• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN / DAERAH TERHADAP PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN / DAERAH

DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Semenjak lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1945, prinsip

penyelenggaraan otonomi daerah telah menjiwai ketatanegaraan Republik Indonesia

sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan:

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

4. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.

5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.

6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.

Berdasarkan ketentuan tersebut, menunjukkan adanya perhatian yang sangat besar

dari para founding fathers terhadap bentuk dan susunan pemerintahan daerah

sebagaimana yang tertuang dalam amanat konstitusi, termasuk lembaga Dewan

(2)

yang dipandang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan daerah yang.

Dengan perkataan lain, keberadaan lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) merupakan wujud untuk menegakkan dan membina kehidupan demokrasi di

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didasarkan pada Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang secara tegas menganut

prinsip demokrasi yang diberi nama “kedaulatan rakyat” atau “kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” atau

“kedaulatan berada ditangan rakyat”.50

Konstelasi diatas menunjukkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) adalah merupakan bahagian integral dalam sistem demokrasi Pancasila, yang

pada hakekatnya merupakan perwujudan keikutsertaan masyarakat daerah melalui

lembaga legislatif daerah dalam turut mengatur jalannya pemerintahan di daerah, baik

dengan cara ikut merumuskan berbagai kebijaksanaan maupun melalui fungsi

pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Berdasarkan realitas tersebut, maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam

rangka mengatur dan mengurus dirinya sendiri, membawa konsekuensi terhadap

pengawasan lembaga legislatif daerah kepada lembaga eksekutif daerah, khususnya

yang berkaitan dengan pelaksanaan anggaran.

Dalam hubungannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah ini, H.M.

Laica Marzuki mengemukakan:

50 Hal ini dapat diperhatikan dari rumusan Pancasila (Sila ke 4) dan pembukaan Undang-Undang

(3)

Pemerintahan daerah yang bersih pertama-tama harus dipahami dalam makna rechtmatige bestuur atau rechtmatigeheid van bestuur. Rechtmatigeheid atau sifat kesesuaian hukum suatu lembaga pemerintahan daerah harus beranjak dari peraturan perundang-undangan (algemene verbindende voorschriften) yang mengatur tatanan institusi pemerintahan itu, sehingga terwujud bangunan pemerintahan daerah in het werkelijkheid.51

Oleh karena itu, dalam perkembangannya, kedudukan dan fungsi Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota mengalami berbagai pergeseran sesuai

dengan perubahan dan perkembangan peraturan perundang-undangan pemeintahan

daerah. Perubahan dan pergeseran ini merupakan gambaran proses perkembangan

dan pertumbuhan sistem ketatanegaraan Indonesia dalam rangka mewujudkan

cita-cita pembentukan pemerintahan daerah yang otonom guna pelaksanaan desentralisasi

dan tugas pembantuan.

Berikut akan diuraikan tentang pengaturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota terhadap pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota:

A. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD

DPRD adalah merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten /kota yang terdiri atas

anggota partai politik yang dipilih melalui pemilihan umum sesuai dengan Pasal 341

51 H.M. Laica Marzuki, Berjalan-Jalan Diranah Hukum, Pikiran-Pikiran Lepas, (Jakarta:

(4)

dan 342 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Majelis Permusyawaratan

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

Dalam Pasal 343 DPRD mempunyai fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan,

ketiga fungsi tersebut dijalankan dalam rangka representasi rakyat di kabupaten/kota.

Fungsi pengawasan sangat berhubungan dengan tugas dan wewenang serta hak dan

kewajiban DPRD, dalam Pasal 344 ayat (1) disebutkan tugas dan wewenang DPRD

kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Membentuk peraturan daerah kabupaten/kota.

b. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah

mengenai APBD yang di ajukan oleh bupati/walikota.

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan terhadap pelaksanaan

peraturan daerah dan APBD kabupaten/kota.

d. Mengusulkan pengangktan dan pemberhentian bupati/walikota dan wakil

bupati/wakil walikota kepada menteri dalam negri melalui gubernur untuk

mendapat pengesahan pengangkatan dan atau pemberhentian.

e. Memilih wakil bupati/wakil walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan

wakil bupati/wakil walikota.

f. Memberikan pertimbangan dan pendapat kepada pemerintah daerah terhadap

rencana perjanjian internasional di kabupaten/kota.

g. Memberikan persetujuan terhadap rencana sama internasional yang dilakukan

(5)

h. Meminta lapotran keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam

penyelenggaraan pemerintah daerah.

i. Memberikan persetujuan terhadap kerja sama dengan daerah lain atau dengan

pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

j. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesui dengan peraturan

perundang-undangan.

k. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Mengenai tatacara pelaksanaan tugas dan wewenang tersebut Undang-Undang

Nomor 27 ini mengamanatkan kepada DPRD untuk diatur dalam tata tertip DPRD.

Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota tersebut adalah

dimaksudkan untuk menindaklanjuti fungsi legislasi dan fungsi anggaran DPRD,

sehingga produk DPRD dalam fungsi legislasi dan anggaran dapat diawasi

pelaksanaannya oleh DPRD melalui fungsi pengawasan. Untuk menindak lanjuti

pengawasan DPRD dapat meksanakan haknya yaitu hak interplasi, hak angket dan

hak menyatakan pendapat yang lbih lanjut pengaturanya diatur dalam tatatertib

DPRD.

B. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Ketentuan pertama dalam pragaf ini menyatakan ketentuan tentang DPRD

sepanjang tidak diatur dalam Undang ini maka berlaku ketentuan

(6)

Berbeda dengan Undang pemerintahan sebelum reformasi,

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

menyatakan struktur pemerintahan daerah tidak lagi terdiri dari kepala daerah dan

DPRD tetapi kepala daerah dan perangkat daerah, dengan adanya pemisahan secara

struktural antara lembaga DPRD dan lembaga eksekutif daerah membuat DPRD

menjadi seimbang sesuai dengan desentralisasi keseimbangan, menurut Pasal 40

Undang-Undang 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa DPRD merupakan lembaga

perwakilan rakyar daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan52

Dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa DPRD

kabupaten/kota mempunyai fungsi: .

a. Legislasi.

b. Anggaran.

c. Pengawasan.

Dalam hal fungsi DPRD menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sama

halnya dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, disamping fungsi DPRD

tersebut juga diatur mengenai tugas dan wewenang DPRD sebagaimana yang terdapat

pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 42 ayat (1), yakni:

a. Membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama.

52

(7)

b. Membahas dan menyetujui rancangan peraturan daerah tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama dengan kepala daerah.

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional didaerah.

d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah kepada presiden melalui menteri dalam negeri bagi gubernur dan kepada menteri dalam negeri melalui gubernur bagi bupati/walikota.

e. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah.

f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.

g. Memberi persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

i. Membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah.

j. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

k. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antar daerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

Dari tugas dan wewenang tersebut, dimana yang berhubungan dengan

pengawasan DPRD terdapat pada huruf c, huruf h, dan huruf j. Pengawasan DPRD

sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pasal 42

ayat (1) huruf c, adalah merupakan tugas dan wewenang DPRD, tugas dan wewenang

DPRD tersebut adalah untuk mengawasi: pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan

perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah

daerah, dan kerjasama internasional didaerah.

Dalam tulisan ini membahas tentang fungsi pengawasan DPRK terhadap

pelaksanaan APBK. Maka tugas dan wewenang DPRK terhadap pelaksanaan APBK

(8)

Dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diatur tentang hak dan

kewajiban DPRD yang meliputi:

1. DPRD mempunyai hak:

a. Interpelasi;

Hak interpelasi, adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada kepala daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara.

b. Angket;

Hak angket, adalah fungsi dan pengawasan DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu kepala daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

c. Menyatakan pendapat.

Hak menyatakan pendapat, adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan kepala daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi didaerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket53.

2. Pelaksanaan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dilakukan

setelah diajukan hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan

mendapatkan persetujuan dari rapat paripurna DPRD yang dihadiri

sekurang-kurangnya ¾ (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil

dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota

DPRD yang hadir.

53

HAW. Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm. 190.

(9)

3. Dalam menggunakan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk

panitia angket yang terdiri atas semua unsur fraksi DPRD yang bekerja dalam

waktu paling lama 60 (enam puluh) hari telah menyampaikan hasil kerjanya

kepada DPRD.

4. Dalam melaksanakan tugasnya, panitia angket sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) dapat memanggil, mendengar, dan memeriksa seseorang yang dianggap

mengetahui masalah yang sedang diselidiki serta meminta untuk menunjukkan

dokumen atau surat yang berkaitan dengan hal yang diselidiki.

5. Setiap orang yang dipanggil, didengar, dan diperiksa sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) wajib memenuhi panggilan panitia angket kecuali ada alasan yang

sah menurut peraturan perundang-undangan.

6. Dalam hal telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi

panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), panitia angket dapat memanggil

secara paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

7. Seluruh hasil kerja panitia angket bersifat rahasia.

8. Tata cara penggunaan hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat

diatur dalam peraturan tata tertib DPRD yang berpedoman pada peraturan

perundang-undangan.

Dalam rangka melaksanakan pengawasan DPRD, maka sebagaimana diatur dalam

Pasal 44 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, disebutkan:

(10)

a. Mengajukan rancangan peraturan daerah.

b. Mengajukan pertanyaan.

c. Menyampaikan usul dan pendapat.

d. Memilih dan dipilih.

e. Membela diri.

f. Imunitas.

g. Protokoler.

h. Keuangan dan administrasi.

Fungsi pengawasan DPRD terhadap pemerintah daerah dapat dilaksanakan

melalui kedudukan, fungsi, tugas dan wewenang serta hak dan kewajiban DPRD.

Sebab apabila kedudukan, fungsi, tugas dan wewenang serta hak DPRD dapat

dijalankan, maka peranan DPRD sebenarnya sudah maksimal dalam menjalankan

peranannya sebagai lembaga perwakilan rakyat daerah.

DPRD juga mempunyai kewajiban, seperti yang terdapat dalam Pasal 45

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, yang menyebutkan:

Anggota DPRD mempunyai kewajiban:

a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan menaati segala peraturan perundang-undangan.

b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat daerah. e. Menyerap, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.

f. Mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.

(11)

g. Memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan kinerjanya selaku anggota DPRD sebagai wujud tanggungjawab moral politis terhadap daerah pemilihannya.

h. Menaati peraturan tata tertib, kode etik, sumpah/janji anggota DPRD.

i. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

C. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh

Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 negara

mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerimtahan daerah yang bersifat khusus

atau bersifat istimewa, perjalanan ketatanegaraan indonesian menepatkan Aceh

sebagai satuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa dan khusus terkait dengan

karakter khas sejarah perjuangan Aceh yang memiliki ketahanan dan daya juang yang

tinggi yang bersumber dari pandangan hidup yang berlandaskan syari’at islam yang

melahirkan budaya islam yang kuat. Aspirasi yang dinamis bukan hanya dalam

kehidupan adat, budaya, sosial dan politik menghadopsi keistimewaan Aceh

meliankan juga memberikan kepastian hukum dalam segala urusan karena dasar

kehidupan msyarakat Aceh yang religius telah membentuk sikap, daya juang yang

tinggi dan budaya islam yang kuat hal ini merupakan pertimbangan utama

penyelenggaraan keistimewaan dan kekususan bagi daerah Privinsi Aceh.54

Provinsi Aceh adalah daerah otonomi khusus ini di tegaskan dalam Pasal 1 ayat

(2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 yang berbunyi:

Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus

54

(12)

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan msyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan sistim dan prinsip Negara Kesatuan RepubliK Indonesian berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dipimpin oleh seorang Gubernur.

Dalam hal pengawasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tidak jauh

berbeda dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004, Pasal 1 ayat (11)

meyebutkan bahwa DPRK adalah unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupaten/kota. Adapun yang menjadi dasar dalam pelaksanaan fungsi pengawasan

Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) dalam pelaksanaan otonomi khusus

adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2006, yang menyebutkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dan

Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota (DPRK) mempunyai fungsi legislasi,

anggaran dan pengawasan.

Dalam menjalankan fungsinya, maka Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota

mempunyai tugas dan wewenang sesuai dengan Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2006 sebagai berikut:

1. Membentuk qanun kabupaten/kota yang dibahas dengan bupati/walikota untuk mendapat persetujuan bersama.

2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan qanun kabupaten/kota dan peraturan perundang-undangan lain.

3. Melaksanakan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan program pembangunan kabupaten/kota, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lain, serta penanaman modal dan kerjasama internasional.

4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota kepada menteri dalam negeri melalui gubernur

5. Memberitahukan kepada bupati/walikota dan KIP kabupaten/kota mengenai akan berakhirnya masa jabatan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota.

(13)

6. Memilih wakil bupati/wakil walikota dalam hal terjadinya kekosongan jabatan wakil bupati/wakil walikota.

7. Memberikan pendapat, pertimbangan dan persetujuan kepada pemerintah kabupaten/kota terhadap rencana kerjasama internasional dikabupaten/kota yang bersangkutan.

8. Memberikan pertimbangan dan persetujuan terhadap rencana kerjasama antar daerah dan/atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan kabupaten/kota.

9. Mengusulkan pengangkatan KIP kabupaten/kota dan membentuk panitia pengawas pemilihan.

10. Melakukan pengawasan dan meminta laporan kegiatan dan penggunaan anggaran kepada KIP kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pemilihan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota.

11. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk penilaian kinerja pemerintahan.

Dalam pasal ini tidak secara lansung disebutkan pengawasan terhadap APBK

secara lansung seperti Undang-Undang yang mengatur tentang fungsi pengawasan

DPRD lainnya namun dalam ayat tiga merupakan penjabaran dari APBK.

Dalam penjelasannya diterangkan bahwa laporan pertanggungjawaban merupakan

laporan yang diajukan kepada DPRK mengenai kemajuan pelaksanaan pemerintah

dan tidak dimaksudkan untuk menjatuhkan bupato/walikota.

DPRK juga dapat melaksanakan kewenangan selain yang terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 sesuai dengan peraturan perundang undangan.

Tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang DPRK baik yang ditetapkan dalam

Undann-Undang ini maupun yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lain,

di atur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam menjalankan fungsi pengawasan DPRK dapat enggunakan haknya sebagai

mana terdapat dalam Pasal 25 ayat (1) hak DPRK adalah sebagai berikut:

(14)

b. Hak angket

c. Mengajukan pernyataan pendapat d. Mengajukan rancangan qanun

e. Mengadakan perubahan atas rancangan qanun

f. Membahas dan menyetujui rancangan qanun tentang APBK

g. Menyusun rencana anggaran belanja sesuai dengan fungsi, tugas dan wewenang DPRK sebagai bagian APBK dengan menggunakan standart harga yang di sepakati bersama bupati/walikota

h. Menggunakan anggaran sebagaimana telah ditetapkan dalam APBK dan diadministrasikan oleh sekretaris dewan dengan peraturan perundang-undangan

i. Menyusun dan menetapkan kode etik dan tata tertib anggota DPRK.

Hak angket dilaksanakan dilaksanakan setelah dilaksanakan hak interplasi lalu

dilanjutkan dengan hak menyatakan pendapat, dalam menjalankan fungsi dan

tugasnya seorang anggota DPRK juga tidak dapat di tuntut karna ucapan, pertanyaan

dan pendapatnya sejauh tidak bertentangan dengan tata tertib dan kode etik DPRK.

D. Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Gayo Lues Periode 2009-2014

DPRD adalah lembaga Perwakilan Rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai

penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten Gayo Lues yang terdiri dari partai

politik nasional dan partai politik lokal peserta pemilihan tahun2009. Adapun yang

menjadi dasar dalam pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat

Kabupaten (DPRK) gayo Lues dalam pelaksanaan otonomi khusus di Kabupaten

Gayo Lues adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Tata

Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Gayo Lues, yang menyebutkan

dalam Pasal 3 Ayat (1) DPRK mempunyai fungsi:

(15)

b. anggaran, dan

c. pengawasan.

Fungsi legislasi diwujudkan dalam membentuk qanun yang dibentuk bersama

pemerintah daerah, fungsi anggaran diwujudkan dalam menyusun dan menetapkan

APBK bersama pemerintah daerah dan fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk

pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, qanun, keputusan bupati dan

kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

Dalam menjalankan fungsinya DPRK mempunyai tugas dan wewenang sebagai

mana tercantum dalam Pasal 4 ayat (1) yang berbunyi:

a. membentuk qanun yang dibahas dengan pemerintah daerah untuk mendapat persetujuan bersama;

b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan qanun mengenai APBK yang diajukan oleh bupati.

c. membahas dan memberikan persetujuan rancangan qanun mengenai APBK yang diajukan oleh bupati;

d. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan qanun APBK;

e. melaksanakan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah kabupaten dalam melaksanakan program pembangunan kabupaten, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lain, serta penanaman modal dan kerja sama internasional;

f. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur;

g. memberitahukan kepada bupati dan KIP kabupaten mengenai akan berakhirnya masa jabatan bupati/wakil bupati;

h. memilih wakil bupati dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil bupati; i. memberikan pendapat, pertimbangan dan persetujuan kepada Pemerintah

Aceh terhadap rencana perjanjian internasional di Kabupaten Gayo Lues; j. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang

dilakukan oleh bupati;

k. meminta Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;

l. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan kabupaten;

(16)

m. mengusulkan pembentukan KIP kabupaten dan membentuk Panitia Pengawas Pemilihan;

n. melakukan pengawasan dan meminta laporan kegiatan dan penggunaan anggaran kepada KIP kabupaten dalam penyelenggaraan pemilihan bupati/wakil bupati; dan

o. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk penilaian kinerja pemerintahan.

p. mengupayakan terlaksananya kewajiban pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;dan

q. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan wewenang

dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sebagai tindak lanjut dari pengawasan DPRK mempunyai hak Interpelasi, hak angket

dan mengajukan pendapat. Dalam tata tertib DPRK ini di jabarkan tata cara

pelaksanaan hak tersebut sebagai berukut:

Hak Interpelasi

Hak interpelasi diajukan sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota DPRK

dengan mengajukan usul kepada yang disusun secara singkat, jelas dan

ditandatangani oleh para pengusul serta diberikan nomor pokok oleh sekretariat

DPRK untuk meminta keterangan kepada bupati secara lisan maupun tertulis

mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis serta berdampak

luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan Negara. Usul sebagaimana dimaksud

menjadi hak interpelasi DPRK apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna

DPRK yang dihadiri lebih dari ½ (satu perdua) dari jumlah anggota DPRK dan

putusan diambil dengan persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) dari jumlah anggota

(17)

Usul tersebut disampaikan oleh Pimpinan DPRK pada Rapat Paripurna DPRK,

dalam Rapat Paripurna para pengusul diberi kesempatan menyampaikan penjelasan

lisan atas usul permintaan keterangan tersebut. Pembicaraan mengenai sesuatu usul

meminta keterangan dilakukan dengan memberi kesempatan kepada:

a. Anggota DPRK lainnya untuk memberikan pandangan melalui fraksi;

b. Para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota DPRK.

Mengenai keputusan persetujuan atau penolakan terhadap usul permintaan

keterangan kepada Bupati ditetapkan dalam Rapat Paripurna, usul permintaan

keterangan DPRK sebelum memperoleh keputusan, para pengusul berhak

mengajukan perubahan atau menarik kembali usulannya.

Bupati wajib memberikan keterangan lisan maupun tertulis terhadap permintaan

keterangan anggota DPRK dalam Rapat Paripurna DPRK dan setiap Anggota DPRK

dapat mengajukan pertanyaan atas keterangan bupati, setelah mendengar jawaban

bupati, DPRK dapat menyatakan pendapatnya secara resmi oleh DPRK kepada bupati

yang dijadikan bahan untuk DPRK dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan

untuk bupati dijadikan bahan dalam penetapan pelaksanaan kebijakan.

Hak Angket

Sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota DPRK dapat mengusulkan

penggunaan hak angket untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan bupati

yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah

dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan

(18)

singkat, jelas dan ditandatangani oleh para pengusul serta diberikan nomor pokok

oleh sekretariat DPRK, usulan ini menjadi hak angket DPRK apabila mendapat

persetujuan dari rapat paripurna DPRK yang dihadiri sekurang-kurangnya ¾ (tiga

perempat) dari jumlah anggota DPRK dan putusan diambil dengan persetujuan

sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRK yang hadir.

Pimpinan DPRK menyampaikan dalam Rapat Paripurna DPRK setelah mendapatkan

pertimbangan dari panitia musyawarah.

Pembicaraan mengenai usul melakukan penyelidikan, dilakukan dengan

memberikan kesempatan kepada anggota DPRK lainnya untuk memberikan

pandangan melalui fraksi dan selanjutnya pengusul memberikan jawaban atas

pandangan anggota DPRK, keputusan atas usul melakukan penyelidikan terhadap

bupati dapat disetujui atau ditolak, ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRK, sebelum

memperoleh keputusan DPRK pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik

kembali usulnya apabila DPRK menolak hak angket yang diususlkan maka usul

tersebut tidak dapat dimajukan kembali, apabila usul melakukan penyelidikan

disetujui sebagai permintaan penyelidikan, DPRK menyatakan pendapat untuk

melakukan penyelidikan dan menyampaikan secara resmi kepada bupati.

Untuk melakukan penyelidikan DPRK membentuk panitia angket yang terdiri

atas semua unsur fraksi DPRK dengan keputusan DPRK, panitia angket melaporkan

pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna DPRK paling lama 60 (enam puluh)

(19)

panitia angket dan hasilnya ditetapkan dengan keputusan DPRK dalam Rapat

Paripurna DPRK yang bersifat rahasia.

Apabila hasil diterima oleh DPRK dan ada indikasi tindak pidana, DPRK

menyerahkan penyelesaiannya kepada aparat penegak hukum sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan, pada saat bupati dan atau wakil bupati berstatus

sebagai terdakwa, gubernur atas nama Menteri Dalam Negeri memberhentikan

sementara bupati dan atau wakil bupati yang bersangkutan dari jabatannya, keputusan

pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dan menyatakan bupati dan

atau wakil bupati bersalah, gubernur memberhentikan bupati dan atau wakil bupati

yang bersangkutan dari jabatannya tapi bila pengadilan menyatakan bupati atau wakil

bupati tidak bersalah, gubernur mencabut pemberhentian sementara serta

merehabilitasi nama baik bupati dan atau wakil bupati. Dalam pemberhentian

sementara, pemberhentian dan merehabilitasi nama baik bupati dan atau wakil bupati

pelaksanaannya didelegasikan kepada gubernur.

Dalam melakukan penyelidikan terhadap bupati, panitia angket berhak meminta

pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk

memberikan keterangan tentang sesuatu hal yang perlu ditandatangani, pihak yang

panggil wajib memenuhi panggilan dan permintaan DPRK, apabila seseorang telah

dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi pangilan, panitia angket

berhak memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik

(20)

dipenuhi tanpa ada alasan yang sah, yang bersangkutan dapat disandera paling lama

15 (lima belas) hari sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hak Usul Pernyataan Pendapat

Dalam mengajukan usul pernyataan pendapat terhadap kebijakan bupati atau

mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di Kabupaten sekurang-kurangnya

diususlkan 8 (delapan) orang anggota DPRK, usul serta penjelasannya disampaikan

secara tertulis kepada Pimpinan DPRK, dengan disertai daftar nama dan tanda tangan

para pengusul serta diberi nomor pokok oleh sekretariat DPRK, usul sebagaimana

dimaksud, menjadi hak angket DPRK apabila mendapat persetujuan dari rapat

paripurna DPRK yang dihadiri sekurang-kurangnya ¾ (tiga perempat) dari jumlah

anggota DPRK dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua

pertiga) dari jumlah anggota DPRK yang hadir. Usul pernyataan pendapat tersebut

disampaikan oleh Pimpinan DPRK dalam Rapat Paripurna DPRK setelah mendapat

pertimbangan dari panitia musyawarah.

Dalam Rapat Paripurna DPRK, para pengusul diberi kesempatan memberikan

penjelasan atas usul pernyataan pendapat tersebut, dalam pembicaraan mengenai

sesuatu usul pernyataan pendapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada:

a. Anggota DPRK lainnya untuk memberikan pandangan melalui fraksi;

b. Bupati untuk memberikan pendapat;

Para pengusul memberikan pernyataan jawaban atas pandangan para anggota dan

pendapat bupati, sebelum memperoleh keputusan DPRK pengusul berhak

(21)

Pembicaraan diakhiri dengan keputusan DPRK yang menerima atau menolak usul

pendapat tersebut menjadi pernyataan DPRK, apabila DPRK menerima usul

pernyataan pendapat keputusan DPRK berupa :

a. Pernyataan pendapat;

b. Saran penyelesaiannya, dan

c. Peringatan.

E. Analisis Peraturan Fungsi Pengawasan DPRD/DPRK

Berdasarkan uraian tentang pengawasan yang dilakukan oleh DPRD/DPRK

terhadap pelaksanaan APBD/APBK tersebut diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa pada dasarnya pengawasan tersebut adalah berkaitan dengan kebijakan kepala

daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, disebutkan bahwa pada setiap akhir tahun

anggaran pemerintah daerah menyusun laporan keuangan daerah yang terdiri dari:

laporan perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang

menyangkut:

a. Nota Perhitungan APBD.

b. Laporan aliran kas.

c. Neraca daerah.

Sementara itu, dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan

(22)

a. Neraca.

b. Laporan aliran kas.

c. Laporan realisasi anggaran.

d. Catatan laporan keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan

perusahaan negara atau laporan perusahaan daerah.

Dengan demikian, dalam kaitannya dengan pengawasan keuangan daerah,

ketentuan ini adalah merupakan standard pengawasan, dan proses pengawasan

keuangan daerah dapat dimulai dari sini. DPRK melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan APBK, pengawasan dimaksud bukan bersifat pemeriksaan keuangan,

akan tetapi pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin tercapainya sasaran

yang telah ditetapkan dalam APBD. Untuk menjaga independensi, aparat pengawas

internal dengan dalih apapun dilarang terlibat, baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam kegiatan operasional pengguna anggaran, seperti keterlibatan sebagai

anggota tim.55

Berdasarkan konteks yang demikian, terhadap kepala daerah yang kepadanya

diberikan kewenangan untuk melaksanakan APBK dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan daerah, maka kepadanya dibebankan pula untuk

mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBK tersebut. Hal ini dilakukan adalah

55

Wahyudi Kumorotomo dan Erwan Agus Purwanto, Anggaran Berbasis Kinerja, Konsep dan Aplikasinya, (Yogyakarta: Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada, 2005), hlm. 209.

(23)

dalam kerangka negara hukum yang mengandung unsur-unsur yang bersifat universal

sebagai berikut: 56

1. Dalam negara hukum, pemerintahan dilakukan berdasarkan hukum, dimana kekuasaan dan wewenang yang dimiliki pemerintah harus berdasarkan hukum pula.

2. Dalam negara hukum, hak-hak dasar manusia diakui dan dihormati oleh penguasa yang bersangkutan.

3. Kekuasaan pemerintahan dalam negara tidak dipusatkan dalam satu tangan, tetapi harus diberi kepada lembaga-lembaga kenegaraan dimana yang satu melakukan pengawasan terhadap yang lain, sehingga tercipta suatu keseimbangan kekuasaan antara lembaga-lembaga kenegaraan tersebut.

4. Perbuatan pemerintahan yang dilakukan oleh aparatur kekuasaan pemerintah dimungkinkan untuk dapat diajukan kepada pengadilan yang tidak memihak dan diberi wewenang menilai apakah perbuatan pemerintah tersebut bersifat melawan hukum atau tidak.

Menanggapi akan arti pentingnya keuangan dalam mencapai keberhasilan suatu

daerah, maka dalam pelaksanaannya harus pula dibarengi dengan

pertanggungjawaban sebagai bentuk pengawasan agar tidak terjadinya

penyalahgunaan wewenang.

Kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan

kegagalan yang terjadi setelah perencanaan dibuat dan dilaksanakan. Untuk itulah,

pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran perlu dilaksanakan sedini mungkin, agar

diperoleh umpan balik (feed back) untuk melaksanakan perbaikan apabila terdapat

kekeliruan atau penyimpangan sebelum menjadi lebih buruk dan sulit diperbaiki.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat dalam skema nakna pengawasan

berikut:

56 Saiful Anwar dan Marzuki Lubis, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, (Medan: Gelora

(24)

SKEMA I

MAKNA FUNGSI PENGAWASAN

Sumber : Program Orientasi Anggota DPRK Se-Aceh Tahun 2009.

Selanjutnya, Muchsan menyatakan bahwa untuk adanya tindakan pengawasan

diperlukan unsur-unsur sebagai berikut:

a. Adanya kewenangan yang jelas yang dimiliki oleh aparat pengawas.

b. Adanya suatu rencana yang mantap sebagai alat penguji terhadap pelaksanaan suatu tugas yang akan diawasi.

c. Tindakan pengawasan dapat dilakukan terhadap suatu proses kegiatan yang sedang berjalan maupun terhadap hasil yang dicapai dari kegiatan tersebut. d. Tindakan pengawasan akan diteruskan dengan tindak lanjut, baik secara

administratif maupun secara yuridis.57

Berkaitan dengan unsur-unsur pengawasan tersebut diatas, maka pengawasan

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Pengawasan intern (internal control).

57

W. Riawan Tjandra, op.cit, hlm. 132.

PERENCANAAN ORGANISASI PELAKSANAAN

PENGAWASAN

FEED – BACK

(25)

Pengawasan yang dilakukan suatu badan/organ yang secara struktural masih termasuk organisasi dalam lingkungan pemerintah. Misalnya: pengawasan yang dilakukan oleh pejabat atasan terhadap bawahannya secara hierarkis. Bentuk kontrol semacam itu dapat dapat digolongkan sebagai jenis kontrol teknis-administratif atau built-in control.

b. Pengawasan ekstern (eksternal control).

Pengawasan yang dilakukan oleh badan/organ yang secara struktur organisasi berada diluar pemerintah dalam arti eksekutif. Misalnya, kontrol yang dilakukan secara langsung, seperti kontrol keuangan yang dilakukan BPK, kontrol sosial yang dilakukan oleh masyarakat yang berminat pada bidang tertentu, dan kontrol politis yang dilakukan oleh DPR (D) terhadap pemerintah (eksekutif). Kontrol reaktif yang dilakukan secara tidak langsung melalui badan peradilan (judicial control) antara lain peradilan umum dan peradilan administrasi, maupun badan lain seperti Komisi Ombudsman Nasional.58

Secara spesifik, hasil pengawasan DPRD tersebut diatas adalah ditujukan untuk:

a. Untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Untuk menjamin kemungkinan tindakan koreksi yang cepat dan tepat terhadap penyimpangan dan penyelewengan yang ditemukan dalam upaya mencegah berlanjutnya kesalahan dan atau penyimpangan.

c. Untuk menumbuhkan motivasi, memperbaiki, mengurangi dan atau meniadakan penyimpangan.

d. Untuk meyakinkan bahwa kinerja pemerintah daerah sedang atau telah mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.59

Melalui pengawasan tersebut, DPRD dapat membangun sebuah early warning

system atau peringatan dini apabila terjadi kejanggalan atau penyimpangan dalam proses pengelolaan tata pemerintahan daerah.

Oleh karena itu, untuk dapat melakukan pengawasan secara efektif, maka

diperlukan beberapa persyaratan, yaitu:

58

Ibid, hlm. 133.

(26)

a. Langkah pengawasan tertentu hanya berlaku untuk suatu organisasi tertentu. b. Kegiatan pengawasan harus dapat mencapai beberapa tujuan sekaligus, bukan

hanya tujuan sektoral tetapi tujuan luas lainnya.

c. Informasi untuk pengawasan harus diperoleh tepat waktu.

d. Mekanisme pengawasan harus dipahami semua orang yang ada dalam organisasi tersebut.60

Akhirnya, dapat dikatakan bahwa konsep dasar pengawasan DPRD meliputi

pemahaman tentang arti penting pengawasan, syarat pengawasan yang efektif, ruang

lingkup dan proses pengawasan. Pengawasan adalah merupakan salah satu fungsi

manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan untuk menjamin pelaksanaan kegiatan yangs sesuai dengan kebijakan

dan rencana yang telah ditetapkan serta memastikan tujuan dapat tercapai secara

efektif dan efisien.

Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN), dalam merancang sistem atau

mekanisme pengawasan maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:61

1. Kesesuaian dengan sifat dan kebutuhan kegiatan.

Sistem pengawasan harus mencerminkan atau harus sesuai dengan sifat

pekerjaan yang diawasi.

2. Menghasilkan umpan balik.

Sistem pengawasan harus memungkinkan adanya umpan balik, yaitu

informasi untuk keperluan tindak lanjut.

60

Ibid, hlm. 146

61

Lembaga Administrasi Negara, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1993), hlm. 150-152.

(27)

3. Efisiensi dan efektivitas.

Sistem pengawasan harus secara mudah, cepat dan tepat memberikan

gambaran tentang keseluruhan kegiatan tujuan dan pelaksanaan rencana,

untuk itu perlu pemilihan titik strateginya.

4. Ekonomis.

Nilai hasil (output) pengawasan haruslah seimbang dengan biaya atau

pengorbanan yang dikeluarkan untuk melaksanakan pengawasan itu.

Bagaimanapun pengawasan merupakan coast item juga.

5. Fleksibilitas.

Sistem pengawasan hendaknya mudah dilaksanakan dan apabila perlu dapat

disesuaikan dengan perkembangan keadaan.

6. Kesesuaian dengan pola organisasi.

Sistem pengawasan hendaknya sejalan dengan pola-pola organisasi yang ada,

misalnya perlu memperhatikan sistem pendelegasian wewenang, pembagian

tugas, dan sebagainya.

7. Dapat dipahami dengan mudah.

Sistem pengawasan harus mudah dipahami oleh mereka yang menggunakan,

yaitu pengawas dan yang diawasi maupun pimpinan yang akan menggunakan

pengawasan untuk pengambilan keputusan.

8. Menjamin tindakan korektif.

Pengawasan harus bermanfaat, yang berarti bahwa sistem pengawasan harus

(28)

pelaporan yang merupakan sarana pengawasan tidak hanya memuat apa yang

salah, tetapi juga sebab-sebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi serta

saran-saran pemecahannya.

9. Mengembangkan pengawasan diri sendiri (self-control).

Sistem pengawasan hendaknya memungkinkan pengembangan pengawasan

diri sendiri (self control) dari pelaksanaan. Ini berarti mengembangkan rasa

tanggungjawab para pelaksana kegiatan. Dengan demikian budaya

pengawasan akan demikian berkembang sesuai dengan hakikat pengawasan

itu sendiri.

10. Mengembangkan pengawasan secara pribadi (personal control) dari

pimpinan. Hendaknya sistem pengawasan memungkinkan pengembangan

pengawasan secara pribadi (personal) dari pimpinan terhadap bawahan

mereka. Ini perlu sekali dalam pengawasan terhadap bawahan langsung

(direct-supervisor). Pimpinan langsung (direct-supervisor) sudah seharusnya

paling banyak mengetahui pelaksanaan pekerjaan bawahannya. Oleh karena

itu pembimbingan sebagai fungsi pimpinan dalam rangka pembinaan terhadap

bawahan sangatlah penting.

11. Memperhatikan faktor manusia.

Walaupun prinsip pengawasan bukan mencari siapa yang salah, namun perlu

memperhatikan faktor manusia. Hal ini penting karena pada umumnya orang

tidak begitu senang diawasi. Disamping itu dalam kenyataannya sering terjadi

(29)

Oleh karena itu dalam pelaksanaan pengawasan perlu digunakan pendekatan

secara masnusiawi.

Pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan pada dasarnya berbeda, baik

konsepsi maupun aplikasinya. Pengawasan mengacu pada tindakan atau kegiatan

yang dilakukan oleh pihak diluar eksekutif (yaitu masyarakat dan legislatif) untuk

mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian (control) adalah mekanisme yang

dilakukan eksekutif untuk menjamin dilaksanakannya sistem dan kebijakan

manajemen sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Pemeriksaan (audit)

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan

memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah

daerah telah sesuai dengan kriteria yang ada. Pada tataran teknis aplikatif juga

berbeda, monitoring oleh legislatif dan masyarakat pada umumnya dilakukan pada

tahap awal. Pengendalian dilakukan terutama pada tahap menengah (operasional),

yaitu level pengendalian manajemen (management control) dan pengendalian tugas

(task control), sedangkan pemeriksaan umumnya dilakukan pada tahap akhir.62

Selanjutnya secara sederhana disebutkan bahwa pengawasan adalah kegiatan

yang dilaksanakan agar visi dan misi pemerintahan tercapai dengan lancar tanpa ada

penyimpangan atau segala usaha dan kegiatan untuk mengetahui dan menilai

kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan kegiatan apakah sesuai

dengan yang semestinya atau tidak. Karena dalam tata pemerintahan yang baik,

62

(30)

pengawasan berperan memberikan umpan balik (feed back) kepada pemerintah

daerah. Pengawasan harus memberikan informasi sedini mungkin, sebagai bahagian

Referensi

Dokumen terkait

Di Gorontalo, terdapat tiga bahasa yang terkenal yakni bahasa Gorontalo (disebut juga Hulontalo), bahasa Suwawa, dan bahasa Atinggola. Selain itu, terdapat juga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan penerapan pendekatan quantum learning lebih

Penelitian bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak simplisia kering bawang putih (Allium sativum. L.) sebagai antibakteri yang dapat menghambat tumbuhnya bakteri Bacillus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata konsentrasi Pb total tertinggi terdapat di bagian batang dan daun tanaman bunga matahari yang ditanam pada tanah dengan

Sedangkan batuan pada kedalaman 235-250 m adalah batu pasir terubah dengan intensitas ubahan kuat (SM/TM=50%), termasuk tipe ubahan Phyllic atau sebagai zona transisi dari

2 Menurut LAZNAS Nurul Hayat kesejahteraan karyawan yang bekerja disana adalah nomer 1 karna dengan meningkatkan kesejahteraan karyawan meningkat pula produktivitas

Untuk itu dengan melakukan perencanaan arsitektur enterprise ini, maka organisasi mendapatkan hasil berupa pedoman atau pondasi yang sesuai dengan kebutuhan bisnis