• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK LAMA STIMULASI LISTRIK DENGAN TEGANGAN BERBEDA TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR. Oleh: Adnan Syam 1) dan La Ode Arsad Sani 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEK LAMA STIMULASI LISTRIK DENGAN TEGANGAN BERBEDA TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR. Oleh: Adnan Syam 1) dan La Ode Arsad Sani 1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK LAMA STIMULASI LISTRIK DENGAN TEGANGAN BERBEDA TERHADAP

KUALITAS FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR

Oleh: Adnan Syam

1)

dan La Ode Arsad Sani

1)

ABSTRACT

The objective of the experiment were to study the effects of duration of electrical stimulation at

different voltages on physical quality of culled chicken meat. Material used in this experiment were the

breast meat of 72 culled layer chickens. Completely randomized design with factorial pattern (3 x 4) and

six replications were used in the experiment. The first factor was stimulation duration with three

treatments (0; 1 and 2 minutes) and second factors consisted of electrical voltages with four treatments

(0; 60; 75 and 90 volts), and three were 6 replication for each treatment. Data on physical quality of meat

were analized by using analysis of variance based on the design used while. The result showed that

electrical stimulation duration and electrical voltage individually provided significant effects (P<0,05) on

meat physical quality (pH, water-holding capacity, cooking loss and tenderness). The interaction between

electrical stimulation and electrical voltages indicated significant effect on physical quality of meat. It

was concluded that 2 minutes of electrical stimulation duration with 90 volts of electrical voltage could

improve physical quality of culled layer chicken meat.

Key words: Culled layer chicken, quality of phisical, electric stimulation.

PENDAHULUAN

Salah satu sumber protein yang dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi

masyarakat adalah dengan memanfaatkan

daging ayam petelur afkir. Selama ini ayam

petelur dimanfaatkan untuk produksi telur dan

setelah diafkir dagingnya kurang diminati

konsumen, padahal daging ayam afkir juga

dapat menjadi bagian dari menu sehari-hari

untuk memenuhi kebutuhan protein hewani.

Ada anggapan bahwa daging ayam afkir

kualitasnya relatif lebih rendah karena

dagingnya alot dan mempunyai aroma tengik

sehingga relatif kurang disukai oleh konsumen.

Penerapan teknologi pasca panen

berupa aplikasi stimulasi

listrik dengan

tegangan yang berbeda diharapkan dapat

meningkatkan kualitas dan akseptabilitas daging

ayam petelur afkir. Hal ini disebabkan karena

stimulasi listrik akan mempercepat proses

glikolisis postmortem yang terjadi selama

konversi otot menjadi daging, mengubah

karakteristik palatabilitas daging, penurunan pH

postmortem dan peningkatan keempukan daging

(Soeparno, 2005).

Kualitas daging, termasuk keempukan

dipengaruhi oleh faktor intrinsik ternak

khususnya bangsa, spesies, jenis kelamin dan

umur pemotongan. Kombinasi yang tepat antara

tegangan stimulasi listrik dengan umur

pemotongan ayam petelur afkir diharapkan

menjadi solusi peningkatan kualitas fisik daging

ayam petelur afkir.

Sehubungan dengan kecenderungan

kualitas fisik daging ayam petelur afkir yang

rendah, maka perlu dilakukan penelitian

mengenai pengaruh lama stimulasi listrik

dengan tegangan yang berbeda terhadap kualitas

fisik daging ayam petelur afkir. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui efek lama stimulasi

listrik terhadap kualitas fisik daging ayam

petelur afkir. Manfaat yang diharapkan sebagai

sumber informasi tentang efek stimulasi listrik

terhadap kualitas daging ayam petelur afkir

sehingga dapat diketahui potensi daging ayam

petelur yang telah diafkir.

(2)

MATERI DAN METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Januari sampai Februari 2008. Penelitian dan

pengujian sampel seluruhnya dilaksanakan di

Laboratorium Pangan Hasil Ternak Bagian

Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Materi Penelitian

Materi yang digunakan adalah 72 ekor

ayam petelur afkir. Alat yang digunakan adalah

pisau, garpu, nampan, stopwatch, water bath

(Memmert),

timbangan,

alat

penguji

keempukan, plastik polietilena, alat pengukur

pH (Hanna instrument), kertas tissue, gelas

piala 100 ml, baskom, kulkas, beban 35 kg,

pipet, batang pengaduk, termometer, oven, plat

kaca, alat stimulasi listrik dan alat tulis menulis.

Metode Penelitian

Pengelompokan ayam

Sampel penelitian ini diambil daging

bagian dada dari 72 ekor ayam petelur afkir

yang dibagi menjadi 12 kombinasi dan 6

replikasi dengan lama stimulasi 0 menit, 1 menit

dan 2 menit dengan perlakuan tegangan listrik 0

(kontrol), 60, 75 dan 90 Volt. Sampel yang

digunakan untuk pengujian karakteristik fisik

daging ayam petelur dengan strain, umur,

pakan, kisaran berat hidup, temperatur air saat

scalding yang sama.

Pemotongan dan penyiapan sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu

daging dada ayam petelur afkir yang telah

dipotong dengan metode Kosher secara halal

(halal killing) yaitu memotong arteria carotis,

vena jugularis, esofagus, darah dibiarkan keluar

secara sempurna dan telah dilakukan stimulasi

listrik.

Stimulasi listrik

Ayam tanpa bulu yang telah disembelih

kemudian

diacak

dan

diberikan

kode

berdasarkan perlakuan dan ulangan. Perlakuan

stimulasi listrik dengan tegangan berbeda pada

frekuensi 50 – 60 Hz.

Cara

perlakuannya

yaitu

meng-hubungkan kedua kutub listrik pada daging dada

(otot pectoralis) dan paha ayam. Semua

perlakuan diterapkan secara sistematis dan

diulang sebanyak masing-masing dua kali.

Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam

plastik

polietilena

untuk

mendapatkan

pengujian kualitas fisik dan diberi label. Label

yang diberikan disesuaikan dengan kode

perlakuan yang diterapkan kemudian dilipat

memanjang dan dipres sehingga tidak terjadi

kontak langsung dengan air sesuai dengan

petunjuk (Soeparno, 2005).

Pengujian kualitas fisik

Derajat keasaman (pH) daging.

Metode yang digunakan adalah metode Bouton

et al. (1971) yaitu sampel daging seberat 10

gram dihaluskan dan dicampur dengan aquadest

10 ml kemudian diaduk sampai homogen. pH

meter dibersihkan dan dimasukkan buffer pH 7

untuk disesuaikan pH-nya. Setiap larutan diukur

pH-nya sebanyak tiga kali dan hasilnya

dirata-ratakan.

Daya ikat air (Water Holding

Capacity). WHC daging ayam yang dipotong

pada setiap perlakuan dihitung dengan

menggunakan metode “Hamm” (Swatland,

1994) yaitu membebani 0,3 gram sampel daging

pada suatu kertas filter diantara dua plat kaca

selama 5 menit. Area yang tertutup sampel

daging menjadi rata dan basah di sekitarnya

yang selanjutnya area yang basah tersebut

ditandai dan diukur. Area basah diperoleh

dengan mengurangkan area tertutup daging dari

total area seluruhnya termasuk area basah.

Kandungan air daging dapat dihitung sebagai

berikut:

0

,

8

0948

,

0

)

(

2 2

cm

basah

area

O

H

mg

mg

x

O

H

mg

bebas

air

300

%

100

%

2

Nilai DIA = kadar air total (%) – kadar air bebas (%)

Susut masak (cooking loss) daging.

Metode yang digunakan adalah metode Bouton

et al. (1976) disitasi Soeparno (2005). Sampel

seberat 10 g dibersihkan dari jaringan ikat dan

lemak, masing-masing dibungkus plastik

(3)

pada suhu 80°C selama 60 menit, kemudian

didinginkan dalam air mengalir selama 30 detik.

Air daging yang ada dalam sampel yang telah

dingin dipisahkan dan sampel daging dilap

dengan kertas tissue untuk menyerap air pada

permukaan

daging,

selanjutnya

sampel

ditimbang. Untuk mengukur persentase cooking

loss (susut masak) daging adalah:

% 100 % x asak dim sebelum Berat asak dim setelah t Bera asak dim sebelum Berat loss Cooking  

Keempukan. Keempukan

daging

diuji dengan daya putus Warner Bratzler Shear

Press menurut Bouton et al. (1971) disitasi

Soeparno (2005). Sampel daging dengan serat

daging yang jelas dibuat pola dengan ukuran

tebal 0,67 cm dan lebar 1,5 cm searah serat

daging. Pola sampel daging diuji dengan alat

penguji keempukan daging metode Shear Press

sebanyak tiga kali, dengan arah pemutusan

sampel melintang dari arah serabut otot. Energi

yang dibutuhkan untuk memotong sampel

daging dapat diketahui dengan melihat skala

pada alat timbang. Tekanan yang dibutuhkan

untuk memotong sampel daging dinyatakan

dalam lbs/cm

2

yang selanjutnya dikonversikan

dalam satuan kg/cm

2

.

Rancangan Penelitian dan Analisis data

Penelitian ini menggunakan rancangan

acak lengkap pola faktorial 3 x 4 dengan 6 kali

ulangan pada setiap kombinasi (Gaspersz,

1991). Adapun model matematika rancangan

yang digunakan adalah:

Y

ijk

= µ + W

i

+ L

j

+ AL

ij

+ ε

ij

dimana :

Y

ij

= Hasil pengamatan

µ

= Nilai harapan (rata-rata umum)

W

i

= Pengaruh waktu

L

j

= Pengaruh tegangan stimulasi listrik

AL

ij

=Pengaruh interaksi tegangan stimulasi

listrik dan umur ayam

ε

ij

= Galat percobaan

Data hasil uji kualitas fisik yang telah

diperoleh selanjutnya dianalisis dengan analisis

varians (analysis of variance) dengan pola

faktorial 3 x 4, yaitu 3 perlakuan lama stimulasi

dan 4 perlakuan tegangan yang berbeda (Astuti,

1980). Apabila ada perbedaan maka diuji

dengan Duncan’s New Multiple Range Test

(DMRT).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Fisik Daging

Kualitas fisik daging ayam afkir

digambarkan oleh derajat keasaman (pH), daya

ikat air (water holding capacity), susut masak

(cooking loss) dan tingkat keempukan

(tenderness).

Derajat Keasaman (pH)

Rata-rata nilai pH daging ayam petelur

afkir hasil penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata nilai pH daging ayam petelur afkir dengan perlakuan lama stimulasi listrik dengan

tegangan yang berbeda

Tegangan (volt)

Lama Stimulasi (menit)

Rata-rata

0

1

2

0

6,23

b

6,23

b

6,23

b

6,23

a

60

6,23

b

6,14

b

6,05

cb

6,14

a

75

6,23

b

6,37

a

5,97

edc

6,19

a

90

6,23

b

6,58

f

6,02

dcb

6,01

b

Rata-rata

6,23

a

6,13

b

6,06

cb

Keterangan: a, b = superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)

a, b, c = superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)

(4)

Hasil analisis statistik menunjukkan

bahwa lama stimulasi listrik dengan tegangan

yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05)

terhadap pH daging ayam petelur afkir.

Rata-rata nilai pH pada perlakuan stimulasi listrik

adalah 6,23; 6,13 dan 6,06. Pengurangan

cadangan glikogen dalam daging ayam

disebabkan

terjadinya

glikolisis,

yaitu

perombakan glikogen menjadi asam piruvat dan

asam laktat. Terbentuknya asam laktat dari hasil

glikolisis glikogen akan menurunkan pH daging

ayam petelur afkir. Semakin lama stimulasi

yang diberikan maka akan semakin banyak

asam laktat yang terbentuk sehingga pH juga

semakin menurun.

Hal ini sesuai dengan Soeparno (2005)

bahwa perubahan konsentrasi nutrien daging

yang terbesar adalah dari hasil degradasi

cadangan glikogen melalui glikolisis yang

dikonversikan menjadi asam laktat. Penimbunan

asam laktat dan tercapainya pH ultimat otot

pasca mati tergantung pada jumlah cadangan

glikogen otot pada saat pemotongan. Aberle et

al.

(2001) menyatakan bahwa glikolisis

anaerobik tergantung pada jumlah glikogen otot

pada saat pemotongan.

Sementara

itu

Girard

(1992)

menyatakan bahwa otot ternak yang stress

sebelum pemotongan mengandung cadangan

glikogen yang sedikit dan penurunan pH daging

dari ternak ini selama postmortem kurang dari

hewan normal, hal ini karena kurangnya asam

laktat yang terbentuk. Soeparno (2005)

menyatakan bahwa penimbunan asam laktat

terhenti setelah tercapai pH ultimat 5,4 sampai

5,8. Pada penelitian ini pH yang dihasilkan

masih lebih besar jika dibandingkan dengan pH

ultimat. Hal ini diduga ayam mengalami stress

selama pengangkutan ke tempat pemotongan

sehingga cadangan glikogen dalam otot sangat

sedikit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

tegangan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap

pH daging ayam petelur afkir. Rata-rata nilai pH

dengan tegangan 0; 60; 75 dan 90 volt

masing-masing adalah 6,23; 6,14; 6,19 dan 6,01. Hal ini

disebabkan semakin tinggi tegangan listrik yang

digunakan maka mengakibatkan penurunan nilai

pH daging. Pemberian tegangan atau energi

mekanik

akan

menyebabkan

terjadinya

glikolisis pada glikogen menjadi asam laktat.

Semakin tinggi tegangan listrik yang diberikan

maka semakin banyak asam laktat yang

terbentuk shingga pH semakin menurun.

Daya Ikat Air (Water Holding Capacity)

Rata-rata nilai daya ikat air daging

ayam petelur afkir hasil penelitian disajikan

pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata nilai daya ikat air daging ayam petelur afkir dengan perlakuan lama stimulasi dan

tegangan berbeda (%)

Tegangan (volt)

Lama Stimulasi (menit)

Rata-rata

0

1

2

0

41,02

g

41,02

g

41,02

g

41,02

d

60

41,02

g

26,57

cb

23,28

b

30,29

a

75

41,02

g

29,95

d

32,25

fed

34,41

c

90

41,02

g

22,17

a

31,72

ed

31,64

ba

Rata-rata

41,02

c

29,93

a

32,07

b

Keterangan: a,b,c,d = superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)

a, b, c = superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)

(5)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa

perbedaan

tegangan

stimulasi

listrik

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya ikat

air daging ayam petelur afkir. Hal ini dapat

dilihat dari rata-rata daya ikat air yang

menunjukkan adanya penurunan daya ikat air

setelah dilakukan stimulasi listrik dan kemudian

terjadi peningkatan daya ikat air, yaitu 41,02;

29,93 dan 32,07%. Hal ini berhubungan dengan

adanya penurunan pH meskipun secara statistik

tidak menunjukkan perbedaan nyata. Lama

stimulasi yang lebih tinggi menghasilkan daya

ikat air yang lebih rendah pada daging ayam

afkir petelur.

Lawrie (2003) menyatakan bahwa

penurunan daya ikat air disebabkan oleh

penurunan pH dan konsekuensi dari protein

pada titik iso elektriknya atau karena denaturasi

protein. Hal ini juga dikarenakan rusaknya

filamen-filamen dan struktur serabut otot akibat

stimulasi

listrik

sehingga

menyebabkan

penurunan daya ikat air. Selain itu protein otot

mempunyai hubungan erat dengan air daging

karena protein otot mempunyai sifat hidrifilik

yaitu mengikat molekul air daging. Oleh karena

itu, dengan rusaknya filamen protein dan

struktur serabut otot maka daya ikat air oleh

protein semakin menurun. Soeparno (2005)

menyatakan bahwa stimulasi listrik dapat

meningkatkan

proteolisis

dan

rusaknya

membran lisosomal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

waktu stimulasi berpengaruh nyata (P<0,05)

terhadap daya ikat air daging ayam petelur afkir.

Semakin besar tegangan yang diberikan maka

semakin banyak molekul air yang terikat pada

protein akan lepas. Pada saat pemberian

tegangan yang cukup akan menyebabkan

penurunan pH dan kerusakan struktur protein.

Kerusakan struktur protein akan mempengaruhi

air bebas yang berada diantara molekul protein

dan akan menurun pada saat protein daging

mengalami degradasi (Wismer-Pedersen, 1971).

Perlakuan tegangan yang berbeda

menyebabkan nilai daya ikat air menjadi tidak

stabil. Hal ini dimungkinkan karena daging

mempunyai kemampuan untuk menyerap air

secara

spontan

dari

lingkungan

yang

mengandung cairan (Abustam, 2009). Menurut

Iswaki dan Yamamoto (2002) bahwa komponen

daya ikat air daging sangat ditentukan oleh

kemampuan protein daging untuk mengikat air

yang ada dari dalam daging maupun dari luar

daging.

Susut Masak (Cooking loss)

Rata-rata nilai susut masak daging ayam

petelur afkir hasil penelitian disajikan pada

Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata nilai susut masak daging ayam petelur afkir dengan perlakuan lama stimulasi dan

tegangan yang berbeda (%)

Tegangan (volt)

Lama Stimulasi (menit)

Rata-rata

0

1

2

0

11,27

c

11,27

c

11,27

c

11,27

dc

60

11,27

c

21,47

a

13,44

c

15,37

a

75

11,27

c

11,61

c

17,45

b

13,44

b

90

11,27

c

13,28

c

12,98

c

12,51

cb

Rata-rata

11,27

b

14,39

a

14,78

a

Keterangan: a,b,c,d = superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)

a, b = superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)

(6)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

lama stimulasi listrik berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap nilai susut masak. Rata-rata

nilai susut masak dengan lama stimulasi listrik

0; 1 dan 2 menit masing-masing adalah 11.27%,

14.39% dan 14.78%. Susut masak selama

pemasakan dipengaruhi oleh daya ikat air dari

jaringan daging serta kandungan lemak di dalam

atau dipermukaan daging (Forrest et al., 1975).

Pemasakan daging akan mengakibatkan

solubilitas protein dan bredampak terhadap

perubahan daya ikat air. Suhu yang tinggi akan

meningkatkan

degradasi

protein

dan

menurunkan pH daging sehingga menurunkan

daya ikat air. Perubahan besar pada daya ikat air

terjadi pada saat suhu pemanasan 60

o

C dan

menunjukkan kenyataan jus daging yang lebih

kecil dibanding pada suhu 50

o

C (Bouton et al.

(1971).

Hasil analisis statistik menunjukkan

bahwa perlakuan tegangan yang berbeda

berpengaruh nyata (P<0,05) pada nilai susut

masak. Rata-rata nilai susut masak untuk

tegangan 0; 60; 75 dan 90 volt secara berurutan

adalah 11,27%; 15.37%; 13,44% dan 12.51%.

Hal ini berhubungan dengan pH karena

pemberian

tegangan

akan

menyebabkan

glikolisis glikogen dan menghasilkan asam

laktat sehingga nilai pH daging akan menurun.

Penurunan pH akan menurunkan nilai susut

masak dan hasil penelitian menunjukkan pH

daging yang diberi tegangan berpengaruh nyata

pada nilai susut masak. Bouton et al. (1971)

menyatakan bahwa suatu penurunan pH daging

akan menurunkan jus daging (daya ikat air) dan

menurunkan susut masak.

Interaksi antara lama stimulasi listrik

dengan tegangan yang berbeda menunjukkan

perbedaan nyata (P<0,05) terhadap susut masak

daging ayam petelur afkir. Susut masak

mengalami penurunan dengan meningkatnya

tegangan. Hasil penelitian menunjukkan nilai

susut masak pada stimulasi listrik berkisar

antara 11,27% sampai 21.78%. Nilai ini masih

dalam kisaran susuk masak yang normal yaitu

1,5% sampai 54,5% dengan rata-rata 1,5%

sampai 35% (Romans dan Ziegler, 1974).

Keempukan (Tenderness)

Keempukan

dan

tekstur

daging

merupakan faktor penentu paling penting pada

kualitas daging. Konsumen lebih menyukai

daging yang empuk karena lebih mudah untuk

pengolahan dan lebih meningkatkan selera

(Soeparno, 2005). Rata-rata nilai keempukan

daging ayam petelur afkir hasil penelitian

disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata nilai keempukan daging ayam petelur afkir dengan perlakuan lama stimulasi listrik

dan tegangan yang berbeda (kg/cm

2

)

Tegangan (volt)

Lama Stimulasi (menit)

Rata-rata

0

1

2

0

5,86

a

5,86

a

5,86

a

5,86

a

60

5,86

a

5,63

a

5,53

a

5,67

ba

75

5,86

a

5,38

b

4,54

d

5,26

c

90

5,86

a

3,79

e

5,02

cb

4,89

d

Rata-rata

5,86

a

5,16

cb

5,23

b

Keterangan: a,b,c,d = superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)

a, b, c = superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)

(7)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

lama stimulasi listrik menunjukkan pengaruh

yang nyata (P<0,05) terhadap nilai keempukan

daging ayam petelur afkir. Semakin lama

stimulasi listrik maka semakin meningkat

keempukan daging. Hal ini diduga karena lama

stimulasi berpengaruh pada proses glikolisis

yang terjadi pada daging. Semakin lama

stimulasi maka semakin besar glikolisis yang

terjadi dan menyebabkan asam laktat yang

terbentuk semakin banyak pula. Pembentukan

asam laktat yang banyak akan menyebabkan

penurunan pH yang besar pula. Hal ini akan

menyebabkan denaturasi protein dan struktur

daging menjadi lebih empuk. Sejalan dengan

pernyataan Soeparno (2005) bahwa stimulasi

listrik dapat meningkatkan keempukan dan

menurunkan pH daging.

Hasil analisis statistik menunjukkan

bahwa tegangan yang berbeda berpengaruh

nyata (P<0,05) terhadap nilai keempukan

daging ayam petelur afkir. Semakin tinggi

tegangan listrik yang diberikan semakin

meningkat keempukan daging. Hal ini

disebabkan semakin tinggi tegangan akan

menyebabkan glikolisis semakin besar dan

penurunan pH juga semakin besar, sehingga hal

ini akan meningkatkan keempukan daging.

Interaksi antara lama stimulasi listrik

dan tegangan berbeda berpengaruh nyata

terhadap keempukan daging ayam petelur afkir

(P<0,05). Nilai keempukan daging terbaik

diperoleh pada lama stimulasi 2 menit dan

tegangan 90 volt karena terjadi penurunan pH

lebih besar, daya ikat air yang makin besar dan

nilai susut masak lebih kecil sebagai parameter

keempukan daging. Hal ini sejalan pula dengan

pernyataan Soeparno (2005) bahwa keempukan

daging ditentukan tiga komponen yaitu

1) struktur miofibril dan status kontraksi,

2) kandungan jaringan ikat dan 3) daya ikat air

serta jus daging.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan

hasil

penelitian

disimpulkan: 1) Perlakuan lama stimulasi listrik

dengan tegangan berbeda dapat meningkatkan

kualitas fisik daging ayam petelur afkir.

2) Penurunan pH terbaik terjadi pada perlakuan

lama stimulasi 2 menit dengan tegangan 90 volt.

3) Penurunan daya ikat air terbaik terjadi pada

perlakuan lama stimulasi 1 menit dengan

tegangan 75 volt. 4) Peningkatan susut masak

terbaik terjadi pada perlakuan lama stimulasi 1

menit dengan tegangan 60 volt dan

5) Peningkatan keempukan daging terbaik

terjadi pada perlakuan lama stimulasi 1 menit

dengan tegangan 90 volt.

Perlu adanya penelitian lanjutan untuk

menguji kualitas fisik antara umur ayam petelur

afkir yang berbeda dengan lama stimulasi listrik

yang berbeda pula.

Ucapan Terima Kasih

Penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada Bapak Prof. Ir. Soeparno, Ph.D.

dan Bapak Ir. Rusman, M.P., Ph.D., atas semua

bimbingan dan bantuannya kepada penulis

sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan

dengan baik. Ucapan terima kasih pula penulis

sampaikan kepada Ketua dan seluruh Karyawan

Laboratorium Pangan Hasil Ternak Bagian

Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta atas

segala bantuannya, semoga Allah SWT

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sebagai

amal ibadah kepada kita semua, Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Aberle, E.D., Forrest, J.C., Hedrick, H.B.,

Judge, M.D., and R.A. Merkel, 2001.

Principles of Meat Science. W. H.

Freeman and Company. San Fransisco.

Abustam, E. 2009. Konversi Otot Menjadi

Daging.

Available

at

http://cinnata/net/article/view/68. Diakses

(8)

Astuti, M. 1980. Rancangan Percobaan dan

Analisis Statistik. Bagian II. Fakultas

Peternakan Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Bouton, P.E., P.V. Harris and W.R. Shorthose.

1971. Effect of Ultimate pH Uppon the

Water-Holding Capacity and Tenderness

of Mutton. J. Food Sci. 36:445-449.

Forrest, J.C., E.D. Aberle, H.B. Hendrick, M.D.

Judge, and R.A. Merkel. 1975. Principles

of Meat Science. W. H. Freeman and

Company. San Fransisco.

Gaspersz, V., 1991. Metode Rancangan

Percobaan. Armico. Bandung.

Girard, J. 1992. Technology of Meat Product.

Ellis Horwood Limited West Sussex PO

19. IEB England.

Iswaki, T. and K. Yamamoto. 2002. Structrural

Changes in Chicken Myosin

Subfragmen-1 Induced by High Hidrostatic Pressure.

Department of Food Science 2

nd

ed. Hunt

Publishing, Co Iowa.

Lawrie, R.A., 2003. Ilmu Daging. Penerjemah :

Aminuddin

Parakkasi.

Edisi

ke-5.

Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Romans, J.R and P.T. Ziegler. 1974. The Meat

we Eat. 10

th

ed. Interstate Printers and

Publisher, Inc. Danville, Illinois.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging.

Cetakan

Keempat.

Gadjah

Mada

University Press, Yogyakarta.

Swatland,

H.J.,

1994.

Structure

and

Development of Meat Animals.

Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs.

Wismer-Pedersen, J. 1971. Chemistry of

Animal Tissue. In: The Science of Meat

and Meat Product. 2

nd

ed. J.F. Price and

B.S. Schweigert, Eds. W.H. Freeman and

Co., San Fransisco.

Gambar

Tabel  1.  Rata-rata  nilai  pH  daging  ayam  petelur  afkir  dengan  perlakuan  lama  stimulasi  listrik  dengan  tegangan yang berbeda
Tabel  2.  Rata-rata  nilai  daya  ikat  air  daging  ayam  petelur  afkir  dengan  perlakuan  lama  stimulasi  dan  tegangan berbeda (%)
Tabel  3.  Rata-rata  nilai  susut  masak  daging  ayam  petelur  afkir  dengan  perlakuan  lama  stimulasi  dan  tegangan yang berbeda (%)
Tabel  4.  Rata-rata  nilai  keempukan  daging  ayam  petelur  afkir  dengan  perlakuan lama stimulasi  listrik  dan tegangan yang berbeda (kg/cm 2 )

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran tingkat kematangan infrastruktur Teknologi informasi atau biasa disebut audit pada hakekatnya merupakan salah satu dari bentuk audit operasional, tetapi kini

Hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya koefisien path sebesar 0,171 dengan probabilitas t sebesar 0,028 (0,028 &lt; 0,05) maka secara parsial variabel persepsi kegunaan

Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran Knisley dan siswa kelompok

Siagian (2004: 164) yang mengatakan hubungan individu dengan pekerja- annya merupakan hubungan dasar dan bahwa sikap seseorang terhadap kerja dapat sangat me- nentukan

 Anggota Komite Bank yang berasal dari pihak independen, tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham, dan/atau keluarga dengan anggota Dewan

Tabel 3 menyajikan persamaan skor ukuran tubuh sapi Pesisir yang memiliki keragaman total sebesar 0,856 yang merupakan proporsi keragaman terbesar diantara komponen-komponen

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan analisa penetapan harga jual unit rumah perumahan Prabanata Village dengan menggunakan metode analisa titik

Jika nilai beberapa fungsi f(x) pada x tertentu mengambil bentuk yang sama, tetapi limitnya dapat beraneka ragam (mengambil nilai yang berbeda-beda, tak-hingga,