• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa perbandingan unjuk kerja protokol routing reaktif arama terhadap protokol routing reaktif DSR pada jaringan manet.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa perbandingan unjuk kerja protokol routing reaktif arama terhadap protokol routing reaktif DSR pada jaringan manet."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Mobile ad hoc network (MANET) adalah sebuah jaringan wireless dari sekumpulan mobile node yang mempunyai topologi jaringan yang dapat berubah dengan cepat dan setiap node dapat menangani jalur ke node lainnya dalam suatu jaringan. Dalam tugas akhir ini dilakukan perbandingan unjuk kerja dari kedua protokol routing reaktif (ARAMA) dan (DSR) dengan menggunakan simulator OMNeT++. Unjuk kerja jaringan yang diukur adalah rata-rata throughput, delay, dan overhead ratio. Parameter dan skenario berdasarkan luas area tetap dengan jumlah node, kecepatan, dan jumlah beban koneksi UDP yang bertambah.

Hasil penelitian menunjukan protokol routing reaktif (ARAMA) lebih unggul jika dibandingkan dengan protokol reaktif (DSR) karena mempunyai backup path (jalur cadangan) dan selalu mengupdate informasi jalur cadangnya maka semakin baik jika jumlah node ditambahkan hal ini karena semakin padat suatu jaringan semakin kecil peluang node untuk putus maka nilai throughput dan delay akan semakin baik, namun dari segi overhead ratio protokol routing (ARAMA) mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan protokol routing (DSR) dan semakin banyak node makin banyak control routing dibutuhkan untuk mencari jalur, cara kerja routing protokol ini yang memelihara lebih dari satu jalur routing. Protokol routing (DSR) tidak cocok digunakan dengan node yang berjumlah banyak dan berkecepatan tinggi karena membuat nilai throughput menurun dan delay yang tinggi, karena pada saat node terputus protokol routing (DSR) harus membuat routing table baru, akan tetapi protokol routing (DSR) mampu menekan overhead ratio lebih kecil dari pada (ARAMA) karena hanya memaintenence satu jalur sehingga tidak membutuhkan control routing yang banyak.

Kata Kunci : Mobile Adhoc Network,ARAMA,DSR,simulator,throughput,delay dan overhead ratio

(2)

ABSTRACT

Mobile ad-hoc network (MANET) is a wireless mobile networks from a bunch of mobile node which have rapidly changing network topology and each node can handle to another node path in same network. In this final project, comparing performance of Ant Routing Algorithm for Mobile Ad-hoc (ARAMA) and Dynamic Source Routing (DSR) by OMNeT++ simulator. The measurement of network performance are average throughput, delay and overhead ratio. The parameter and scenario are based on fixed area with nodes, speed and increased UDP connections,but at a constant simulation area size.

The result show that (ARAMA) is better because it has backup path that make the more the network dense increase the less chance node get disconnected. Therefore throughput and delay are better. (ARAMA) keep more than one path, therefore in overhead ratio aspect. (ARAMA) has more increased routing protocol than (DSR) because the more node the more routing control needed to find the path. (DSR) routing protocol not suitable for high speed and numerous node that decrease throughput value and high delay because (DSR) will make new routing table each time node get disconnected but (DSR) able to suppress overhead ratio than (ARAMA) because (DSR) only need maintenance one path hence no need much routing control.

Keyword: Mobile Ad-hoc Network, ARAMA, DSR, simulator, throughput, delay and overhead ratio

(3)
(4)

i

ANALISA PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING

REAKTIF ARAMA TERHADAP PROTOKOL ROUTING REAKTIF DSR

PADA JARINGAN MANET

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh :

Drajad Aji Yunanto

115314055

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)

ii

PERFORMANCE COMPARISON OF A REACTIVE ROUTING

PROTOCOL ARAMA AND A REACTIVE ROUTING PROTOCOL DSR

IN MANET

A THESIS

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

to Obtain Sarjana Komputer Degree in Informatics Engineering

By :

Drajad Aji Yunanto

NIM : 115314055

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(6)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

ANALISA PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING

REAKTIF ARAMA TERHADAP PROTOKOL ROUTING REAKTIF DSR

PADA JARINGAN MANET

Oleh :

Drajad Aji Yunanto

NIM : 115314055

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing,

(7)

iv SKRIPSI

ANALISA PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING

REAKTIF ARAMA TERHADAP PROTOKOL ROUTING REAKTIF DSR

PADA JARINGAN MANET

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Drajad Aji Yunanto

NIM : 115314055

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 2015

dan dinyatakan memenuhi syarat.

Susunan Panitia Penguji

Nama lengkap Tanda Tangan

Ketua :Henricus Agung Hernawan, S.T., M.Kom. .………

Sekretaris :Puspaningtyas Sanjoyo Adi, S.T., M.T. ……….

Anggota :Bambang Soelistijanto, S.T., M.Sc., Ph.D. ……….

Yogyakarta, 2015

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, terkecuali yang sudah tertulis di

dalam kutipan dadtar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 November 2015 Penulis

(9)

vi

HALAMAN MOTTO

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),

bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang

berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi

(segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka

selalu berada dalam kebenaran”.

(QS. Al Baqarah: 186)

“Think big, deel strong, and pray hard dor deep heart.”

(10)

vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Drajad Aji Yunanto

NIM : 115314055

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpusatakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISA PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL ROUTING REAKTIF ARAMA TERHADAP PROTOKOL ROUTING REAKTIF DSR

PADA JARINGAN MANET

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan kedalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberi

royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yang menyatakan,

(11)

viii ABSTRAK

Mobile ad hoc network (MANET) adalah sebuah jaringan wireless dari sekumpulan mobile node yang mempunyai topologi jaringan yang dapat berubah dengan cepat dan setiap node dapat menangani jalur ke node lainnya dalam suatu jaringan. Dalam tugas akhir ini dilakukan perbandingan unjuk kerja dari kedua protokol routing reaktid (ARAMA) dan (DSR) dengan menggunakan simulator OMNeT++. Unjuk kerja jaringan yang diukur adalah rata-rata throughput, delay, dan overhead ratio. Parameter dan skenario berdasarkan luas area tetap dengan jumlah node, kecepatan, dan jumlah beban koneksi UDP yang bertambah.

Hasil penelitian menunjukan protokol routing reaktid (ARAMA) lebih unggul jika dibandingkan dengan protokol reaktid (DSR) karena mempunyai

backup path (jalur cadangan) dan selalu mengupdate indormasi jalur cadangnya maka semakin baik jika jumlah node ditambahkan hal ini karena semakin padat suatu jaringan semakin kecil peluang node untuk putus maka nilai throughput dan

delay akan semakin baik, namun dari segi overhead ratio protokol routing (ARAMA) mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan protokol routing (DSR) dan semakin banyak node makin banyak control routing dibutuhkan untuk mencari jalur, cara kerja routing protokol ini yang memelihara lebih dari satu jalur routing. Protokol routing (DSR) tidak cocok digunakan dengan node yang berjumlah banyak dan berkecepatan tinggi karena membuat nilai throughput

menurun dan delay yang tinggi, karena pada saat node terputus protokol routing (DSR) harus membuat routing table baru, akan tetapi protokol routing (DSR) mampu menekan overhead ratio lebih kecil dari pada (ARAMA) karena hanya memaintenence satu jalur sehingga tidak membutuhkan control routing yang banyak.

Kata Kunci : Mobile Adhoc Network,ARAMA,DSR,simulator,throughput,delay

(12)

ix ABSTRACT

Mobile ad-hoc network (MANET) is a wireless mobile networks drom a bunch od mobile node which have rapidly changing network topology and each node can handle to another node path in same network. In this dinal project, comparing perdormance od Ant Routing Algorithm dor Mobile Ad-hoc (ARAMA) and Dynamic Source Routing (DSR) by OMNeT++ simulator. The measurement od network perdormance are average throughput, delay and overhead ratio. The parameter and scenario are based on dixed area with nodes, speed and increased UDP connections,but at a constant simulation area size.

The result show that (ARAMA) is better because it has backup path that make the more the network dense increase the less chance node get disconnected. Theredore throughput and delay are better. (ARAMA) keep more than one path, theredore in overhead ratio aspect. (ARAMA) has more increased routing protocol than (DSR) because the more node the more routing control needed to dind the path. (DSR) routing protocol not suitable dor high speed and numerous node that decrease throughput value and high delay because (DSR) will make new routing table each time node get disconnected but (DSR) able to suppress overhead ratio than (ARAMA) because (DSR) only need maintenance one path hence no need much routing control.

Keyword: Mobile Ad-hoc Network, ARAMA, DSR, simulator, throughput, delay

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “ Analisa

Perbandingan Unjuk Kerja Routing Protokol Reaktif ARAMA Terhadap

Protokol Routing Reaktif DSR pada Jaringan MANET “ ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa selama proses penelitian dan penyusunan laporan

tugas akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa

dukungan,perhatian,semangat, kritik dan saran yang sangat penulis butuhkan,

sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar

– besarnya, antara lain kepada :

1. Bapak Bambang Soelistijanto, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing

tugas akhir, atas kesabarannya dalam membimbing penulis, meluangkan

waktunya, memberi dukungan, motivasi, serta saran yang sangat membantu

penulis.

2. Paulina Heruningsih Prima Rosa S.Si.,M.Sc.,selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi, atas bimbingan,kritik dan saran yang telah diberikan kepada

penulis.

3. Bapak Puspaningtyas Sanjoyo Adi S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing

Akademik, atas bimbingan dan Nasehat yang diberikan kepada penulis.

4. Dr.Anastasia Rita Widiarti,M.Kom. selaku Ketua Program Studi Teknik

Indormatika, atas bimbingan,kritik dan saran yang telah diberikan kepada

(14)

5. Bapakku Drs.Sudayat dan Ibuku Umi Hartini serta Kakak dan Adik-adik saya

atas doa, semangat, dan dukungan baik moril maupun dinansial serta kasih

sayang yang begitu besar yang selalu ada untukku.

6. Teman – teman Teknik Indormatika (Winda,Monic,Suryo,Tungki) dan semua

TI angkatan 2011 yang selalu memberikan Motivasi dan bantuan hingga

penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Teman seperjuangan Ad Hoc (Acong,Ari,Ius,Tea) dan teman Lab skripsi

Jarkom (Pandu,Ardhi,Anung,Hohok,Wawan,Paul,Lukas,Wisnu) yang selalu

memberikan dukungan dan semangat agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman Kos Jangkrik yang selalu mendukung dan memotivasi penulis

agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara langsung dan

tidak langsung, penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

tugas akhir ini. Saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan yang akan

dating. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermandaat bagi kemajuan dan

perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 20 November 2015

(15)

xii

DAFTAR ISI

PERFORMANCE COMPARISON OF A REACTIVE ROUTING PROTOCOL

ARAMA AND A REACTIVE ROUTING PROTOCOL DSR IN MANET ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 6

(16)

1.4. Batasan Masalah ... 7

1.5. Metodologi Penelitian ... 7

1.5.1. Studi literatur ... 7

1.5.2 Perancangan ... 7

1.5.3 Pembangunan simulasi dan Pengumpulan data. ... 8

Simulasi jaringan adhoc MANET ini menggunakan simulator bernama OMNET++ . ... 8

1.5.4 Analisis data dan Simulasi. ... 8

1.5.5. Penarikan Kesimpulan dan Saran. ... 8

1.6. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Jaringan Nirkabel (Wireless) ... 10

2.2 Mobile Adhoc Network(MANET) ... 11

2.2.1 Karakteristik MANET ... 12

2.2.2 Protokol Routing ... 12

2.2.3 Routing Proaktid ... 13

2.2.4 Routing Reaktid ... 14

2.2.5 Hybrid Routing ... 15

2.3 DSR (Dynamic Source Routing) ... 16

(17)

2.3.2 Tahap route maintenance (pemeliharaan rute) ... 20

2.4 ARAMA (Ant Routing Algorithm dor Mobile Ad-Hoc Networks) ... 22

2.4.1 Tahap Pemeliharaan ARAMA (Route Maintanance Phase) ... 28

2.5 OMNET ... 30

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN ... 32

3.1 Parameter Simulasi ... 32

3.2 Skenario Simulasi ... 33

3.2.1 Tabel Skenario ... 33

3.3. Parameter Kinerja ... 34

3.3.1. Delay ... 34

3.3.2. Throughput ... 34

3.3.3. Overhead Ratio ... 35

3.4. Topologi Jaringan ... 35

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS ... 38

4.1 ARAMA ... 38

4.1.1. Throughput Jaringan ... 38

4.1.2. Delay Jaringan ... 40

4.1.3. Overhead ratio Jaringan ... 41

(18)

4.2.1. Throughput Jaringan ... 43

4.2.2. Delay Jaringan ... 44

4.2.3. Overhead Jaringan ... 46

4.3. Perbandingan ARAMA dengan DSR ... 47

4.3.1. Throughput Jaringan ... 47

4.3.2. Delay Jaringan ... 50

4.3.3. Overhead ratio Jaringan ... 52

4.4. Rekap Perbandingan ARAMA dengan DSR ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 parameter dalam skenario ... 32

Tabel 3.2 Skenario A dengan Koneksi 1 UDP(ARAMA dan DSR) ... 33

Tabel 3.3 Skenario B dengan Koneksi 3 UDP(ARAMA dan DSR) ... 33

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Throughput dengan Penambahan Kecepatan, dan

Penambahan Koneksi pada ARAMA. ... 38

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Delay dengan Penambahan Kecepatan,Penambahan

Node, dan Penambahan Koneksi pada jairngan ARAMA. ... 40

Tabel 4.3 Hasil Pengujian overhead ratio dengan Penambahan Kecepatan,

Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada ARAMA. ... 41

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Throughput dengan Penambahan Kecepatan, dan

Penambahan Koneksi pada DSR. ... 43

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Delay dengan Penambahan Kecepatan,Penambahan

Node, dan Penambahan Koneksi pada DSR ... 44

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Overhead Ratio dengan Penambahan

Kecepatan,Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada DSR ... 46

Tabel 4.13 Menunjukan keunggulan masing-masing routing protokol yang

diteliti(ARAMA dan DSR) untuk setiap parameter unjuk kerja dan skenario yang

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.1 Klasidikasi protokol routing di MANET ... 3

Gambar 2.1 wireless indrastruktur ... 10

Gambar 2.2 adhoc network ... 11

Gambar 2.2.1 Source node membroadcast jalur ke tetangga terdekat ... 18

Gambar 2.2.2 Node Source menerima RREP dari node Destinasi ... 19

Gambar 2.2.3 Source node menemukan jalur rute S-E-F-J-D menuju destinasi . 19 Gambar 2.2.4 node J putus koneksi maka mengirimkan route error (RERR) menuju node Source melalui jalur rute J-F-E-S ... 20

Gambar 2.3.1 Source node mengaliri node tetangga dengan Fant untuk mencari jalur rute ... 24

Gambar 2.3.2 Source node menemukan jalur alternatid setelah mengirimkan Fant dan mendapatkan balasan berupa Bant ... 25

Gambar 2.3.3 Saat jalur alternatid terputus,jalur cadangan(maintenance) mengganti yang di alternatid rute ... 26

Gambar 2.3.4 Pada saat jalur node terputus, maka node C otomatis menggantikan jalur karena dialiri Fant. ... 27

Gambar 2.3.5 Route Maintenance sub Path ARAMA. ... 28

Gambar 2.3.6 Maintenance Jalur terputus ARAMA ... 29

Gambar 3. 1 Posisi node acak dengan beban koneksi udp 1 ... 36

(21)

Gambar 3.3 Snapshoot Jaringan dengan 30 node yang pertama ... 37

Gambar 3.4 Snapshoot Jaringan dengan 30 node saat membroadcast jalur rute .. 37

Gambar 4.1 Gradik pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan

Penambahan Koneksi pada terhadap Throughput jaringan ARAMA. ... 39

Gambar dan Gradik 4.2 Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node dan

Penambahan Koneksi pada terhadap delay Jaringan ARAMA. ... 41

Gambar 4.3 Gradik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan

Penambahan Koneksi pada terhadap overhead ratio jaringan ARAMA. ... 42

Gambar 4.4 Gradik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node,dan

Penambahan Koneksi pada terhadap Rata-rata Throughput jaringan DSR. ... 44

Gambar 4.5 Gradik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan

Penambahan Koneksi pada terhadap Rata-rata Delay Jaringan DSR. ... 45

Gambar 4.6 Gradik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan

Penambahan Koneksi pada terhadap Rata-rata Overhead Ratio Jaringan DSR. . 46

Gambar 4.7 gradik Perbandingan pada Penambahan Jumlah Node dan Jumlah

Kecepatan dengan 1 Koneksi terhadap Rata-rata Throughput Jaringan DSR dan

ARAMA. ... 47

... 48

Gambar 4.8 Gradik Perbandingan pada Penambahan Jumlah Node dan Jumlah

Kecepatan dengan 3 Koneksi terhadap Rata-rata Throughput Jaringan DSR dan

ARAMA ... 48

Gambar 4.9 Gradik Perbandingan pada Penambahan Jumlah Node dan Jumlah

(22)

ARAMA ... 50

Gambar 4.10 Gradik Perbandingan pada Penambahan Jumlah Node dan Jumlah

Kecepatan dengan 3 Koneksi terhadap Rata-rata Delay Jaringan DSR dan

ARAMA ... 51

Gambar 4.11 Koneksi UDP 1 Gradik Perbandingan pada Penambahan Jumlah

Node dan Jumlah Kecepatan dengan 1 Koneksi terhadap Rata-rata Overhead

Ratio Jaringan DSR dan ARAMA ... 52

Gambar 4.12 Koneksi UDP 3 Gradik Perbandingan pada Penambahan Jumlah

Node dan Jumlah Kecepatan Koneksi terhadap Rata-rata Overhead Ratio Jaringan

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan jaringan komputer saat ini sangat pesat karena merupakan

tuntutan dari meningkatnya kebutuhan akan akses indormasi dan data secara cepat

kapan saja dan di mana saja, maka di buatlah sarana dan prasarana komunikasi

jaringan dengan dua cara yaitu jaringan kabel (wired network) dan jaringan nirkabel

(wireless). Salah satu model jaringan nirkabel tersebut adalah jaringan adhoc, pada

jaringan adhoc mempunyai banyak tipe model jaringan,salah satunya yang

berkembang pesat adalah Mobile Ad hoc Network (MANET)[1].

MANET adalah sebuah jaringan wireless tanpa indrastruktur yang terdiri

sekumpulan node yang saling berhubungan untuk berkomunikasi, dalam jaringan

ini node berdungsi juga sebagai router (relay) yang bertanggung jawab untuk

mencari dan menangani rute ke setiap node di dalam jaringan. MANET yang ingin

berinterkoneksi serta bertanggungjawab dalam proses komunikasi dan transportasi

data[4].

MANET tidak memerlukan instalasi seperti pada jaringan berbasis

indrastruktur,Sebagai contoh dalam upaya rekonstruksi sehabis bencana untuk

mengevakuasi di hutan-hutan misalnya operasi militer, kondisi ini hanya

membutuhkan komunikasi yang bersidat sementara(temporary)[2].

Dalam jaringan MANET dapat bekerja secara dinamis, jadi sekumpulan

(24)

mungkin dapat berubah ubah dengan cepat dan tidak dapat diprediksi menyebabkan

perubahan topologi jaringan sesuai dengan kondisi yang ada. Pada MANET

mempunyai 3 protokol routing yaitu Table-Driven routing protocols

(proactive),On-Demand routing protocols (reactive) dan gabungan dari keduanya

yaitu Hybird. MANET mempunyai beberapa tipe karakteristik umum yaitu ;

1. Node yang selalu bergerak (Node mobility)

Pada MANET setiap node selalu bergerak bebas, maka dimungkinkan

terjadi karena setiap node memancarkan sinyal dalam radius tertentu,maka

node-node yang dalam satu lingkup sinyal dapat saling berkomunikasi

2. Topologi yang dinamis (Dynamic topology)

Tidak dibutuhkannya sebuah indrastruktur jaringan seperti AP(access point)

dan node yang selalu bergerak maka gambaran atau topologi jaringan pada

adhoc network tidak dapat diprediksi.

3. Membangun sendiri (Self built)

Setiap node pada jaringan ad hoc network dapat menjadi penerima paket

indormasi atau penerus paket (router).

MANET membutuhkan sebuah protokol komunikasi yang mengatur

komunikasi antara node sehinga setiap node dalam satu jaringan mampu

berkomunikasi satu sama lainya. Namun protokol komunikasi di jaringan wired

network yang sidat nodenya statik sangat tidak cocok diterapkan di MANET.

Protokol di jaringan MANET mempunyai beberapa karateristik khusus yang harus

dipenuhi yaitu self-configured, self-built and distributed routing algorithm.

(25)

mengkondigurasi node sehingga node secara otomatis dapat menjadi klien

sekaligus router untuk node lainnya.

2. Membangun jaringan sendiri (Self-built) : dikarenakan node selalu bergerak

maka protokol tersebut diharapkan mampu mendisain node untuk membangun

jaringan sendiri.

3. Penyebaran algoritma routing (distributed routing algorithm) : protokol mampu

membuat jalur routing untuk pencarian jalur terpendek setiap node yang

bergerak.

(26)

Pada Protokol routing MANET dapat dibedakan menjadi 3

karakteristik berdasarkan sebaran table routing:

a) Protokol routing proaktif (Table Driven Routing Protocol)

Pada protokol proaktid ini bekerja dengan (table driven routing protocol),

jadi masing-masing node mempunyai routing table yang lengkap, dalam

artian sebuah node akan mengetahui semua rute ke node lain yang berada

dalam jaringan tersebut . Saat melakukan maintenence terhadap indormasi

routing melalui routing table dan melakukan up-to-date secara berkala

sesuai dengan perubahan topologi, namun metode proaktid ini jika

diimplementasikan maka akan menyebabkan konsumsi bandwidth yang

besar dikarenakan semua node membroadcat routing table ke semua

node[2].

Beberapa contoh protokol proaktid yaitu:

 DSDV (Dynamic Destination Sequenced Distance Vector

Routing Protokol)

 HSR (Hierarchial State Routing Protocol)

 WAR (Witness Aided Routing)

 OLSR (Optimized Link State Routing Protocol)

b) Protokol routing reaktif (On-Demand Routing Protocol)

Protokol routing reaktid melakukan proses pencarian node tujuan dengan

cara On Demand yang berarti proses pencarian route hanya dilakukan

(27)

routing table yang dimiliki oleh sebuah node berisi indormasi route node

tujuan saja[5]. Namun pada protokol ini akan membangun koneksi

apabila node membutuhkan rutedalam mentransmisikan dan menerima

paket data, akan tetapi membutuhkan waktu yang lebih besar dari pada

protokol routing proaktid, maka metode ini tidak membutuhkan

konsumsi bandwidth yang terlalu besar dan meminimalis sumber daya

baterai.

 ARAMA (ANT ROUTING ALGORITHM for MOBILE

Ad-Hoc Networks)

 BSR (Backup Source Routing)

 AODV (Ad Hoc On Demand Distance Vector )

 DSR (Dynamic Source Routing)

 DYMO (Dynamic MANET On-demand)

 FSDSR (Flow State in the Dynamic Source Routing)

c) Protokol routing Hybrid

Protokol routing Hybrid adalah metode penggabungan yang kedua

protokol antara routing proaktid dan reaktid.

 HWMP (Hybrid Wireless Mesh Protocol)

 ZRP (Zone Routing Protocol )

 HRPLS (Hybrid Routing Protocol for Large Scale MANET)

Jaringan adhoc MANET sangat dibutuhkan karena sidatnya yang sangat

(28)

segala permasalahan routing baik yang bersidat umum seperti pencarian jalur

terpendek dan permasalahan routing khusus di MANET yang harus

memperhitungkan resource power atau baterai dan pemakaian bandwidth. Ada

banyak protokol routing di MANET dan semua jenis protokol tersebut

mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing baik itu protokol yang

bersidat reaktid,proaktid, maupun hybrid. Namun dari segi pemakaian energy

jenis routing reaktid jauh lebih baik jika dibandingkan dengan jenis protokol

proaktid. Jenis protokol reaktid yang hanya mencari routing jika paket

dibutuhkan sehingga mampu menghemat pemakaian bandwidth dan baterai. .

Kelebihan protokol reaktid ada pada meminimalkan control message sehingga

paket pengiriman data dapat dilakukan secara maksimal. Oleh karena itu jenis

reaktid routing lebih sering digunakan jika melihat kenyataan bahwa resource

dari adhoc network setiap node yang sangat terbatas.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka di dapat rumusan masalah berupa

perbandingan antara unjuk kerja protokol routing reaktid (ARAMA) terhadap

protokol routing reaktid (DSR) pada jaringan MANET.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memberikan hasil

perbandingan unjuk kerja routing protokol reaktid (ARAMA) terhadap routing

(29)

1.4. Batasan Masalah

Dalam pelaksanaan tugas akhir ini, masalah dibatasi sebagai berikut :

1. Tradik data yang digunakan adalah protokol UDP (User Datagram

Protokol)

2. Parameter yang digunakan sebagai uji perdormansi unjuk kerja

adalah throughput,delay,dan overhead ratio.

3. Menggunakan simulator komputer dengan OMNET++.

1.5. Metodologi Penelitian

Metodolologi dan langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan

tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1.5.1. Studi literatur

Mengumpulkan rederensi dari berbagai narasumber untuk mempelajari

topik tugas akhir tentang MANET :

Teori MANET.

a. Teori yang membahas tentang protokol routing ARAMA(Ant Routing

Algorithm for Mobile Adhoc Networks) dan teori DSR( Dynamic Source

Routing).

b. Teori tentang delay,throughput,dan overhead ratio.

c. Teori yang membahas OMNET++.

1.5.2 Perancangan

Dalam tahap ini penulis merancang suatu skenario untuk menjalankan

(30)

a. Luas area simulasi.

b. Penambahan dalam jumlah node.

c. Penambahan dalam kecepatan node.

d. Penambahn jumlah koneksi UDP.

1.5.3 Pembangunan simulasi dan Pengumpulan data.

Simulasi jaringan adhoc MANET ini menggunakan simulator bernama

OMNET++ .

1.5.4 Analisis data dan Simulasi.

Untuk menganalisa sebuah data yang sudah diperoleh dari proses simulasi

tersebut tentunya dapat dilakukan pengamatan dari parameter yang sudah

ditentukan,untuk menarik kesimpulan dari proses routing protokol antara

ARAMA dengan DSR

1.5.5. Penarikan Kesimpulan dan Saran.

Penarikan kesimpulan dan saran berdasarkan pada beberapa performance

metric yang diperoleh pada proses analisa data simulasi jaringan.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini perlu membagi sistematika penulisan

(31)

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang yang diambil dari judul Tugas

Akhir,batasan masalah,tujuan penelitian,mandaat penelitian,metode

penelitian, dan sistematika penulisan Tugas Akhir yang menjelaskan

secara garis besar substansi yang diberikan pada masing-masing bab.

BAB 2: LANDASAN TEORI

Bab ini membahas dan menjelaskan teori yang berkaitan dengan

judul/masalah di tugas akhir.

BAB 3 : PERANCANGAN PENELITIAN

Bab ini membahas bagaimana cara perancangan indrasturktur dalam

melakukan penelitian ,serta parameter-parameter yang digunakan sebagai

bahan penelitian.

BAB 4 : PENGUJIAN DAN ANALISIS

Bab ini berisi tahap pengujian simulasi dan analisia data hasil simulasi

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran berdasarkan simulasi dan hasil

(32)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Jaringan Nirkabel (Wireless)

Jaringan wireless atau nirkabel merupakan salah satu teknologi jaringan

yang menggunakan udara sebagai perantara untuk berkomunikasi. Jaringan

wireless menggunakan standart IEEE 802.11. Topologi pada jaringan nirkabel

ini dibagi menjadi dua yaitu topologi nirkabel dengan berbasis indrastruktur

(access point) dan topologi nirkabel tanpa memandaatkan indrastruktur atau

(adhoc)[1]. Jaringan wireless indrastruktur kebanyakan digunakan untuk

memperluas jaringan LAN atau untuk berbagi jaringan agar dapat terkoneksi ke

internet. Untuk membangun jaringan indrastruktur diperlukan sebuah perangkat

yaitu wireless access point untuk menghubungkan klient yang terhubung dan

manajemen jaringan wireless. Jaringan wireless dengan mode adhoc tidak

membutuhkan perangkat tambahan seperti access point, yang dibutuhkan

[image:32.595.99.508.256.667.2]

hanyalah wireless adapter pada setiap komputer yang ingin terhubung[9].

(33)
[image:33.595.101.506.111.560.2]

Gambar 2.2 adhoc network

2.2 Mobile Adhoc Network(MANET)

MANET adalah sebuah jaringan wireless yang bersidat dinamis dan setiap

mobile host dalam MANET bebas untuk bergerak ke segala arah. Di dalam

jaringan MANET terdapat dua node (mobile host) atau lebih yang dapat

berkomunikasi dengan node lainnya namun masih berada dalam jangkauan node

tersebut. Selain itu node juga dapat berdungsi sebagai penghubung antara node

yang satu dengan node yang lainnya[11]

.

Jaringan adhoc dapat bekerja dengan indrastruktur berupa wireless dengan

cara berkomunikasi secara mobile network, serta untuk proses routingnya

menggunakan Multihop Indormasi jadi setiap Indormasi akan dikirimkan dan

disimpan terlebih dahulu dan diteruskan ke node tujuan melalui perantara.Namun

dari sisi keamanan tentunya sangat terbatas jika dibandingkan dengan network

yang menggunaan kabel . Karakteristik dari Adhoc ini pun selalu

berpindah-pindah dikarenakan node selalu bergerak tanpa diprediksi ,jadi dilihat dari

(34)

2.2.1 Karakteristik MANET

Beberapa karakteristik dari jaringan ini adalah:

1. Otonomi dan tanpa indrastruktur, MANET tidak bergantung

kepada indrastruktur atau bersidat terpusat. Setiap node

berkomunikasi secara distribusi peer-to-peer.

2. Topologi jaringan bersidat dinamis, artinya setiap node dapat

bergerak bebas (random mobility) dan tidak dapat diprediksi.

3. Scalability artinya MANET bersidat tidak tetap atau jumlah node

berbeda di tiap daerah.

4. Sumber daya yang terbatas, baterai yang dibawa oleh setiap

mobile node mempunyai daya terbatas, kemampuan untuk

memproses terbatas, yang pada akhirnya akan membatasi

layanan dan aplikasi yang didukung oleh setiap node[11].

2.2.2 Protokol Routing

Jaringan MANET adalah sekumpulan node yang dapat

bergerak (mobile node) yang di dalamnya terdapat kemampuan

untuk berkomunikasi secara wireless dan juga dapat mengakses

jaringan.Perangkat tersebut dapat berkomunikasi dengan node yang

lain selama masih berada dalam jangkauan perangkat radio. Node

yang bersidat sebagai penghubung tersebut akan digunakan untuk

meneruskan paket dari node sumber ke tujuan[1].

(35)

seluruh jaringan dari nodesumber ke node tujuan dengan minimal

satu node yang berperan sebagai perantara. Komponen penting pada

sebuah protokol routing / Algoritma routing berdungsi untuk

menentukan bagaimana node berkomunikasi dengan node yang

lainnya dan menyebarkan indormasi yang memungkinkan nodeyang

lainnya dapat menyebarkan indormasi yang memungkinkan node

sumber untuk memilih rute optimal ke node tujuan dalam sebuah

jaringan komputer .Sedangkan sebuah algoritma routing berdungsi

untuk menghitung secara matematis jalur yang optimal berdasarkan

indormasi routing yang dipunyai oleh suatu node.

Mengenai sebuah algoritma routing harus mencakup banyak

hal yang perlu di perhatikan :

a) Penentuan jalur terpendek yang akan di tujukan ke node tujuan harus

edisien.

b) Selalu up-to-date table routing ketika terjadi perubahan pada

topologi.

c) Meminimalisir jumlah control paket.

d) Waktu konvergen yang seminim mungkin.

2.2.3 Routing Proaktif

Tipe golongan Protokol routing proaktid ini bersidat (table

driven routing protocol) yaitu mengelola dadtar tujuan dan rute

terbaru masing-masing serta bersidat broadcast sehingga sistem

(36)

,maka dari itu perlu penggambaran keseluruhan node jaringan serta

setiap node akan merespon perubahan dalam mengupdate agar

terjadi konsistensi routing table, maka memperlambat aliran data

jika terjadi restruktursi routing, beberapa contoh algoritma routing

proaktid yaitu Intrazone Routing Protocol (IARP), Linked Cluster

Architecture (LCA) , Witness Aided Routing(WAR) , Optimized

Link State Routing Protocol(OLSR) , Better Approach to Mobile Ad

hoc Network(BATMAN) , Highly Dynamic Destination Sequenced

Distance Vector routing protocol(DSDV), Fisheye state routing

(FSR).

2.2.4 Routing Reaktif

Tipe algoritma protokol routing reaktid ini bersidat on

demand ,pada intinya node sumber yang akan menentukan node

tujuan sesuai prosedur yang diinginkannya, proses pencarian rute

hanya akan dilakukan ketika dibutuhkan komunikasi antara node

sumber dengan node tujuan saja, jadi routing table yang ada pada

node hanyalah indormasi route ke tujuan saja, Protokol reaktid ini

memandaatkan metode broadcast untuk membuat route discovery ,

pembuatan route discovery ini untuk maintaining route agar tidak

terputus saat jalur yang tidak digunakan tidak di lalui paket menuju

node tujuan, selain itu routing reaktid ini akan membroadcast paket

kepada node tetangganya untuk menyampaikan paket kepada node

(37)

tujuan akan memberikan pesan balasan berupa route reply , dengan

cara ini agar dapat meminimalkan routing overhead agar tidak

membanjiri jaringan berbeda dengan protokol routing proaktid yang

membroadcast update routing table ke semua node yang

mengakibatkan boros bandwidth karena beberapa contoh algoritma

routing reaktid adalah Associativity Based Routing (ABR), Ad Hoc

On Demand Distance Vector (AODV),Ad Hoc On Demand

Multipath Distance Vector,Dynamic Source Routing (DSR),Ant

Routing algorithm for mobile adhoc networks (ARAMA)[9].

2.2.5 Hybrid Routing

Protokol hybrid routing ini dikembangkan dengan pemikiran

untuk menggabungkan kelebihan dari protokol routing reaktid dan

proaktid sehingga didapatkan sebuah protokol routing yang paling

edektid. Protokol routing hybrid menggunakan karakteristik protokol

routing reaktid dan proaktid untuk mencari jalur terbaik sesuai dengan

tuntutan dan kondisi (on demand) dengan jaringan yang terus

di-update. Selain itu, pada protokol routing hybrid, paket Route Request

(RREQ) dan Route Reply (RREP) dikirimkan setelah terdapat routing

request dengan waktu interval tertentu[12]. Protokol untuk tipe ini

adalah :Hybrid Routing Protocol for Large Scale

MANET(HRPLS),Hybrid Wireless Mesh Protocol(HWMP), Zone

(38)

ini akan membahas tentang Analisis Unjuk Kerja ARAMA (Ant

Routing Protokol Algorithm for Mobile Ad-Hoc) dengan

DSR(Dynamic source routing) yang menggunakan simulator

OMNET++.

2.3 DSR (Dynamic Source Routing)

Routing protokol Dynamic Source Routing (DSR) menggunakan

pendekatan reaktid sehingga menghilangkan kebutuhan untuk membanjiri jaringan

dalam melakukan pembaruan tabel seperti terjadi pada pendekatan table driven.

DSR hampir mirip dengan AODV karena membentuk route on demand namun

menggunakan source routing bukan routing table pada intermediate device.

Protokol ini benar-benar berdasarkan source routing dimana semua indormasi

routing dipertahankan (terus diperbarui) pada mobile node.Node intermediate juga

memandaatkan route cache secara edisien untuk mengurangi kontrol

overhead.Siklus penemuan rute yang digunakan untuk menemukan rute on

permintaan. DSR memiliki dua tahap utama untuk menyampaikan jalur rutenya[6].

Keuntungan Protokol Routing DSR

 Keuntungan penggunaan DSR ini adalah node perantara tidak

perlu memelihara secara up to date indormasi routing pada saat

melewatkan paket ,karena setiap paket berisi indormasi routing

dalam headernya,maka protokol ini menghilangkan system

neighbour detection sehingga tidak membanjiri jaringan untuk

(39)

Kerugian Protokol Routing DSR

 Pada Protokol ini mempunyai kerugian dikarenakan mekanisme

route maintenance tidak dapat memperbaiki link yang rusak atau

down, Selain itu DSR juga memiliki delay waktu

yang sangat buruk bagi proses untuk pencarian route baru.

2.3.1 Tahap route discovery (pencarian rute)

Pada tahap route discovery ini akan menyimpulkan bahwa ketika

node sumber akan mengirimkan sebuah paket ke node tujuan,akan tetapi

tidak tahu jalur rute mana yang akan di lalui maka node sumber akan

memulai mencarikan jalur rute yang diinginkan agar sampai tujuan.

Langkah pertama yang dilakukan oleh node sumber yaitu membroadcast

indormasi lalu setiap node akan memeriksa catatan rute yang dimilikinya.

Pada saat paket membroadcast paket maka setiap node akan mengecek

apakah memiliki catatan rute yang dimaksud dari pesan tersebut. Jika tidak

mempunyai maka node tersebut akan menambahkan alamat sendiri pada

route record dan meneruskan paket tersebut ke node yang terhubung

dengannya. Untuk membatasi jumlah route request disebarkan pada link

keluar dari sebuah node, maka sebuah mobile node hanya meneruskan

permintaan route jika route request belum terlihat oleh mobile node tersebut

dan juga jika alamat mobile node belum muncul dalam route record. Route

reply dihasilkan ketika salah satu route request telah mencapai tujuan itu

(40)

tujuan yang belum sampai. Pada saat paket telah mencapai tujuan atau node

intermediate, paket tersebut berisi route record yang berisi indormasi hop

yang dilalui.pada paket balasan di salin indormasi bahwa rute ditambah

dengan catatan pada paket permintaan, proses pencarian rute ini yang

mengakibatkan terjadinya delay waktu yang lama dikarenakan harus

kembali ke source untuk mendapatkan jalur rute yang terbaru .

Proses route discovery dan route record ,Misalkan node sumber (S)

membroadcast route request(RREQ), kemudian node S membroadcast

paket route request (RREQ) kepada node tetangga yaitu B,C,E lalu

masing-masing node tersebut akan menambahkan sendiri alamat dan jumlah hop

[image:40.595.98.503.256.573.2]

routing untuk setiap node tetangganya[6].

(41)

Gambar 2.2.2 Node Source menerima RREP dari node Destinasi

Kemudian node D akan menerima, unicast route reply (RREP) ke

node J.Jika sudah menemukan suatu jalur rute menuju node D , makanode

S akan mengirimkan paket berupa RREP dan node D akan menerima

[image:41.595.96.493.87.592.2]

paket.

Gambar 2.2.3 Source node menemukan jalur rute S-E-F-J-D menuju destinasi

Saat node source sudah mendapatkan pesan balasan berupa RREP

setelah memberikan RREQ sebelumnya kepada node tetangga, maka jalur

(42)
[image:42.595.97.507.90.555.2]

Gambar 2.2.4 node J putus koneksi maka mengirimkan route error (RERR) menuju node Source melalui jalur rute J-F-E-S

Ketika jalur mengalami kerusakan maka node j akan mengirimkan

pesan RERR kepada node S agar digantikan jalur baru melalui node lain,

maka node source akan mengupdate route terbaru dan meremove cache pada

jalur S-E-F-J-D.

2.3.2 Tahap route maintenance (pemeliharaan rute)

Pemeliharaan rute pada DSR akan dilakukan apabila terdapat

kesalahan dalam pengiriman paket setelah itu akan ada pemberitahuan dari

node yang menemukan kesalahan tersebut, pada transmisi pada data link

layer, node tersebut akan mengirimkan pesan paket error ke seluruh node

yang mengakibatkan terputusnya jalur node setelah itu node yang menerima

paket tersebut akan menghapus route record yang berkaitan dengan node

pengirim paket error. Sedangkan paket pemberitahuan digunakan untuk

(43)

terjadi error pada paket yang di terima hop yang ada dalam cache route akan

dihapus dan semua jalur rute akan di potong agar bisa memveridikasi jalur

rute yang benar.

Keuntungan penggunaan DSR ini adalah intermediate node yaitu

tidak perlu memelihara dengan cara mengupdate indormasi routing pada

saat melewatkan paket, karena setiap paket berisi indormasi routing di dalam

headernya. Routing protokol DSR juga dapat menghilangkan proses

periodic route advertisement dan neighbour detection yang biasa dijalankan

oleh routing protokol yang lain, serta pada routing protokol DSR

menggunakan pendekatan reaktid sehingga kinerjanya pun baik seperti

throughput,routing overhead (pada paket) dan rata-rata pada path. Akan

tetapi DSR memiliki delay waktu yang buruk bagi proses untuk pencarian

route baru, karena untuk menghilangkan kebutuhan yang akan membanjiri

jaringan dalam melakukan pembaharuan tabel seperti yang terjadi pada

pendekatan table driven. Node intermediate juga memandaatkan route

cache secara edisien untuk mengurangi kontrol overhead.

Kerugian dari routing ini adalah indormasi tentang routing terbaru

tidak dapat langsung memperbaiki link yang rusak atau down. Indormasi

route cache yang kadaluwarsa juga bisa mengakibatkan inkonsistensi

selama dase rekonstruksi route. Proses Penggunaan routing ini akan sangat

optimal pada jumlah node yang kecil atau kurang dari 200 node,

dikarenakan saat mengirim paket dan menyebabkan bertambahnya delay

(44)

2.4 ARAMA (Ant Routing Algorithm for Mobile Ad-Hoc Networks)

ARAMA adalah routing protokol yang terinspirasi dari kejadian alam

yaitu koloni semut. Semut koloni mampu untuk menemukan makanan dan

mengikuti jalur terpendek dari sarang ke makanan. seperti pergerakan semut pada

umumnya, mereka meninggalkan sebuah zat kimia yang dikenal dengan pheromone

pada tanah.

Ketika semut menemukan titik yang memiliki lebih dari satu cabang,

probabilitas dari masing masing cabang akan dipilih oleh semut berdasarkan

jumlah pheromone yang ditinggalkan pada masing-masing cabang. Semut akan

memilih cabang dan meninggalkan lebih pheromone lagi pada cabang yang dipilih.

Pheromone pada cabang jalur tependek akan semakin bertambah dengan cepat

daripada pheromone pada cabang lain[7].

Pada ARAMA, optimalisasi jalur berdasarkan lokal maupun global

indormasi. Algoritma ini dapat menghemat energi yaitu dengan mengoptimalkan

penggunaan energi yang adil di semua node dalam jaringan. Ketika jalur terbaik

gagal, maka algoritma akan menggunakan jalur yang tersedia selanjutnya. Setiap

node dalam jaringan dapat berperan sebagai node sumber, node tujuan dan node

perantara. Ketika sebuah node sumber ingin mencari jalur untuk mencapai tujuan,

maka node tersebut akan mengirim semut Fant(Forward Ant) atau semut yang

mencari rute. Semut Fant akan menggunakan perantara untuk mencari tujuan

berdasarkan routing tabel dan indormasi lokal. Semut Fant akan mengumpulkan

indormasi dan node perantara yang mereka lalui. Ketika semut Fant sudah mencapai

(45)

semut Bant(Backward ant) atau semutyang me-replay akan dibuat. Semut Bant

akan membawa nilai yang dikumpulkan oleh semut Fant yaitu berupa table

pheromone (sisa battery dan jumlah node) dan mengidentidikasi node perantara

pada jalur. Semut Bant akan mengikuti jalur kebalikan dari semut Fant dengan

membandingkan table pheromone terkecil .

Karena bergerak pada jalur kebalikan, maka table pheromone akan diubah

berdasarkan nilai jalur yang dibawanya dan mengupdate probabilitas tabel

routingnya. Kemudian setelah semut Bant mencapai node sumber, maka node

sumber akan mengupdate tabelnya dan menghapus semut ant[8].

Keuntungan routing protokol ARAMA

 Pada protokol ini menggunakan algoritma yang menggunakan

jalur tersedia selanjutnya sehingga pada saat sebuah node

mengirimkan sebuah Fant(forward ant) maka node perantara

tersebut akan mencari node tujuan berdasarkan updaterouting

table pheromone dan indormasi local, serta pergerakan mencari

jalur terpendek untuk sampai ke node tujuan.

Kerugian routing protokol ARAMA

 Pada routing protokol ARAMA ini karena semua node semut

mengirimkan Fant untuk mencari jalur rute maka konsumsi

[image:45.595.100.506.269.599.2]
(46)

Phoase pada Ant Routing Protokol

Route Discovery Phase

Contoh simple Ant Routing Protokol

Jika node S sebagai source node ingin berkomunikasi dengan node D

[image:46.595.96.506.210.609.2]

sebagai destination node.

Gambar 2.3.1 Source node mengaliri node tetangga dengan Fant untuk mencari jalur rute

Tahap 1 Node S akan mengirim Fant(Forward Ant) ke node tetangganya

yaitu C ,B dan K . Fant1 adalah ForwardAnt dari S ke C, Fant2 adalah

ForwardAnt dari S ke B, Fant3 adalah ForwardAnt dari S ke K. Setiap Fant

akan menghitung table pheromone untuk setiap node berupa (sisa battery

dan node). Kemudian Fant akan bergerak lagi dengan rumus probabilitas

diatas mencari jalur yang belum dikunjungi. hampir sama seperti tahap di

atas Fant1 adalah ForwardAnt dari B ke J, Fant2 adalah ForwardAnt dari C

ke W, Fant3 adalah ForwardAnt dari K ke R. Setiap Fant akan menghitung

(47)

atau destination node D, maka node D akan me-replay dengan

Bant(BackwardAnt), maka node Datau destination node akan meng-update

table pheromone dari Fant1. Kemudian node Dakan menghapus Fant1 dan

mengirimkan Bant ke jalur yang sebelumnya telah dilalui oleh Fant1 yaitu

menuju ke node B. Sementara itu Fant2 dan Fant3 baru saja datang menuju

node D atau destination node, node D akan membandingkan tabel

[image:47.595.98.500.240.553.2]

pheromone miliknya dengan tabel pheromone miliki Fant3 dan Fant2.

Gambar 2.3.2 Source node menemukan jalur alternatid setelah mengirimkan Fant dan mendapatkan balasan berupa Bant

Tahap 2 Fant2 dan Fant3 akan dihapus oleh node D karena tabel

pheromene milik nodeByang berasal dari Fant1 lebih kecil. Maka node C

dan Ktidak akan mengirimkan Bant ke jalur Fant2 dan Fant3. Sementara

itu node Bakan mengirim Bant ke source node atau nodeS. Node S akan

mengupdate tabel pheromone dan memproleh jalur tercepat sementara

untuk ke node B. Node S akan mengirimkan data ke node B melalui jalur

(48)
[image:48.595.96.521.126.641.2]

Gambar 2.3.3 Saat jalur alternatid terputus,jalur cadangan(maintenance) mengganti yang di alternatid rute

Tahap 3 Sebagai source atau nodeS makaakan mengirim data

melalui jalur yang telah diperloeh sementara yaitu S-B-J-D. Namun source

node S akan tetap mengirim Fant ke jalur lainnya. Ini adalah keunggulan

dari ARAMA.Meskipun node Stelah menemukan jalur tetapi dia akan tetap

mencari jalur alternatid lainya dengan tetap mengirim Fant, ini karena

topologi adhoc MANETsangat dinamis , sehingga saat jalur terputus source

node S tetap memiliki jalur alternatid lainnya, tidak harus mengulang

mencari jalur dari awal dikarenakan pada routing ARAMA tetap

(49)
[image:49.595.98.539.106.579.2]

Gambar 2.3.4 Pada saat jalur node terputus, maka node C otomatis

menggantikan jalur karena dialiri Fant.

Tahap 4 pada saat jalur route mengalami putus koneksi pada

jalur route node ( S,B,J,D), akan tetapi sebelumnya node source tetap

mengalirkan Fant kepada node tetangga sebelumnya , peristiwa ini

dinamakan (backup path routing) atau jalur cadangan ini disediakan pada

protokol ARAMA untuk menghindari putusnya jaringan, namun bandwidth

yang dibroadcast node source jadi semakin boros karena semua jalur node

(50)

2.4.1 Tahap Pemeliharaan ARAMA (Route Maintanance Phase)

ARAMA mempunyai 2 proses pemeliharaan jalur yaitu jalur

subpath (jalur cadangan) menggunakan metode evaporations dan

Maintenance Jalur terputus dengan probabiltas.

[image:50.595.98.497.207.622.2]

Maintenance Subpath

Gambar 2.3.5 Route Maintenance sub Path ARAMA.

Parameter Evaporations

a. Evaporation Factor : nilai penguapan pheromone =0.25

b. Threshold : batas nilai penguapan = 0 (dedault)

c. timeInterval : waktu kunjungan = 0.1 s

d. timeLimit : waktu penguapan 1s

e. Probabilitas PheromoneValue : nilai pheromone jalur(i) /jumlah semua

(51)

Mekanisme Evaporations

Nilai probabilitas jalur

Fant(1)Node K : 1.4/4.2 =0.333

Fant(2)Node C : 1.3/4.2 =0.309

t=0; timeInterval=0.1s

waktu kunjungan Fant(1) ke-i

t=t+0.1s yaitu 0.1s waktu kunjungan Fant(2) ke-i

t=t+0.1s yaitu 0.2s

Evaporations akan terus bertambah nilainya seperti rumus mekanisme di

atas sampai nilai waktu kunjungan t=1s, maka nilai pheromone berkurang

0.25 maka nilai pheromone sampai ke nilai 0 atau kurang dari 0 maka

routing table akan dihapus.

[image:51.595.100.507.108.657.2]

Maintenance Jalur Terputus

Gambar 2.3.6 Maintenance Jalur terputus ARAMA

(52)

terputus sehingga node yang menjadi pengirim data harus mengirimkan Route Error

kembali menuju source selanjutnya source akan menghapus table jalur yang error

tersebut, setelah itu Node source akan membandingkan Node source hanya perlu

mengganti rute optimal path dari sub path yang telah ada. Dalam hal ini node

dengan nilai terbesar akan di pilih menjadi Optimal Path atau jalur utama.

2.5 OMNET

Omnet++ atau omnetpp adalah network simulation software discrete-event

yang bersidat open source (sumber code terbuka).Discreate-event berarti

simulasinya bertindak atas kejadian langsung didalam event . Secara analitis,

jaringan komputer adalah sebuah rangkaian discrete-event. Komputer akan

membuat sesi memulai, sesi mengirim dan sesi menutup. OMNet++ bersidat

object-oriented berarti setiap peristiwa yang terjadi di dalam simulator ini berhubungan

dengan objek-objek tertentu.OMNet++ juga menyediakan indrastruktur dan tools

untuk memrogram simulasi sendiri. Pemrograman OMNet++ bersidat

object-oriented dan bersidat hirarki. Objek-objek yang besar dibuat dengan cara menyusun

objek-objek yang lebih kecil. Objek yang paling kecil disebut simple module, akan

memutuskan algoritma yang akan digunakan dalam simulasi tersebut.Omnet++

menyediakan arsitektur komponen untuk pemodelan simulasi. Komponen (modul)

menggunakan bahasa programing C++ yang berekstensi “.h” dan “.cc”. Omnet++

memiliki dukungan GUI (Graphical User Interface) yang luas, karena arsitektur

yang modular, simulasi kernel yang dapat di compile dengan mudah disistem

(53)

Omnet juga mendukung beberapa dramework yaitu : Inet,

Inetmanet,Mixim,Castalica,Libara dan lain-lain. Framework tersebut yang akan

membantu user untuk mampu mengembangkan sebuah simulasi jaringan. Pada

skripsi ini Framework yang digunakan adalah Libara untuk protokol routing

ARAMA dan Inetmanet untuk protokol routing DSR.

Karena bersidat open-source maka Omnet++ mendukung multy platform OS

seperti ;Windows, Linux dan Mac.Adapun beberapa komponet dari Omnet++

adalah

1. Simulation kernel library (library kernel)

2. NED(diskripsi topologi)

3. Omnet++ IDE yaitu Eclipse

4. GUI untuk simulator yang dieksekusi dengan coman Tkenv

5. Comand-line user interface yang menggunakan Cmdenv

6. Utilities seperti makedile pada tools

(54)

32

BAB III

PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN

3.1 Parameter Simulasi

Pada penelitian ini mengunakan beberapa paramter yang bersidat konstan yang akan

digunakan untuk setiap simulasi baik itu untuk ARAMA dan DSR , tabelnya

[image:54.595.102.506.266.658.2]

sebagai berikut :

Tabel 3.1 parameter tetap dalam skenario

Parameter Nilai

Luas Ares Jaringan 1000mx1000m

Radio range 250m

Waktu simulasi 1000s

Type mobility Random Way Point

Jumlah paket data 100MB

Banyak Koneksi 1 dan 3 UDP

Traffic source UDP

Jumlah Node 30,40 dan 50 node

(55)

3.2 Skenario Simulasi

Skenario simulasi antara kedua protokol reaktid baik ARAMA dan DSR

yaitu scenario dengan luas area yang tetap akan tetapi jumlah node dan

kecepatannya bertambah, setiap skenario pengujian akan diulang sebanyak 3

kali.Hasil dari pengujian di rata-rata dan ditampilkan menjadi sebuah table dan

gradik.

[image:55.595.100.510.205.657.2]

3.2.1 Tabel Skenario

Tabel 3.2 Skenario A dengan Koneksi 1 UDP(ARAMA dan DSR)

Skenario Node Kecepatan

(mps) Koneksi

A1 30 2 mps 1

A2 40 2 mps 1

A3 50 2 mps 1

A4 30 5 mps 1

A5 40 5 mps 1

A6 50 5 mps 1

Tabel 3.3 Skenario B dengan Koneksi 3 UDP(ARAMA dan DSR)

Skenario Node Kecepatan

(mps) Koneksi

B1 30 2 mps 3

B2 40 2 mps 3

B3 50 2 mps 3

B4 30 5 mps 3

B5 40 5 mps 3

(56)

3.3.Parameter Kinerja

Ada tiga parameter kinerja dalam penelitian tugas akhir ini:

3.3.1. Delay

Delay atau yang sering disebut end to end delay adalah waktu yang

dibutuhkan paket dalam jaringan atau waktu jeda antara paket pertama

dikirim dengan paket tersebut di terima .Delay merupakan suatu paramater

yang dibutuhkan untuk membandingkan suatu routing protokol routing.

Karena besarnya sebuah delay dapat memperlambat kinerja dari protokol

routing.Rumus untuk menghitung Delay adalah[4] :

AverageDelay D

3.3.2. Throughput

Throughput adalah jumlah bit data per waktu unit yang dikirimkan

ke terminal tertentu dalam suatu jaringan, dari node jaringan, atau dari satu

node ke yang lain. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan bandwidth

[4]. Throughput adalah rata-rata data yang dikirim dalam suatu jaringan,

biasa diekspresikan dalam satuan bitpersecond (bps), byte persecond (Bps)

atau packet persecond (pps). Throughput merujuk pada besar data yang di

bawa oleh semua tradik jaringan, tetapi dapat juga digunakan untuk

keperluan yang lebih spesidik.

(57)

throughput akan memperlihatkan kualitas dari kinerja protokol routing

tersebut. Karena itu throughput dijadikan sebagai indikator untuk

mengukur perdormansi dari sebuah protokol. Rumus untuk menghitung

throughput adalah :

Average Throughput D

3.3.3. Overhead Ratio

Overhead ratio adalah ratio antara banyaknya jumlah control

message oleh protokol routing dibagi dengan jumlah paket (bit) yang

diterima. Jika nilai overhead ratio rendah maka dapat dikatakan bahwa

protokol routing tersebut memiliki kinerja yang cukup baik dalam hal

pengiriman paket. Rumus untuk menghitung overhead ratio [11]:

Average Overhead ratio =

3.4. Topologi Jaringan

Topology dari adhoc tidak dapat diramalkan atau diprediksi karena

topologi jaringan ini dibuat secara random. Hasil dari simulasi baik itu

posisi node dan pergerakan node tentunya tidak akan sama dengan

topologi yang sudah direncanakan . Perkiraan topologi jaringan dapat dilihat

pada Gambar 3.1- 3.4.

(58)
[image:58.595.97.497.89.602.2]

Gambar 3. 1 Posisi node acak dengan beban koneksi udp 1

(59)
[image:59.595.100.493.102.592.2]

Gambar 3.3 Snapshoot Jaringan dengan 30 node yang pertama

(60)

38

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISIS

Untuk membandingkaan unjuk kerja pada kedua protokol routing reaktid

(ARAMA) terhadap protokol routing reaktid (DSR) ini akan dilakukan seperti pada

tahap pengujian, sesuai skenario perencanaan simulasi jaringan pada Bab 3 sesuai

parameter yang sudah ditentukan . Hasil dari simulasi dapat ditemukan pada dile

*.and pada program OMNeT++.

4.1 ARAMA

[image:60.595.101.504.292.618.2]

4.1.1. Throughput Jaringan

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Throughput dengan Penambahan Kecepatan,

Penambahan Node dan Penambahan Koneksi pada ARAMA

Jumlah

Koneksi Jumlah Node Kecepatan 2 mps Kecepatan 5 mps Hasil Throughput (bit/s)

1 UDP 30 node 40 node 17634.88 18251.21 16118.75 17539.58

50 node 21288.44 19072.87

3 UDP 30 node 40 node 16139.63 17153.72 14793.43 15324.96

(61)

16139.63 17153.72 18216.36 14793.43 15324.96 16328.61 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000

Node 30 Node 40 Node 50

Th rou gh pu t(b it/ s)

Koneksi UDP 3

Kecepatan 2 mps Kecepatan 5 mps 17634.88 18251.21 21288.44 16118.75 17539.58 19072.87 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 22000

Node 30 Node 40 Node 50

Th rou gh pu t(b it/ s)

Koneksi UDP 1

[image:61.595.83.521.90.668.2]

Kecepatan 2 mps Kecepatan 5 mps

Gambar 4.1 Gradik pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan

Penambahan Koneksi pada terhadap Throughput jaringan ARAMA.

Gambar 4.1 yang berada diatas menunjukkan bahwa saat jumlah

node ditambah mulai (30,40,50 node), maka throughput di sisi penerima

akan semakin meningkat dikarenakan kerapatan node membuat protokol

ARAMA mudah mencari jalur dengan cara menyebarkan Fant terus

menerus sehingga dapat memaintenence dan mengurangi peluang node agar

tidak mudah terputus pada saat node mengirimkan paket. Setelah itu

penambahan kecepatan menjadi 5 mps juga berpengaruh dengan

menurunnya throughput dikarenakan topologi cepat berubah hal ini

membuat protokol ARAMA harus mencari jalur baru yang

(62)

1.52 1.46 1.34 1.94 1.77 1.68 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Node 30 Node 40 Node 50

De

la

y

(m

s)

Koneksi UDP 1

Kecepatan 2 mps Kecepatan 5 mps

6.21 6.07 5.94 6.76 6.44 6.18 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7

Node 30 Node 40 Node 50

De

la

y

(m

s)

Koneksi UDP 3

Kecepatan 2 mps Kecepatan 5 mps

pun lebih besar menurunkan throughput, itu disebabkan karena beban

koneksi yang lebih banyak membuat control routing/control message

menjadi lebih padat.

[image:62.595.102.509.215.710.2]

4.1.2. Delay Jaringan

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Delay dengan Penambahan,Kecepatan

Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada jairngan ARAMA

Jumlah

Koneksi Jumlah Node Kecepatan 2 mps Kecepatan 5 mps Hasil delay (ms)

1 UDP 30 node 40 node 1.52 1.46 1.94 1.77

50 node 1.34 1.68

3 UDP 30 node 40 node 6.21 6.07 6.76 6.44

(63)

Gambar dan Gradik 4.2 Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan

Node dan Penambahan Koneksi pada terhadap delay Jaringan ARAMA.

Gambar 4.2 di atas menunjukan bahwa pada saat jumlah node

ditambah (30,40,50 node ) maka akan menurunkan delay,itu disebabkan

semakin banyaknya node maka waktu tunggu paket diterima akan

berkurang, namun semakin bertambahnya node mengurangi renggangan

jarak antar node yang saling berkomunikasi dan tidak mudah terputus . Pada

saat penambahan kecepatan menjadi 5 mps maka topologi routing akan

cepat berubah ,hal tersebut membuat bertambahnya delay karena harus

mencari jalur routing. Jumlah beban koneksi dari 1 UDP menjadi 3 UDP

juga akan menambah waktu delay, itu disebabkan karena control routing

pada jaringan menjadi bertambah,sehingga antrian node pun menjadi lebih

padat sehingga menambah waktu dan delay tunggu paket lebih lama.

[image:63.595.101.511.204.707.2]

4.1.3. Overhead ratio Jaringan

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Overhead ratio dengan Penambahan Kecepatan,

Penambahan Node, dan Penambahan Koneksi pada ARAMA

Jumlah

Koneksi Jumlah Node Kecepatan 2 mps Kecepatan 5 mps Hasil Overhead ratio (ms)

1 UDP 30 node 40 node 4.62 5.51 5.36 6.72

50 node 6.87 7.84

3 UDP 30 node 16.86 20.42

40 node 19.64 22.61

(64)

16.86 19.64 23.77 20.42 22.61 27.74 4 8 12 16 20 24 28

Node 30 Node 40 Node 50

O ve rh ea d Ra tio

Koneksi UDP 3

Kecepatan 2 mps Kecepatan 5 mps 4.62 5.51 6.87 5.36 6.72 7.84 2 4 6 8 10 12

Node 30 Node 40 Node 50

O ve rh ea d Ra tio

Koneksi UDP 1

[image:64.595.99.506.90.584.2]

Kecepatan 2 mps Kecepatan 5 mps

Gambar 4.3 Gradik Pengaruh Penambahan Kecepatan, Penambahan Node, dan

Penambahan Koneksi pada terhadap overhead ratio jaringan ARAMA.

Gambar 4.3 Gradik di atas menunjukan peningkatan jumlah

overhead ratio yang disebabkan karena penambahan jumlah nodemembuat

control paket bertambah, itu diakibatkan karena pada saat Source menyebar

Fant untuk mencari jalur maka banyak node memberikan request control,

serta penambahan kecepatan juga berpengaruh dengan naiknya overhead

ratio dikarenakan pada saat topologi berubah cepat maka banyak node yang

terputus, penambahan beban koneksi dari 1 UDP menjadi 3 UDP juga

berpengaruh pada jumlah control routing yang bertambah sehingga

(65)

8315.64 8119.18 8090.59 7924.95 7813.54 7641.86 7200 7400 7600 7800 8000 8200 8400

Node 30 Node 40 Node 50

( Th rou gh pu t ( bi t/ s)

Koneksi UDP 3

Kecepatan 2 mps Kecepatan 5 mps 9155.82 8527.05 8214.36 8749.74 8286.19 7917.14 7000 7400 7800 8200 8600 9000 9400

Node 30 Node 40 Node 50

Th ro ug hp ut (b it/ s)

Koneksi UDP 1

Kecepatan 2 mps Kecepatan 5 mps

4.2. DSR

[image:65.595.100.546.200.657.2]

4.2.1. Throughput Jaringan

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Throughput dengan Penambahan Kecepatan,

dan Penambahan Koneksi pada DSR.

Jumlah

Koneksi Jumlah Node Kecepatan 2 mps Kecepatan

Gambar

Gambar 2.1 wireless indrastruktur
Gambar 2.2 adhoc network
Gambar 2.2.1 Source node membroadcast jalur ke tetangga terdekat
Gambar 2.2.3 Source node menemukan jalur rute  S-E-F-J-D menuju destinasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa Pemerintah Aceh dalam Tahun 2009 melalui Dinas Syariat Islam Aceh mengalokasikan dana bantuan sosial untuk Insentif Imeum Meunasah se Aceh, Bantuan Pembangunan Mushalla

Sejalan dengan tema tersebut, maka prioritas pembangunan DIY pada Tahun 2020 adalah: (i) Penanganan Kesehatan dan hal-hal lain terkait kesehatan dalam pencegahan dan

Hasil Hasil penelitian ini diperoleh harga koefisien hubungan Chi Square antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap pernikahan dini pada remaja di SMAN 1

Dari hasil analisa SWOT dihasilkan formulasi strategi pemasaran yang dapat dikembangkan meliputi 4 bentuk dasar : (1) strategi pemasaran berbasis Kekuatan-

• Jumlah ikan yang diberikan dengan quota untuk semua nelayan = tingkat penangkapan yang efisien. • Quota bisa ditransfer secara bebas

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini ialah terdapat hubungan yang signifikan dengan arah yang positif antara kecemasan dengan acceptance of dating violence pada

Penggunaan sinonim terbagi menjadi tiga jenis yang berupa sinonim dengan nuansa makna dasar, sinonim dengan nuansa nilai rasa (emotif), dan sinonim dengan nuansa