• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEPENGAWASAN (SUPERVISI) PENDIDIKAN DAN RUANG LINGKUP SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KEPENGAWASAN (SUPERVISI) PENDIDIKAN DAN RUANG LINGKUP SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KEPENGAWASAN (SUPERVISI) PENDIDIKAN DAN RUANG LINGKUP SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA

A. Pengawas (Supervisor) Pendidikan. 1. Pengertian Pengawas Pendidikan

Pengawas pendidikan disebut juga dengan supervisor pendidikan. Dalam arti sempit, pengawas berarti orang yang mengawasi.1 Dalam kamus Inggris-Indonesia, supervisor mempunyai arti pengawas.2

Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 118/1996 dan Keputusan Menteri Agama nomor 381 tahun 1999 dinyatakan bahwa pengawas sekolah / pengawas pendidikan agama adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan / pendidikan agama di sekolah umum dan di madrasah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah.3

Beberapa ahli pendidikan juga memberikan definisi tentang supervisor pendidikan, antara lain :

a. Nick Cowell dan Roy Gardner, pengawas adalah seorang yang membantu sekolah dan guru untuk menolong para siswanya agar dapat belajar lebih banyak, lebih cepat, dengan senang hati dan dengan lebih mudah dan efisien.4

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

kedua, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), Cet. 8, hlm. 68.

2

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta :

PT Gramedia, 1993), Cet. XIX, hlm. 569.

3

Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama,

(Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), hlm. 1.

4

Nick Cowell dan Roy Gardner, Teknik Mengembangkan Guru dan Siswa Buku Panduan untuk Penilik Sekolah Dasar, (Jakarta : PT Grafindo, 1995), hlm. 3.

(2)

b. Ary H. Gunawan, supervisor adalah orang yang melaksanakan pekerjaan supervisi.5

c. Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, supervisor adalah orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulasi guru-guru ke arah usaha mempertahankan suasana belajar dan mengajar yang lebih baik.6

d. Soewadji Lazaruth, supervisor adalah setiap orang yang membantu atau menolong guru agar situasi belajar mengajar berkembang lebih efektif.7

Dari defenisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pengawas atau supervisor pendidikan adalah orang yang membantu sekolah, guru dan siswa agar dapat belajar dengan lebih baik. 2. Syarat-syarat Pengawas Pendidikan

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 118/1996 pada Bab X pasal 22 dan 23 telah ditetapkan bahwa untuk dapat diangkat dalam jabatan pengawas sekolah, seorang pegawai negeri sipil harus memenuhi angka kredit yang ditentukan (pasal 22). Sedangkan pasal 23 ayat (1) dan (2) dapat dijabarkan sebagai berikut 8:

a. Syarat Umum :

1). Memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan bidang pengawasan yang akan dilakukan;

2). Berkedudukan dan berpengalaman sebagai guru sekurang-kurangnya selama 6 (enam) tahun secara berturut-turut;

5

Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta :

PT Rineka Cipta, 1996), Cet. 1, hlm. 193.

6

Piet. A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip Dan Tehnik Supervisi Pendidikan,

(Surabaya : Usaha Nasional, 1981), hlm. 17.

7

Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya, (Yogyakarta : PT

Kanisius, 1988), Cet. 3, hlm. 35.

8

Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi Dam Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm. 64-65.

(3)

3). Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan dibidang pengawasan sekolah dan memperoleh surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan (STTPL);

4). Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam dua tahun terakhir;

5). Usia setinggi-tingginya 5 (lima) tahun sebelum mencapai batas usia pensiun jabatan pengawas sekolah.

b. Syarat khusus :

Bagi pengawas mata pelajaran rumpun mata pelajaran di Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan (SMA/SMK) atau Madrasah Aliyah (MA);

1). Pendidikan serendah-rendahnya sarjana (S1) atau yang sederajat;

2). Berkedudukan serendah-rendahnya guru dewasa;

3). Memiliki salah satu spesialisasi mata pelajaran / rumpun mata pelajaran yang sesuai.

Sebagai seorang pengawas (supervisor), yang harus melaksanakan tugas tanggungjawabnya hendaknya juga mempunyai persyaratan-persyaratan ideal. Dilihat dari segi kepribadiannya (personality) syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Ia harus mempunyai perikemanusiaan dan solidaritas yang tinggi, dapat menilai orang lain secara teliti dari segi kemanusiaannya serta dapat bergaul dengan baik.

b. Ia harus dapat memelihara dan menghargai dengan sungguh-sungguh semua kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang yang berhubungan dengannya.

(4)

Hal ini sejalan dengan hadits Nabi :

ِﺚﻴﱠﻠﻟﺍ ﻦﺑ ﺐﻴﻌﺸىِﺑﹶﺎىِﻨﹶﺛﺪﺣ ِﺚﻴﱠﻠﻟﺍ ِﻦﺑ ٍﺐﻴﻌﺷ ﻦﺑ ِﻚِﻠﹶﳌﹾﺍﺪﺒﻋﺎﻨﹶﺛﺪﺣ

ِﻦﻋﻭٍﺮﻤﻋ ِﻦﺑِﺮﹾﻜﺑ ﻦﻋ ٍﺐﻴِﺒﺤىِﺑﹶﺍ ﻦﺑﺪﻳِﺰﻴىِﻨﹶﺛﺪﺣِﺪﻌﺳ ﻦﺑ ﹸﺚﻴﱠﻠﻟﺎىِﻨﹶﺛﺪﺣ

ﺒﹾﻛَﻷﹾﺍﹶﺓﺮﻴﺠﺣ ِﻦﺑﹾﺍ ِﻦﻌﱢىِﻣﺮﻀﹶﳊﹾﺍﺪﻳِﺰﻳ ِﻦﺑ ِﺙِﺭﺎﹶﳊﹾﺍ

ﻪﻨﻋ ُﷲﺎَىِﺿﺭ ﺭﹶﺬِىﺑﹶﺍ ﻦﻋِﺮ

ﹶﻝﺎﹶﻗ

:

ﻡﻮﻳ ﺎﻬﻧِﺇﻭ ﹲﺔﻧﺎﻣﹶﺃ ﺎﻬﻧِﺇﻭ ﻒﻴِﻌﺿ ﻚﻧﺇِ ﺭﹶﺫﺎﺑﹶﺃ ﺎﻳ ِﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻝﺎﹶﻗ

ِﺔﻣﺎﻴِﻘﹾﻟﺍ

ﺎﻬﻴِﻓ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﻯِﺬﱠﻟﺍ ﻯﺩﹶﺃﻭ ﺎﻬﱢﻘﺤِﺑ ﺎﻫﹶﺬﺧﹶﺃ ﻦﻣﱠﻻِﺇ ﹲﺔﻣﺍﺪﻧﻭ ﻯﺰِﺧ

) .

ﻢِﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ

(

9

Dari Abu Dzar r.a. Rasulullah SAW bersabda : "Hai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang yang lemah, sedangkan pekerjaan itu amanat yang kelak pada hari kiamat mungkin membawa kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang memenuhi syarat dan menjalankannya dengan wajar menurut mestinya". Keterangan hadits tersebut menunjukkan bahwa suatu jabatan atau urusan yang diserahkan kepada seorang (imarah) merupakan amanah, dan tiada sepatutnya seseorang menuntut melainkan jika dia memiliki kecakapan (kesanggupan) melaksanakannya.

c. Ia harus berjiwa optimis yang berusaha mencari yang baik, mengharapkan yang baik dan melihat segi-segi yang baik.

d. Hendaknya bersifat adil dan jujur, sehingga tidak dapat dipengaruhi oleh penyimpangan-penyimpangan manusia.

e. Hendaknya ia cukup tegas dan objektif (tidak memihak), sehingga guru-guru yang lemah dalam stafnya tidak "hilang dalam bayangan" orang-orang yang kuat pribadinya.

f. Ia harus berjiwa terbuka dan luas, sehingga lekas dan mudah dapat memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi yang baik.

g. Jiwanya yang terbuka tidak boleh menimbulkan prasangka terhadap seseorang untuk selama-lamanya hanya karena sesuatu kesalahan saja.

h. Ia hendaknya sedemikian jujur, terbuka dan penuh tanggung jawab.

9

Imam Muslim Abi Husain bin Hujaj Al Qusairi An Nasaiburi, Shohih Muslim, Juz 2, (Indonesia : Darul Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah, t.t.), hlm.124.

(5)

i. Ia harus cukup taktik, sehingga kritiknya tidak menyinggung perasaan orang.

j. Sikapnya yang bersimpati terhadap guru-gurunya tidak akan menimbulkan depresi dan putus asa pada anggota-anggota stafnya. k. Sikapnya harus ramah, terbuka dan mudah dihubungi sehingga

guru-guru dan siapa saja yang memerlukannya tidak akan ragu-ragu untuk menemuinya.

l. Ia harus dapat bekerja dengan tekun dan rajin serta teliti, sehingga merupakan contoh bagi anggota stafnya.

m. Personal appearance terpelihara dengan baik, sehingga dapat menimbulkan respect dari orang lain.

n. Terhadap murid-murid ia harus mempunyai perasaan cinta sedemikian rupa, sehingga ia secara wajar dan serius mempunyai perhatian terhadap mereka.10

Selain itu, menurut Ngalim Purwanto, seorang supervisor yang baik harus memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut :

a. Berpengetahuan luas tentang seluk beluk semua pekerjaan yang berada di bawah pengawasannya.

b. Menguasai / memahami benar-benar rencana dan program yang telah digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.

c. Berwibawa, dan memiliki kecakapan praktis tentang teknik-teknik kepengawasan, terutama human relation.

d. Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, dan rendah hati.

e. Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah digariskan / disusun.11

Sedangkan Alfonso, Firth, dan Neville menjelaskan bahwa ada 3 keterampilan yang harus dimiliki oleh supervisor yaitu :

10

H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), Cet.

2, hlm. 183-184.

11

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000) , Cet. 10, hlm. 85-86.

(6)

a. Keterampilan teknis (technical skill).

Keterampilan ini berkenaan dengan pengetahuan khusus yang diperlukan untuk memperformasikan fungsi-fungsi pokok atau tugas-tugas yang berkenaan dengan posisi supervisor.

b. Keterampilan hubungan kemanusiaan (human relation skill).

Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan supervisor bekerjasama dengan orang lain dan memotivasi mereka agar bersungguh-sungguh dalam bekerja.

c. Keterampilan manajerial (managerial skill).

Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan penting dalam mencapai tujuan.12

Menurut Kimball Wiles, seorang supervisor yang baik memiliki lima keterampilan dasar, yaitu :

a. Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan. b. Keterampilan dalam proses kelompok.

c. Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan. d. Keterampilan dalam mengatur personalia sekolah. e. Keterampilan dalam evaluasi.13

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang pengawas atau supervisor yang baik selain mempunyai persyaratan yang ideal dari segi kepribadiannya (personality), seperti berwibawa, jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati juga harus mempunyai keterampilan-keterampilan yang mampu membantunya memperbaiki situasi belajar-mengajar agar lebih baik.

3. Tugas Pengawas Pendidikan

Ngalim Purwanto mengemukakan macam-macam tugas supervisi pendidikan yang riel dan lebih terinci sebagai berikut :

a. Menghadiri rapat / pertemuan organisasi-organisasi profesional.

12

Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran Teori Dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), Cet. 1, hlm. 17.

13

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), Cet. 1, hlm. 18.

(7)

b. Mendiskusikan tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru.

c. Mengadakan rapat kelompok untuk membicarakan masalah-masalah

umum (common problems).

d. Melakukan classroom visitation atau class visit.

e. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang masalah-masalah yang mereka usulkan.

f. Mendiskusikan metode-metode mengajar dengan guru-guru.

g. Memilih dan menilai buku-buku yang diperlukan bagi murid-murid. h. Membimbing guru-guru dalam menyusun dan mengembangkan

sumber-sumber atau unit-unit pengajaran.

i. Memberikan saran-saran atau instruksi tentang bagaimana melaksanakan suatu unit pengajaran.

j. Mengorganisasi dan bekerja dengan kelompok guru-guru dalam program revisi kurikulum.

k. Menginterpretasi data tes kepada guru-guru dan membantu mereka bagaimana menggunakannya bagi perbaikan pengajaran.

l. Menilai dan menyeleksi buku-buku untuk perpustakaan guru-guru. m. Bertindak sebagai konsultan di dalam rapat / pertemuan-pertemuan

kelompok lokal.

n. Bekerja sama dengan konsultan-konsultan kurikulum dalam menganalisis dan mengembangkan program kurikulum.

o. Berwawancara dengan orang-orang tua murid tentang hal-hal yang mengenai pendidikan.

p. Menulis dan mengembangkan materi-materi kurikulum.

q. Menyelenggarakan manual atau buletin tentang pendidikan dan pengajaran dalam ruang lingkup bidang tugasnya.

r. Mengembangkan sistem pelaporan murid, seperti kartu-kartu catatan kumulatif, dan sebagainya.

s. Berwawancara dengan guru-guru dan pegawai untuk mengetahui bagaimana pandangan atau harapan-harapan mereka.

(8)

u. Menyiapkan sumber-sumber atau unit-unit pengajaran bagi keperluan guru-guru.

v. Mengajar guru-guru bagaimana menggunakan audio-visual aids. w. Menyiapkan laporan-laporan tertulis tentang kunjungan kelas (class

visit) bagi para kepala sekolah.

x. Menulis artikel-artikel tentang pendidikan atau kegiatan-kegiatan sekolah / guru-guru dalam surat kabar-surat kabar.

y. Menyusun tes-tes standar bersama kepala sekolah dan guru-guru. z. Merencanakan demonstrasi mengajar, dan sebagainya oleh guru

yang ahli, supervisor sendiri, ahli-ahli lain dalam rangka memperkenalkan metode baru dan alat-alat baru.14

Sedangkan Gwyn merumuskan 10 tugas utama supervisor yang dikutip oleh Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, sebagai berikut : a. Membantu guru agar mengerti para siswa.

b. Membantu mengembangkan dan memperbaiki, baik secara individual, maupun secara bersama seluruh staf guru.

c. Membantu seluruh staf sekolah agar mereka lebih efektif dalam menyajikan materi pelajaran.

d. Membantu guru meningkatkan cara-cara mengajar yang lebih efektif. e. Membantu guru secara individual.

f. Membantu guru agar mereka dapat menilai para siswa lebih baik. g. Menstimulir guru agar mereka dapat menilai dirinya dan

pekerjaannya sendiri.

h. Membantu guru agar mereka merasa bergairah dalam pekerjaan dengan penuh rasa aman.

i. Membantu guru dalam melaksanakan kurikulum di sekolah.

j. Membantu guru agar mereka dapat memberi informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat tentang kemajuan sekolahnya.15

14

(9)

Mc Nergney dalam bukunya Teacher Development menyatakan bahwa The supervisor acted as a sort of guidance counselor who

attempted to appeal to the feelings and emotions of teacher in order to assist their development.16 Yang berarti bahwa supervisor bertindak

sebagai seorang penasehat yang berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya untuk membantu mengembangkan mereka.

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tugas utama seorang pengawas pendidikan adalah menolong guru agar mampu melihat dan dapat memecahkan problema yang mereka hadapi.

B. Kepengawasan (Supervisi) Pendidikan

1. Pengertian Kepengawasan (Supervisi) Pendidikan

Supervisi diadopsi dari bahasa Inggris "supervision" yang berarti pengawasan / kepengawasan.17 Secara morfologis supervisi berasal dari kata super = atas, lebih dan visi = lihat / penglihatan, pandangan. Seorang supervisor memiliki kelebihan dalam banyak hal, seperti penglihatan, pandangan, pendidikan, pengalaman, kedudukan / pangkat / jabatan posisi dan sebagainya.18

Sedangkan menurut arti semantik, banyak definisi tentang supervisi telah dirumuskan oleh para ahli, antara lain :

a. Boardman et. al. dalam bukunya Democratic Supervision in

Secondary School sebagaimana dikutip oleh Soekarto Indrafachrudi

mengartikan supervisi sebagai berikut :

Supervision of instruction is the effort to stimulate, coordinate, and guide the continued / growth of the teachers in a school, both individually and collectively, in better understanding and more effective performance at all the functions of instruction so

15

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan, (Malang : IKIP Malang, 1989), Cet. 2, hlm. 282.

16

Robert F. Mc Nergney, Teacher Development, (New York : Macmillan Publishing Co., Inc, 1981), hlm. 3.

17

John M. Echols dan Hassan Shadily, loc.cit.

18

(10)

that they may be better able to stimulate and guide the continued growth of every pupil toward the richest and most intelligent participation in modern democratic society.19

Artinya : Supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru sekolah, baik secara individual maupun secara kelompok, agar lebih mengerti, dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran, sehingga dengan demikian mereka mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern. b. Mc. Nerney dalam bukunya Educational Supervision yang dikutip

oleh Subari, mengemukakan bahwa "Supervision is the procedures of giving direction to and providing critical evaluations of the instructional process."20

Artinya : Supervisi adalah prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.

c. Kimball Wiles secara singkat dalam bukunya Supervision For Better

Schools yang dikutip oleh Soewadji Lazaruth memberi definisi

sebagai berikut :

"Supervision is assistance in the development of a better teaching – learning situation." 21

Artinya : Supervisi adalah bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.

d. P. Adams dan F. G. Dickey dalam bukunya Basic Principles of

Supervision sebagaimana dikutip oleh Ahmad Rohani dan Abu

Ahmadi secara sederhana merumuskan : “ Supervision is planned program for the improvement of instruction."22

19

Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik,

(Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994), Cet. 2, hlm. 70.

20

Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Jakarta

: Bumi Aksara, 1994), Cet. 1, hlm. 5.

21

Soewadji Lazaruth, op. cit., hlm. 33.

22

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), Cet. 1, hlm. 67.

(11)

Artinya : Supervisi adalah suatu program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran.

e. Made Pidarta memberikan definisi supervisi adalah kegiatan membina atau membimbing guru agar bekerja dengan betul dalam mendidik dan mengajar siswanya.23

f. Hadari Nawawi mengartikan supervisi pendidikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru-guru (orang yang dipimpin) agar menjadi guru-guru atau personal yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya agar mampu meningkatkan efektivitas proses mengajar-belajar di sekolah.24

g. Ngalim Purwanto mengemukakan supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.25

h. Suryo Subroto menjelaskan supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.26

i. Departemen Agama RI menjelaskan bahwa dalam supervisi pendidikan agama berintikan program pengajaran agama dengan ditunjang oleh unsur-unsur lain, seperti guru agama, sarana dan prasarana, kurikulum, sistem pengajaran dan penilaian.27

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu

23

Made Pidarta, Peranan Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar, (Jakarta : PT

Grasindo, 1995), hlm. 51.

24

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 1985), Cet. 4, hlm. 104.

25

Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 76.

26

Suryo Subroto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Yogyakarta

: Bina Aksara, 1984), hlm. 117.

27

Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama, op.

(12)

pembinaan yang kontinyu pengembangan kemampuan profesional personil, perbaikan situasi belajar-mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik. 2. Tujuan Supervisi Pendidikan

Secara umum tujuan supervisi adalah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik dalam rangka pencapaian tujuan akhir pendidikan.28

Secara khusus tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah : a. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan. b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid. c. Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern,

metode-metode dan sumber-sumber pengalaman belajar.

d. Membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.

e. Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.

f. Membantu gur-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.29

Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru menambahkan 3 tujuan lagi yaitu :

a. Membantu guru-guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-murid.

b. Membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka. c. Membantu guru-guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian

terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya.30

28

Lalu Muhammad Azhar, Supervisi Klinis, (Surabaya : Usaha Nasional, 1996), Cet.

1, hlm. 20.

29

Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Surabaya : PT Bina Aksara, 1984), hlm. 40.

30

(13)

Sedangkan Ametembun merumuskan tujuan supervisi pendidikan sebagai berikut :

a. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lain terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif, serta memperbesar kesediaan untuk tolong menolong.

b. Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan-tuntutan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat dari masyarakat.

c. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan (kolegiatas) di antara guru.31

Sergiovanni menegaskan lebih lengkap lagi tujuan supervisi, yaitu ada tiga tujuan supervisi. Antara lain :

a. Pengawasan kualitas

Dalam supervisi, supervisor bisa memonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan supervisor ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya.

b. Pengembangan profesional.

Dalam supervisi, supervisor bisa membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam memahami pengajaran, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. Teknik-teknik tersebut bukan saja bersifat individual, melainkan juga bersifat kelompok.

c. Memotivasi guru.

Dalam supervisi, supervisor bisa mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya,

31

Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 5, hlm. 157.

(14)

mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh

(commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.32

Charles L. Spain berpendapat bahwa : The supreme purpose of

supervision is the improvement of the quality of instruction.33 Artinya bahwa tujuan utama supervisi adalah memperbaiki kualitas pengajaran.

Sedangkan Departemen Agama RI merumuskan tujuan dari supervisi pendidikan agama adalah sebagai berikut :34

a. Membangkitkan dan merangsang semangat guru agama dan pegawai sekolah dalam proses masing-masing dengan baik.

b. Mengembangkan dan mencari metode-metode belajar-mengajar agama yang baru dalam proses pembelajaran yang lebih baik dan lebih sesuai.

c. Mengembangkan kerja sama yang baik dan harmonis antara guru dan siswa, guru dengan sesama guru, guru dengan kepala sekolah dan seluruh staf sekolah yang berada dalam lingkungan sekolah yang bersangkutan.

d. Berusaha meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru agama dan pegawai sekolah dengan cara mengadakan pembinaan secara berkala, baik dalam bentuk workshop, seminar, in service,

training, up grading dan sebagainya.

Dari perumusan tujuan supervisi pendidikan di atas oleh para ahli tampak jelas bahwa supervisi pendidikan bertujuan mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik dalam kegiatan belajar-mengajar, melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.

32

Ibrahim Bafadal, op. cit., hlm. 5. 33

Charles L. Spain, “A New Definition of The Functions of The Supervisor”, http://links.jstor.org/sici?sici=0013-5984(192603)26% 3A7% 3C498%3AANDOTF% 3E2.0.CO %3B2-L, hlm.1.

34

Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama, op. cit., hlm. 12.

(15)

3. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan

Dalam melaksanakan tugasnya seorang supervisor harus berpegang pada prinsip-prinsip yang kokoh demi kesuksesan tugasnya atau memiliki pedoman bagi pelaksanaan tugasnya, yaitu35 :

1) Prinsip Fundamental / Dasar

Setiap pemikiran, sikap dan tindakan seorang supervisor harus berdasar / berlandaskan sesuatu yang kokoh, kuat serta dapat dipulangkan kepadanya. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila adalah falsafah dan dasar negara kita, sehingga bagi supervisor, Pancasila adalah prinsip fundamentalnya. Setiap supervisor pendidikan Indonesia harus bersikap konsisten dan konsekuen dalam pengamalan sila-sila Pancasila secara murni dan konsekuen.

2) Prinsip Praktis

Sesuai prinsip fundamental sebagai pedoman seorang supervisor pendidikan Indonesia, maka dalam pelaksanaan sehari-hari mereka berpedoman pada prinsip positif dan prinsip negatif. a. Prinsip positif merupakan pedoman yang harus dilakukan

seorang supervisor agar berhasil dalam pembinaannya. 1. Supervisi harus konstruktif dan kreatif.

2. Supervisi harus dilakukan berdasarkan hubungan profesional, bukan berdasarkan hubungan pribadi.

3. Supervisi hendaklah progresif, tekun, sabar, tabah dan tawakal.

4. Supervisi hendaklah dapat mengembangkan potensi, bakat dan kesanggupan untuk mencapai kemajuan.

5. Supervisi hendaklah senantiasa memperhatikan kesejahteraan serta hubungan baik yang dinamis.

6. Supervisi hendaklah bertolak dari keadaan yang kini nyata ada menuju sesuatu yang dicita-citakan.

35

(16)

7. Supervisi harus jujur, obyektif dan siap mengevaluasi diri sendiri demi kemajuan.

b. Prinsip negatif merupakan pedoman yang tidak boleh dilakukan oleh seorang supervisor dalam pelaksanaan supervisi.

1. Supervisi tidak boleh memaksakan kemauannya (otoriter) kepada orang-orang yang disupervisi.

2. Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi, keluarga, dan sebagainya.

3. Supervisi tidak boleh menutup kemungkinan terhadap hasrat berkembang dan ingin maju dari bawahannya dengan dalih apa pun.

4. Supervisi tidak boleh mengeksploitasi bawahan dan bersifat otoriter.

5. Supervisi tidak boleh menuntut prestasi di luar kemampuan bawahannya / cita-cita muluk yang hampa.

6. Supervisi tidak boleh egois, tidak jujur dan menutup diri terhadap kritik dan saran dari bawahannya.

Sejalan dengan hal ini Sergiovanni sendiri telah merumuskan 11 buah prinsip yang melandasi operasi supervisi. Secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Administrasi secara normal diarahkan pada penyediaan fasilitas material dan dengan berbagai bentuk pelaksanaannya secara umum.

2. Supervisi pendidikan dihubungkan dengan usaha pengembangan setting belajar pada khususnya.

3. Administrasi dan supervisi secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya harus ada koordinasi, hubungan, saling melengkapi, dan punya fungsi timbal balik dalam pelaksanaan sistem pendidikan, penciptaan kondisi belajar yang menyenangkan adalah tujuan umum keduanya.

(17)

5. Supervisi yang baik didasarkan pada pandangan-pandangan demokratis.

6. Supervisi yang baik menerapkan metode-metode ilmiah dan sikap-sikap pelaksanaannya disesuaikan dengan proses dinamis daripada pendidikan.

7. Supervisi yang baik berusaha menerapkan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam mempelajari, mengembangkan dan menilai hasil maupun proses.

8. Supervisi yang baik adalah bersifat kreatif .

9. Supervisi dilaksanakan dengan teratur, atas dasar rencana yang dirumuskan secara kooperatif.

10. Supervisi yang baik akan ditentukan oleh hasil-hasil nyata yang dicapainya.

11. Supervisi yang baik semakin mengarah pada tindakan profesional.36

Piet A. Sahertian mengelompokkan prinsip-prinsip supervisi pendidikan sebagai berikut :

a. Prinsip ilmiah (scientific), yaitu supervisi memenuhi tiga kriteria sebagai prosedur ilmiah yaitu :

1) Sistematis karena dilakukan dengan cara teratur, melalui perencanaan yang matang dan dilakukan secara kontinyu.

2) Obyektif karena dilakukan bukan atas prasangka individu, tetapi didasarkan atas informasi dan data yang nyata ada.

3) Menggunakan instrumen yang baik yang digunakan untuk mengumpulkan data sehingga data yang diperoleh benar-benar data yang terandalkan.

b. Prinsip demokratis

Pelayanan dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga

36

Burhanuddin, Analisis Administrasi, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), Cet. 1, hlm. 293.

(18)

guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa kesejawatan.

c. Prinsip kerja sama

Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi

sharing of idea, sharing of experience, memberi support,

mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.

d. Prinsip konstruktif dan kreatif

Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.37

Suharsimi Arikunto menambahkan dua prinsip lagi, yaitu : 1. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka, tidak

sembunyi-sembunyi, tetapi dengan cara terus terang melalui pemberitahuan baik resmi maupun tidak resmi.

2. Supervisi bukan hanya tertuju kepada satu atau lebih unsur yang ada di sekolah tetapi meliputi guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, dan obyeknya meliputi kurikukulum, sarana, pembiayaan, kesiswaan, kegiatan humas, dan tata laksana.38

Adapun Ibrahim Bafadal mengemukakan bahwa prinsip-prinsip supervisi sebagai berikut :

1. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.

2. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. 3. Supervisi harus demokratis.

4. Program supervisi harus integral dengan program pendidikan.

37

Piet A. Sahertian, op. cit., hlm. 20. 38

Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. 2, hlm. 158.

(19)

5. Supervisi harus komprehensif. 6. Supervisi harus konstruktif. 7. Supervisi harus obyektif.39

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip supervisi pendidikan meliputi beberapa hal, diantaranya yaitu : ilmiah, demokratis, kooperatif, konstruktif, kreatif, teratur, dan berkesinambungan, obyektif, integral dengan program pendidikan, dan dapat menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.

4. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan

Untuk mencapai hasil yang maksimal, supervisi pendidikan harus dilaksanakan dengan teknik-teknik tertentu. Made Pidarta mengemukakan, ada 7 teknik supervisi pendidikan yaitu :

1. Observasi kelas. 2. Supervisi sebaya. 3. Pendapat siswa. 4. Dengan alat elektronik. 5. Demonstrasi.

6. Kunjungan sekolah dan sumber-sumber belajar lainnya. 7. Pertemuan ilmiah.40

Secara garis besar teknik supervisi pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Teknik yang bersifat individu (perorangan)

Adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan.41 Teknik individu ini meliputi :

a. Kunjungan kelas

Adalah kunjungan yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, dan pembina lainnya ke dalam kelas dimana guru

39

Ibrahim Bafadal, op. cit., hlm. 7-8. 40

Made Pidarta, op. cit., hlm. 53. 41

(20)

sedang mengajar, dengan tujuan menolong guru-guru dalam hal pemecahan kesulitan yang mereka hadapi.

b. Observasi kelas

Adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor dengan jalan meneliti suasana kelas selama pelajaran berlangsung dengan tujuan untuk memperoleh data yang seobyektif mungkin sehingga dapat menganalisa kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar. c. Pertemuan individual

Adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pembina atau supervisor dengan guru mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru.

d. Kunjungan antar kelas

Adalah guru dari kelas yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan teknik ini diharapkan guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar, pengelolaan kelas, dan sebagainya.

e. Menilai diri sendiri

Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metode pengajarannya dalam mempengaruhi murid.

2. Teknik yang bersifat kelompok.

Adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih yang mempunyai masalah yang sama. Teknik ini meliputi 42:

42

Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta : PT Ardadizya

(21)

a. Orientasi terhadap guru baru

Teknik ini mempunyai tujuan khusus mengantar guru untuk memasuki suasana kerja yang baru.

b. Rapat guru

Di dalam rapat guru ini supervisor mengadakan pertemuan dengan guru-guru guna membahas masalah-masalah yang timbul pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

c. Studi kelompok antar guru

Guru-guru yang mengajar dalam mata pelajaran yang sama berkumpul untuk mempelajari suatu masalah yang ada dalam bahan pelajaran, selain itu juga membahas ilmu pengetahuan yang sedang berkembang.

d. Diskusi sebagai proses kelompok

Pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk dipecahkan bersama, dengan adanya diskusi dapat mengembangkan ketrampilan anggota atau guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar pikiran diantara guru.

e. Tukar menukar pengalaman

Dengan adanya pertemuan guru saling bertukar pikiran atau pengalaman, saling memberi dan menerima, saling belajar satu dengan yang lain. Dengan satu tujuan agar guru dapat belajar dari pengalaman temannya dalam membimbing murid dalam proses belajar mengajar.

Kemudian Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto menambahkan 13 teknik lagi dalam teknik supervisi yang bersifat kelompok yaitu :

1. Panitia penyelenggara

Guru dilibatkan dalam suatu kegiatan bersama yang terorganisir dan ditunjuk beberapa orang guru sebagai penanggungjawab pelaksanaan organisasi tersebut. Dalam melaksanakan tugas ini guru mendapat pengalaman-pengalaman dalam mencapai tujuannya sehingga guru

(22)

dapat tumbuh dan berkembang dalam profesi mengajarnya dengan adanya pengalaman-pengalaman itu.

2. Loka karya (workshop)

Dalam workshop disediakan suatu ruangan khusus yang dilengkapi dengan sumber-sumber pustaka dan berbagai peralatan sehingga guru dapat bekerja dan belajar dalam ruangan itu.

3. Diskusi panel

Adalah satu bentuk diskusi yang dipentaskan dihadapan sejumlah partisipant atau pendengar.

4. Seminar

Dalam seminar yang dibahas adalah suatu masalah yang disampaikan oleh pemrasaran dan diberikan pada para partisipant untuk menyangga masalah yang dibahas oleh pemrasaran.

5. Symposium

Suatu teknik pembahasan suatu masalah untuk meninjau suatu pokok bahasan yang ditulis oleh beberapa ahli dan dikumpulkan serta diterbitkan sebagai suatu buku yang ditinjau dari berbagai sudut pandangan dan disertai dengan korelekskan.

6. Pelajaran contoh (demonstration teaching)

Suatu teknik yang bersifat kelompok bilamana supervisor itu memberi penjelasan-penjelasan kepada guru-guru tentang mengajar yang baik.

7. Perpustakaan jabatan

Dalam suatu sekolah disediakan ruangan khusus untuk perpustakaan jabatan sendiri yang berisi buku-buku sumber majalah, brosur dan bahan lainnya yang telah diseleksi dengan teliti mengenai suatu bidang studi.

8. Bulletin supervisi

Supervisor mengeluarkan suatu bentuk tulisan yang digunakan sebagai alat untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki proses belajar mengajar.

(23)

9. Membaca langsung (directed reading)

Guru membaca langsung sumber-sumber pustaka yang ada apabila dalam sekolah itu tersedia.

10. Mengikuti kursus

Dalam hal ini guru mengikuti kursus yang bersifat penataran sehingga guru memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tambahan sehingga mereka akan mengalami peningkatan dalam profesi mereka.

11. Organisasi jabatan (professional organization)

Suatu kelompok jabatan yang membentuk organisasi dalam melaksanakan suatu kegiatan.

12. Curriculum laboratory

Suatu tempat yang dijadikan pusat kegiatan dimana guru dapat mengadakan percobaan untuk mengembangkan kurikulum.

13. Perjalanan sekolah untuk anggota staff (field trip)

Guru mengadakan perjalanan sekolah atau berkunjung ke suatu daerah atau sekolah yang lebih maju dengan tujuan untuk belajar dari sekolah tersebut.43

Keempat pendapat di atas sepakat bahwa supervisi pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai teknik, yaitu kunjungan kelas, rapat guru, diskusi, lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar, buletin supervisi, bahkan penilaian diri sendiri berkaitan dengan pelaksanaan tugas oleh para guru.

C. Ruang Lingkup Pengawasan (Supervisi) Pendidikan Agama

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran terdapat tiga unsur pokok yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur dimaksud adalah personal, material dan operasional. Oleh sebab itu ruang

43

(24)

lingkup supervisi pendidikan agama pun mencakup ketiga unsur tersebut, yang bila dijabarkan akan tergambar sebagai berikut44 :

1. Unsur personal

Lingkup pertama dalam supervisi pendidikan agama adalah para personal dalam sekolah / madrasah yang disupervisi. Adapun para personal dimaksud adalah kepala sekolah, pegawai tata usaha, guru agama dan siswa.

a. Kepala Sekolah/Madrasah

Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap kepala sekolah/madrasah adalah :

1). Masalah jalannya pendidikan dan pengajaran

2). Masalah program pendidikan dan pengajaran di sekolah 3). Masalah kepemimpinan kepala sekolah

4). Masalah administrasi sekolah

5). Masalah kerja sama sekolah dengan sekolah lain dan instansi terkait lainnya.

6). Masalah kebijaksanaan sekolah yang menyangkut kegiatan intra dan ekstra kurikuler.

7). Masalah BP3 dan POMG, dan lain-lain. b. Pegawai Tata Usaha

Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap kepala tata usaha sekolah dan seluruh stafnya antara lain :

1). Masalah administrasi sekolah. 2). Masalah data dan statistik sekolah. 3). Masalah pembukuan.

4). Masalah surat-menyurat dan kearsipan. 5). Masalah rumah tangga sekolah.

6). Masalah pelayanan terhadap kepala sekolah, guru dan siswa. 7). Masalah laporan sekolah, dan lain-lain.

44

Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama, op. cit., hlm. 16-22.

(25)

c. Guru Agama

Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap guru agama antara lain adalah :

1). Masalah wawasan dan kemampuan profesional guru agama. 2). Masalah kehadiran dan aktifitas guru agama.

3). Masalah persiapan mengajar guru agama, mulai dari penyusunan analisis materi pelajaran, program tahunan, program semester, program satuan pelajaran sampai dengan persiapan mengajar harian atau rencana pengajaran.

4). Masalah pencapaian target kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler.

5). Masalah kerja sama guru agama dengan siswa, dengan sesama guru, dengan tata usaha dan dengan kepala sekolah.

6). Masalah tri pusat pendidikan yang terdiri atas sekolah, keluarga dan masyarakat.

7). Masalah kemajuan belajar siswa.

8). Masalah sarana dan prasarana pendidikan agama. 9). Masalah metodologi pendidikan dan pengajaran agama. 10). Masalah kesejahteraan guru agama, dan lain-lain. d. Siswa

Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap siswa antara lain adalah :

1). Motivasi belajar siswa.

2). Tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa.

3). Keterlibatan siswa dalam berbagai kegiatan intra dan ekstra kurikuler.

4). Pengembangan organisasi siswa (OSIS) 5). Sikap guru dan kepala sekolah terhadap siswa.

6). Keterlibatan orang tua siswa dalam berbagai kegiatan keagamaan di sekolah.

(26)

8). Kelengkapan sarana dan prasarana pengajaran agama di sekolah, termasuk laboratorium, perpustakaan, alat-alat olah raga dan lain-lain.

2. Unsur Material

Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap material dan sarana fisik lainnya adalah :

a. Ketersediaan ruangan untuk perpustakaan, laboratorium, ruang praktek ibadah, aula dan sebagainya.

b. Pengelolaan dan perawatan terhadap fasilitas tersebut.

c. Pemanfaatan buku-buku teks pokok dan buku-buku penunjang pendidikan keagamaan.

d. Pemanfaatan media dan alat peraga pendidikan agama.

e. Kelengkapan dan perawatan peralatan penunjang kegiatan administrasi sekolah, seperti mesin tik, komputer, filing cabinet, dan lain-lain.

f. Pemanfaatan dan perawatan peralatan laboratorium dan perpustakaan sekolah.

g. Pemanfaatan dan perawatan peralatan olah raga dan kesenian dan sebagainya.

3. Unsur Operasional

Hal-hal yang perlu disupervisi terhadap unsur operasional antara lain adalah :

a. Masalah yang berkaitan dengan teknis edukatif pendidikan agama, yang mencakup kurikulum, proses belajar-mengajar, evaluasi / penilaian dan kegiatan ekstra kurikuler.

b. Masalah yang berkaitan dengan teknis administratif, yang mencakup administrasi personil, administrasi material, administrasi kurikulum dan sebagainya.

c. Masalah yang berkaitan dengan koordinasi dan kerja sama, yang mencakup :

(27)

1). Sekolah dengan keluarga dan masyarakat 2). Sekolah dengan sekolah-sekolah lainnya.

3). Sekolah dengan lembaga sosial kemasyarakatan (LSM) / kemasjidan.

4). Sekolah dengan organisasi kepemudaan.

5). Sekolah dengan instansi pemerintah terkait, dan sebagainya. d. Masalah yang berkaitan dengan pengembangan kelembagaan, yang

mencakup :

1). Pengembangan KKG dan MGMP-PAI; 2). Pengembangan KKS dan MKKS;

3). Hubungan antara KKG, MGMP dan Pokjawas; 4). Pendayagunaan wadah KKG dan MGMP yang ada.

e. Masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan ekstra kurikuler, seperti :

1). Peringatan hari besar nasional di sekolah / madrasah 2). Peringatan hari-hari besar Islam

3). Kegiatan olah raga dan kesenian di sekolah / madrasah 4). Kegiatan pesantren kilat

5). Kegiatan ketaqwaan

6). Kegiatan sosial kemasyarakatan, dll.

Secara sederhana dapat dipertegas kembali bahwa ruang lingkup supervisi pendidikan agama merupakan gambaran umum yang perlu dipahami oleh setiap petugas supervisi / pengawas PAI. Karena dengan ruang lingkup tersebut para supervisor akan mengetahui dengan jelas hal-hal pokok yang harus dikerjakan.

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Gerardus Polla, M.App.Sc., selaku Rektor Universitas Bina Nusantara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menerapkan segala sesuatu yang telah dipelajari

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media tanam lumut dan kombinasinya memberikan pengaruh signifikan ditunjukkan dengan nilai α< 0.05 pada tinggi tanaman, jumlah

Faktor apa yang mempengaruhi bangkitan pergerakan lalu lintas moda pengantar dan penjemput mahasiswa pada zona pendidikan Akademi Keperawatan di kota Makassar.. Bagaimana

"arena kapasitas mata untuk menahan atau menyimpan cairan dan salep terbatas, pada umumnya obat mata diberikan dalam +olume yang kecil. Preparat cairan

Peneliti menunjuk pada teori yang dikemukakan oleh Sanders (2003) diketahui bahwa perilaku yang muncul pada pelaku bullying adalah rasa percaya diri yang tinggi, perilaku agresif,

Confirmation and classification of carbapenemases according to Ambler can be done with combination of phenotypic methods, i.e., Modified Hodge Test (MHT), Sodium

Hasil uji statistic bivariat dengan chi square pada responden didapatkan bahwa faktor usia, pendidikan, pengalaman, informasi mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan polisi

Satu perisian modul ABM yang bertajuk Pengangkutan Oksigen Di Dalam Badan Manusia dalam Bahasa Inggeris telah berjaya dibangunkan dengan menggunakan Microsoft PowerPoint 2003