• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki Indeks Keanekaragaman Hayati(Biodiversity Index) tertinggi dengan 17% spesies burung dari total burung di dunia (Paine 1997). Sekitar 1598 spesies burung ada di Indonesia. Sulawesi Utara mempunyai keanekaragaman satwa yang sangat tinggi, namun kebanyakan di antara satwa-satwa tersebut mengalami penurunan populasi. Mandar padi kalung kuning (Gallirallus philippensis) atau Buff bunded rail di Minahasa dikenal sebagai burung weris, dianggap sangat rentan terhadap kepunahan karena dari 20 spesies yang masih ada hanya dua yang dianggap tidak terancam, salah satunya adalah

Gallirallus philippensis (Taylor dan van Perlo 1998). Sebagian besar burung ini

adalah spesies kepulauan, atau dapat pula dengan daerah sebaran terbatas, beberapa diantaranya dikategorikan endemik dan masuk klasifikasi endangered dan extinct karena tingginya gangguan dari predator, seperti ular, kadal, anjing, kucing, serta adanya degradasi habitat akibat aktivitas manusia. Gangguan kelestariannya dapat menyebabkan kelangkaan. Menurut data dari IUCN,

Gallirallus philippensis masuk ke dalam kriteria least concern (LC) atau belum

mengkhawatirkan.

Potensi keindahan morfologis, keunikan tingkah laku, dan kemerduan suara merupakan daya tarik burung yang menyebabkan perburuannya sering dilakukan, terutama untuk kesenangan (hobiis). Selain itu, di beberapa daerah, satwa burung banyak pula yang diburu untuk dijadikan sebagai makanan (sumber protein hewani). Dengan demikian, keberadaan satwa burung tersebut semakin hari semakin berkurang populasinya, bahkan dikhawatirkan berkurang pula ragam jenisnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya guna menjaga eksistensi sekaligus memulihkan populasi burung di Indonesia sehingga perlu dilakukan kegiatan konservasi. Konservasi burung dapat dilakukan secara in-situ (di dalam habitat alaminya), seperti melalui perlindungan jenis, pembinaan habitat dan populasi; dan secara ex-situ (di luar habitat alaminya), salah satu diantaranya melalui penangkaran.

Nilai ekonomis burung di Indonesia cukup penting walaupun belum terlalu besar. Beberapa spesies burung yang telah mengalami domestikasi, seperti ayam,

(2)

itik, angsa, puyuh, telah memberikan sumbangan yang memadai untuk produk nasional. Namun, jumlah spesis burung yang tergolong sebagai populasi liar masih jauh lebih banyak lagi dan akhir-akhir ini mengalami ancaman yang sangat serius, baik karena kerusakan habitat, gangguan pencemaran, maupun penangkapan yang tidak terkendali dan secara klasik disebabkan oleh karena pemahaman masyarakat terhadap ekologis burung belum memadai.

Kegiatan penangkaran burung tidak hanya sekadar untuk kegiatan konservasi jenis dan peningkatan populasi, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk pendidikan, penelitian, dan pengembangan wisata. Hasil penangkaran dapat dilepas-liarkan ke habitat alam (sesuai dengan syarat-syarat dan peraturan yang berlaku), serta sebagian dapat dimanfaatkan untuk tujuan komersial, terutama mulai dari hasil keturunan ke dua.

Masyarakat Manado dan Minahasa sudah sejak lama mengkonsumsi daging burung weris pada acara pengucapan syukur keberhasilan panen, perkawinan, dan acara syukuran lainnya. Pada acara syukuran tersebut masyarakat lebih memilih daging burung weris dibandingkan dengan daging ayam karena daging burung weris memiliki rasa yang manis, berserat, dan tidak berlemak dibanding ayam. Di daerah Minahasa, burung weris diperoleh dengan cara menangkap menggunakan jerat burung yang terbuat dari kayu atau buluh menggunakan tali snar yang dinamakan dodeso, ada yang menggunakan pukat, senapan angin, dan anjing sebagai hewan pemburu yang biasanya dilakukan pada malam hari. Penangkapan dengan menggunakan dodeso, senapan, dan hewan berburu, hasil tangkapannya dalam jumlah yang sedikit dan dalam keadaan mati, sedangkan yang menggunakan pukat biasanya hasil tangkapannya dalam jumlah yang besar dan dalam keadaan hidup. Para penangkap tidak mempedulikan apakah hasil tangkapannya sudah siap untuk dipanen atau belum, biasanya hanya yang masih anakan saja yang dilepaskan kembali dan jika alat tangkapannya berupa dodeso dan yang terkena dodeso masih anakan burung, tidak akan dilepaskan kembali karena hasil tangkapannya dalam keadaan lemah atau mati.

Pada umumnya, para penangkap yang menggunakan dodeso tidak menjualnya dipasar, tapi hanya untuk konsumsi rumah tangga, walaupun ada juga yang dijual dalam perjalannya pulang kerumah. Hasil tangkapan menggunakan

(3)

dodeso dijual lebih mahal dibandingkan dengan yang menggunakan pukat. Didaerah Minahasa Induk, para penangkap menjual dengan harga Rp.15.000– 20.000 perekor, lebih mahal dengan yang menjualnya dipasaran yang biasanya menggunakan pukat. Hasil tangkapan tersebut akan dijual dipasar dengan kisaran harga Rp7.500-15.000. Dibandingkan dengan ayam, burung weris lebih disenangi walaupun harganya relatif lebih mahal dengan ukuran bobot badannya yang kecil.

Burung weris termasuk burung daerah tropis yang bisa dikembangkan sebagai satwa harapan tropis karena burung weris adalah burung lokal yang mempunyai keunggulan, yaitu kemampuan adaptasi dengan lingkungan cukup tinggi dan tahan terhadap penyakit. Berdasarkan informasi dan pengamatan dialam, makanan burung weris sangat beragam dari invertebrata, (seperti cacing, molusca), biji-bijian, dan dari akar, tunas, dan daun, beras, jagung, buah, sampai dengan sisa makanan manusia. Berdasarkan hal tersebut, jika burung weris dibudidayakan, masalah yang paling besar adalah masalah pakan, namun masalah ini bisa diatasi, karena ketersediaan pakan yang ada didaerah habitatnya cukup memadai sehingga makanannya dapat dimanipulasi berdasarkan jenis makanan yang ada dihabitat alaminya. Selain itu, sampai saat ini belum ada informasi yang menyatakan bahwa burung weris memiliki sifat kanibal, jika dibandingkan dengan burung puyuh yang memiliki sifat kanibalisme yang tinggi.

Mengingat permintaan akan burung weris ini yang semakin meningkat sejalan dengan laju pertambahan penduduk yang diikuti dengan makin berkurangnya habitat burung weris ini maka kontinuitas suplai burung weris dipasar mengalami penurunan yang dibuktikan dengan tidak setiap saat dapat menemukan daging burung weris dipasar tradisional di Minahasa. Dikhawatirkan populasi satwa harapan tropis ini mengalami penurunan secara drastis dengan perburuan yang tidak terkontrol dan pada akhirnya akan punah. Oleh karena itu, perlu dicarikan solusi untuk tahap mempertahankan keberadaan satwa ini di alam dan sekaligus dapat mensuplai permintaan makan masyarakat setempat, yaitu dengan cara pembudidayaan. Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan suatu kajian biologis dan filogeni (kekerabatan), terutama mengatur strategi penangkaran dan pengelolaan satwa sehingga ketersediaannya untuk konsumsi masyarakat tetap terpenuhi dan tidak terjadi penurunan populasi, bahkan

(4)

kepunahan. Dalam populasi yang terdiri atas sejumlah kecil individu terdapat risiko biologi yang sangat besar, yaitu berkurangnya keragaman genetik karena peningkatan silang dalam. Silang dalam yang tinggi akan mengancam kelangsungan hidup populasi karena akan dihasilkannya keturunan-keturunan yang abnormal.

Sampai saat ini, belum ada publikasi ilmiah ataupun penelitian tentang burung weris, selain itu belum ada usaha yang dilakukan oleh peneliti dan pemerintah untuk mengembangkan dan melestarikan satwa harapan ini diluar habitat aslinya. Alur penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1. Melalui pemahaman ini, diperlukan suatu kajian biologi, tingkah laku, dan reproduksi untuk proses pengelolaan penangkaran dan pembudidayaan di kandang sampai pada hubungan kekerabatan burung weris di Minahasa. Diharapkan, populasi burung weris akan meningkat melalui proses budidaya sehingga dapat menyumbangkan pangan sumber protein hewani. Hasil-hasil penelitian dan kajian ini dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan dan pembudidayaan burung weris (Gallirallus philipensis).

Tujuan Penelitian :

1. Mempelajari aspek biologi pada kondisi pembudidayaan ex situ yang dapat dikembangkan sebagai ternak pedaging.

2. Memperoleh gambaran tingkah laku yang berhubungan dengan aktivitas harian secara umum.

3. Mempelajari keragaman fenotipik dan genetik di dalam dan antar populasi. 4. Mengetahui kekerabatan beberapa burung weris yang ada di Minahasa, dapat

membedakan jenis kelamin jantan dan betina, serta melakukan pendugaan umur burung weris.

5. Membuat suatu pola manajemen pemeliharaan sesuai dengan lingkungan pembudidayaan.

(5)

Manfaat

1. Mendapatkan informasi habitat burung weris dan perkiraan populasinya. Hasil penelitian dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam penanganan dan pengembangan satwa harapan yang ada di Sulawesi Utara.

2. Informasi hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan oleh kalangan ilmuwan sebagai bahan kajian maupun data dasar untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian tentang burung weris sebagai satwa harapan tropis di Sulawesi Utara.

3. Mempertahankan keberadaan plasma nutfah.

Alur Penelitian

Gambar 1. Alur penelitian yang akan dilakukan.

(6)

Gambar

Gambar 1.  Alur penelitian yang akan dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

guru yang membantu pelajar mencapai hasil dan matlamat pembelajaran melalui aktiviti individu atau kumpulan. Fasilitator bertindak sebagai -

Brightness pulp diukur pada tahap yang berbeda-beda di dalam proses pemutihan, sebagaimana salah satu tujuan yang paling penting dari proses pemutihan adalah untuk

Alamat Kuasa : Hadiputranto, Hadinoto & Partners The Indonesia Stock Exchange Building, Tower II, 21st Floor, Sudirman Central Business District, Jl.. Jenderal

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekstrak Etanolik Herba Ciplukan memberi- kan efek sitotoksik dan mampu meng- induksi apoptosis pada sel kanker payudara MCF-7

Berdasarkan simpulan penelitian yang telah diuraikan di atas, saran yang dapat disampaikan oleh peneliti untuk meningkatkan bimbingan keagamaan orang tua tunggal

 OS android versi v4.4 sampai dengan v4.4.4 Dirilis pertama pada tanggal 31 bulan Oktober tahun 2013 di namakan dengan Android kitkat .os android kitkat memiliki tampilan 100%

PADUAN SUARA adalah Penyajian musik vocal yang terdiri dari 8 orang atau lebih dengan pimpinan seorang dirigen, yang memadukan berbagai warna suara menjadi satu kesatuan yang

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut