• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH DAN PERGURUAN TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH DAN PERGURUAN TINGGI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

DI SEKOLAH DAN PERGURUAN TINGGI

Dyah Sulistyowati Pengawas SD Dinas Dikpora Kab. Karanganyar dyah_mpd@yahoo.co.id Abstract

Indonesian literature and language learning holds very important roles in education at all levels of education. The role is as a carrier of knowladge for the lesson/other subjects, and for all learning process needs the aspects of language, listening, speaking, reading, and writing skills. Through Indonesia learning, the student can learn the other subject matter, because the topics is disscused by communication can be integrated with core competencies that are the unity with other subjects. It’s mean that the indonesian language subject more as a carrier of knowladge for the other subjects both in knowledges, skills and attitudes. In the ield of Indonesian literature and language learning, the material learning directed to mastering language skills such as preparing reviews, speeches, reports, scienti ic papers writing poetry, etc. The discussion topics can be integrated with core competencies of other lesson/other subjects. With the understanding that Indonesian literatur and languange learning has a strategic role to improve the quality of the lesson/other subjects learning, it needs to create quality learning of Indonesian literature and language, in order to contribute signi icantly the quality improvement of student learning outcomes. Thus, the Indonesian literature and language learning has a value of synergies with the lesson/other subjects in order to improve the quality of education in general. Keywords: learning, literature and language, competence, quality, sinergy

Abstrak

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan di semua jenjang pendidikan. Peranannya adalah sebagai penghela bagi mata pelajaran/ mata kuliah lainnya, sebab setiap mata pelajaran/mata kuliah memerlukan bahasa Indonesia dalam proses pembelajarannya, yang meliputi aspek keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia, siswa/mahasiswa dapat belajar materi pelajaran lainnya, karena topik yang dibahas dalam berkomunikasi dapat diintegrasikan dengan kompetensi inti yang terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya, sehingga mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih sebagai penghela mata pelajaran lainnya, baik dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam bidang pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, materi pembelajaran diarahkan pada penguasaan keterampilan berbahasa seperti menyusun resensi, pidato, laporan, karya ilmiah menulis puisi, dsb. Topik pembahasannya dapat diintegrasikan dengan kompetensi inti mata pelajaran/mata kuliah lainnya. Dengan memahami bahwa pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia memiliki peranan yang strategis dalam memperbaiki mutu pembelajaran bagi mata pelajaran/mata kuliah lainnya, maka perlu diciptakan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang berkualitas dan bermutu, agar dapat berkontribusi secara signi ikan terhadap peningkatan kualitas hasil belajar siswa/mahasiswa. Dengan demikian pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia memiliki bobot sinergi dengan mata pelajaran/mata kuliah lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada umunya.

Kata Kunci: pembelajaran, bahasa dan sastra, kompetensi, berkualitas, sinergi

Latar Belakang

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan di semua jenjang sekolah. Fungsi bahasa dan sastra Indonesia dalam dunia pendidikan adalah sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge. Melalui pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, siswa/mahasiswa dapat belajar materi pelajaran lainnya, karena topik yang dibahas dalam berkomunikasi diintegrasikan dengan kompetensi inti yang terintegrasi dengan mata pelajaran/mata kuliah lainnya, sehingga mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia lebih sebagai penghela mata pelajaran lainnya, baik dalam pengetahuan, sikap,

(2)

dan keterampilan. Untuk itu perlu dikemas pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang berkualitas dan bermutu, agar dapat berkontribusi secara signi ikan terhadap peningkatan kualitas hasil belajar siswa/mahasiswa. Dengan demikian pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia memiliki bobot sinergi dengan mata pelajaran/mata kuliah lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya. Yang menjadi gagasan dalam artikel ini adalah bagaimana merancang dan mengimplementasikan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang bermutu agar dapat bersinergi dengan mata pelajaran/mata kuliah lain dalam rangka meningkatkan kualitas hasil belajar siswa/mahasiswa?

Peran Bahasa dan Sastra Indonesia dan Pengajarannya dalam Mengemban Fungsi Sebagai Alat Komunikasi dan Carrier of Knowledge

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang dikembangkan berdasarkan Kurikulum 2013 menganut pendekatan komunikatif. Artinya, dalam implementasinya pembelajaran bahasa Indonesia harus lebih menekankan pada aspek komunikatif dan fungsional. Yang harus diajarkan ialah bahasa sebagai alat komunikasi. Siswa diajak belajar bahasa secara komunikatif untuk bekal kecakapan hidupnya, sehingga bahasa merupakan sesuatu yang fungsional bagi kehidupan siswa. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat belajar materi pelajaran lainnya, karena topik yang dibahas dalam berkomunikasi diintegrasikan dengan kompetensi inti yang terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya, sehingga mata pelajaran bahasa Indonesia lebih sebagai penghela mata pelajaran lainnya, baik dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Arah pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum bahasa Indonesia tahun 2013 lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 ini lebih mendekati apa yang dikemukakan John Dewey dengan konsep learning by doing. Hal ini sesuai dengan paradigma pendidikan yang harus bergeser dari belajar yang berfokus pada penguasaan pengetahuan kepada belajar holistik realistis yang lebih bermakna. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia lebih menekankan pada proses daripada hasil belajar semata. Hal tersebut selaras dengan laporan Comission on Education for the Twenty- irst Century pada Unesco 1996 (dalam Sudjana, 2003), bahwa pendidikan sepanjang hayat sebagai pandangan yang ditopang empat pilar, yaitu: (1) learning to know dan learning to learn, yaitu belajar untuk memeroleh pengetahuan dan belajar untuk belajar, (2) learning to do, yaitu belajar untuk memiliki kompetensi dasar dalam hubungan dengan situasi kerja, (3) learning to live together, yaitu belajar untuk mampu mengapresiasi dan mengamalkan kondisi saling ketergantungan, keanekaragaman, (4) learning to be, yaitu belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia selain komunikatif, juga harus dilaksanakan secara terpadu atau tematik. Pendekatan terpadu merupakan seperangkat wawasan dan aktivitas guru dalam merancang butir-butir pembelajaran yang diharapkan dapat menguntai tema, topik, konsep, maupun pemahaman dan keterampilan yang diperoleh murid secara utuh.

Arah dan tujuan pembelajaran terpadu menurut Frazee dan Rosse (1995) mengarah pada pembentukan pemikiran anak-anak secara utuh, karena secara kodrati anak-anak terutama usia sekolah dasar (SD) memandang sesuatu selalu dengan pandangan yang utuh dan meyeluruh. Alasan lain, karena dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak menggunakan bahasa tidak per bagian, tetapi secara utuh. Oleh karena itu, akan lebih baik bila pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah diarahkan untuk menuju pemahaman dan penggunaan secara utuh. Kaitannya dengan mata pelajaran/mata kuliah lain, dapat dilihat pendekatan pembelajaran yang dikembangkan guru/dosen berdasarkan Kurikulum 2013 dengan Scienti ic Approach melalui tahapan siswa: mengamati, menanya, menalar, mengasosiasi, dan mempresentasikan hasil belajarnya.

(3)

Scienti ic Approach dikembangkan secara terpadu. Pendekatan terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia mengacu pada pernyataan Goodman (1986) tentang kurikulum, bahwa pengajaran bahasa dan pengajaran bidang studi lain (yang dilaksanakan dengan menggunakan bahasa sebagai media penyajian) merupakan kurikulum yang bersifat ganda. Artinya, pengajaran bahasa dan isi dari bidang studi lain bersama-sama menjadi bagian dari kurikulum secara utuh. Guru/dosen dalam mengimplementasikan scienti ic approach dalam pembelajaran dalam mata pelajaran/mata kuliah apapun akan terintegrasi dengan kegiatan yang menggunakan keterampilan berbahasa. Pada saat siswa/mahasiswa melaksanakan kegiatan pengamatan, tanya jawab, bernalar, dan membuat simpulan dari hasil belajarnya, yang kemudian dipresentasikan di depan kelas baik kepada teman-temannya maupun kepada guru/ dosen, proses tersebut sangat diperlukan keterampilan berbahasa sebagai alat komunikasi secara memadai. Dengan demikian dalam proses belajar pengetahuan apa pun dari mata pelajaran/mata kuliah apa pun, siswa/mahasiswa memerlukan kemampuan berbahasa yang akan mengantarkannya sukses dalam belajar. Fungsi bahasa dan sastra Indonesia di samping sebagai alat komunikasi, memang berfungsi pula untuk penghela mata pelajaran/mata kuliah yang lainnya (carrier of knowledge). Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sangat bersinergi dengan mata pelajaran/mata kuliah lain dan memiliki kontribusi yang signi ikan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa/mahasiswa. Semakin tinggi keterampilan berbahasa siswa/ mahasiswa dapat dipastikan akan dapat memperlancar siswa/mahasiswa untuk sukses mencapai tujuan belajarnya.

Tuntutan Paradigma Baru Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah pembelajaran yang komunikatif dan integratif. Siswa dikondisikan untuk mempelajari hal-hal yang bersifat komunikatif. Artinya, siswa mempelajari hal-ikhwal berbahasa dan bukan mempelajari tentang bahasa. Kebermaknaan sangat penting dibandingkan dengan struktur dan bentuk bahasa. Hal ini sesuai dengan paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yang pembelajarannya berpusat pada siswa (mengikuti ilsafat progresivisme), lingkungan merupakan pusat bagi siswa, kekuatan dan tanggung jawab yang utama berpusat pada diri siswa. Di samping itu juga siswa dibimbing dalam mengembangkan kemampuan menjawab pertanyaan “how” dan “why” bukan hanya “what” dan “when”.

Paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berhubungan erat dengan pendekatan komunikatif dalam belajar bahasa. Hal ini bukan merupakan hal yang baru, pendekatan ini sudah dicanangkan sejak kurikulum 1994. Namun kenyataannya hingga sekarang masih banyak guru masih bertahan dengan pendekatan lama, yakni menekankan materi pembelajaran tata bahasa. Dalam rambu-rambu Kurikulum 2013, tersurat bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu. Maksud komunikasi dapat berupa pengungkapan pikiran, gagasan, ide, pendapat, persetujuan, keinginan penyampaian informasi suatu peristiwa. Menurut Littlewood (dalam Zuchdi dan Darmiyati, 1997:34) pendekatan komunikatif didasarkan pada pemikiran sebagai berikut.

a. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang bahasa. Hal ini terutama dilihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosa kata, tetapi juga pada fungsinya sebagai sarana berkomunikasi.

b. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran bahasa. Hal ini menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan bahasa, tidak cukup dengan memberikan bentuk-bentuk asing kepada siswa, tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang tepat.

(4)

Paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang komunikatif tampak lebih humanistik, yaitu sentralisasi kegiatan lebih banyak berada pada diri siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, siswa diberi kebebasan, otonomi, tanggung jawab dan kreativitas yang lebih besar dalam proses belajar (Stevik, dalam Sumardi, 1992). Dalam kegiatan komunikatif, guru berperan sebagai individu yang diharapkan memberi nasihat, memantau kegiatan siswa, menentukan latihan dan memberikan bimbingan. Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menurut pendekatan komunikatif adalah: 1) mengembangkan kompetensi komunikatif siswa, yaitu kemampuan menggunakan bahasa yang dipelajarinya itu untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi dan konteks, 2) meningkatkan penguasaan keempat keterampilan berbahasa yang diperlukan dalam berkomunikasi. Adapun materi pelajaran utamanya ialah: a) empat keterampilan berbahasa, b) fungsi-fungsi bahasa yang diperlukan siswa, seperti fungsi bertanya, menjawab, menyapa, menyangkal, mengajukan pendapat, dan lain-lain. Siswa dilatih menggunakan bahasa untuk berbagai fungsi tersebut sebagai alat komunikasi. Meskipun penggunaan bahasa dalam berbagai fungsinya memerlukan dukungan pemahaman aspek kebahasaan, sama sekali bukan berarti bahwa bila siswa telah memahami perihal fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik lalu siswa terampil berbahasa. Menurut Aminuddin (1996), siswa memahami dan terampil berbahasa justru karena mereka menghayati penggunaan bahasa dalam berbagai fungsinya.

Sebagaimana pemahaman perihal kebahasaan, pemahaman bagaimana menggunakan bahasa dalam kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis juga harus didasarkan pada aktivitas kegiatan berbahasanya. Slamet Soewandi (1993:4) mengatakan bahwa studi interdisipliner mampu memberikan kesadaran baru, bahwa tujuan pengajaran bahasa bukanlah demi dikuasainya kemampuan linguistik semata-mata, melainkan demi dikuasainya kemampuan linguistik untuk tujuan berkomunikasi secara riil, atau dicapainya kemampuan komunikatif pada diri siswa. Jika konsisten pada tujuan pembelajaran tersebut, titik berat materi pembelajaran akan diletakkan pada praktik penggunaan bahasa. Namun kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran sehari-hari di sekolah justru sebaliknya. Materi ketatabahasaan dan teori-teori bahasa menjadi bahan pembelajaran utama. Masih jarang sekali ditemukan guru memberi tugas kepada siswa untuk menulis dan menciptakan karya sastra. Masih ada sebagian guru bahasa dan sastra Indonesia enggan berubah, kecenderungan menganut paradigma lama masih dipertahankan, sehingga pola pembelajaran dari tahun ke tahun hampir sama. Bahkan banyak di antara guru yang apriori dengan perubahan, baik perubahan kurikulum maupun perkembangan ilmu pengetahuan. Sikap seperti ini akan menghambat upaya pembaharuan dalam bidang pembelajaran, khususnya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada akhirnya, pembelajaran yang terfokus pada ketatabahasaan dan teori tetap terjadi, walaupun kurikulum dan tujuan pembelajarannya berubah.

Simpulan

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan di semua jenjang sekolah. Peranannya adalah sebagai penghela bagi mata pelajaran/ mata kuliah lainnya. Bahasa Indonesia di samping sebagai alat komunikasi, lebih berfungsi sebagai penghela mata pelajaran lainnya, baik dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan (carrier of knowledge).

Pembelajaran bahasa yang baik ialah pembelajaran yang komunikatif dan integratif. Siswa dikondisikan untuk mempelajari hal-hal yang bersifat komunikatif. Artinya, siswa mempelajari hal ikhwal berbahasa dan bukan mempelajari tentang bahasa. Kebermaknaan sangat penting dibandingkan dengan struktur dan bentuk bahasa. Hal ini sesuai dengan paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yang pembelajarannya berpusat pada siswa (mengikuti ilsafat progresivisme), lingkungan merupakan pusat bagi siswa, kekuatan dan tanggung jawab yang utama berpusat pada diri siswa. Di samping itu juga siswa dibimbing dalam

(5)

mengembangkan kemampuan menjawab pertanyaan “how” dan “why” bukan hanya “what” dan “when”. Guru/dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran, hendaklah memperhatikan tuntutan terwujudnya paradigma baru pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang lebih berfokus pada aktivitas siswa. Sehingga terwujud siswa/mahasiswa yang kreatif dengan penguasaan keterampilan berbahasa yang bermanfaat bagi kesuksesan belajarnya maupun dalam kehidupan sehari-hari. Daftar Pustaka Aminudin. 1996. Pembelajaran Terpadu Bentuk Penerapan Kurikulum 1994. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Malang: IKIP Malang Frazee, B.M dan Rosse, A.R. 1995. Integrated Teaching Methods: Theory, Classroom aplication, and Field based Connections. New York: Delmar Publisher. Goodman, Ken. 1986. What’s Whole in Whole Language? Porstmouth: Heinermann. Sudjana, Nana, dan Rivai, Ahmad. 2003. Teknologi Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sumardi, Mulyanto. 1992. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan sastra. Jakarta: Sinar Harapan.

Soewandi, A.M. Slamet. 1993. “Pengajaran Pragmatik” makalah disampaikan dalam studi banding mahasiswa STKIP PGRI Bandar Lampung ke IKIP Sanata Dharma, 10 Feruari 1993.

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Pembelajaran matematika realistik, pembelajaran diawali dengan menggunakan masalah kontekstual, masalah yang berkaitan langsung dengan lingkungan keseharian

3) Setiap orang yang namanya tercantum dalam daftar gaji dan upah harus memiliki surat keputusan pengangkatan sebagai karyawan perusahaan yang ditandatangani oleh

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan

Indikator-indikator untuk tujuan kemampuan perilaku di atas, dapat membantu kita dalam memetakan strategi yang tepat dan sesuai dengan tuntutan model. Penentuan

b. Aktivitas guru , yang dimaksud dengan aktivitas guru dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) guru menjelaskan tujuan pembelajaran, 2) guru menjelaskan logistik

Pada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu pungsi lumbar sangat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan simultan motivasi, disiplin kerja, dan kompensasi terhadap produktivitas kerja

Keterampilan menulis sains siswa kelas V SD/MI ditinjau dari aspek linguistik memiliki kekurangan pada: 1 penggunaan tanda baca dan huruf kapital, 2 penggunaan konjungsi, kata