GONG DAN ALAT-ALAT
MUSIK LAIN DALAM
ENSAMBEL
Suatu “ensambel dengan gongensambel dengan gongensambel dengan gongensambel dengan gongensambel dengan gong” tentu harus melibatkan gong di dalamnya, tetapi biasanya gong bukan satu-satunya jenis alat musik yang dilibatkan. Di Indonesia, ada alat lain yang sering muncul bersama gong, misalnya gendang atau (kadang) serunai. Di daerah tertentu (terutama Jawa dan Bali) alat bilahan logam (metalofon) sering dimain-kan bersama gong.
Dalam banyak ensambel yang melibatkan gong di Indonesia, mayoritas alat-alatnya adalah dari “keluarga” alat perkusi (alat musik yang dipukul)—pada umumnya, alat dari golongan membranofon dan idiofon. Tetapi, tidak berarti semua ensambel yang melibatkan gong harus demikian. Ada beberapa ensambel lainnya yang melibatkan alat berbeda, seperti alat gesek, alat tiup, dan vokal. (Vokal atau peyanyi kita anggap sebagai salah satu alat musik atau instrumen dalam ensambel.)
VCD 1: track 2 Ensambel dengan gong Nusantara; track 3 Ensambel dengan gong Mancanegara; track 13 Gamelan, Jawa Tengah; track 18 Gong Kebyar, Bali; track 40 Gong Waning, Flores VCD 2: track 25 Gondang Sabangunan, Batak Toba; track 29 Gendang Beleq, Lombok; track 30 Upacara Ngaben, Bali
Gbr. 3.4: Tarian Kebyar Trompong, Bali
3.1. Alat-alat Perkusi
Dalam ensambel yang melibatkan gong, bunyi alat perkusi seringkali terasa dominan. Bahkan istilah gamelan sendiri merujuk ke golongan alat ini (gamel dalam bahasa Jawa berarti pukul; magamel berarti me-mukul.) Alat perkusi yang sering muncul dalam sebuah ensambel dengan gong, antara lain:
1. 1.1. 1.
1. GongGongGongGongGong merupakan alat musik yang terbuat dari logam dengan permukaan yang bundar (dengan atau tanpa pencu). Alat musik itu bisa digantung pada sebuah bingkai atau gawang; atau juga diletakkan di atas bentangan tali dalam sebuah rak, atau kan di atas alas yang relatif lunak, seperti tikar. Jika gong ditempat-kan di dalam rak horisontal (memanjang), letak pencu mengarah ke atas. Beberapa gong dengan nada berbeda sering diletakkan dalam suatu rangkaian, atau diikat di pohon. Di samping itu, ada pula gong yang digenggam langsung oleh salah satu tangan pemu-sik, sementara tangan yang satunya lagi mengayunkan pemukul untuk memukul pencunya. Gong genggam bisa dimainkan sambil berjalan, bergerak, ataupun menari. Gong yang memiliki suara rendah biasanya ditabuh dengan alat pemukul kayu. Ujung alat itu dibalut dengan bahan empuk yang terbuat dari karet, katun, atau benang. Namun, terkadang gong juga dipukul dengan ke-palan tangan. Gong kecil yang tersusun dalam rangkaian, lazimnya ditabuh dengan pemukul kayu. Pemukul itu tidak dibalut tebal, atau seringkali justru tidak dibalut. Serangkaian gong kecil sering berperan untuk membawakan melodi.
ALAT-ALAT PEMUKUL GONG
Gbr. 3.6: Gong dari Timor dipukul dengan kayu
Gbr. 3.7: gong dari Kalimantan dipukul dengan kayu yang
dilapisi karet Gbr. 3.5: Gong dan alat
pemukulnya, Jawa Tengah
Gbr. 3.8: Beberapa alat pemukul gong besar, Jawa Tengah
Gbr. 3.12: Cecempres, gamelan degung, Sunda
Gbr. 3.11: Gangsa, Bali
2. 2.2. 2.
2. Alat bilahan dari logamAlat bilahan dari logamAlat bilahan dari logamAlat bilahan dari logamAlat bilahan dari logam merupakan instrumen yang terdiri dari bilahan atau lem-pengan logam. Dalam bahasa Inggris, jenis alat seperti ini disebut metallophone (metal berarti logam; phone berarti bunyi) atau keyed metallophone (key berarti bilahan). Bilah-bilah tersebut digantung atau diletakkan di atas rongga-rongga udara berupa tabung atau kotak berongga. Tabung atau kotak berongga itu
ber-fungsi sebagai resonator. (Lihat bab 2 tentang ber-fungsi resonator.) Tabung resonator bisa terbuat dari bambu, logam, plastik, dan lain sebagainya. Instrumen bilahan ditabuh dengan menggunakan pemukul dari kayu. Ujung pemukul itu terkadang terbungkus ja-linan benang. Setiap bilah pada alat bilahan hanya memiliki satu nada. Jadi, kalau alatnya harus menghasilkan (misalnya) empat nada, maka bilahan juga harus berjumlah empat.
3. 3.3. 3.
3. Alat bilahan dari kayu dan bambuAlat bilahan dari kayu dan bambuAlat bilahan dari kayu dan bambuAlat bilahan dari kayu dan bambuAlat bilahan dari kayu dan bambu,,,,, yang memiliki prinsip yang sama dengan bilahan logam. Contoh bilahan dari kayu antara lain adalah gambang pada gamelan Jawa. Ada juga alat tabung bambualat tabung bambualat tabung bambualat tabung bambualat tabung bambu dari-pada bilahan. Kalau tabung bambu yang dipukul, tidak perlu ada resonator tambahan, karena tabung itu sendiri sudah merupakan resonator.
Gbr. 3.14: Tingklik, rangkaian tabung bambu, Bali
Gbr. 3.15: Ceng-ceng, Bali Gbr. 3.13: Gambang, alat bilah kayu, Jawa Tengah
4. 4.4.
4.4. Idiofon lainnyaIdiofon lainnyaIdiofon lainnyaIdiofon lainnya, yang biasanyaIdiofon lainnya berukuran kecil, seperti ceng-ceng (Bali), kemanak (Jawa), bambu yang dipukul dengan kayu, dua tabung bambu yang saling dipukulkan, botol kosong dipukul dengan logam, dan sebagainya.
Gbr. 3.18: Gong waning, Kab. Sikka, Flores
Gbr. 3.17: Ensambel dari Kab. Ngada, Flores Gbr. 3.16: Kendang dan kulanter, Sunda
5. 5.5. 5.
5. GendangGendangGendangGendangGendang. Gendang memiliki peran yang penting dalam berbagai ensambel gong. Selain untuk mengendalikan irama lagu, gendang seringkali berperan besar dalam memimpin ensambel. Gendang juga membangun suasana tertentu, atau menghidupkan gerak tari.
Gbr. 3.19: Suling dalam gamelan degung, Sunda
Gbr. 3.20: Taganing dan gordang (depan), sarune (kanan), ogung (belakang), dalam ensambel
gondang sabangunan, Batak Toba
Gbr. 3.21: Rebab, Bali
Dalam ensambel yang melibatkan gong, seringkali terdapat alat tiup. Sejenis serunai, misalnya, dijum-pai dalam ensambel gondang sabangunan pada masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara. Serunai dijumpai pula pada ensambel gamelan ajeng di Jawa Barat bagian pesisir. Pada ensam-bel talempong Minangkabau ter-dapat alat tiup yang disebut pupuik, terbuat dari puput batang padi. Ensambel yang mengiringi tari pakarena di Sulawesi Selatan terdiri dari dua gendang, perkusi bambu, satu gong, dan serunai (disebut puwi-puwi). Ada juga en-sambel lain yang menggunakan gong dan suling, walaupun bunyi suling lebih lirih daripada bunyi serunai. Suling digunakan pada beberapa ensambel gamelan di Jawa, Bali, dan Madura. Ensambel yang mengiringi teater gambuh di Bali dan wayang kulit di Lombok menggunakan suling panjang. Suling itu berperan untuk memba-wakan melodi utama.
3.3. Alat Dawai
Alat dawai gesek dan petik juga sering dimainkan dalam ensambel dengan gong. Alat dawai gesek yang digunakan umumnya memiliki dua dawai atau senar. Dalam ensambel tersebut, seperti juga alat tiup, alat dawai gesek seringkali berfungsi sebagai pembawa melodi, terutama di
Gbr. 3.22: Tehyan, kongahyan, sukong, alat dawai dalam gambang kromong Betawi
Sunda, Jawa, dan Madura; juga (sekalipun jarang) di Bali. Alat dawai gesek, seperti rebab, memang lazim dijumpai dalam gamelan. Selain alat dawai gesek, dalam gamelan Jawa Tengah juga terdapat alat dawai petik, seperti siter dan celempung. Namun kita tidak akan menjumpai alat dawai petik dalam gamelan Bali.
Selain itu, gong bersama alat dawai juga digunakan dalam ensambel gandrung Banyuwangi (alat dawainya adalah biola), ronggeng Melayu (juga menggunakan biola; sekarang gong agak jarang, tetapi dulu umum) dan gambang kromong Betawi (menggunakan alat dawai gesek jenis rebab Cina).
3.4. Vokal
Vokal sering dilibatkan dalam ensambel dengan gong. Pada ensambel yang agak kecil, seperti gandrung Banyuwangi dan ensambel lain yang disebut pada bagian 3.3, biasanya hanya ada satu vokal, atau dua (sering satu laki-laki, satu perempuan) bergantian. Pada gamelan besar di Jawa, terdapat koor campur (misalnya untuk repertoar bedhaya) atau vokal wanita tunggal bersama dengan koor pria. Biasanya ada beberapa pesindhen (vokal wanita), tetapi mereka menyanyi satu persatu, secara bergiliran.
Gbr. 3.23: Gamelan Jawa Tengah dengan pesindhen (vokal wanita) di depan