1Asisten Teknisi Litkayasa pada Loka Penelitian Polatanam Kelapa Pakuwon, PArungkuda, Sukabumi, 43357. Telp. (0266) 531241
K
eberhasilan pertanaman di lapangan salah satunya ditentukan oleh mutu bibit yang digunakan. Untuk membangun usaha perkebunan atau kehutanan dalam skala luas diperlukan bibit dalam jumlah banyak dengan mutu yang baik, yaitu bibit segar, daun tidak rontok, batang utuh, serta bebas hama dan penyakit. Luasnya areal yang akan ditanami menyebabkan bibit yang diperlukan cukup banyak. Dalam hal ini pengangkutan menjadi kendala yang utama. Untuk menjaga agar bibit tetap dalam kondisi baik dan siap tanam, maka pengangkutan bibit dari lahan persemaian ke areal pertanaman memerlukan alat dan cara angkut yang baik.Metode pengangkutan bibit yang banyak dilakukan oleh petani adalah dengan cara dipikul atau digotong. Pengang-kutan seperti ini hanya cocok untuk jarak angkut pendek, karena apabila bibit yang dipindahkan banyak dan jarak tempuh cukup jauh, maka diperlukan biaya yang besar dan waktu yang lama.
Pengangkutan bibit untuk jarak tempuh yang jauh umumnya menggunakan truk. Dalam mengangkut bibit,
polibag biasanya hanya ditumpuk, sehingga bibit banyak
yang rusak dan biaya menjadi lebih mahal.
Salah satu metode alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam pengangkutan atau pengiriman bibit jarak jauh dan dalam jumlah besar adalah dengan pembuatan rak sederhana. Rak dibuat dari bambu dan dipasang di dalam bak truk. Bahan-bahannya bisa digunakan berulang-ulang, mudah didapat, dan dapat dikerjakan sendiri oleh sebagian besar petani. Dengan menggunakan metode ini diharapkan bibit yang terangkut lebih banyak, sehingga biaya lebih murah.
Tanaman bambu dikenal memiliki sifat-sifat yang baik antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, dibentuk, dan mudah dikerjakan serta ringan. Selain itu, harga bambu relatif murah dan banyak ditemukan di sekitar pemukiman di pedesaan. Penggunaan rak dari bambu dan penyusunan bibit yang baik diharapkan akan turut mensukseskan program pengembangan tanaman perkebunan dan kehutanan terutama melalui efisiensi dan efektivitas
pengangkutan bibit. Tujuan pembuatan rak sederhana dari bambu adalah untuk menghemat biaya serta mengurangi kerusakan bibit tanaman perkebunan/kehutanan dalam pengangkutan bibit dengan truk.
BAHAN DAN METODE
Percobaan dilaksanakan di Instalasi Loka Penelitian Polatanam Kelapa Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat, pada bulan Oktober-Desember 2001. Bahan utama untuk pembuatan rak ini adalah 15 batang bambu petung (Dendrocalamus asper) dengan diameter 10-11 cm, 5 batang bambu atter (Gigantochloa atter) dengan diameter 5-6 cm, serta satu batang bambu untuk tali pengikat yaitu bambu tali (Gigantochloa apus Kurz). Bambu yang digunakan dipilih yang tua dan lurus, kecuali untuk tali pengikat dipilih yang setengah tua. Bahan lainnya adalah satu lembar papan dengan panjang 2 m dan lebar 20 cm, 0,5 kg paku reng 2,5 cm, 0,5 kg paku lakop 7 cm, dan tambang 20 m. Alat yang digunakn adalah gergaji potong, tambang plastik, palu (martil), dan golok.
Cara Pembuatan
Rak dibuat dua susun, sehingga menjadi tiga susun apabila diperhitungkan bak truk sebagai susun yang pertama. Kendaraan truk yang dimaksud dalam tulisan ini adalah truk
colt diesel ukuran bak panjang 4 m, lebar 1,80 m, dan tinggi
1.50 cm. Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan tiang rak menggunakan bambu petung diameter
10-11 cm. Bambu dipotong menjadi 10 buah sepanjang 150 cm, masing-masing untuk bagian kiri 5 buah dan kanan 5 buah. Selanjutnya, bambu dilubangi untuk pemasangan slup, dari bambu atter yang diameternya lebih kecil yaitu 5-6 cm, agar tiang kuat menahan beban di atasnya dan bisa digeser-geser. Lubang dibuat dua buah dengan jarak tiap 50 cm (Gambar 1).
2. Slup dibuat dari bambu atter dengan panjang 4 m sebanyak 4 buah, untuk bagian kiri 2 buah dan kanan 2 buah. Untuk sisi lebar dibuat sepanjang 180 cm, masing-masing untuk
PENGGUNAAN RAK BAMBU DALAM PENGANGKUTAN
BIBIT SENGON DENGAN TRUK
Ruskandi
1bagian depan dan belakang. Slup dimasukkan ke dalam lubang yang ada kemudian dipaku menggunakan paku lakop ukuran 7 cm. Jarak tiang yang satu dengan yang lain pada satu sisi adalah 100 cm (Gambar 2).
3. Palang penahan untuk memperkuat ebek dibuat dari bambu petung dibelah dua, dengan panjang 180 cm. Tiap susunan rak dengan panjang 4 m dibutuhkan 12 bilah bambu, sehingga untuk dua susun dibutuhkan 24 bilah. Posisi palang penahan pada rak bambu disajikan pada Gambar 3. 4. Ebek dibuat dari bambu yang dibelah-belah dengan lebar 5 cm dan panjang 180 cm. Ukuran ebek adalah 100 cm x 180 cm dengan memakai bilahan bambu kurang lebih 25 bilah (Gambar 4). Ebek digunakan sebagai alas penyimpanan bibit yang akan dikirim dan diletakkan pada palang penahan. Satu susun rak diperlukan 4 buah ebek.
z Bibit sengon disusun pada dasar bak truk. Penyusunan bibit diusahakan tidak terlalu panjang, cukup 100 cm agar memudahkan dalam penyusunan berikutnya. Adapun lebarnya disesuaikan dengan lebar bak truk yaitu 180 cm. Penyusunan dimulai dari depan bak.
Pemasangan Rak dan Penyusunan Bibit Sengon
Pemasangan rak dilakukan bersamaan dengan penyu-sunan bibit dengan urutan sebagai berikut:
z Tiang yang telah dipasang slup diikat pada bagian pinggir bak truk dengan menggunakan tambang hingga kuat tidak mudah bergeser.
Gambar 2.
Gambar 4.
z Pemasangan tiga buah palang penahan ebek sepanjang 100 cm dengan jarak dari palang yang satu ke palang lain kurang lebih 50 cm. Palang kemudian diikat dengan tali dari bambu. Apabila sudah kuat, dilanjutkan dengan pema-sangan ebek di atas palang penahan. Pengikatan dilakukan sama seperti pada pengikatan palang penahan dengan menggunakan tali dari bambu.
z Penyusunan bibit sengon pada rak pertama (bawah) dari depan bak kendaraan, dilanjutkan dengan pada rak kedua dan seterusnya dengan cara sama dengan pada rak pertama.
z Penyusunan paling atas ebek kedelapan digunakan papan sebagai penyekat agar bibit sengon tidak berhamburan jika terjadi goncangan yang keras selama di perjalanan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Posisi lubang pada tiang rak bambu dua susun.
50 cm
Tiang dari bambu petung
Lubang untuk slup
mencapai 2.772 bibit, ukuran 15 cm x 25 cm tersusun 1.440 bibit, dan 20 cm x 20 cm tersusun 900 bibit.
Pada pengangkutan dengan rak bambu, bibit yang rusak pada polibag ukuran 7 cm x 10 cm mencapai 224 bibit atau 4,02%, pada polibag ukuran 10 cm x 10 cm rusak 97 bibit atau 3,50%, dan pada polibag ukuran 15 cm x 25 cm yang rusak 36 bibit atau 4,00% (Tabel 3). Bila diangkut tanpa menggunakan
Tabel 1. Biaya pembuatan rak bambu sederhana
Uraian Jumlah (Rp)
Bahan
Bambu petung 15 batang @ Rp 5.000 7 5 . 0 0 0 Bambu atter 5 batang @ Rp 3.000 1 5 . 0 0 0
Bambu tali @ Rp 2000 4 . 0 0 0
Papan (20 cm x 2 m) 1 lembar @ Rp 6.000 6 . 0 0 0 Paku reng 0,5 kg @ Rp 8.000 4 . 0 0 0 Paku lakop 0,5 kg @ Rp 6.000 3 . 0 0 0
Tambang 20 m @ Rp 500 1 0 . 0 0 0
Jumlah biaya bahan 1 7 . 0 0 0
U p a h
2 orang 2 hari kerja @ Rp 20.000 8 0 . 0 0 0
To t a l 1 9 7 . 0 0 0
Tabel 2. Jumlah bibit sengon dalam polibag yang dapat diangkut satu truk
Ukuran polibag Pada bak Pada dua Jumlah kendaraan susun rak
7 cm x 10 cm 1 . 8 5 6 3 . 7 1 2 5 . 5 6 8 10 cm x 10 cm 9 2 4 1 . 8 4 8 2 . 7 7 2 15 cm x 25 cm 4 8 0 9 6 0 1 . 4 4 0
20 cm x 20 cm 3 0 0 6 0 0 9 0 0
Tabel 3. Jumlah bibit sengon yang rusak pada pengangkutan dengan menggunakan rak bambu
Ukuran polibag Bibit diangkut Bibit rusak Persentase 7 cm x 10 cm 5 568 2 2 4 4 , 0 2 10 cm x 10 cm 2 772 9 7 3 , 5 0 15 cm x 25 cm 1 440 4 5 3 , 1 3
20 cm x 20 cm 9 0 0 3 6 4 , 0 0
adalah, untuk polibag ukuran 7 cm x 10 cm sebanyak 5.568 bibit, polibag ukuran 10 cm x 10 cm 2.772 bibit, polibag ukuran 15 cm x 25 cm 1.440 bibit, dan polibag ukuran 20 cm x 20 cm sebanyak 900 bibit. Kerusakan bibit dapat ditekan dari 14,22-14,48% menjadi 3,50-4,02%.
DAFTAR PUSTAKA
Alrasjid, H. 1998. Teknik Penanaman Rotan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. No. 102: 6-10.
Krisdianto, G. Sumarni, dan A. Ismanto, 2000. Sari Hasil Penelitian Bambu. Pusat Penelitian Hasil Hutan, Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan, Bogor. hlm. 29.
Prajadinata, S. dan Masano. 1998. Teknik penanaman sengon (Albizia Falcataria L. Fosberg). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. No. 97: 6-7.
Sutiono, 1992. Teknik budidaya tanaman bambu. Informasi Teknik No. 35. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor. hlm. 58.
rak bambu, satu truk mampu mengangkut 2.936 bibit pada polibag ukuran 7 cm x 10 cm dengan bibit yang rusak mencapai 425 bibit atau 14,48%, sedangkan dengan polibag ukuran 10 cm x 10 cm terangkut 1.505 bibit dengan kerusakan 214 bibit atau 14,22%.
KESIMPULAN
Rak sederhana dari bambu dapat dijadikan alat bantu alternatif dalam pengangkutan bibit sengon, karena bahannya mudah didapat, cara pembuatannya mudah, dan dapat digunakan berulang-ulang. Kelebihan bambu adalah cukup kuat, mudah dikerjakan, dan cukup ringan sehingga memudahkan waktu memasang dan membongkarnya pada bak truk.
Jumlah bibit sengon dalam polibag yang dapat diangkut menggunakan rak bambu dalam pengangkutan dengan truk
Lampiran 1. Jenis bambu di Indonesia
Nama botani Nama lokasi Daerah ditemukan
Arundinaria japanica Sieb & Zuc ex Stend. - Jawa
Bambusa arundinacea (Retz) Willd. pring ori Jawa, Sulawesi
Bambusa atra Lindl. Loleba Maliku
Bambusa balcooa Roxb. - Jawa
Bambusa blumeana Bl.ex Schul.f. bambu duri Jawa, Sulawesi, usaTenggara Bambusa glaucescens (Willd) Sieb ex Monro. bambu pagar, cendani Jawa
Bambusa harsfieldii Munro. bambu embong Jawa
Bambusapolymorpha Munro. - Jawa
Bambusatulda Munro. - Jawa
Bambusavulgaris Schard. awi ampel, haur Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku
Denrocalamus asper. bambu petung Jawa, Bali, Sumatera,
Denrocalamus giganteus Munro. bambu sembilang Kalimantan, Sulawesi Denrocalamus strictur (Roxb) Ness. bambu batu Jawa
Denrocalamus scandens O.K. bambu cangkoreh,kedalan Jawa
Gigantochloa apus Kurz. bambu apus, tali Jawa
Gigantochloa atroviolacea bambu hitam, wulung Jawa Gigantochloa atter bambu ater,jawa benel, buluh Jawa
Gigantochloa achmadii Widjaja. bambu apus Jawa
Gigantochloa hasskarliana bambu lengka tali Sumatera
Gigantochloa levis (Blanco) Merr. bambu suluk Jawa, Bali, Sumatera Gigantochloa manggong Widjaja. bambu manggong Kalimantan Gigantochloa nigrocillata Kurz. bambu lengka, terung terasi Jawa
Gigantochloa prurien buluh rengen Jawa
Gigantochloapsedoarundinaceae bambu andong,gambang surat Sumatera
Gigantochloaridleyi Holtum. tiyang kaas Jawa
Gigantochloa robusta Kurz. bambu mayan, temen serit Bali
Gigantochloa waryi Gamle. buluh dabo Jawa, Bali, Sumatera
Melacanna bacifera (Roxb) Kurz. - Sumatera
Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. bambu eul-eul Jawa Phyllostachiys aurea A&Ch.Riviere. bambu uncea Jawa Schizotachyum blunei Ness. bambu wuluh tamiang Jawa
Schizotachyum brachycladum Kurz. buluh nehe,awi buluh, ute Jawa, Nusa Tenggara Timur, Sumatera, wanat, tomula Kalimantan, Sulawesi, Maluku Schizotachyum candatum Backer ex Heyne buluh bungkok Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku Schizotachyum lima (Balnco) Merr. bambu toi Sumatera
Schizotachyum longipiculata Kurz. bambu jalur Sulawesi Maluku, Irian Jaya Jawa, Sumatera, Kalimantan Schizotachyumzollingeri Stend bambu jala,cakeutreuk Jawa, Sumatera
Thrysostachys siamensis Gamle. - Jawa