DATA DAN INFORMASI
PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS):
PENILAIAN RISIKO USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN
BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2015
ii
DATA DAN INFORMASI
PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL
(PANELKANAS): PENILAIAN RISIKO USAHA KELAUTAN DAN
PERIKANAN
TIM PENELITI: Sonny Koeshendrajana Tenny Apriliani Achmad Zamroni Andrian Ramadhan Fatriyandi Nur PriyatnaRikrik Rahadian Tikkyrino Kurniawan Maulana Firdaus Lindawati Cornelia M. Witomo Rizki A. Wijaya Nurlaili Riesti Triyanti Bayu Vita Indah Yanti
Arifa Desfamita
BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2015
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur, kami panjatkan kehadapan Allah SWT, karena atas perkenan dan dan ridho-Nya telah diselesaikan penyusunan Output Penelitian Panel Kelautan dan Perikanan Nasional berupa data dan informasi. Data dan informasi yang disajikan meliputi empat paket data dan informasi yaitu (1) Risiko Usaha Perikanan Tangkap Laut, (2) Risiko Usaha Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan, (3) Perikanan Budidaya dan (4) Produk Kelautan-Garam. Data dan informasi yang ditampilkan merupakan data dan informasi berupa identifikasi risiko usaha yang dihadapi pelaku usaha pada tingkat rumah tangga perikanan untuk empat tipologi, yaitu Perikanan Tangkap Laut, Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan, Perikanan Budidaya dan Produk Kelautan- Garam.
Jakarta, Desember 2015
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
Penjelasan Ringkas ... 1
Cakupan Data... 5
I. Pendahuluan ... 6
II. Metodologi ... 8
2.1. Jenis Data ... 8
2.2. Metode Pengumpulan Data ... 8
2.3. Metode Analisis Data ... 8
III. Konsep dan Definisi ... 11
3.1. Konsep Risiko ... 11
3.2. Analisis Risiko ... 11
3.3. Kategori Risiko ... 12
3.4. Manajemen Risiko ... 12
IV. DATA DAN INFORMASI ... 14
4.1 Gambaran Umum Usaha Kelautan dan Perikanan... 14
4.1.1. Perikanan Tangkap Laut ... 14
4.1.2. Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan Waduk ... 16
4.1.3. Perikanan Budidaya ... 18
4.1.4. Produk Kelautan – Garam ... 20
4.2. Identifikasi dan Pengukuran Risiko Usaha Kelautan dan Perikanan24 4.2.1. Perikanan Tangkap Laut ... 24
4.2.2. Perikanan Perairan Umum Daratan ... 29
4.2.3. Perikanan Budidaya ... 30
4.2.4. Produk Kelautan Garam ... 33
4.3. Dampak Risiko Usaha Kelautan dan Perikanan ... 36
4.3.1. Perikanan Tangkap Laut ... 36
4.3.2. Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan ... 40
4.3.3. Perikanan Budidaya ... 41
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis Aset Usaha Penangkapan Ikan Nelayan Tradisional
di Perairan Waduk Jatiluhur, 2010 ... 16
Tabel 2. Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap di Perairan Umum Daratan Waduk Jatiluhur Tahun 2011-2014 ... 16
Tabel 3. Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap Berdasarkan Jenis Komoditas di Perairan Umum Daratan Waduk Jatiluhur Tahun 2012-2014 ... 16
Tabel 4. Perkembangan Harga Jenis Ikan Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan Waduk Tahun 2012-2014 ... 17
Tabel 5. Harga Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Waduk Jatiluhur, Tahun 2014 ... 17
Tabel 6. Kalender Musim Penangkapan Ikan di Waduk Jatiluhur ... 17
Tabel 7. Pembagian wilayah administrasi, jumlah RTP dan jumlah KJA di Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur Tahun 2014 ... 18
Tabel 8. Unit usaha, Tenaga Kerja, Luas Areal, Produksi dan Nilai Produksi Tambak Garam di Kabupaten Jeneponto. ... 21
Tabel 9. Musim Garam di Kabupaten Jeneponto, Tahun 2010-2014 ... 22
Tabel 10. Biaya Operasional Per Trip Aktivitas Usaha Perikanan Tuna Berdasarkan Ukuran Kapal di Kecamatan Lembeh Selatan, Kota Bitung Tahun 2014 ... 24
Tabel 11. Identifikasi Resiko dan Probabilitasnya pada Usaha Perikanan Tuna di Kota Bitung, 2015 ... 24
Tabel 12. Risiko Usaha Perikanan Tangkap Pelagis Kecil-Demersal ... 25
Tabel 13. Kerugian Usaha Akibat Ketidakpastian Musim ... 26
Tabel 14. Persepsi Terhadap Perkembangan Hasil Tangkapan ... 26
Tabel 15. Waktu mulai terjadinya penurunan hasil tangkapan dan musim penangkapan tidak dapat diprediksi ... 26
Tabel 16. Persepsi nelayan Terhadap Kesulitan Mencari Tenaga Kerja ... 27
Tabel 17. Penyebab Menurunnya Hasil Tangkapan ... 27
Tabel 18. Persepsi nelayan terhadap perkembangan kesulitan permodalan ... 27
Tabel 19. Persepsi nelayan terhadap waktu terjadinya peningkatan kesulitan permodalan ... 28
Tabel 20. Respon nelayan terhadap kesulitan permodalan ... 28
vi
Tabel 22. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Penerimaan Usaha
dan Biaya Operasional Usaha Penangkapan Ikan Responden PANELKANAS, Kabupaten Sambas ... 28
Tabel 23. Frekuensinya Terjadinya Faktor Resiko pada Usaha
Penangkapan Ikan di Waduk Jatiluhur di Purwakarta, 2015 ... 29
Tabel 24. Risiko Usaha Budidaya Ikan Mas dan Nila di Desa
Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur, Tahun 2015 ... 30
Tabel 25. Perkembangan Risiko Usaha Budidaya Ikan di Kabupaten
Cianjur Karena Serangan KHV dan Aeromonas, Tahun 2002 - 2014 ... 31
Tabel 26. Perkembangan Risiko Usaha Budidaya Ikan di Kabupaten
Cianjur Karena Upwelling dan Blooming Algae, Tahun 2011 – 2015 ... 31
Tabel 27. Perkembangan Harga Benih dan Pakan pada Usaha
Budidaya Ikan Mas dan Nila di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010 - 2014 ... 33
Tabel 28. Kalender Musim Garam Kabupaten Jeneponto Tahun
2010-2014 ... 34
Tabel 29. Perkembangan Penerimaan Nelayan Tahun 2007 – 2013
di Cirebon ... 36
Tabel 30. Perkembangan Usaha Perikanan Tangkap Di Kabupatenn
Cirebon, Tahun 2007-2013 ... 37
Tabel 31. Risiko Usaha Perikanan Tangkap Pelagis Kecil dan
Demersal Di Kabuapten Cirebon ... 38
Tabel 32. Faktor-faktor Penyebab Resiko Buruk Usaha
Penangkapan Nelayan Responden PANELKANAS di Kabupaten Sambas Berdasarkan Persentase Kejadiannya ... 39
Tabel 33. Faktor-faktor Penyebab Resiko Buruk Usaha
Penangkapan Nelayan Responden PANELKANAS di Kabupaten Sambas Berdasarkan Perkiraan Besaran Dampaknya ... 39
Tabel 34. Dampak Usaha Budidaya Ikan pada Keramba Jaring
Apung, Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur Tahun 2013 - 2015 ... 41
Tabel 35. Sumber Resiko Usaha Produksi Garam Kabupaten
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Wilayah Administrasi Kota Bitung ... 14 Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Cirebon ... 14 Gambar 3. Lokasi Penelitian pada Desa Gebang Mekar, Kabupaten
Cirebon ... 15 Gambar 4. Peta Administrasi Kabupaten Sambas ... 15 Gambar 5. Peta Administrasi Kabupaten Cianjur ... 19 Gambar 6. Perkembangan Produksi Ikan Mas dan Nila di Kabupaten
CianjurTahun 2008 – 2012 ... 19 Gambar 7. Perkembangan Produksi dan Harga Ikan Mas dan Nila di
Desa Cikidangbayabang Tahun 2010 – 2014 ... 20 Gambar 8. Peta Administrasi Kabupaten Jeneponto ... 20 Gambar 9. Data Hujan Bulanan di Kecamatan Bangkala Kabupaten
Jeneponto, Tahun 2010-2014 ... 23 Gambar 10. Perkembangan Harga Garam di Kabupaten Jeneponto ... 23 Gambar 11. Risiko Usaha Penangkapan Ikan Pelagis Besar di Kota
Bitung ... 25 Gambar 12. Persentase nelayan yang mengalami kerugian akibat
kenaikan BBM di Kota Bitung, Tahun 2015 ... 27 Gambar 13. Probability Density dari Profit Usaha Penangkapan Ikan
di Kabupaten Sambas ... 29 Gambar 14. Probabilitas Keuntungan Usaha Budidaya Ikan pada
Keramba Jaring Apung di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur Tahun 2012 ... 30 Gambar 15. Perbandingan Biaya dan Keuntungan Usaha Budidaya
dengan Tenaga Kerja dan Tanpa Tenaga Kerja ... 32 Gambar 16. Perkembangan Biaya Operasional dan Penerimaan
Usaha Budidaya Ikan Mas dan Nila di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010 - 2014 ... 32 Gambar 17. Historgram Fungsi Probability Distribusi Usaha Produksi
Garam Kabupaten Jeneponto ... 33 Gambar 18. Prosentase Status Lahan Garam Di Kecamatan Bangkala
Jeneponto... 34 Gambar 19. Perkembangan Harga Jual Rata-Rata Garam Perkilogram
(2011-2014) ... 35 Gambar 20. Prosentase Petambak Garam Yang Terikat dan Tidak
viii Gambar 21. Histogram Hasil Simulasi Monte Carlo pada Perikanan
Tangkap Tuna di Kota Bitung . ... 36 Gambar 22. Faktor Penyebab Resiko Usaha Perikanan Tangkap Laut,
Responden PANELKANAS Kabupaten Sambas ... 40 Gambar 23. Historgram Hasil Simulasi Monte Carlo pada Perikanan
Tangkap Perairan Umum Daratan di Kabupaten Purwakarta. ... 40 Gambar 24. Peta Risiko Usaha Budidaya pada Keramba Jaring Apung
di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur ... 42 Gambar 25. Kuadran Risiko Usaha Produksi Garam Kabupaten
1
Penjelasan Ringkas
Risiko Usaha Kelautan dan perikanan yang teridentifikasi pada empat tipologi usaha serta strategi yang dilakukan meliputi :
A. Perikanan Tangkap Laut
Perikanan tangkap laut dibedakan berdasarkan tipologinya yaitu (1) pelagis besar, dan (2) pelagis kecil dan demersal. Risiko yang dihadapi oleh nelayan tangkap dilaut secara umum diakibatkan karena faktor alam khususnya ketidakpastian cuaca dan faktor input produksi yaitu tinggi biaya operasional. Ketidakpastian cuaca mengakibatkan nelayan tidak dapat melakukan aktivitas penangkapan pada waktu tertentu yang pada akhirnya berakibat penurunan produksi hasil tangkapan. Sedangkan kenaikan harga input produksi utama yang dihadapi nelayan adalah kenaikan harga BBM, BBM merupakan input dominan yang harus dikeluarkan oleh nelayan. Kemampuan nelayan untuk menyediakan BBM ini sangat menentukan lokasi dan lama waktu operasional nelayan.
Stategi yang dapat dirumuskan meliputi :
- Risiko ketidakpastian cuaca dihadapi oleh nelayan dengan melakukan diversifikasi pekerjaan, baik yang terkait dengan kegiatan kenelayanan maupun diluarnya. Kemungkinan untuk melakukan diversifikasi pekerjaan tergantung pada sumber-sumber daya yang tersedia didesa-desa nelayan tersebut. Setiap desa nelayan memiliki karakteristik lingkungan alam yang tidak sama. Ada beragam peluang pekerjaan yang dapat dilakukan nelayan untuk memperoleh penghasilan tambahan diluar kegiatan mencari ikan, diantaranya adalah sebagai buruh kebun, buruh bangunan, berdagang, pekerja serabutan.
- Strategi adaptasi nelayan untuk menghadapi risiko kenaikan harga input produksi adalah melakukan usaha peminjaman uang kepada para agen pembeli hasil tangkapan mereka. Dengan cara ini, mereka dapat kembali melakukan usaha penangkapan, meskipun
2 harus menanggung biaya tambahan yang dikenakan oleh para agen sepanjang hutang mereka belum dapat dilunasi.
B. Tangkap Perairan Umum Daratan
Risiko usaha yang dihadapi oleh nelayan di perairan umum daratan khususnya waduk meliputi risiko yang berasal dari alam dan sumber daya manusia. Berdasarkan faktor ketidakpastian alam, teridentifikasi 2 risiko usaha yang dihadapi nelayan yaitu musim tangkapan yang tidak dapat diprediksi dan pernurunan sumber daya ikan. Dari dua risiko ini, musim penangkapan yang tidak pasti merupakan penyebab risiko yang paling tinggi. Dari sumber daya manusia, faktor risiko meliputi kesulitan permodalan, peningkatan biaya operasional dan harga jual ikan yang redah. Dampak risiko yang tertinggi yang dihadapi oleh nelayan berasal dari risiko usaha peningkatan biaya operasional khususnya BBM.
Strategi adaptasi yang dilakukan oleh nelayan waduk adalah alternative mata pencaharian sampingan. Pekerjaan sampingan yang mereka usahakan merupakan salah satu bentuk strategi dalam bertahan hidup, karena pendapatan yang diperoleh dari hasil menangkap ikan tidak menentu jumlahnya. Bagi para nelayan yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai petani, biasanya pekerjaan bertani mereka lakukan pada saat pagi hari sebelum mereka menangkap ikan yang kemudian dilanjutkan pada siang harinya sesaat setelah mereka memasang jaring.
C. Perikanan Budidaya – Karamba Jaring Apung
Risiko usaha budidaya di karamba jarring apung meliputi risiko akibat faktor alam, manusia dan modal serta input produksi. Dari ketiga faktor tersebut, perubahan cuaca yang mengakibatkan terjadinya upwelling merupakan sumber risiko yang paling sering dihadapi oleh pembudidaya dengan dampak yang paling tinggi, serta kesulitan permodalan untuk pembiayaan operasional usaha khususnya pengadaan pakan. Pakan merupakan komponen biaya yang paling tinggi dibandingkan input lainnya mencapai 70% dari total biaya.
Strategi yang dirumuskan untuk dua risiko yang paling tinggi dan berdampak luas adalah :
3 - Risiko Kematian ikan karena upwelling
1. Menghindari penerbaran benih pada saat musim-musim kurang baik (blooming algae dan upwelling)
2. Membangun KJA ganda dan penggunaan pakan dengan kandungan P minimal
3. Mengurangi padat tebar
- RisikoKenaikan biaya operasional karena kesulitan membeli pakan ikan
1. Mengkombinasi pakan pellet dengan pakan alami
2. Melakukan panen bertahap tidak sekaligus dipanen semua
D. Produk Kelautan-Garam
Risiko usaha garam yang teridentifikasi berdasarkan hasil wawancara dengan responden dikelompokkan kedalam dua sumber risiko yaitu faktor alam dan faktor pasar. Risiko yang termasuk dalam faktor alam meliputi ketidakpastian cuaca, ketidakpastian status lahan dan terjadinya bencana. Ketidakpastian cuaca merupakan risiko yang paling sering dihadapi oleh petambak garam dan meberikan dampak yang paling tinggi. Sedangkan untuk kelompok faktor pasar, ketidakpastian harga garam merupakan risiko terbesar yang dihadapi oleh petambak garam karena harga jual garam yang diterima oleh petambak garam harga selalu berada dibawah harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga dampak dari adanya risiko ini juga cukup besar.
Strategi adaptasi untuk risiko utama yang dihadapi petambak garam terkait ketidakpastian cuaca dan harga garam yang rendah yang telah dirumuskan adalah :
1. Menghadapi ketidakpastian cuaca, a strategi yang dilakukan oleh
petambak garam adalah menyiapkan alternatif mata
pencaharian.mata pencaharian lain yang umumnya dilakukan antara
lain bekerja sebagai buruh bangunan, beralih ke
pertanian/peternakan dan bekerja serabutan.
2. Terkait harga garam yang rendah, strategi adaptasi yang dilakukan
nelayan adalah melakukan penyimpanan garam di gudang garam, garam baru akan dijual pada saat tidak panen raya.
4
3. Sistem resi gudang dapat menjadi instrumen pemasaran garam
untuk memperoleh harga terbaik melalui penundaan penjualan garam pada saat musim panen raya sehingga harga jual garam menjadi lebih stabil selain juga berfungsi sebagai sarana penyimpanan logistik.
5
Cakupan Data
Cakupan data yang ditampilkan dalam penelitian ini meliputi data yang terkait dengan risiko usaha yang dihadapi rumah tangga di empat bidang PANELKANAS. Data terkait gambaran umum lokasi penelitian pada empat bidang PANELKANAS meliputi struktur usaha kelautan dan perikanan seperti investasi, biaya tetap dan biaya operasional, penerimaan (produksi) dan keuntungan usaha.
6
I.
Pendahuluan
Penelitian PANELKANAS pada dasarnya dilakukan untuk
menghasilkan data dan informasi yang dapat menjadi indikator pembangunan kelautan dan perikanan. Salah satunya dengan mengetahui perubahan atau dinamika karakteristik sosial ekonomi dan usaha perikanan. Sampai dengan tahun 2014, kegiatan PANELKANAS difokusnya pada pengumpulan dan analisis data monitoring usaha, pendapatan dan konsumsi pada tingkat rumah tangga kelautan dan perikanan serta kelembagaan pada desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha rumah tangga kelautan dan perikanan sangat dinamis yang dipengaruhi berbagai faktor diantaranya sumberdaya alam, modal, tenaga kerja hingga faktor cuaca/musim.
Pengembangan sektor perikanan dan kelautan baik perikanan tangkap laut (PTL), perikanan tangkap perairan umum daratan (PTPUD), perikanan budidaya (PB) dan produk kelautan (garam) (PK) adalah tidak mudah karena dihadapkan pada masalah risiko (risk) dan ketidakpastian
(uncertainty). Dari segi produksi, risiko yaitu hasil
tangkapan/budidaya/panen yang bervariasi karena usaha rumah tangga yang masih tergantung dengan alam dan cuaca atau musim. Dari segi permodalan, usaha KP dihadapkan pada kesulitan untuk mengakses perbankan karena masih rendahnya kepercayaan perbankan terhadap usaha KP akibatnya sumber permodalan masih berasal dari modal sendiri, keluarga dan kerabat. Dari sisi sumber daya manusia, usaha KP belum didukung oleh tenaga kerja yang terampil dan berpendidikan, hasil penelitian PANELKANAS menunjukan bahwa sebagian besar pelaku usaha KP hanya tamatan Sekolah Dasar serta keterampilan yang diperoleh secara turun temurun.
Beberapa kebijakan dan program pengembangan sektor kelautan dan perikanan belum dapat berjalan secara optimal yang disebabkan berbagai macam kendala. Upaya minimalisir risiko dalam pengembangan usaha kelautan dan perikanan perlu dilakukan menghindari kegagalan program dan kebijakan. Identifikasi terhadap risiko usaha kelautan dan perikanan pada tingkat mikro belum banyak dikaji. Melalui penelitian PANELKANAS
7 Tahun 2015, faktor risiko yang dihadapi oleh pelaku usaha KP akan dikaji untuk mendapatkan strategi adaptasi maupun rekomendasi kebijakan yang tepat.
8
II.
Metodologi
2.1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data-data yang didapat dari hasil publikasi dari lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) serta lembaga-lembaga lain yang mendukung. Agar dapat memahami perkembangan dan dinamika sosial ekonomi di skala pedesaan diperlukan beberapa desa contoh yang diteliti secara berkala. Data semacam ini disebut data “panel” yang merupakan kombinasi dari data penampang lintang (cross section) dan data deret waktu (time series). Data primer ini diperoleh dari hasil sensus dan survey terhadap rumah tangga perikanan dan kelautan pada masing-masing desa contoh.
2.2. Metode Pengumpulan Data
Data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data sekunder dimaksudkan untuk menyusun data-data pendukung dalam penentuan lokasi kegiatan. Pada tahap awal data primer didapat dari diskusi pakar dan workshop. Diskusi pakar merupakan sarana yang digunakan untuk mendapatkan expert judgement setelah melihat data-data sekunder yang telah didapat. Diskusi pakar dilakukan dalam rangka verifikasi data-data sekunder dengan kondisi dilapangan, untuk menentukan lokasi desa contoh pada masing-masing kabupaten. Panel data panel merupakan data berkala yang dikumpulkan dari responden (baik individu maupun keluarga) yang sama. Panel data panel dikumpulkan melalui survei penampang lintang terhadap sejumlah responden yang dilakukan secara berkala.
2.3. Metode Analisis Data
Analisis data yang akan dilakukan pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :
(1) Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan dalam rangka menginterpretasikan jenis resiko yang akan timbul dalam sebuah usaha rumah tangga kelautan dan
9 perikanan serta dampak dari resiko tersebut. adapun tahapan yang dilakukan yaitu :
a. Pertama, identifikasi resiko yang selalu dihadapi oleh usaha rumah
tangga kelautan dan perikanan. Identifikfikasi ini dimulai dari : (1) Barang atau bahan baku yang digunakan sebagai input produksi; (2). Orang atau tenaga kerja yang mengelola untuk mengerjakan pekerjaan dalam usaha ; (3) Uang atau kebutuhan untuk membayar kewajiban-kewajiban; (4) Prosedur atau aturan-aturan pelaksanaan pekerjaan.; dan (5) Kejadian, yaitu kejadian pada barang yang merugikan dapat berupa hilang, rusak, tidak sesuai, usang, atau tidak berkualitas. Pada orang-orang risikonya seperti sakit, cedera, meninggal, keluar, mogok dan demo. Adapun pada uang, dapat hilang, dicuri, diselewengkan, tidak tertagih, dan berubah nilainya.
b. Kedua, identifikasi penyebab terjadinya resiko, antara lain adalah
dapat disebabkan oleh manusia, alam, teknologi, aturan dan pasar. Selain itu, analisis deskriptif juga dilakukan terhadap beberapa faktor, antara lain adalah:
a. Analisis resiko usaha dalam aspek keuangan.
b. Analisis resiko usaha akibat faktor sumber daya alam dan sumber
daya manusia
c. Analisis resiko usaha akibat faktor teknologi
d. Analisis resiko usaha akibat aspek pesaing dan pemasaran
Selain menggunakan analisis deskriptif, penilaian terhadap dampak kerugian akibat risiko usaha kelautan dan perikanan juga dilakukan dengan menggunakan ‘monte carlo analysis’. Simulasi Monte Carlo adalah tipe simulasi probabilistik untuk mencari penyelesaian masalah dengan sampling dari proses random. Simulasi Monte Carlo. Metode simulasi Monte Carlo merupakan sebuah teknik simulasi yang menggunakan unsur acak di saat terdapat peluang. Dasar simulasi Monte Carlo adalah percobaan pada unsur peluang (atau bersifat probabilistik) dengan menggunakan pengambilan sampel secara acak. Simulasi Monte Carlo merupakan salah satu metode pemecahan masalah dimana variabel-variabel nya bersifat tidak pasti (uncertainly). Permasalahan yang dihadapi dalam melakukan estimasi profit ini adalah adanya ketidakpastian jumlah
10 produksi nelayan dan jenis ikan hasil tangkap nelayan serta harga penjualan ikan hasil tangkapan nelayan. Dengan adanya ketidakpastian tersebut maka estimasi profit usaha yang telah dilakukan perlu dianalisis risiko.
(2) Analisis Finansial Usaha
Mengetahui perkembangan usaha di sektor kelautan dan perikanan memerlukan gambaran tentang analisis finansial dari usaha yang dijalankan. Tujuannya untuk memahami kelayakan usaha yang berguna bagi pemerintah, swasta maupun lembaga keuangan dalam pengambilan kebijakan terkait perkembangan usaha di sektor kelautan dan perikanan seperti penyediaan kredit untuk menumbuhkan kembangkan usaha dimasyarakat. Analisis finansial dapat memberikan gambaran sekaligus estimasi dari penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan datang setiap tahun, termasuk biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi dan pembayaran kredit yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga kelautan dan perikanan (Gittinger, 1986).
11
III.
Konsep dan Definisi
3.1. Konsep Risiko
Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan untuk mengetahui segala kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari
kemungkinan-kemungkinan tersebut. Risiko berhubungan dengan
ketidakpastian, hal ini sesuai dengan pendapat (Kountur, 2008), yaitu ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Selanjutnya dijelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko. Oleh sebab itu risiko dapat disebut sebagai suatu keadaan tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang bersifat merugikan (Basyib 2007) mendefenisikan risiko itu sendiri sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil yang negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut. Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan. Sementara itu kerugian oleh risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian non-finansial.
3.2. Analisis Risiko
Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory). Individu diasumsikan untuk bertindak rasional dalam mengambil keputusan bisnis. Alat analisis yang umumnya digunakan dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model (Hanafi, 2006). Analisis mengenai
12
pengambilan keputusan yangberhubungan dengan risiko dapat
menggunakan expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukannilai (return) melainkan kepuasan (utility).
Jika dilihat dari sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori (Hanafi, 2006) yaitu sebagai berikut:
(1) Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter) (2) Pembuat kuputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral) (3) Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker)
3.3. Kategori Risiko
Risiko dapat dikategorikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan (Kountur, 2006), namun dalam hal ini hanya akan menjelaskan tentang risiko berdasarkan sudut pandang penyebabnya saja. Risiko jika dilihat dari sudut pandang penyebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkaban oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan nilai tukar. Sedangkan risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan alam. Suatu perusahaan atau pelaku usaha akan selalu dihadapkan dengan berbagai macam risiko operasional seperti kualitas produk, produk yang rusak atau mati, bencana alam, hujan badai dan lain-lain. Oleh sebab itu manusia, teknologi dan alam dapat dikatakan sebagai sumber risiko operasional.
3.4. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko alam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karenaitu perlu terlebih dahulu memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yangluas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. Hal ini sesuai dengan defenisi yang di tetapkan oleh (Darmawi, 2005). Cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani
13 berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko merupakan defenisi manajemen risiko menurut (Kountur, 2008). Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdayayang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik, segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Selanjutnya Kountur mengatakan dalam menangani risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemenatau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apasaja yang dihadapi perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkunan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut.
14
IV.
DATA DAN INFORMASI
4.1 Gambaran Umum Usaha Kelautan dan Perikanan
4.1.1. Perikanan Tangkap Laut a. Pelagis Besar
Kota Bitung
Gambar 1. Wilayah Administrasi Kota Bitung
Sumber : Google Map, 2012
b. Pelagis Kecil dan Demersal Kabupaten Cirebon
Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Cirebon
15
Gambar 3. Lokasi Penelitian pada Desa Gebang Mekar, Kabupaten
Cirebon
Sumber: Google Map, 2012
Kabupaten Sambas
Gambar 4. Peta Administrasi Kabupaten Sambas
16 4.1.2. Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan Waduk
Kabupaten Purwakarta
Tabel 1. Jenis Aset Usaha Penangkapan Ikan Nelayan Tradisional di
Perairan Waduk Jatiluhur, 2010 Jenis Aset (Mayoritas yang
digunakan) Keterangan (Spesifikasi) 1. Alat Tangkap a. Jaring b. Jala 2. Armada
a. Perahu Motor Tempel
b. Perahu Tanpa Motor
a. Mesh size > 3,5 inchi, Panjang mencapai 50 meter, Merk Acida b. Mesh size > 3,5 inchi, Diameter 7 meter, Merk Fisherman
a. Ukuran < 5 GT , Merk Mesin Kubota (bahan bakar solat, daya 75 PK), Merk Mesin Honda (bahan bakar bensin, daya 5,5 PK) b. Ukuran < 5 GT
Sumber : Data Primer diolah, 2010
Tabel 2. Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap di Perairan
Umum Daratan Waduk Jatiluhur Tahun 2011-2014
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, 2014
Tabel 3. Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap Berdasarkan Jenis
Komoditas di Perairan Umum Daratan Waduk Jatiluhur Tahun 2012-2014
No. Jenis Ikan Produksi Ikan (ton)
2012 2013 2014
1 Mas 22,07 37,64 14,34
2 Nila 827,62 550,14 537,67
3 Tawes 11,03 0,62 7,17
Tahun Produksi (ton) %
2011 797,73 -
2012 1103,49 38,33
2013 681,35 (38,25)
17
No. Jenis Ikan Produksi Ikan (ton)
2012 2013 2014
4 Patin 154,49 27,49 100,37
6 Lain-Lain 88,28 51,85 57,35
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, 2014
Tabel 4. Perkembangan Harga Jenis Ikan Perikanan Tangkap Perairan
Umum Daratan Waduk Tahun 2012-2014
No. Jenis Ikan Tahun
2012 2013 2014
1 Nila 7.000 7.000 7.500
2 Mas 8.000 9.000 8.000
3 Patin 8.000 7.000 7.500
4 Oskar 4.000 5.000 3.500
Sumber : Data Monitoring (2014)
Tabel 5. Harga Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Waduk Jatiluhur,
Tahun 2014
No. Jenis Ikan Harga Nelayan
(Rp) Harga Pengepul (Rp) Harga Bandar - Ke Pasar (Rp) 1 Nila 7.500 8.500 10.000 2 Mas 8.000 9.000 11.000 3 Patin 7.500 8.500 10.000 4 Oscar 3.500 4.500 6.000
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, 2014
Tabel 6. Kalender Musim Penangkapan Ikan di Waduk Jatiluhur
Jenis Ikan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nila + ++ ++ ++ ++ ++ +++ +++ +++ ++ ++ ++
Jambal ** *** *** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Sumber : Data Primer, 2015. Keterangan:
Ikan Nila
a. Musim Paceklik = + Januari
b.Musim Sedang = ++ Februari, Maret, April, Mei, Juni, November, Desember c. Musim Sedang = +++ Juli, Agustus, September
Ikan Jambal
a.Musim Paceklik = * Januari
18
Desember c. Musim Sedang = *** Februari, Maret
4.1.3. Perikanan Budidaya Karamba Jaring Apung Kabupaten Cianjur
Tabel 7. Pembagian wilayah administrasi, jumlah RTP dan jumlah KJA
di Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur Tahun 2014
Kecamatan/Desa Blok RTP Jumlah KJA
Kecamatan Cikalongkulon
Desa Kamurang Patok Beusi 83 1.268
Desa Gudang Maleber 67 1.075
Kecamatan Mande
Desa Mande Ciputri 103 3.472
Jati Nenggang 155 6.824
Desa Bobojong Jangari 73 584
Nyalempet 65 1.050
Pasir Pogor 25 1.100
Desa Cikidangbayabang Kebon Coklat 76 1.758
Bayabang 75 1.864
Kecamatan Sukaluyu
Desa Sindang Raja Nusa Dua 8 78
Neuneut Utara -
Kecamatan Ciranjang
Desa Sindang Sari Neuneut Selatan 3 24
Desa Sindang Jaya Calincing 35 687
Desa Kerta Jaya Babakan Garut 67 1.078
Desa Gunung Sari Pangguyang 29 470
Kecamatan Haur Wangi
Desa Kerta Mukti Cibodas 21 168
TOTAL 885 21.500
(5.375 unit)
19
Gambar 5. Peta Administrasi Kabupaten Cianjur
Sumber : Bidbun Cianjur, 2015
Gambar 6. Perkembangan Produksi Ikan Mas dan Nila di Kabupaten
CianjurTahun 2008 – 2012
Sumber : UPTD BPBPPU Kabupaten Cianjur, 2012
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 2008 2009 2010 2011 2012 Ikan Nila Ikan Mas Lokasi Penelitian
20
Gambar 7. Perkembangan Produksi dan Harga Ikan Mas dan Nila di
Desa Cikidangbayabang Tahun 2010 – 2014
Sumber : Data primer diolah, 2010-2014
4.1.4. Produk Kelautan – Garam Kabupaten Jeneponto
Gambar 8. Peta Administrasi Kabupaten Jeneponto
Sumber: http://jenepontokab.go.id 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 2010 2011 2012 2013 2014
Produksi Ikan Mas Harga Ikan Mas Produksi Ikan Nila Harga Ikan Nila
21
Tabel 8. Unit usaha, Tenaga Kerja, Luas Areal, Produksi dan Nilai Produksi Tambak Garam di Kabupaten
Jeneponto.
Kecamatan Desa/ Kelurahan Unit Usaha
(Buah) Tenaga Kerja (orang) Luas Areal (Ha) Produksi Rill (Ton) Nilai Produksi (Rp) Ket Bangkala
Barat Desa Tuju 19 19 4.6 253 25,300,000 55 ton/ha
Bangkala Kelurahan Palenggu 258 743 185.75 11,145 1,393,125,000 60 ton/ha
Desa Bontorannu 260 260 63.75 4,143.75 517,968,000 65 ton/ha
Desa Punagayya 140 208 119 6,545 654,500,000 55 ton/ha
Tamalatea Kel. Tonrokassi Barat 33 46 9,45 614.25 76,425,000 65 ton/ha
Desa Turatea 1 40 10 550 55,000,000 95 ton/ha
Arungkeke Desa Boronglamu 46 490 98 8,330 1,249,500,000 85 ton/ha
Desa Arungkeke 33 320 64 4800 600,000,000 75 ton/ha
Jumlah 790 2,126 554.55 36,381 4,571,818,000
22
Tabel 9. Musim Garam di Kabupaten Jeneponto, Tahun 2010-2014
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
2010 700 222 122 261 207 121 192 15 313 258 296 317
2011 381 429 366 381 59 70 0 0 0 28 307 235
2012 553 347 423 156 15 37 68 0 4 17 185 239
2013 976 294 175 75 47 133 81 0 0 27 97 424
2014 655 393 106 72 63 49 2 3 0 0 113 303
Sumber : Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar, 2015 Keterangan : Kemarau = curah hujan per bulan < 150 mm
23
Gambar 9. Data Hujan Bulanan di Kecamatan Bangkala Kabupaten
Jeneponto, Tahun 2010-2014
Sumber : Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar, 2015
Gambar 10. Perkembangan Harga Garam di Kabupaten Jeneponto
0 200 400 600 800 1000 1200 Cu rah H u ja n (m m ) Bulan 2010 2011 2012 2013 2014 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 Jul i A gus tus Se pt em be r O kt o be r N o ve m be r D ese m be r Jan ua ri Fe br ua ri M ar et A pr il Mei Jun i Jul i A gus tus Se pt em be r M ar et A pr il Mei Jun i 2010 2011 2013 R p ./To n Tahun
24 4.2. Identifikasi dan Pengukuran Risiko Usaha Kelautan dan Perikanan 4.2.1. Perikanan Tangkap Laut
Perikanan Pelagis Besar Kota Bitung
Tabel 10. Biaya Operasional Per Trip Aktivitas Usaha Perikanan Tuna Berdasarkan Ukuran Kapal di Kecamatan Lembeh Selatan, Kota Bitung Tahun 2014
Rincian Satuan
Volume (unit) Harga Satuan (Rp.) Nilai (Rp.) < 5 GT 5 – 10 GT < 5 GT 5 – 10 GT < 5 GT 5 – 10 GT 1. Solar Liter 360 560 7,500 7,500 2,700,000 4,200,000 2. Bensin Liter 35 160 8,500 8,500 297,500 1,360,000 3. Ransum Paket 1 1 1,500,000 2,400,000 1,500,000 2,400,000 4. Es Balok Batang 80 120 14,000 14,000 1,120,000 1,680,000 5. Umpan Kg 10 20 10,000 10,000 100,000 200,000 Total 5,717,500 9,840,000
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Tabel 11. Identifikasi Resiko dan Probabilitasnya pada Usaha Perikanan Tuna di Kota Bitung, 2015
Resiko Probabilitas (%)
1. Ketidakpastian Alam
a. Musim penangkapan tidak dapat diprediksi 56
b. Penurunan sumberdaya ikan 41
2. Ketidakpastian SDM
a. Kesulitan permodalan 89
b. Peningkatan biaya operasional 96
c. Kesulitan tenaga kerja 33
d. Penurunan kualitas ikan pasca penangkapan 78
e. Kecelakaan kerja 19
f. Gangguan kesehatan 33
g. Kerusakan mesin 15
h. Ketersediaan input produksi (BBM, es balok, umpan ikan)
25
Resiko Probabilitas (%)
i. Putus tali pancing 11
j. Putus rumpon 0
k. Ketidakstabilan harga 37
l. Penurunan grade ikan 100
Perikanan Pelagis Kecil dan Demersal Kabupaten Cirebon
Gambar 11. Risiko Usaha Penangkapan Ikan Pelagis Besar di Kota
Bitung
Tabel 12. Risiko Usaha Perikanan Tangkap Pelagis Kecil-Demersal No. Faktor Risiko Sumber Risiko Dampak bagi Usaha
1. Faktor Alam Musim Penurunan produksi
Ketidakpastian cuaca Penurunan produksi Penurunan sumberdaya perikanan Penurunan produktivitas 2. Faktor Manusia (SDM) Kesulitan mendapatkan tenaga kerja Penurunan produktivitas Semakin banyaknya
jumlah nelayan/ armada
Penurunan produktivitas 3. Faktor Modal dan
Input Produksi
Kesulitan permodalan Ketergantungan terhadap pedagang pengumpul Sulit mendapatkan 0,00% 0,50% 1,00% 1,50% 2,00% 2,50% 3,00% (55.48 7.40 5) ( 45.898.622) (36.309.839) (26.72 1.05 6) ( 17.132.274) (7.543.491) 2.04 5.29 2 11.63 4.075 21.22 2.857 30 .811 .640 40.40 0.423 49.98 9.205 59 .577 .988 69.16 6.771 78.75 5.554 88 .344 .336 97.93 3.119 107 .521.90 2 11 7.11 0.68 5 126 .699.46 7 136 .288.25 0 14 5.87 7.03 3 155 .465.81 5 165 .054.59 8 17 4.64 3.38 1 Mo re
26 No. Faktor Risiko Sumber Risiko Dampak bagi Usaha
pinjaman dari Bank Penggunaan mesin kapal bekas Tingginya harga BBM Penurunan
produktivitas Ketersediaan kayu yang
semakin langka
Berkurangnya waktu operasi melaut Semakin tingginya biaya perawatan
Sumber : Data primer diolah, 2015
Tabel 13. Kerugian Usaha Akibat Ketidakpastian Musim Peralihan ke musim barat Musim barat Peralihan ke musim timur Musim timur % Responden Mengalami Kerugian 40,4 38,1 57,1 21,4
Trip per bulan 20 15 15 22
% Frekuensi Trip yang merugi terhadap total trip per bulan
17,0 26,7 36,4 18,2
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Tabel 14. Persepsi Terhadap Perkembangan Hasil Tangkapan
Hasil Tangkapan % Jawaban
Semakin baik 10
Sama saja 2,5
Semakin buruk 87,5
N= 39
Tabel 15. Waktu mulai terjadinya penurunan hasil tangkapan dan musim penangkapan tidak dapat diprediksi
Rentang Waktu % Jawaban Responden
< 5 Tahun 82,35
6-10 Tahun 8,82
11-15 Tahun 5,88
> 15 Tahun 2,94
27 Tabel 16. Persepsi nelayan Terhadap Kesulitan Mencari Tenaga Kerja
Kesulitan Mencari Tenaga Kerja % Jawaban
Sulit 75
Tidak Sulit 25
N = 40
Tabel 17. Penyebab Menurunnya Hasil Tangkapan
Faktor Penyebab % Jawaban
Menurunnya sumberdaya perikanan 11,32
Menurunnya kualitas lingkungan 11,32
Semakin banyak nelayan 26,42
Alat tangkap tidak ramah lingkungan 50,94
N = 53
Ket : Jumlah n adalah jumlah total jawaban yang diberikan responden. Responden dapat memberikan memilih lebih dari satu jawaban
Gambar 12. Persentase nelayan yang mengalami kerugian akibat
kenaikan BBM di Kota Bitung, Tahun 2015
Tabel 18. Persepsi nelayan terhadap perkembangan kesulitan
permodalan
Perkembangan kesulitan modal % Jawaban
Meningkat 68,4 Sama saja 26,3 Menurun 5,3 N=38 15% 20% 7% 58%
28 Tabel 19. Persepsi nelayan terhadap waktu terjadinya peningkatan
kesulitan permodalan
Waktu meningkatnya kesulitan permodalan % Jawaban
5 tahun terakhir 81,1
6-10 tahun terakhir 13,5
11-15 tahun terakhir 2,7
> 15 tahun terakhir 2,7
N=37
Tabel 20. Respon nelayan terhadap kesulitan permodalan Respon terhadap
kesulitan permodalan
Frekuensi ket
Menunda kelaut 81,1 Ikut melaut sebagai buruh
atau bekerja sampai mendapatkan modal
Meminjam uang 13,5
Tidak menjawab 2,7
N=37
Tabel 21. Preferensi nelayan terhadap tempat peminjaman modal
Preferensi tempat meminjam modal % Jawaban
meminjam di juragan 28,6
Meminjam pada saudara 21,4
meminjam di bank 50,0
N =28
Kabupaten Sambas
Tabel 22. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Penerimaan Usaha dan Biaya Operasional Usaha Penangkapan Ikan Responden PANELKANAS, Kabupaten Sambas
Penerimaan Usaha Biaya Operasional
Average 46.372.200 26.665.200
ST Dev 34.905.005 25.901.112
29
Gambar 13. Probability Density dari Profit Usaha Penangkapan Ikan di
Kabupaten Sambas
Sumber: Olahan Data Survey PANELKANAS 2014
4.2.2. Perikanan Perairan Umum Daratan Kabupaten Purwakarta
Tabel 23. Frekuensinya Terjadinya Faktor Resiko pada Usaha Penangkapan Ikan di Waduk Jatiluhur di Purwakarta, 2015
Resiko Frekuensi (%)
1. Ketidakpastian Alam
a. Musim penangkapan tidak dapat diprediksi 56
b. Penurunan sumberdaya ikan 41
2. Ketidakpastian SDM
a. Kesulitan permodalan 94
b. Peningkatan biaya operasional 100
c. Harga jual yang rendah 37
Sumber : Data Primer diolah, 2015
0,00% 0,50% 1,00% 1,50% 2,00% 2,50% 3,00% (12 8.2 20 .25 8) (11 3.653 .666) (99 .087.0 73) (84 .520.4 81) (69 .953.8 88) (55 .38 7.2 96 ) (40 .820.7 03) (26 .254.1 11) (11 .687.5 18) 2.87 9.074 17.4 45 .66 7 32.0 12.26 0 46.5 78.85 2 61.1 45.44 5 75.7 12.03 7 90.2 78.63 0 104 .845.2 22 119 .411.8 15 133 .978.4 07 148 .545.0 00 163 .111.5 92 Pr o b ab ili ty D e n si ty
30 4.2.3. Perikanan Budidaya
Kabupaten Cianjur
Gambar 14. Probabilitas Keuntungan Usaha Budidaya Ikan pada
Keramba Jaring Apung di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur Tahun 2012
Tabel 24. Risiko Usaha Budidaya Ikan Mas dan Nila di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur, Tahun 2015
No. Faktor Risiko Usaha Sumber Risiko Probabilitas (%)
1. Alam Serangan penyakit KHV 100
Perubahan cuaca (upwelling) 100 Penurunan kualitas perairan 100 2. Manusia (SDM) Kesulitan tenaga kerja 46,67 3. Modal dan Input
Produksi
Kesulitan permodalan 56,25 Rendahnya Survival Rate 44,44 Benih tidak berkualitas 29,17 Ketersediaan benih berkualitas 6,33
Sumber : Data primer diolah, 2015
0,00% 0,50% 1,00% 1,50% 2,00% 2,50% 3,00% 3,50% (42 .903.3 19) (36 .593.1 70) (30 .283.0 22) (23 .972.8 73) (17 .662.7 24) (11 .352.5 76) (5.0 42.42 7) 1.26 7.722 7.57 7.871 13.8 88.01 9 20.1 98 .16 8 26.5 08.31 7 32.8 18.46 5 39.1 28.61 4 45.4 38.76 3 51.7 48.91 1 58.0 59.06 0 64.3 69.20 9 70.6 79.35 7 76.9 89.50 6 Pr o b ab ili tas (% ) Profit (Rp/Unit/Th)
31 Tabel 25. Perkembangan Risiko Usaha Budidaya Ikan di Kabupaten Cianjur Karena Serangan KHV dan Aeromonas, Tahun 2002 - 2014 Tahun Jumlah ikan yang terserang (Kg) Jumlah ikan yang mati (Kg) Kerugian (Rp) Jumlah Petak yang terkena 2002 72.467* 36.351* 269.058.700 7.247 2003 636.247* 586.897* 3.557.930.000 8.484 2004 214.365* 159.654* 1.421.856.570 3.573 2005 236.750* 181.600* 1.524.132.000 9.740 2006 96.158* 58.428* 515.474.000 6.411 2007 197.916* 155.340* 1.312.980.000 9.896 2008 210.587* 78.190* 1.098.745.108 8.425 2009 36.658* 17.247* 310.428.000 2.444 2010 15.256* 7.449* 135.958.000 1.526
2011 N/A N/A N/A N/A
2012 N/A N/A N/A N/A
2013 N/A N/A N/A N/A
2014 99.600 ** 12.460 ** 1.883.000.000 3.217
Rata-rata
181.600 129.362 847.163.238 5.220
Sumber : UPTD BPBPPU Kabupaten Cianjur, 2012 Keterangan : * ikan mas; ** ikan mas, nila, bawal
Tabel 26. Perkembangan Risiko Usaha Budidaya Ikan di Kabupaten Cianjur Karena Upwelling dan Blooming Algae, Tahun 2011 – 2015
Tahun Frekuensi Kejadian
(Kali/Tahun)
Jumlah Kerugian (Rp./Tahun)
2011 1 6,439,615 2012 1 6,866,000 2013 1 8,915,357 2014 1 34,144,444 2015 1 10,895,556 Rata-rata 1 13.452.195
32
Gambar 15. Perbandingan Biaya dan Keuntungan Usaha Budidaya
dengan Tenaga Kerja dan Tanpa Tenaga Kerja
Sumber : Data primer diolah, 2007-2013
Gambar 16. Perkembangan Biaya Operasional dan Penerimaan Usaha
Budidaya Ikan Mas dan Nila di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010 - 2014
Sumber : Data primer diolah, 2010-2014
0 10.000.000 20.000.000 30.000.000 40.000.000 50.000.000 60.000.000 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13 Keuntungan usaha dengan tenaga kerja Keuntungan usaha tanpa tenaga kerja Biaya tidak tetap (termasuk tenaga kerja) Biaya tidak tetap (tanpa tenaga kerja) 0 20.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000 100.000.000 2010 2011 2012 2013 2014
33 Tabel 27. Perkembangan Harga Benih dan Pakan pada Usaha Budidaya Ikan Mas dan Nila di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010 - 2014
Harga dan Jumlah Input
Produksi 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Benih Ikan Mas (Kg) 303 248 409 374 226 Harga Benih Ikan Mas
(Rp./Kg) 17.000 28.639 28.000 28.000 27.341 Jumlah Benih Ikan Nila (Kg) 1.001 1.092 273 414 99 Harga Benih Ikan Nila (Rp./Kg) 9.250 14.000 17.000 17.614 17.827 Jumlah pakan (Kg) 4.417 2.148 8.827 7.736 3.081 Harga pakan (Rp./Kg) 5.230 7.426 5.350 6.076 7.210
Sumber : Data primer diolah, 2010-2014
4.2.4. Produk Kelautan Garam Kabupaten Jeneponto
Gambar 17. Historgram Fungsi Probability Distribusi Usaha Produksi
Garam Kabupaten Jeneponto 0,00% 0,50% 1,00% 1,50% 2,00% 2,50% 3,00% 3,50% (23 ,3 74,144 ) (18 ,8 29,204 ) (14 ,2 84,263 ) (9, 73 9,323) (5, 19 4,382) (64 9,442) 3, 895 ,4 99 8, 440 ,4 39 12, 98 5,380 17, 53 0,320 22, 07 5,261 26, 62 0,201 31,16 5,14 1 35, 71 0,082 40, 25 5,022 44, 79 9,963 49, 34 4,903 53, 88 9,844 58, 43 4,784 62, 97 9,725 More
34 Tabel 28. Kalender Musim Garam Kabupaten Jeneponto Tahun
2010-2014 Musim Garam 2010 2011 2012 2013 2014 Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Sumber : Data Primer Diolah, 2015 Keterangan
: Tidak Musim Garam : Musim Garam
Gambar 18. Prosentase Status Lahan Garam Di Kecamatan Bangkala
Jeneponto
sewa
81%
milik
sendiri
19%
35
Gambar 19. Perkembangan Harga Jual Rata-Rata Garam Perkilogram
(2011-2014)
Sumber : Data Primer Diolah (2015)
Gambar 20. Prosentase Petambak Garam Yang Terikat dan Tidak
Terikat Dengan Pedagang Pengumpul
Sumber : Data Primer Diolah (2015)
200
400
600
800
2011
2012
2013
2014
Terikat 19% Tidak Terikat 81%36
4.3. Dampak Risiko Usaha Kelautan dan Perikanan
4.3.1. Perikanan Tangkap Laut Perikanan Pelagis Besar
Kota Bitung
Gambar 21. Histogram Hasil Simulasi Monte Carlo pada Perikanan
Tangkap Tuna di Kota Bitung .
Sumber : Data Primer Diolah, 2015.
Perikanan Pelagis Kecil dan Demersal Kabupaten Cirebon
Tabel 29. Perkembangan Penerimaan Nelayan Tahun 2007 – 2013 di Cirebon
Tahun Penerimaan (Rp/ Tahun)
2007 63.534.414 2008 74.376.888 2009 78.313.277 2010 72.249.665 2011 82.766.783 2012 72.534.883 2013 32.126.639 0,0000% 0,5000% 1,0000% 1,5000% 2,0000% 2,5000% 3,0000% 3,5000% (10 5.466 .115) (62 .569.3 33) (26 .822.0 14) 8.92 5.3 05 44.6 72.62 4 80.4 19.94 2 116 .167.2 61 151 .914.5 80 187 .661.8 99 223 .409.2 18 259 .156.5 37 294 .903.8 55 330 .651.1 74 366 .398.4 93 402 .145.8 12 437 .893.1 31 473 .640.4 50 509 .387.7 68
37 Tabel 30. Perkembangan Usaha Perikanan Tangkap Di Kabupatenn Cirebon, Tahun 2007-2013
Biaya Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 a. BiayaTetap 2.033.973 1.198.781 3.692.999 3.248.331 3.500.627 3.160.800 3.511.750 - NilaiPerijinan, PajakRetribusi (Rp/Unit/Tahun) 1.673 1.672 7.687 2.500 2.500 2.500 3.300 - Perawatan (mesin, alattangkap, armada) (Rp/Unit/Thn) 390.199 390.009 1.793.211 1.283.730 1.463.803 583.200 612.700 - Penyusutan (mesin, alattangkap. Armada, asetlainnya) (Rp/Unit/Thn) 1.642.101 807.101 1.892.101 1.962.101 2.034.324 2.575.100 2.895.750 b. BiayaVariabel 19.434.032 22.424.539 28.504.763 30.859.752 29.958.341 29.046.500 18.313.000 - Bahan Bakar Minyak (BBM)
(Rp/Thn) 10.330.382 13.325.336 17.474.586 18.898.578 18.341.385 15.440.000 10.488.000 - Ransum (Rp/Thn) 7.941.482 7.937.602 9.496.088 10.717.661 9.713.618 11.869.500 6.430.000 - Lainnya (Rp/Thn) 1.162.168 1.161.600 1.534.089 1.243.513 1.903.338 1.737.000 1.395.000
TOTAL 21.468.005 23.623.320 32.197.761 34.108.083 33.456.468 32.207.300 21.824.750
38 Tabel 31. Risiko Usaha Perikanan Tangkap Pelagis Kecil dan Demersal Di Kabuapten Cirebon
No. Faktor Risiko Dampak Risiko Dasar Penghitungan
Kerugian
Nilai Risiko (Rp/tahun)
Probabilitas kejadian (%)
1. Faktor Alam Penurunan
produktivitas hasil tangkapan
48% penurunan produksi
Rp. 78.579.457 82,5
Penurunan jumlah hari trip karena cuaca buruk 15 trip x 4 bulan x rata-rata penerimaan/ trip (Rp. 244.600/trip) Rp. 14.676.000 90 2. Faktor Manusia (SDM)
Penurunan jumlah trip karena kekurangan tenaga kerja
5 trip x 2 bulan rata-rata x penerimaan/ trip (Rp. 244.600/trip) Rp. 2.446.000 70 3. Faktor Modal dan Input Produksi
Penurunan jumlah trip karena tidak bisa melaut 5 trip x 3 bulan x penerimaan/trip (Rp. 244.600/trip) Rp. 3.669.000 85 Peningkatan biaya operasional
Selisih biaya per trip (Rp.123.696 -Rp. 110.641) x rata-rata trip pertahun
Rp. 3.662.098 100
39 Kabupaten Sambas
Tabel 32. Faktor-faktor Penyebab Resiko Buruk Usaha Penangkapan Nelayan Responden PANELKANAS di Kabupaten Sambas Berdasarkan Persentase Kejadiannya
Faktor-Faktor Penyebab Persentase Kejadian
Peningkatan biaya operasional 93
Kesulitan permodalan 76
Gangguan kesehatan 69
Musim penangkapan tidak dapat diprediksi 41
Penurunan sumberdaya ikan 28
Kesulitan tenaga kerja 17
Sumber: Olahan Data PANELKANAS Kabupaten Sambas, 2015
Tabel 33. Faktor-faktor Penyebab Resiko Buruk Usaha Penangkapan Nelayan Responden PANELKANAS di Kabupaten Sambas Berdasarkan Perkiraan Besaran Dampaknya
Faktor-faktor Penyebab Besaran Dampak (Rp.)
Kesulitan permodalan 46.372.200
Penurunan sumberdaya ikan 23.186.100
Kesulitan tenaga kerja 23.186.100
Musim penangkapan tidak dapat diprediksi 13.911.660
Peningkatan biaya operasional 8.256.073
Gangguan kesehatan 1.996.581
40
Gambar 22. Faktor Penyebab Resiko Usaha Perikanan Tangkap Laut,
Responden PANELKANAS Kabupaten Sambas
Sumber: Olahan Data Survey PANELKANAS 2014-2015
4.3.2. Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan Kabupaten Purwakarta
Gambar 23. Historgram Hasil Simulasi Monte Carlo pada Perikanan
Tangkap Perairan Umum Daratan di Kabupaten Purwakarta.
Sumber : Data Primer Diolah, 2015.
50 100 - 25.000.000 50.000.000 Fr e ku e n si % Perkiraan Dampak (Rp.) Kesulitan permodalan Peningkatan biaya operasional
Kesulitan tenaga kerja
Gangguan kesehatan
Penurunan sumberdaya ikan
Musim penangkapan tidak dapat diprediksi
0,00% 0,50% 1,00% 1,50% 2,00% 2,50% 3,00% 3,50% ( 1.9 0 5. 38 2) ( 158 .1 66 ) 1.5 8 9 .0 50 3 .3 36. 265 5. 0 8 3.4 8 1 6. 8 30 .6 9 6 8 .5 77 .9 12 10 .3 25. 12 7 12 .0 72 .3 43 13 .8 19 .5 58 15.566 .7 74 17 .3 13 .9 9 0 19 .0 61.20 5 2 0 .8 0 8 .42 1 2 2.5 55 .6 36 2 4.3 0 2.8 52 2 6. 0 50 .0 67 2 7.79 7.2 8 3 2 9 .5 4 4.4 9 8 3 1.2 9 1.71 4 Mo re
41 4.3.3. Perikanan Budidaya
Kabupaten Cianjur
Tabel 34. Dampak Usaha Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung, Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur Tahun 2013 - 2015
No. Risiko Usaha Sumber Risiko Dampak bagi Usaha Budidaya per Tahun
1. Faktor Alam Serangan penyakit KHV Rp. 6.802.960* Penurunan produksi
Perubahan cuaca (upwelling)
Rp. 16.427.300* Penurunan produksi
2. Faktor Manusia
(SDM)
Kesulitan tenaga kerja sehingga mengurangi jumlah KJA yang aktif
Rp. 1.100.000 Penurunan produktivitas 3. Faktor Modal dan Input Produksi Kesulitan permodalan (kenaikan biaya operasional) Rp.13.447.922 Ketergantungan terhadap
pedagang pengumpul dan gudang pakan
Ketersediaan benih tidak berkualitas
Rp. 8.385.037 Penurunan produksi
Sumber : Data primer diolah, 2013-2015
42
Gambar 24. Peta Risiko Usaha Budidaya pada Keramba Jaring Apung di
Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur 4.3.4. Produk Kelautan – Garam
Kabupaten Jeneponto
Tabel 35. Sumber Resiko Usaha Produksi Garam Kabupaten Jeneponto
Sumber Resiko Frekuensi (%) Dampak (Rp)
Faktor Alam,
Ketidakpastian Cuaca 95.6 17.066.017
Ketidakpastian Status Lahan 81 .1 4.313.608
Terjadinya Bencana Alam 100 9.524.306
Faktor Pasar
Ketidakpastian harga jual garam 64,9 6.190.104
Keterbatasan akses pasar 19,4 6.033.333
Sumber : Data Primer Diolah (2015)
0 20 40 60 80 100 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 D ampak Ri si ko (R p.000 .000 ) Probabilitas
- Kematian Ikan karena serangan KHV - Kematian Ikan karena Upwelling
- Penurunan jumlah KJA aktif karena kekurangan tenaga kerja
- Kenaikan biaya operasional karena kesulitan permodalan (pakan ikan) - Ketersediaan benih tidak berkualitas
43
Gambar 25. Kuadran Risiko Usaha Produksi Garam Kabupaten
Jeneponto 0 20.000.000 40.000.000 0 55 110 Damp ak ( R p ) Frekuensi (%)
1. Ketidakpastian Cuaca 2. Ketidakpastian Status Lahan 3. Terjadinya Bencana Alam 4. Ketidakpastian harga jual garam 5. Keterbatasan akses pasar