paths and, therefore, the overhead would be enormous.
The routing of DSR protocol had been superior in comparison to the that of DSR
Routing in terms of overhead aspect because DSR had been reactive protocol that only
performed the maintenance for a single path in the data transmission. The lack of this
protocol was that the protocol had not been compatible for the implementation in multiple
nodes due to the increasing delay and the decreasing throughput; this situation occurred
because the increasing nodes would expand the hop of message transmission path. As a
result, the time would be increasing and automatically the throughput would be decreased.
i
ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING PROAKTIF DSDV TERHADAP PROTOKOL ROUTING REAKTIF DSR
PADA JARINGAN MANET
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika
Disusun oleh :
Paul Francis Rudhyanto
115314027
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
PERFORMANCE COMPARISON OF A PROACTIVE ROUTING PROTOKOL DSDV AND A REACTIVE ROUTING PROTOKOL DSR IN
MANET
A THESIS
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain Sarjana Komputer Degreein Informatics Engineering.
By :
Paul Francis Rudhyanto NIM : 115314027
INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING
FACULTY SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING PROAKTIF (DSDV) TERHADAP PROTOKOL ROUTING REAKTIF
(DSR) PADA JARINGAN MANET .
Oleh :
Paul Francis Rudhyanto NIM : 115314027
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing,
iv SKRIPSI
ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING PROAKTIF (DSDV) TERHADAP PROTOKOL ROUTING REAKTIF
(DSR) PADA JARINGAN MANET Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Paul Francis Rudhyanto NIM : 115314027
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal ……….
dan dinyatakan memenuhi syarat. Susunan Panitia Penguji
Nama lengkap Tanda Tangan
Ketua ……….
Sekretaris ……….
Anggota Bambang Soelistijanto, S.T., M.Sc., Ph.D ………. Yogyakarta, ……….
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
Dekan,
v
HALAMAN MOTTO
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, terkecuali yang sudah tertulis di dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta,20 April 2016 Penulis
vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Paul Francis Rudhyanto
NIM : 115314027
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpusatakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING REAKTIF (DSR) TERHADAP PROTOKOL ROUTING PROAKTIF
(DSDV) PADA JARINGAN MANET.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan kedalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberi royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
Mobile Ad Hoc Network (MANET) merupakan jaringan wireless yang berasal dari kumpulan mobile node yang topologinya dapat berubah dengan cepat dan kapan saja. Disini setiap node dapat bertindak sebagai pengirim, penerus jalur dan penerima pesan. Dalam tugas akhir kali ini akan diuji perbandingan antara protokol proaktif DSDV dan protokol reaktif DSR menggunakan simulator OMNeT++.
Routing Protokol DSDV lebih unggul dari segi delay dan throughput karena protokol ini bersifat proaktif yang mengupdate tabel secara periodik, maka setiap node memiliki tabel routing dari semua node sehingga protokol ini tidak membutuhkan waktu yang lama saat mecari jalur pengiriman, dan secara otomatis throughput pun akan lebih baik daripada protokol DSR. Kekurangan Routing protokol ini adalah memiliki overhead yang lebih besar karena protokol ini memaintenance semua jalur pengiriman sehingga overhead pun akan besar.
ix ABSTRACT
Mobile Ad Hoc Network (MANET) is a wireless network that comes from a group of mobile node which topology might change quickly at any time. In this network, each node might serve as the transmitter, the path extension and the message receiver. Therefore, the researcher through the study would like to test the comparison between the proactive protocol of DSDV and the reactive protocol of DSR by means of OMNeT++ simulator.
The routing of DSDV Protocol had been more prominent in terms of delay and throughput aspect because the protocol was proactive and updated the table periodically; as a result, each node had the routing table from all nodes so that the protocol would not take a long time to find the transmission path and automatically the throughput would be better than the DSR Protocol. The lack of the protocol routing was that the protocol had enormous overhead because the protocol performed the maintenance toward all transmission paths and, therefore, the overhead would be enormous.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “ Analisis Perbandingan Unjuk Kerja Routing Protokol Reaktif DSR terhadap Protokol Routing Proaktif DSDV pada jaringan MANET “ ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa selama proses penelitian dan penyusunan laporan tugas akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa dukungan, perhatian, semangat, kritik dan saran yang sangat penulis butuhkan, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya, antara lain kepada :
1. Bapak Bambang Soelistijanto, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing tugas akhir, atas kesabarannya dan nasehat dalam membimbing penulis, meluangkan waktunya, memberi dukungan, motivasi, serta saran yang sangat membantu penulis.
2. Orang tua, Johannes Hindargo R dan F.Puspa Djelita Sindunata, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi ini. 3. Bapak JB. Budi Darmawan S.T., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik,
atas bimbingan dan nasehat yang diberikan kepada penulis.
4. Sudi Mungkasi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, atas bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan kepada penulis.
xi
Informatika, atas bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan kepada penulis.
6. Teman – teman Teknik Informatika semua angkatan dan khususnya TI angkatan 2011 yang selalu memberikan motivasi dan bantuan hingga penulis menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Teman seperjuangan Ad Hoc (Drajat, Acong, Ari, Ius, Tea) dan teman Lab skripsi Jarkom (Pandu, Ardhi, Jeki, Hohok, Wawan, Anung, Lukas, Wisnu) yang selalu memberikan dukungan dan semangat agar cepat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman kos batu bata yang selalu memberi hiburan disaat penulis jenuh. 9. Barisan para mantan yang sudah memberikan berbagai pengalaman menarik
dari penulis mulai kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman kontrakan dari Kalimantan Selatan ( Noko, Thalib, Bogel, Helmi, Ayi, Devi, Andri, Irien, Adit, Citra, Hafizi, Amel, Sulai dll yang telah memberi hiburan saat penulis bosan mengerjakan skripsi.
11. Teman-teman nongkrong ( Rudi, Sendhy, Lita, Noy, Willy, Robi, Hilary, Bima, Layo, Ferika, Tiko, Ferdinand, Opin, Marko).
12. Teman-teman tim sepakbola baik dari Kalimantan Selatan, UKM Sepakbola USD, dan dari Yogyakarta yang telah memberikan pengalaman yang sangat banyak.
xii
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas akhir ini. Saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan yang akan dating. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 20 April 2016
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
TITLE PAGE ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN ... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian... 3
1.4. Batasan Masalah ... 3
1.5. Metodologi Penelitian ... 4
1.5.1. Studi literatur ... 4
1.5.2 Perancangan... 4
1.5.3 Pembangunan simulasi dan Pengumpulan data. ... 5
1.5.4 Analisis data dan Simulasi. ... 5
1.5.5. Penarikan Kesimpulan dan Saran. ... 5
1.6. Sistematika Penulisan ... 5
xiv
2.1 Mobile Ad Hoc Network (MANET) ... 7
2.2 Protokol Routing ... 9
2.2.1 Routing Reaktif... 10
2.2.2 Routing Proaktif ... 11
2.2.3 Hybrid Routing ... 11
2.3 DSR (Dynamic Source Routing) ... 12
2.3.1 Tahap route discovery (pencarian rute) ... 12
2.3.2 Tahap route maintenance (pemeliharaan rute) ... 16
2.4 DSDV (Destination Sequenced Distance Vector) ... 17
2.5 OMNET ... 26
BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN... 27
3.1 Parameter Simulasi ... 27
3.2 Skenario Simulasi ... 28
3.2.1 Tabel Skenario ... 28
3.3. Parameter Kinerja ... 30
3.3.1. Delay ... 30
3.3.2. Throughput ... 30
3.3.3. Overhead Ratio ... 30
3.4. Topologi Jaringan ... 30
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS ... 34
4.1 DSR ... 34
4.1.1. Throughput Jaringan ... 34
4.1.2. Delay Jaringan ... 36
4.1.3. Overhead Ratio Jaringan ... 38
4.2. DSDV ... 40
4.2.1. Throughput Jaringan ... 40
4.2.2. Delay Jaringan ... 42
4.2.3. Overhead Ratio Jaringan ... 44
4.3. Perbandingan DSR dengan DSDV ... 46
4.3.1. Throughput Jaringan ... 46
4.3.2. Delay Jaringan ... 48
4.3.3. Overhead Ratio Jaringan ... 50
xv
4.5 Perbedaan DSR dan DSDV dalam Skenario Terdahulu dan
Skenario Ekstrim ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
5.1 Kesimpulan ... 54
5.2 Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Parameter tetap dalam skenario ... 27
Tabel 3.2 Skenario A (DSR dan DSDV) dengan Koneksi 1 UDP ... 28
Tabel 3.3 Skenario B (DSR dan DSDV) dengan Koneksi 3 UDP ... 29
Tabel 3.4 Skenario C (DSR dan DSDV) dengan Koneksi 7 UDP ... 29
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Throughput dengan Penambahan Kecepatan, Penambahan Node dan Penambahan Koneksi pada DSR ... 34
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Delay dengan Penambahan,Kecepatan Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada jaringan DSR. ... 36
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Overhead Ratio dengan Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada DSR ... 38
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Throughput dengan Penambahan Kecepatan, dan Penambahan Koneksi pada DSDV. ... 40
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Delay dengan Penambahan Kecepatan,Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada DSDV. ... 42
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Overhead Ratio dengan Penambahan Kecepatan,Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada DSDV. ... 44
Tabel 4.7 Rekap Perbandingan DSR dan DSDV ... 52
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ad Hoc Network ... 8
Gambar 2.2 Protokol routing di MANET ... 10
Gambar 2.3.1 Source node membroadcast jalur ke tetangga terdekat ... 13
Gambar 2.3.2 Node A, B, C menerima RREQ dan melanjutkan pencarian rute . 14 Gambar 2.3.3 Source node menemukan rute menuju destination ... 14
Gambar 2.3.4 Node Destination mengrimkan RREP ke F, B, S ... 15
Gambar 2.3.5 Node Source mengirim paket ke node Destination ... 15
Gambar 2.3.6 Node F putus koneksi dengan node D, ... 16
Gambar 2.4.1 Gambar tabel routing setiap node ... 19
Gambar 2.4.2 Gambar pertukaran tabel routing di node A dengan node tetangganya ... 20
Gambar 2.4.3 Isi Tabel routing A ... 21
Gambar 2.4.4 Isi Tabel routing B ... 22
Gambar 2.4.5 Terjadi pergerakan node D dan perubahan table routing G ... 23
Gambar 2.4.6 Pengiriman paket dari node A ke node D ... 24
Gambar 3.1 Jaringan dengan 30 node menggunakan koneksi udp 1 ... 31
Gambar 3.2 Jaringan dengan 30 node menggunakan koneksi udp 3 ... 31
Gambar 3.3 Jaringan dengan 30 node menggunakan koneksi udp 7 ... 32
xviii
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node dan
Penambahan Koneksi pada terhadap delay Jaringan DSR. ... 37
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan
Penambahan Koneksi pada terhadap overhead ratio jaringan DSR ... 39
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node,dan
Penambahan Koneksi pada terhadap Rata-rata Throughput jaringan DSDV. ... 41
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan
Penambahan Koneksi pada terhadap Rata-rata Delay Jaringan DSR. ... 43
Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan
Penambahan Koneksi pada terhadap Rata-rata Overhead Ratio Jaringan DSDV.
... 45
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Throughput DSR dengan DSDV pada UDP 1 46
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Throughput DSR dengan DSDV pada UDP 3 47
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Throughput DSR dengan DSDV pada UDP 7 47
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Delay DSR dengan DSDV pada UDP 1 ... 48
Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Delay DSR dengan DSDV pada UDP 3 ... 49
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Delay DSR dengan DSDV pada UDP 7 ... 49
Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Overhead DSR dengan DSDV pada UDP 1 . 50
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Overhead DSR dengan DSDV pada UDP 3 . 51
Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Overhead DSR dengan DSDV pada UDP 7 . 51
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Era modern sudah tidak bisa dihindari oleh para pengguna teknologi. Salah
satu tanda perubahan ke era modern ini adalah dengan kemajuan teknologi dibidang
komputer yang biasanya menggunakan jaringan kabel, sekarang lebih banyak
menggunakan jaringan nirkabel/ wireless. Jaringan nirkabel/ wireless adalah suatu
jaringan yang menghubungkan dua komputer atau lebih untuk saling
berkomunikasi, dimana proses pertukaran informasinya menggunakan media
udara. Jaringan wireless dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama yaitu jaringan wireless dengan infrastruktur atau jaringan wireless tanpa infrastruktur. Salah satu contoh komunikasi nirkabel/ wireless tanpa infrastruktur adalah Mobile
Ad Hoc Network (MANET).
MANET adalah sekumpulan node yang bergerak secara acak dan tidak
terstruktur sehingga topologi dalam jaringan ini dapat berubah sewaktu-waktu dan
tidak dapat diperkirakan. Setiap node membutuhkan node lainnya agar dapat
berkomunikasi, dengan kata lain node disini bisa bertindak sebagai terminal dan
router. MANET lebih sering didengar pada jaringan wireless. Ini dikarenakan hanya memerlukan satu perangkat wireless untuk menghubungkan ke banyak node
yang ada dalam jangkauan wireless.
jaringan lainnya yaitu topologi didalam MANET bersifat dinamis, hal ini
disebabkan karena node selalu bergerak bebas kemana saja dan kapan saja, maka
akan mengakibatkan topologi jaringan yang selalu berubah secara acak dan cepat
pada waktu yang tidak dapat diprediksikan. Selain itu MANET juga memiliki
batasan bandwith, hal ini diakibatkan karena MANET bergerak dijaringan wireless.
Karakteriksik yang terakhir adalah MANET memiliki batasan energi karena setiap
node menggunakan baterai sebagai sumber daya untuk bergerak, daya baterai yang
terbatas mengharuskan setiap node bergerak secara efisien.
Didalam implementasi MANET, setiap node berperan sebagai client sekaligus sebagai router, sehingga untuk berkomunikasi antara satu node ke node
lainnya, perlu mekanisme routing agar data/ informasi yang dikirim bisa sampai ke
node tujuan. Protokol routing yang digunakan didalam MANET ada 3 macam,
yaitu : reaktif routing, proaktif routing, dan hybrid routing. Reaktif routing
merupakan suatu mekanisme routing yang bekerja dengan cara membentuk tabel
routing jika ada permintaan pengiriman data atau terjadi perubahan topologi di
jaringan. Proaktif routing adalah protokol routing yang mengupdate tabel routing
secara periodik, maka informasi pada protokol ini selalu diperbaharui sesuai dengan
perubahan tabel routing. Sedangkan Hybrid Routing adalah gabungan dari reaktif
routing dan proaktif routing.
Ketiga protokol routing tersebut memiliki cara kerja yang sangat berbeda,
sehingga perlu diadakan penelitian tentang perbandingan antara protokol routing
tersebut. Maka dari itu pada tugas akhir ini penulis akan melakukan penelitian
protokol reaktif DSR pada jaringan Ad Hoc .
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka di dapat rumusan masalah berupa
perbandingan antara unjuk kerja protokol routing reaktif (DSR) terhadap
protokol routing proaktif (DSDV) pada jaringan MANET.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memberikan hasil
perbandingan unjuk kerja routing protokol reaktif (DSR) terhadap routing
proaktif (DSDV) pada jaringan MANET.
1.4. Batasan Masalah
Dalam pelaksanaan tugas akhir ini, masalah dibatasi sebagai berikut :
1. Menggunakan UDP Traffic.
2. Protokol routing reaktif yang digunakan adalah DSR. 3. Protokol routing proaktif yang digunakan adalah DSDV.
4. Parameter unjuk kerja yang digunakan adalah throughput, delay, dan overhead ratio.
1.5. Metodologi Penelitian
Metodolologi dan langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan tugas
akhir ini adalah sebagai berikut :
1.5.1. Studi literatur
Mengumpulkan referensi dari berbagai narasumber untuk mempelajari
topik tugas akhir tentang MANET :
Teori MANET.
a. Teori yang membahas tentang protokol routing reaktif DSR.
b. Teori yang membahas tentang protokol routing proaktif DSDV.
c. Teori tentang delay, throughput, dan overhead ratio.
d. Teori yang membahas OMNET++.
1.5.2 Perancangan
Dalam tahap ini penulis merancang suatu skenario untuk menjalankan
simulasi sebagai berikut :
a. Luas area simulasi.
b. Penambahan dalam jumlah node.
c. Penambahan dalam kecepatan node.
1.5.3 Pembangunan simulasi dan Pengumpulan data.
Simulasi jaringan Ad Hoc MANET ini menggunakan simulator bernama OMNET++ .
1.5.4 Analisis data dan Simulasi.
Untuk menganalisa sebuah data yang sudah diperoleh dari proses simulasi tersebut tentunya dapat dilakukan pengamatan dari parameter yang sudah ditentukan, guna menarik kesimpulan dari proses routing protokol antara DSR dan DSDV.
1.5.5. Penarikan Kesimpulan dan Saran.
Penarikan kesimpulan dan saran berdasarkan pada beberapa performance metric yang diperoleh pada proses pengambilan dan analisa data.
1.6. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini perlu membagi sistematika penulisan menjadi 5 bab, yang lebih jelas dapat dilihat dibawah ini :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang yang diambil dari judul Tugas Akhir, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan Tugas Akhir.
BAB 2: LANDASAN TEORI
masalah di tugas akhir.
BAB 3 : PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN
Bab ini membahas bagaimana cara perancangan infrasturktur dalam melakukan penelitian, serta parameter-parameter yang digunakan sebagai bahan penelitian.
BAB 4 : PENGUJIAN DAN ANALISIS
Bab ini berisi tahap pengujian simulasi dan analisia data hasil simulasi. BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Mobile Ad Hoc Network (MANET)
Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah sebuah jaringan tanpa kabel yang terdiri atas mobile node yang bergerak secara acak. Node–node dalam jaringan ini berfungsi juga sebagai router yang bertanggung jawab untuk mencari dan menangani rute ke setiap node didalam jaringan. Node bergerak bebas secara acak, dengan demikian topologi di jaringan mungkin dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diprediksi. Untuk mengatasi pergerakan ini diperlukan suatu protokol routing yang digunakan untuk menentukan rute antar node agar setiap node dapat berkomunikasi dan bertukar informasi.
Setiap node dilengkapi dengan transmitter dan receiver wireless menggunakan antena atau sejenisnya yang bersifat omnidirectional (broadcast), highly directional (point to point), memungkinkan untuk diarahkan, atau kombinasi dari beberapa hal tersebut. Omnidirectional maksudnya adalah gelombang radio dipancarkan ke segala arah oleh perangkat transmitter wireless. Sedangkan highly directional adalah gelombang dipancarkan ke satu arah tertentu. Mobile Ad Hoc Network (MANET) memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain[1]:
Kelebihan :
Mobile node yang selalu bergerak dapat mengakses informasi secara real time ketika berhubungan dengan mobile node lain, sehingga pertukaran data dan pengambilan keputusan dapat segera dilaksanakan.
Fleksibel terhadap suatu keperluan tertentu karena jaringan ini memang bersifat sementara.
Dapat direkonfigurasi dalam beragam topologi baik untuk jumlah user kecil hingga banyak sesuai dengan aplikasi dan instalasi.
Kekurangan :
packet loss akan terjadi bila transmisi mengalami kesalahan (error).
seringkali terjadi disconnection, karena tidak selalu berada dalam area cakupan.
bandwidth komunikasi yang terbatas. lifetime baterai yang singkat.
2.2 Protokol Routing
Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur setiap komputer untuk saling bertukar informasi melalui media jaringan, sedangkan routing adalah proses memindahkan informasi dari pengirim ke penerima melalui sebuah jaringan. Pada jaringan Ad Hoc , setiap node akan memiliki kemampuan layaknya router yang meneruskan pesan ke node sekitarnya, sehingga dibutuhkan protokol routing untuk membantu tiap-tiap node untuk meneruskan pesan ke antar node.
Protokol routing adalah suatu mekanisme yang mengontrol sebuah node agar dapat meneruskan paket diantara perangkat dalam jaringan Mobile Ad Hoc Network (MANET). Protokol routing layaknya sebuah router yang berkomunikasi dengan perangkat lain untuk menyebarkan informasi dan mengijinkan pemiihan rute diantara dua node dalam suatu jaringan. Pada jaringan Ad Hoc, node bergerak bebas selama masih didalam jaringan, selain itu node dapat mengirim dan meneruskan paket ke node lain, sehingga dibutuhkan aturan protokol routing untuk menentukan rute pengiriman paket. Protokol routing yang digunaan pada jaringan Ad Hoc berbeda dengan protokol routing pada jaringan kabel, karena jaringan Ad Hoc mempunyai sifat yang dinamis sehingga memiliki topologi yang dapat berubah-ubah, hal ini berbeda dengan jaringan kabel yang memiliki topologi tetap.
Stabily Routing ( SSR), sedangkan protokol routing proaktif terdiri dari Destination Sequenced Distance Vector (DSDV), Cluster Switch Gateway Routing (CSGR), Wirelles Routing Protokol (WRP), Optimized Linkstate, Geographic Routing Protokol (GRP)[3].
Gambar 2.2 Protokol routing di MANET
2.2.1 Routing Reaktif
Tipe algoritma protokol reaktif routing bersifat on demand, pada intinya node sumber yang akan menentukan node tujuan sesuai prosedur yang diinginkannya. Jadi routing yang ada pada node hanyalah informasi
Protokol Routing
Reaktif
Routing Proaktif Routing Routing Hybrid
ZRP EIGRP
… DSR
AODV TORA ABR
SSR …
DSDV CSGR WRP
route ke tujuan saja. Beberapa contoh algoritma reaktif routing adalah Dynamic Source Routing (DSR), Ad Hoc On Deman Distance Vector (AODV), Temporally Ordered Routing Algorithm (TORA), Associativy Based Routing (ABR), Signal Stabily Routing ( SSR)[3].
2.2.2 Routing Proaktif
[image:31.595.83.514.192.628.2]Algoritma dari Golongan protokol ini akan mengelola daftar tujuan dan rute terbaru masing-masing serta bersifat broadcast sehingga sistem pendistribusian tabel routingnya selalu diupdate secara periodik, Maka dari itu perlu penggambaran keseluruhan node jaringan serta setiap node akan merespon perubahan dalam mengupdate agar terjadi konsistensi routing tabel. Hal ini akan memperlambat aliran data apabila terjadi restrukturisasi routing. Beberapa contoh algoritma proaktif routing yaitu Destination Sequenced Distance Vector (DSDV), Cluster Switch Gateway Routing (CSGR), Wirelles Routing Protokol (WRP), Optimized Linkstate, Geographic Routing Protokol (GRP)[3].
2.2.3 Hybrid Routing
Request (RREQ) dan Route Reply (RREP) dikirimkan setelah terdapat routing request dengan waktu interval tertentu[3].
2.3 DSR (Dynamic Source Routing)
Protokol Dynamic Source Routing (DSR) adalah protokol yang sederhana dan efisien yang dirancang khusus pada jaringan MANET. Protokol ini hanya beroperasi sepenuhnya hanya bila ada permintaan dari pengirim/ node source. Protokol DSR ini benar-benar berdasarkan source routing dimana semua informasi routing terus diperbaharui pada mobile node dan hanya node source yang memungkinkan untuk memilih dan mengontrol jalur yang digunakan dalam mengirim paket ke node tujuan/ node destination[4]. Keuntungan protokol ini adalah intermediate node tidak perlu memelihara secara up to date informasi routing saat melewatkan paket, karena setiap paket selalu berisi informasi routing di dalam headernya. Kerugian dari protokol DSR ini adalah tidak cocok saat mengunakan node yang besar karena akan menambah delay waktu saat akan membangun koneksi baru [5]. Terdapat dua tahap mekanisme utama dalam protokol DSR, yaitu:
2.3.1 Tahap route discovery (pencarian rute)
Pada tahap route discovery ini node souce yang mempunyai kuasa penuh untuk menentukan jalur mana yang akan dilalui paket sampai ke node destination. Langkah pertama yang dilakukan oleh node source adalah membangun koneksi dengan membroadcast RREQ ke node tetangga, lalu setiap node akan memeriksa catatan rute yang dimilikinya.
Jika tidak mempunyai maka node tersebut akan menambahkan alamat sendiri pada route record dan meneruskan paket tersebut ke node yang terhubung dengannya. Apabila salah satu node intermediate yang melakukan proses pencarian berhasil menemukan node destination, node source akan menerima RREP yang berisi rute yang akan dipakai untuk mengirimkan paket data dan paket data siap untuk dikirimkan melalui rute tersebut.
[image:33.595.85.513.242.638.2]Proses route discovery dan route record , Misalkan node sumber (S) membroadcast route request(RREQ), kemudian node S membroadcast paket route request (RREQ) kepada node tetangga yaitu A,B,C lalu masing-masing node tersebut akan menambahkan sendiri alamat dan jumlah hop routing untuk setiap node tetangganya[4].
Gambar 2.3.1 Source node membroadcast jalur ke tetangga terdekat
S C G I
B F
A
J
E
H
D RREQ
[image:34.595.85.512.109.716.2]
Gambar 2.3.2 Node A, B, C menerima RREQ dan melanjutkan pencarian rute
Node A,B, C telah menerima RREQ dari node Source lalu node A, B, C tidak mempunyai catatan rute ke D, maka node A, B, C membroadcast RREQ ke node tetangga dan menambahkan catatan rute Di route record . Begitu sampai ditemukan rute menuju ke node destination.
Gambar 2.3.3 Source node menemukan rute menuju destination
S|C S|C|G
S|A
S|C|G|J
S|A|J
S|C|G|F S|C|G|H
S|A|J|E
S C G I
B F
A J E H D S|B S|B|F S|B|F|D S|C|G|H|D
S C G I
B F
Saat node source sudah mendapatkan rute menuju ke node
[image:35.595.85.508.198.715.2]destination, maka node destination akan mengirimkan RREP ke node source.
Gambar 2.3.4 Node Destination mengrimkan RREP ke F, B, S
Saat Node Destination telah mengirimkan RREP ke node source, maka paket akan dikirimkan melalui rute tersebut.
Gambar 2.3.5 Node Source mengirim paket ke node Destination
S C G I
B F
A
J
E
H
D RREP
RREP RREP
S C G I
B F
A
J
E
H
D PAKET
PAKET
2.3.2 Tahap route maintenance (pemeliharaan rute)
Pada tahap ini, protokol DSR akan melakukan pemeliharaan jaringan saat terdapat kesalahan dalam pengiriman paket setelah itu akan
ada pemberitahuan dari node yang menemukan kesalahan tersebut berupa RERR, dan node tersebut akan mengirimkan pesan paket error ke seluruh node yang mengakibatkan terputusnya jalur node, setelah itu node yang
menerima paket tersebut akan menghapus route record yang berkaitan dengan node pengirim pesan REER. Kemudian rute lain yang masih
tersimpan di route cache akan digunakan untuk mencari jalur ke node destination. Apabila tidak ada rute lagi menuju ke node destination, maka protokol DSR akan melakukan proses route discovery lagi untuk
[image:36.595.84.511.238.650.2]menemukan jalur rute baru.
Gambar 2.3.6 Node F putus koneksi dengan node D,
Ketika jalur mengalami kerusakan maka node F akan mengirimkan
S C G I
B F
A
J
E
H
D RRER
pesan RERR kepada node S agar digantikan jalur baru melalui node lain,
maka node source akan mengupdate route terbaru dan meremove cache pada jalur S-B-F-D.
2.4 DSDV (Destination Sequenced Distance Vector)
DSDV merupakan salah satu protokol routing proaktif, yang membutuhkan tiap node untuk mengirimkan paket routing update secara periodik ke node tetangganya. Setiap node menyimpan tabel routing yang mengandung
[image:37.595.86.516.199.663.2]informasi yang dibutuhkan untuk sampai ke node destination. Setiap informasi di tabel routing akan diberi sequence number untuk menghindari terjadinya looping.
Data informasi pada tabel routing yang dimiliki setiap node mengandung alamat node tujuan, jumlah hop yang dibutuhkan untuk sampai ke node tujuan, dan berisi sequence number. Tabel – tabel ini di-update secara berkala untuk menjaga
kekonsistenan dan ketepatan informasi keadaan jaringan. DSDV menggunakan algoritma Bellman-Ford, dimana setiap node mencari jalur terpendek dan
menghindari looping.
Langkah-langkah algoritma Bellman-Ford yang digunakan dalam sebuah routing jaringan seperti dibawah ini:
1. Setiap node menghitung jarak antara dirinya dan semua node lain dalam jaringan dan menyimpan informasi ini sebagai sebuah tabel
2. Setiap node mengirimkan tabel routingnya ke semua node tetangga.
menggambarkan perubahan yang terjadi.
Keuntungan routing protokol DSDV
Merupakan protokol yan efisien untuk pencarian rute karena ketika rute ke sebuah tujuan diperlukan, rute tersebut sudah ada
pada node source.
Menjamin jalur bebas loop
Kerugian routing protokol DSDV
DSDV perlu mengirimkan banyak control message karena setiap node selalu membroadcast pesan untuk saling bertukar tabel routing ke node tetangganya.
Gambar 2.4.1 Gambar tabel routing setiap node
Gambar diatas merupakan gambar dari setiap tabel routing yang dimiliki masing-masing node sebelum melakukan upate tabel routing.
A B=1 C=X D=X E=1 F=X G=X H=X B A=1 C=X D=X E=X F=1 G=1 H=X F A=X B=1 C=X D=X E=X G=1 H=X
A B F
Gambar 2.4.2 Gambar pertukaran tabel routing di node A dengan node
tetangganya
Gambar diatas terjadi pertukaran tabel routing dengan node tetangga
dimisalkan menggunakan node A, tetangga dari node A adalah node B, C,
dan E, maka node A akan memiliki tabel routing dari node B,C, dan E. A B=1 C=X D=X E=1 F=X G=X H=X B A=1 C=X D=X E=X F=1 G=1 H=X C A=X B=X D=X E=1 F=X G=1 H=X E A=1 B=X C=1 D=X F=X G=X H=1 G A=X B=1 C=1 D=1 E=X F=1 H=X
A B F
C
G E
H
Begitu juga dengan node lainnya akan bertukar tabel routing dengan
tetangganya. Dimisalkan node A ingin mengirim paket ke node D, maka
harus melewati B-G-D. Dapat kita lihat pada gambar diatas node A juga
memiliki tabel routing dari G, hal ini disebabkan karena sebelumnya juga
telah terjadi pertukaran tabel routing antara G dan B sehingga A juga
memiliki tabel routing G.
A
Dest NextHop Metric Sequence Number Instal Time
A A 0 S052_A T001_A
B B 1 S154_B T001_B
C E 2 S224_C T002_C
D B 3 S452_D T002_D
E E 1 S320_E T001_E
F B 2 S256_F T001_F
G B 2 S278_G T002_E
[image:41.595.86.510.224.629.2]H E 2 S224_H T002_H
Gambar 2.4.3 Isi Tabel routing A
Dimisalkan A ingin mengirim paket ke node D, maka node A akan
memeriksa isi table routingnya ke destination D. Setelah mengetahui ada
ke node D. Akhirnya diketahui agar paket bisa sampai ke node D maka harus
melewati node B.
B
Dest NextHop Metric Sequence Number Instal Time
A A 1 S0540_A T001_A
B B 0 S162_B T001_B
C G 2 S256_C T002_C
D G 2 S478_D T002_D
E A 1 S366_E T001_E
F F 1 S288_F T001_F
G G 1 S328_G T002_E
[image:42.595.85.508.194.642.2]H A 3 S444_H T002_H
Gambar 2.4.4 Isi Tabel routing B
Setelah node A mengecek table routingnya, maka nexthop dari node
A yaitu node B, maka node B juga mengecek table routing agar paket bisa
sampai ke node D. Setelah dicek, maka diketahui untuk menuju node D
harus melewati node G terlebih dahulu, maka node G akan mencek table
routingnya lagi agar paket sampai ke node D. Skema ini akan terjadi terus
Gambar 2.4.5 Terjadi pergerakan node D dan perubahan table routing G G
Dest NextHop Metric Sequence Number Instal Time
A A 0 S054_A T001_A
B B 1 S156_B T001_B
C E 2 S226_C T002_C
D F 2 S468_D T708_D
E E 1 S324_E T001_E
F B 2 S270_F T001_F
G B 2 S290_G T002_E
H E 2 S210_H T002_H
A B F
C
G E
H
Dalam proses informasi update tabel routing tabel atau sequence number digunakan untuk membedakan antara update informasi yang lama atau yang baru. Sequence number yang lebih besar menunjukan informasi yang lebih baru, dimana setiap sequence number ini angkanya unik[6]. Selain itu apabila ada pergerakan node, maka sequence number pun akan di update dan
besar dari sequence number akan lebih besar dari sequence number sebelumnya
sebelum node bergerak. Hal ini bermaksud agar menghindari looping dan agar
node bisa mengetahui informasi terbaru yang berasal dari update sequence
number. Install time bisa diartikan sebagai lama waktu agar paket bisa diterima
penuh oleh node, maka semakin besar waktu install time maka semakin besar
juga peluang node itu akan terputus.
Gambar 2.4.6 Pengiriman paket dari node A ke node D
A B F
C
G E
H
Maka untuk kasus pengiriman paket dari node A ke node D melewati
node B-F. Hal ini dikarenakan terjadi pergerakan node yang secara otomatis
akan merubah table routing.
2.5 Delay
Delay atau yang sering disebut end to end delay adalah keterlambatan
dalam waktu transmisi data dari paket dikirim sampai paket diterima. Delay
merupakan suatu paramater yang dibutuhkan untuk membandingkan suatu routing
protokol routing, satuan delay adalah sekon. Karena besarnya sebuah delay dapat
memperlambat kinerja dari protokol routing.
2.6 Throughput
Throughput adalah jumlah bit data per waktu unit yang dikirimkan ke
terminal tertentu dalam suatu jaringan, dari node jaringan, atau dari satu node ke
yang lain. Throughput berbeda dengan bandwith, karena thoughput adalah
bandwith yang sebenernya[8]. Throughput adalah rata-rata data yang dikirim dalam
suatu jaringan, biasa diekspresikan dalam satuan bitpersecond (bps), byte persecond
(Bps) atau packet persecond (pps). Throughput merujuk pada besar data yang di
bawa oleh semua trafik jaringan, tetapi dapat juga digunakan untuk keperluan yang
lebih spesifik.
2.7 Overhead Ratio
Overhead ratio adalah ratio antara banyaknya jumlah control message
overhead ratio rendah maka dapat dikatakan bahwa protokol routing tersebut
memiliki kinerja yang cukup baik dalam hal pengiriman paket
2.8 OMNET
OMNet++ atau omnetpp adalah sebuah framework simulasi disceate event.
++ dikembangkan oleh Andras Varga. Area aplikasi utamanya adalah simulasi
jaringan komunikasi, tetapi karena arsitekturnya yang fleksibel, maka dapat
diunakan di bidang lain seperti simulasi kompleks system IT, antrian jaringan atau
juga bisa digunakan di perangkat keras arsitektur.
OMNet++ juga menyediakan infrastruktur dan tools untuk memrogram
simulasi sendiri. Pemrograman OMNet++ bersifat object-oriented dan bersifat
hirarki.Pada skripsi ini Framework yang digunakan Inetmanet untuk protokol
routing DSR dan DSDV.
Karena bersifat open-source maka Omnet++ mendukung multy platform OS
seperti ;Windows, Linux dan Mac.Adapun beberapa komponet dari Omnet++
adalah [10].
1. Simulation kernel library (library kernel).
2. NED(diskripsi topologi).
3. Omnet++ IDE yaitu Eclipse.
4. GUI untuk simulator yang dieksekusi dengan coman Tkenv.
5. Comand-line user interface yang menggunakan Cmdenv.
6. Utilities seperti makefile pada tools.
27
BAB III
PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN
3.1 Parameter Simulasi
Pada penelitian ini mengunakan beberapa paramter yang bersifat konstan yang akan
digunakan untuk setiap simulasi baik itu untuk DSR dan DSDV , tabelnya sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Parameter tetap dalam skenario
Parameter Nilai
Luas Ares Jaringan 1000m x 1000m
Radio range 250m
Waktu simulasi 1000s
Type mobility Random Way Point
Jumlah paket data 100MB
Banyak Koneksi 1, 3 dan 7 UDP
Traffic source UDP
Jumlah Node 30,40 dan 50 node
3.2 Skenario Simulasi
Skenario simulasi antara kedua protokol reaktif DSR dan proaktif DSDV
yaitu dengan luas area yang tetap akan tetapi jumlah node dan kecepatannya
bertambah, setiap skenario pengujian akan diulang sebanyak 2 kali. Hasil dari
pengujian di rata-rata dan ditampilkan menjadi sebuah tabel dan grafik.
3.2.1 Tabel Skenario
Tabel 3.2 Skenario A (DSR dan DSDV) dengan Koneksi 1 UDP
Skenario Node Kecepatan
(mps)
Koneksi
1A 30 2 mps 1
2A 40 2 mps 1
3A 50 2 mps 1
4A 30 5 mps 1
5A 40 5 mps 1
Tabel 3.3 Skenario B (DSR dan DSDV) dengan Koneksi 3 UDP
Skenario Node Kecepatan
(mps)
Koneksi
1B 30 2 mps 3
2B 40 2 mps 3
3B 50 2 mps 3
4B 30 5 mps 3
5B 40 5 mps 3
6B 50 5 mps 3
Tabel 3.4 Skenario C (DSR dan DSDV) dengan Koneksi 7 UDP
Skenario Node Kecepatan
(mps)
Koneksi
1C 30 2 mps 7
2C 40 2 mps 7
3C 50 2 mps 7
4C 30 5 mps 7
5C 40 5 mps 7
3.3.Parameter Kinerja
Ada tiga parameter kinerja dalam penelitian tugas akhir ini:
3.3.1. Delay
Rumus untuk menghitung delay adalah :
AverageDelay = (2.5)
3.3.2. Throughput
Rumus untuk menghitung throughput adalah :
Average Throughput = r r r r (2.6)
3.3.3. OverheadRatio
. Rumus untuk menghitung overhead ratio adalah:
Average Overhead ratio = (2.7)
3.4.Topologi Jaringan
Topologi jaringan didalam Mobile Ad Hoc Network tidak bisa
diprediksi karena topologinya selalu berubah. Perkiraan topologi jaringan
Gambar 3.1 Jaringan dengan 30 node menggunakan koneksi udp 1
Gambar 3.2 Jaringan dengan 30 node menggunakan koneksi udp 3
S1
D1
S1
D1 S2
D2 S3
Gambar 3.3 Jaringan dengan 30 node menggunakan koneksi udp 7
S3 S1
S2
D1 D2
D3
S4 S5
S6
S7 D4 D5
D6
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS
Untuk membandingkaan unjuk kerja pada kedua protokol antara routing
reaktif (DSR) terhadap protokol routing proaktif (DSDV) ini akan dilakukan
seperti pada tahap pengujian, sesuai skenario.
4.1DSR
4.1.1. Throughput Jaringan
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Throughput dengan Penambahan Kecepatan,
Penambahan Node dan Penambahan Koneksi pada DSR
Jumlah
Koneksi Jumlah Node
Hasil Throughput(bit/s)
Kecepatan 2mps Kecepatan 5mps
UDP 1
30 7939.22 7874.97
40 7862.05 7429.96
50 7465.58 7026.22
UDP 3
30 7721.28 7697.6
40 7646.99 7284.68
50 7181.98 6929.19
UDP 7
30 5728.95 5577.98
40 5563.27 5328.02
Gambar 4.1 Grafik pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan
Penambahan Koneksi pada terhadap Throughput jaringan DSR.
7939.22 7862.05 7465.58 7,874.97 7,429.96 7,026.22 4400 4800 5200 5600 6000 6400 6800 7200 7600 8000
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Th ro ug hp ut (b it/ s)
Koneksi UDP 1
Speed 2mps Speed 5mps
7721.28 7646.99 7181.98 7697.6 7284.68 6929.19 4400 4800 5200 5600 6000 6400 6800 7200 7600 8000
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Th ro ug hp ut (b it/ s)
Koneksi UDP 3
Speed 2mps Speed 5mps
5728.95 5563.27 5376.77 5577.98 5328.02 4923.34 4400 4800 5200 5600 6000 6400 6800 7200 7600 8000
Node 30 Node 40 Node 50
Th ro ug hp ut (b it/ s)
Koneksi UDP 7
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa saat jumlah node ditambah mulai
(30, 40, dan 50), maka throughput di sisi penerima akan mengalami penurunan dikarenakan saat node bertambah banyak maka akan membuat
jaringan menjadi padat . Penambahan kecepatan dari 2 mps menjadi 5 mps juga mengalami penurunan, hal ini disebabkan apabila kecepatan ditambah maka topologi jaringan akan berubah dengan cepat dan akan mempengaruhi
pencarian rute yang terbaru, sehingga jumlah bit data per waktu yang dikirim akan berkurang. Penambahan beban koneksi dari 1 UDP menjadi 3
UDP dan ditambah lagi menjadi 7 UDP pun lebih besar menurunkan throughput, itu disebabkan semakin koneksi ditambah, maka akan meningkatkan total control sehingga jumlah throughput pun akan
berkurang.
[image:55.595.86.514.247.756.2]4.1.2. Delay Jaringan
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Delay dengan Penambahan,Kecepatan
Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada jaringan DSR.
Jumlah
Koneksi Jumlah Node
Hasil Delay (ms)
Kecepatan 2mps Kecepatan 5mps
UDP 1
30 3.66 4.43
40 4.09 5.3
50 4.29 6.05
UDP 3 30 4.85 8.38
50 7.86 22.16
UDP 7
30 9.38 34.97
40 12.44 44.2
50 15.86 52.27
[image:56.595.83.524.111.662.2]
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node dan
Penambahan Koneksi pada terhadap delay Jaringan DSR.
Gambar 4.2 diatas menunjukkan bahwa delay semakin meningkat 3.664.43 4.09 5.3 4.296.05
0 10 20 30 40 50 60
NODE 30 NODE 40 NODE 50
De
la
y
(m
s)
Koneksi UDP 1
Speed 2mps Speed 5mps
4.858.38 5.26 7.86 15.41 22.16 0 10 20 30 40 50 60
NODE 30 NODE 40 NODE 50
De
la
y
(m
s}
Koneksi UDP 3
Speed 2mps Speed 5mps
9.38 12.44 15.86 34.97 44.2 52.27 0 10 20 30 40 50 60
NODE 30 NODE 40 NODE 50
De
la
y
(m
s)
Koneksi UDP 7
saat node ditambah mulai dari 30, 40, dan 50 karena membuat hop semakin
bertambah panjang dan saat node terputus akan membutuhkan waktu lagi untuk kembali ke source node karena hanya source node yang berhak
memilih rute terbaru, serta penambahan kecepatan dari 2 mps menjadi 5 mps akan membutuhkan waktu delay yang semakin besar karena topologi jaringan berubah dengan cepat sehingga topologi selalu berubah sehingga
jalur pengiriman pun akan berubah. Namun delay lebih naik drastis pada saat beban koneksi dari UDP 1 ke UDP 3 dan ditingkatkan lagi menjadi
UDP 7 tentunya meningkatkan total control sehingga jaringan lebih padat dan waktu tunggu paket pun akan lebih lama.
[image:57.595.86.515.242.759.2]4.1.3. Overhead Ratio Jaringan
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Overhead Ratio dengan Penambahan
Kecepatan, Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada DSR
Jumlah
Koneksi Jumlah Node
Hasil OverheadRatio
Kecepatan 2mps Kecepatan 5mps
UDP 1
30 3.62 3.95
40 4.08 4.34
50 4.69 5.99
UDP 3
30 4.30 5.06
40 4.39 5.43
50 4.85 6.25
40 5.10 6.17
[image:58.595.84.529.109.644.2]50 5.20 6.99
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada terhadap overhead ratio jaringan DSR
Gambar 4.3 di atas menunjukan peningkatan jumlah overhead ratio
3.62 4.08 4.69 3.95 4.34 5.99 0 1 2 3 4 5 6 7
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Ov
er
he
ad
Koneksi UDP 1
Speed 2mps
4.3 4.39 4.85
5.06 5.43 6.25 0 1 2 3 4 5 6 7
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Ov
er
he
ad
Koneksi UDP 3
Speed 2mps
4.725.35 5.1 5.2 6.17 6.99 0 1 2 3 4 5 6 7
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Ov
er
he
ad
Koneksi UDP 7
yang disebabkan karena penambahan jumlah node. Hal ini disebabkan
karena semakin banyak node, maka membuat jaringan semakin padat sehingga total cost (overhead) akan semakin besar. Penambahan kecepatan
juga berpengaruh dengan naiknya overhead ratio dikarenakan pada saat kecepatan ditambah, maka topologi berubah dengan cepat, sehingga saat ada node yang terputus maka pencarian rute akan dimulai dari souce node
node lagi dan membuat overhead bertambah besar. Penambahan beban koneksi dari UDP 1 menjadi UDP 3 dan UDP 7 akan meningkatkan total
control sehingga jaringan semakin padat sehingga overhead juga akan bertambah banyak.
4.2. DSDV
[image:59.595.85.515.238.757.2]4.2.1. Throughput Jaringan
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Throughput dengan Penambahan Kecepatan,
dan Penambahan Koneksi pada DSDV.
Jumlah
Koneksi Jumlah Node
Hasil Throughput(bit/s)
Kecepatan 2mps Kecepatan 5mps
UDP 1
30 8281.91 7917.25
40 8299.84 7938.07
50 8404.32 8243.1
UDP 3 30 8207.06 7441.35
50 8324.38 8066.29
UDP 7
30 5801.25 5602.97
40 5847.07 5610.45
[image:60.595.83.541.104.648.2]50 5988.06 5684.07
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node,dan
Penambahan Koneksi pada terhadap Rata-rata Throughput jaringan DSDV.
Gambar 4.4 Grafik diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan 8281.91 8299.84 8404.32
7917.25 7938.07 8243.1 5400 5900 6400 6900 7400 7900 8400
NODE 30 NODE 40 NODE50
Th ro gh pu t ( bi t/ s)
Koneksi UDP 1
Speed 2 mps Speed 5 mps
8207.06 8239.62 8324.38
7441.35 7809.88 8066.29 5400 5900 6400 6900 7400 7900 8400
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Th ro gh pu t b it/ s)
Koneksi UDP 3
Speed 2 mps Speed 5 mps
5801.25 5847.07 5988.06 5602.97 5610.45 5684.07 5400 5900 6400 6900 7400 7900 8400
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Th ro ug hp ut (b it/ s)
Koneksi UDP 7
throughput pada saat node ditambah dari 30, 40 dan 50, hal ini disebabkan
karena pada saat node ditambah maka node akan semakin rapat dan
kesempatan node untuk terputus semakin kecil dan membuat throughput
pun bertambah, bertambahnya kecepatan 2 mps menjadi 5 mps
mempengaruhi pencarian rute terbaru karena topologi berubah cepat,
sehingga node harus bertukar tabel routing lagi dengan node lainnya
sehingga throughput pun berkurang. Terjadi penurunan throughput pada
saat koneksi UDP 1 dinaikan menjadi UDP 3 akan tetapi penurunan lebih
besar saat koneksi ditingkatkan lagi menjadi UDP 7, hal ini disebabkan
karena banyaknya total control yang mengakibatkan penuhnya jaringan ,
maka paket data throughput yang diterima menurun.
[image:61.595.85.515.183.763.2]4.2.2. Delay Jaringan
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Delay dengan Penambahan
Kecepatan,Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada DSDV.
Jumlah
Koneksi Jumlah Node
Hasil Delay (ms)
Kecepatan 2mps Kecepatan 5mps
UDP 1
30 1.43 2.38
40 0.84 1.92
50 0.63 1.48
UDP 3
30 1.84 4.42
40 1.26 3.96
UDP 7
30 3.02 5.87
40 2.62 4,98
50 2.21 4.03
[image:62.595.84.529.109.638.2]
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan
Penambahan Koneksi pada terhadap Rata-rata Delay Jaringan DSR.
Gambar 4.5 Grafik diatas menunjukkan bahwa delay semakin 1.43 0.84 0.63 2.38 1.92 1.48 0 1 2 3 4 5 6 7
NODE 30 NODE 40 NODE 50
De
la
y
(m
s)
Koneksi 1 UDP
Speed 2mps Speed 5mps
1.84 1.26 1.12 4.42 3.96 1.96 0 1 2 3 4 5 6 7
NODE 30 NODE 40 NODE 50
De
la
y
(m
s)
Koneksi UDP 3
Speed 2mps Speed 5mps
3.02 2.62 2.21 5.87 4.98 4.03 0 1 2 3 4 5 6 7
Node 30 Node 40 Node 50
De
la
y
(m
s)
Koneksi UDP 7
menurun saat penambahan node mulai dari 30,40, dan 50 karena semakin
banyak node akan membuat kerapatan yang lebih baik dan peluang jaringan
untuk terputus pun semakin kecil sehingga tidak membutuhkan waktu yang
banyak untuk mengirimkan paket. Penambahan kecepatan 2 menjadi 5 mps
akan menambah waktu delay karena topologi akan berubah dengan cepat
dan protokol ini membutuhkan waktu untuk mengupdate tabel routing.
Namun delay lebih naik drastis pada saat beban koneksi ditambah dari UDP
1 ke UDP 3 dan ke UDP 7 dikarenakan meningkatkan totalcontrol sehingga
jaringan lebih padat membutuhkan delay lebih banyak.
[image:63.595.88.513.240.758.2]4.2.3. OverheadRatio Jaringan
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Overhead Ratio dengan Penambahan
Kecepatan,Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada DSDV.
Jumlah
Koneksi Jumlah Node
Hasil OverheadRatio
Kecepatan 2mps Kecepatan 5mps
UDP 1
30 71.45 73.92
40 113.14 148.04
50 178.98 352.40
UDP 3
30 26.17 34.01
40 48.80 66.91
50 68.11 87.79
40 16.71 22.98
50 60.36 63.25
[image:64.595.84.536.110.632.2]
Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan
Penambahan Koneksi pada terhadap Rata-rata Overhead Ratio Jaringan DSDV.
Gambar 4.6 Grafik di atas menunjukan bahwa jumlah overhead 71.45 113.14 179.98 73.92 148.04 352.4 0 50 100 150 200 250 300 350 400
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Ov
er
he
ad
Koneksi UDP 1
Speed 2mps Speed5mps
26.17 48.8 68.11 34.01 66.91 87.79 0 50 100 150 200 250 300 350 400
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Ov
er
he
ad
Koneksi UDP 3
Speed 2mps Speed 5mps
10.13 16.71 60.36 13.89 22.98 63.25 0 50 100 150 200 250 300 350 400
Node 30 Node 40 Node 50
Ov
er
he
ad
Koneksi UDP 7
ratio meningkat pada saat node ditambah dikarenakan semakin banyak
node, maka jumlah total control semakin banyak, penambahan kecepatan
dari 2 mps menjadi 5 mps menyebabkan topologi berubah cepat sehingga
rute pun harus dibentuk lagi dan akan membutuhkan overhead yang lebih
besar. Akan tetapi pada saat koneksi UDP ditambah dari UDP 1 menjadi
UDP 3 dan UDP 7 maka overhead akan menurun, hal ini disebabkan karena
[image:65.595.88.559.233.715.2]protokol DSDV adalah protokol proaktif yang selalu mengupdate informasi
tabel routing seluruh node, maka semakin banyak koneksi, maka overhead
akan semakin bagus (kecil) dikarenakan tugas DSDV yang sebelumnya
memaintenance semua jalur akan berkurang sesuai banyaknya koneksi
UDP.
4.3. Perbandingan DSR dengan DSDV
4.3.1. Throughput Jaringan
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Throughput DSR dengan DSDV pada UDP 1
7939.22 7862.05
7465.58 8281.91 8299.84 8404.32
6800 7000 7200 7400 7600 7800 8000 8200 8400 8600
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Th ro ug hp ut (b it/ s)
UDP 1, kecepatan 2mps
DSR DSDV 7874.97 7429.96 7026.22 7917.25 7938.07 8243.1 6800 7000 7200 7400 7600 7800 8000 8200 8400 8600
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Th ro ug hp ut (b it/ s)
UDP 1, kecepatan 5mps
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Throughput DSR dengan DSDV pada UDP 3
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Throughput DSR dengan DSDV pada UDP 7
7721.28
7646.99
7181.98 8207.06 8239.62 8324.38
6800 7000 7200 7400 7600 7800 8000 8200 8400 8600
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Th ro ug hp ut (b it/ s)
UDP 3, kecepatan 2mps
DSR DSDV 7697.6 7284.68 6929.19 7741.35 7809.88 8066.29 6800 7000 7200 7400 7600 7800 8000 8200 8400 8600
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Th ro ug hp ut (b it/ s)
UDP 3, kecepatan 5mps
DSR DSDV 5728.95 5563.27 5376.77 5801.25 5847.07 5988.06 4400 4600 4800 5000 5200 5400 5600 5800 6000 6200
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Th ro ug hp ut (b it/ s)
UDP 7, kecepatan 2mps
DSR DSDV
5577.98
5328.02
4923.34 5602.97 5610.45 5684.07
4400 4600 4800 5000 5200 5400 5600 5800 6000 6200
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Th ro ug hp ut (b it/ s)
UDP 7, kecepatan 5mps
Pada gambar diatas memperlihatkan bahwa throughput pada
protokol DSDV lebih baik daripada protokol DSR. Dapat dilihat bahwa
throughput pada protokol DSR mengalami penurunan dan pada DSDV
throughput mengalami peningkatan pada semua skenario. Hal ini
disebabkan karena protokol DSR memang dalam pencarian rutenya selalu
berdasarkan source node sehingga pada saat jalur terputus, source nodelah
yang harus mencari rute sehingga membuat throughput pun berkurang,
berbeda dengan protokol DSDV yang setiap nodenya mempunyai semua
tabel routing node lainnya dan selalu mengupdate tabel saat terjadi
perubahan topologi, sehingga DSDV lebih siap apabila terjadi pemutusan
koneksi. Hal ini menyebabkan throughput pada DSDV lebih baik daripada
DSR.
4.3.2. Delay Jaringan .
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Delay DSR dengan DSDV pada UDP 1
3.66 4.09 4.29 1.43 0.84 0.63 0 1 2 3 4 5 6 7
NODE 30 NODE 40 NODE 50
De
la
y
(m
s)
UDP 1, kecepatan 2mps
DSR DSDV 4.43 5.3 6.05 2.38 1.92 1.48 0 1 2 3 4 5 6 7
NODE 30 NODE 40 NODE 50
De
la
y
(m
s)
UDP 1, kecepatan 5mps
[image:67.595.88.522.240.704.2]Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Delay DSR dengan DSDV pada UDP 3
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Delay DSR dengan DSDV pada UDP 7
Pada ketiga gambar diatas dapat dibuktikan bahwa delay lebih baik
4.85 5.26
7.86
1.84 1.26 1.12
0 5 10 15 20 25
NODE 30 NODE 40 NODE 50
De
la
y
(m
s)
UDP 3, kecepatan 2mps
DSR DSDV 8.38 15.41 22.16 4.42 3.96 1.96 0 5 10 15 20 25
NODE 30 NODE 40 NODE 50
De
la
y
(m
s)
UDP 3, kecepatan 5mps
DSR DSDV
9.38 12.44
15.86
3.02 2.62 2.21
0 10 20 30 40 50 60
NODE 30 NODE 40 NODE 50
De
la
y
(m
s)
UDP 7, kecepatan 2mps
DSR DSDV
34.97
44.2
52.27
5.87 4.98 4.03
0 10 20 30 40 50 60
NODE 30 NODE 40 NODE 50
De
la
y
(m
s)
UDP 7, kecepatan 5mps
pada protokol DSDV dikarenakan protokol DSDV sudah mempunyai tabel
routing setiap node lain, sehingga tidak memerlukan waktu banyak untuk
mengirimkan pesan ke node tujuan. Berbeda dengan DSR yang hanya
source node yang bisa menentukan arah pesan yang dikirimkan ke node
tujuan, sehingga saat node terpustus maka harus kembali lagi ke source node
dan akan dicarikan rute ulang. Dapat kita lihat pada gambar diatas kedua
protokol ini mengalami kenaikan delay pada saat kecepatan dinaikan
dikarenakan semakin cepat node bergerak, maka topologi akan dengan
cepat berubah sehingga rute pengiriman pesan pun harus dijadwalkan ulang,
sedangkan penambahan koneksi UDP delay pun mengalami sama-sama
mengalami kenaikan karena semakin banyak koneksi UDP, maka total
control pada jaringan akan semakin banyak dan akan membutuhkan waktu
yang lebih lama.
[image:69.595.86.549.245.709.2]4.3.3. Overhead Ratio Jaringan
Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Overhead DSR dengan DSDV pada UDP 1
3.62 4.08 4.69
71.45 113.14 178.98 0 50 100 150 200 250 300 350 400
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Ov
er
he
ad
UDP 1, kecepatan 2mps
DSR DSDV
3.95 4.34 5.99
73.92 148.04 352.4 0 50 100 150 200 250 300 350 400
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Ov
er
he
ad
UDP 1, kecepatan 5mps
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Overhead DSR dengan DSDV pada UDP 3
Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Overhead DSR dengan DSDV pada UDP 7 4.7210.13 5.1 5.2
16.71 60.36 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Ov
er
he
ad
UDP 7, kecepatan 2mps
DSR DSDV
5.06 5.43 6.25
34.01 66.91 87.79 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Ov
er
he
ad
UDP 3, kecepatan 5mps
DSR DSDV
4.3 4.39 4.85
26.17 48.8 68.11 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Ov
er
he
ad
UDP 3, kecepatan 2mps
DSR DSDV
5.35 6.17 6.99
13.89 22.98 63.25 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
NODE 30 NODE 40 NODE 50
Ov
er
he
ad
UDP 7, kecepatan 5mps
Pada gambar diatas ketika kedua protokol mendapatkan
penambahan node dan penambahan kecepatan maka akan mengalami
penambahan nilai overhead ratio, Namun pada protokol routing DSDV
lebih mengalami kenaikan overhead ratio yang lebih tinggi dari pada
protokol routing DSR, karena DSR