• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 i

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Penyusunan dan penyampaian bahan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2016 dilaksanakan sebagai implementasi Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat. Buku LKPJ ini disusun sebagai bahan penyusunan LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2016.

Berdasarkan hal tersebut, gambaran kinerja tahunan ini merupakan implementasi capaian kinerja Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat yang mengakumulasikan ketepatan sebuah perencanaan, kecermatan dalam pelaksanaan kegiatan serta optimalisasi dalam pengendalian dan pengawasan seluruh kegiatan, yang ditunjang oleh seluruh stakeholders. Oleh karena itu, keberhasilan kinerja maupun permasalahan dan hambatan yang masih dihadapi merupakan bagian dari bahan laporan pertanggungjawaban.

Semoga bahan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2016 ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

KEPALA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA BARAT

Dr. H. DEDI TAUFIK, M.Si. Pembina Utama Muda NIP. 19671011 199303 1 009

(3)

Draft LKPJ Akhir Tahun 2016 ii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ... i ... ii BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ... I-1 1.2. Dasar Hukum ... I-2 1.3. Gambaran Umum ... ... I-6 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah ... I-6 1.3.2 Gambaran Umum Demografis ... I-7 1.3.3. Aspek Ketenagakerjaan ... 1-8 1.3.4. Aspek Kesejahteraan Masyarakat ... 1-7 1.3.5. Kondisi Kemiskinan ... 1-10

1.3.6. Infrastruktur Transportasi 1-10

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

2.1. Kebijakan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat Dalam Bingkai Pencapaian Misi... 2.2. Strategi Dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah……… 2.3. Prioritas Daerah... ... ... ... ... ... ... ... 2.4. Janji Gubernur ……….,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 2.5. Prioritas Kewilayahan... 2.6. Kebijakan Bidang Perhubungan ………. 2.7. PPrrooggrraammDDiinnaassPPeerrhhuubbuunnggaann PPrroovviinnssiiJJaawwaaBBaarraat t II-1 II-8 II-17 II-21 II-22 II-30 II-33 a. Sekretariat ... II-33 b. Bidang Transportasi Darat ... II-34 c. Bidang Transportasi Laut dan ASDP ... II-35 d. Bidang Transportasi Udara ... II-35 e. Bidang Bina Sistem Operasional Transportasi ... II-36 f. Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) LLAJ Wilayah I dan II ... II-36 g. Balai Pengelolaan Pelabuhan Laut dan Angkutan Sungai

Danau dan Penyeberangan (BPPL dan ASDP) ...

II-37

(4)

Draft LKPJ Akhir Tahun 2016 ii

3.2. Pendapatan Daerah……… III-2

3.2.1. Kebijakan dan Strategi Pendapatan Daerah……… III-2 3.2.2 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah ……… III-4 3.3. Pembiayaan Daerah ………..

3.3.1. Kebijakan Pembiayaan daerah ……… 3.3.2. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan ……… 3.3.3. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan……… 3.3.4. Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat

Target dan Realisasi………. 3.3.5. Pengelolaan Belanja Daerah……… Kebijakan Umum Keuangan Daerah……….

III-6 III-6 III-7 III-7 III-8 III-8 III-8 III-8 BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

1. Urusan Perhubungan... IV-1 2. Capaian Program... 1V-2

(5)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-1

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ), laporan keterangan pertanggungjawaban, dan ringkasan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur secara rinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Masyarakat yang menjelaskan bahwa Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) merupakan laporan pencapaian (progress report) penyelenggaraan Pemerintah Daerah selama 1 (satu) tahun anggaran yang kemudian disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

LKPJ disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran tahunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP). LKPJ yang disusun memiliki makna yang strategis dalam proses pembangunan untuk menajaga kesinambungan dan keberlanjutan program yang dilaksanakan, karena melalui mekanisme ini, progress dan permasalahan pembangunan yang dilaksanakan dapat dievaluasi, dibahas oleh DPRD dan hasilnya menjadi bahan masukan untuk Gubernur/Kepala Daerah dalam perbaikan proses pembangunan tahun yang akan datang. Penyampaian LKPJ dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. LKPJ Gubernur Jawa Barat Tahun Anggaran 2016 disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 dan mengacu kepada Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018. LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2016 merupakan pertanggungjawaban Gubernur untuk tahun kedua RPJMD periode Tahun 2013-2018.

BAB I

PENDAHULUAN

(6)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-2

1.2. Dasar Hukum

Dasar hukum dalam penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Tahun Anggaran 2016, adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 juli 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 15), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Tahun 2007 Nomor 93, tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

(7)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-3 8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

11. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 264, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5589);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

(8)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-4 17. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 440; 20. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas

dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5209);

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 9 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 460; 23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 47 Seri E); 24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 64);

(9)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-5 25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 22 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 86);

26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Nomor 25 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 160);

27. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Nomor 10 Seri A);

28. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Nomor 5 Seri A);

29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Nomor 25 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 160);

30. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 108 Tahun 2009 tentang Sistem Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 181 Seri E), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 52 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 108 Tahun 2009 tentang Sistem Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor 52 Seri E);

31. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 54 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Nomor 54 Seri E);

32. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Nomor 40 Seri A);

33. Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat nomor 188.4/189/Sekre tanggal 24 Februari 2015 tentang Review Rencana Strategis Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018;

(10)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-6 34. Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat nomor 188.4/647/Sekre tanggal 19 Juni 2015 tentang Rencana Kerja (Renja) Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016;

35. Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat nomor 188.4/936/Sekre/ tanggal 12 Agustus 2016 tentang Perubahan Rencana Kerja (Renja) Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016;

36. Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat Nomor 188.4/1412/Sekre tanggal 14 Nopember 2016 tentang Pembentukan Tim Penyusun bahan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Jawa Barat Pada Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat Akhir Tahun 2016.

1.3. Gambaran Umum

1.3.1. Kondisi Geografis Daerah

Provinsi Jawa Barat terbagi 27 Kabupaten/Kota, meliputi 18 kabupaten dan 9 kota dan memiliki luas wilayah daratan mencapai 37.095.28 Km² dengan garis pantai sepanjang 724,85 Km².

Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, Provinsi Jawa Barat memiliki wilayah daratan seluas 3.709.528,44 hektar dengan garis pantai sepanjang 724,85 km. Secara Geografis Provinsi Jawa Barat terletak pada posisi 104°48" - 108°48" Bujur Timur dan 5°50" - 7°50" Lintang Selatan dengan batas wilayahnya meliputi:

 Sebelah utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta;  Sebelah timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah;

 Sebelah selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia;

(11)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-7 Tabel 1.1

Sebaran Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2016

Secara administratif pemerintahan, wilayah Provinsi Jawa Barat terbagi ke dalam 27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten dan 9 Kota, yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya, Ciamis,Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi, dan Pangandaran serta Kota Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi, Tasikmalaya dan Kota Banjar.

Kabupaten Sukabumi merupakan wilayah kabupaten terluas di Provinsi Jawa Barat yaitu dengan luas 4.160,75 km2 atau sekitar 10,91% terhadap luas wilayah Provinsi Jawa Barat. Sedangkan wilayah terkecil di Provinsi Jawa Barat adalah wilayah Kota Cirebon yaitu seluas 40,16 km2 atau sekitar 0,11% terhadap luas wilayah Provinsi Jawa Barat.

Jawa Barat memiliki topografi berupa wilayah pegunungan curam (9,5%) yang terletak di bagian selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m diatas permukaan laut (dpl), serta wilayah lereng bukit yang landai (36,48%) yang terletak di bagian tengah dengan ketinggian 10-1.500 m dpl, dan wilayah daratan landai (54,02%) yang terletak di bagian utara dengan

(12)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-8 ketinggian 0-10 m dpl. Wilayah Jawa Barat memiliki iklim tropis, dengan suhu rata-rata berkisar antara 17,40C -30,70C dan kelembaban udara 73% -84%.

1.3.2. GAMBARAN UMUM DEMOGRAFIS

Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, jumlah penduduk Jawa Barat pada Tahun 2016 sebanyak 47.379.389 jiwa yang terdiri dari 24.011.089 jiwa penduduk laki-laki dan 23.368.300 jiwa penduduk perempuan dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) pada tahun 2016 tercatat sebesar 1,43%. dengan rata-rata kepadatan penduduk adalah 1.339 jiwa/Km2. Jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan laju pertumbuhan penduduk di Jawa Barat disajikan pada:

Tabel 1.2.

Demografi Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 - 2016

No Indikator Satuan Tahun

2015 2016

1. Jumlah Penduduk Ribu jiwa 46.709.569 47.379389 a. Laki-laki Ribu jiwa 23.690.167 24.011.089 b. Perempuan Ribu jiwa 23.019.402 23.368.100 2. Laju pertumbuhan

Penduduk

Persen 1,47 1,43

3. Kepadatan penduduk Jiwa Per² 1.320/KM² 1,339/ KM²

Suber :BPS Provinsi Jawa Barat

1.3.3. ASPEK KETENAGAKERJAAN

Nilai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sedikit meningkat dari 2015 sebesar 60,34% dan tahun 2016 menjadi 60,65%. Nilai Status pekerjaan utama penduduk berusia 15 tahun keatas yang bekerja didominasi oleh buruh/karyawan, Sedangkan yang mempunyai status berusaha sendiri/wiraswasta berada di urutan kedua.

Tabel 1.3

Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Jawa barat Tahun 2013 - 2016

(13)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-9

Tabel 1.4

Jumlah Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 – 2016

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2016

1.3.4. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Seluruh komponen indikator IPM Jawa Barat meningkat, yaitu dari 69,50 poin pada Tahun 2015 menjadi sebesar 70,19 poin pada Tahun 2016. Keberhasilan tersebut dicapai dari Indeks Pendidikan sebesar 61,39 poin, Indeks Kesehatan 81,05 poin & Indeks Daya Beli Pengeluaran mencapai 69,51. Dengan meningkatnya seluruh komponen indikator IPM Jawa Barat tersebut menjadikan Provinsi Jawa Barat termasuk provinsi dengan kategori/kelas pembangunan manusia menengah ke atas.

Tabel 1.5

Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 - 2016

NO INDIKATOR Satuan TAHUN

2015 2016

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM): Poin 69,50 70,19

a. Indeks Kesehatan (IK) Poin 80,63 81,05

b. Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun 72,41 72,68

c. Indeks Pendidikan (IP) Poin 59,95 61,39

d. Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 12,15 12,62 e. Rata – rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 7,86 7,90

f. Indeks Pengeluaran Poin 68,69 69,51

g. Pengeluaran Perkapita Ribu Rupiah 9.777,61 9796,76

2. Jumlah Penduduk Jiwa 46.709.569 47.379.389

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) triliun rupiah 1.524,83 1.652,59 b. Atas Dasar Harga Konstan (adhk) triliun rupiah 1.207,08 1.275,55

4. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) % 5,06 5,67

(14)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-10 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2016

1.3.5. KONDISI KEMISKINAN

Data Kemiskinan Jawa barat Tahun 2015 – 2016, seperti tabel dibawah ini: Tabel 1.6

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2016

1.3.6. INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI

Aspek transportasi terdiri dari transportasi darat, laut dan udara. Cakupan layanan transportasi darat meliputi jaringan jalan, jaringan rel kereta api, terminal, jembatan timbang dan stasiun kereta api.

Di Jawa Barat jaringan jalan masih merupakan prasarana transportasi yang dominan dengan moda angkutan jalan sebagai alat transportasi utama. Di lain pihak jaringan jalan yang ada saat ini belum dapat melayani dan mendukung hubungan antar kota di Jawa Barat dan antar wilayah, hal ini disebabkan fungsi jaringan jalan yang belum maksimal, seperti belum adanya lintas-lintas alternatif yang memadai, belum lengkapnya sistem jaringan jalan yang ada antara lain ditandai dengan tidak jelasnya peran dan fungsi jalan, belum lengkapnya hirarki jalan serta berbaurnya lalu lintas cepat dan lambat, lalu lintas jarak jauh dan lalu lintas lokal. Panjang jaringan jalan di Jawa Barat mencapai 18.162,1 km terdiri dari status jalan:

1. Jalan Nasional 1.351,13 Km (Kempen PU no. 631/KPTS/M/2009 tgl 31 Desember 2009)

2. Jalan Provinsi 2.360,580 KM ( Kep. Gub Jabar No. 620/Kep.1086-Rek/2016 tanggal 04 Nopember 2016 tentang Penetapan Ruas jalan-ruas Jalan Menurut statusnya). 6. Kemiskinan

a. Jumlah Penduduk Miskin Juta orang 4,85 4,17 b. Persentase Penduduk Miskin terhadap Total

(15)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-11 Tingkat kemantapan jalan ( kondisi baik dan sedang) di Provinsi Jawa Barat meningkat dari 97,80% tahun 2015 menjadi 98,01% pada tahun 2016 (meningkat sebesar 0,21%) 3. Jalan Kab/Kota 14.520,18 Km (SK.Gub.No. 620/SK-74/Peny.Prog/98)

4. Jalan strategis Nasional Rencana 219,37 Km (sedang dalam proses evaluasi penetapan jalan nasional).

Selain jalan provinsi, pengembangan sistem jaringan jalan di Jawa Barat didukung pula oleh jaringan jalan tol, sarana yang tersedia pada jaringan jalan adalah terminal dan jembatan timbang, ketersediaan terminal di Jawa Barat sesuai data di Bidang Trasnportasi Darat adalah 15 unit terminal A, serta sesuai Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 593/Kp.1188-DISHUB/2013 tanggal 6 September 2013 tentang Penetapan Lokasi Terminal Penumpang Tipe B di Wilayah Provinsi Jawa Barat terdapat 48 unit terminal B dan sedangkan sesuai data terminal Tipe C terdapat 59 unit. Kondisi saat ini terminal-terminal yang ada tersebut sedang dalam proses penataan dan inventarisasi kembali, mengingat berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pengelolaan terminal tipe B akan dikelola oleh Pemerintah Provinsi, terminal Tipe A akan dikelolan oleh Pemerintah Pusat dan Terminal Tipe C tetap dikelola oleh Pemerintah Kabupaten / Kota.

Sampai dengan tahun 2016, Jembatan Timbang yang dioperasionalkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat c.q. Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat sebanyak 8 unit Jembatan Timbang. Dan sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pengelolaan Jembatan Timbang juga akan menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan R.I.

Berdasarkan Rencana Induk Perkeretaapian Jawa Barat Tahun 2014 kondisi jaringan/panjang jalan rel eksisting di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 adalah 1363.88 km, dari jaringan/panjang rel tersebut yang beroperasi adalah 993.29 km dan yang tidak beroperasi 370.61 km. Sedangkan jumlah stasiun di Jawa Barat berdasarkan Daerah Operasi di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 adalah 208 stasiun untuk Daop I, 58 stasiun untuk Daop II, dan 23 stasiun untuk Daop III.

Dalam lalu lintas laut, Jawa Barat memiliki beberapa pelabuhan, sesuai keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional, yaitu :

1) Pelabuhan Pengumpan Regional Muara Gembong, di Kabupaten Bekasi 2) Pelabuhan Pengumpan regional Pangandaran

3) Pelabuhan Pengumpul Cirebon

(16)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-12 5) Pelabuhan Pengumpan Regional Pamanukan, Kabupaten Subang

6) Pelabuhan Pengumpan Regional Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi 7) Pelabuhan pengumpan regional Muara Gebang Kabupaten Cirebon.

Sejalan dengan Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 64/255 tanggal 10 Maret 2010 tentang Improving Global Road Safety melalui Program Decade of Action for Road Safety 2011-2020 yang telah dikuatkan dengan Instruksi Presiden Republik Nomor 4 Tahun 2013 tentang Program Keselamatan Jalan dalam rangka penguatan koordinasi antar pemangku kepentingan, keselamatan lalu lintas merupakan tanggung jawab kita bersama.

Dalam melaksanakan Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan yang meliputi 5 (lima) Pilar yaitu Manajemen Keselamatan Jalan, Jalan yang Berkeselamatan, Kendaraan yang Berkeselamatan, Perilaku Pengguna Jalan yang Berkeselamatan, dan Penanganan Pra dan Pasca Kecelakaan.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk melaksanakan Pilar Kedua : Jalan Yang Berkeselamatan adalah dengan program Perencanaan dan Pelaksanaan Perlengkapan Jalan di Ruas Jalan Provinsi di Jawa Barat yaitu dengan meningkatkan pengadaan dan pemasangan fasilitas lalu lintas jalan di Jawa Barat berupa Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Pagar Pengaman Jalan dan Panerangan Jalan Umum (PJU) serta mendorong Kabupaten/ Kota di Jawa Barat untuk memenuhi Fasilitas Lalu Lintas Jalan di Jalan Lokal. Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui bantuan keuangan kepada Kabupaten/ kota berupa pemenuhan fasilitas lalu lintas jalan.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan prasarana fasilitas lalu lintas jalan di Jawa Barat, Seksi Rekayasa dan Keselamatan Bidang Transportasi Darat pada Tahun 2016 telah melaksanakan beberapa kegiatan yang bersifat fisik yaitu pengadaan dan pemasangan fasilitas lalu lintas jalan di jalan Provinsi di Jawa Barat

Pengadaan dan pemasangan fasilitas lalu lintas jalan di jalan Provinsi di Jawa Barat juga merupkan upaya untuk meningkatkan kelancaran dan keselamatan lalu lintas jalan yang merupakan aspek terpenting dalam kegiatan distribusi barang dan perjalanan orang.

Kebutuhan fasilitas perlengkapan jalan pada ruas jalan propinsi di Jawa Barat dan realisasi yang terpasang s.d Tahun 2016 adalah sebagaimana tabel berikut:

Tabel 1.6

Fasilitas Perlengkapan Jalan Pada Ruas Jalan Provinsi di Jawa Barat No Uraian Satuan Kebutuhan Realisasi

2014 2015 2016

(17)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-13

Sumber Transportasi Darat 2016

Sasaran umum Kebijakan Pemerintah Propinsi Jawa Barat dalam bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bertujuan menciptakan sistem pelayanan angkutan jalan di wilayah Jawa Barat yang terpadu dan mampu mengakomodasi mobilitas orang dan barang dengan lancar serta menunjang pertumbuhan ekonomi dan aktifitas masyarakat. Strateginya adalah dengan mengembangkan dan melaksanakan langkah – langkah perbaikan dan pengaturan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara optimal.

Permasalahan transportasi di kawasan perkotaan dapat berupa gangguan keselamatan dan kelancaran atau kemacetan lalu lintas, saat ini sudah sangat mengganggu aktivitas penduduk, kemacetan lalu lintas tersebut banyak menimbulkan dampak negatif terhadap pengguna jalan dan daerah sekitar jalan, baik ditinjau dari aspek ekonomi dan lingkungan. Sebagai contoh, kemacetan lalu lintas akan berakibat meningkatnya biaya operasi kendaraan, kehilangan waktu, penurunan kenyamanan pengguna jalan dan penurunan kualitas udara serta peningkatan kebisingan di daerah sepanjang jalan. Masalah lain tak kalah pentingnya ialah tingkat pelayanan angkutan umum. Angkutan umum, yang saat ini didominasi angkutan bus dan Angkot masih terasa kurang nyaman, kurang aman dan kurang efisien. Angkutan massal (mass rapid transit) seperti kereta api masih kurang berfungsi untuk angkutan umum. Berdesak-desakan di dalam angkutan umum sudah merupakan pandangan sehari-hari. Pemakai jasa angkutan umum masih terb atas pada kalangan bawah dan sebagian kalangan menengah. Orang-orang berdasi masih enggan memakai angkutan umum, karena comfortability angkutan umum masih mereka anggap terlalu rendah, dibandingkan dengan kendaraan pribadi yang begitu nyaman dengan pelayanan dari pintu ke pintu. Sampai saat ini baru golongan masyarakat tingkat menengah ke bawah menggunakan jasa angkutan umum. Angkutan umum masih kurang menarik, karena masih terdapat kekurangan-kekurangannya, terutama dari segi kenyamanan, keamanan, kecepatan, ketepatan, kemudahan, frekuensi dan jadwal keberangkatan dan fasilitas di terminal dan halte.

2 Pagar Pengaman Jalan (Guardrail) Unit 80.925 21.207 21.426 21.525 3 Rambu Unit 24.373 6.728 8.176 8.943

4 Penerangan Jalan Umum (PJU)

(18)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-14 Adapun usaha-usaha untuk Peningkatan Pelayanan Angkutan umum laik Jalan di Jawa Barat antara lain:

 Pengendalian dan pengawasan tanda pengesahan bagi armada umum AKDP di Jawa Barat, yaitu dengan Pendaftaran ulang 42.500 armada angkutan umum AKDP dan izin Angkutan laut sebanyak 329 kapal pedalaman dan angkutan udara sebanyak 15 perusahaan di Jawa Barat.

 Jumlah kendaraan wajib uji ada 961.530 unit kendaraan, setiap tahun setiap kendaraan wajib melakukan uji berkala sebanayk 2 kali, sehingga target kendaraan yang diuji sebanyak 961.530 unit kendaraan, sedangkan yang melakukan uji berkala kendaraan di kabupaten/kota se-Jawa Barat ada sebanyak 691.542 unit kendaraan atau 71,92 % dari target 100 % atau tercapai 71,92 %.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan khususnya pelanyanan angkutan orang di wilayah Jawa Barat, telah dilakukan berbagai upaya perbaikan dan penataan baik dari segi kualitas maupun kuantitas pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum. Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap merupakan salah satu sarana yang paling dominan dalam menunjang aktifitas dan pergerakan orang antar wilayah di Jawa Barat, untuk itu sudah sepantasnya apabila kinerja pelayanan angkutan umum dapat dikembangkan agar tercipta suatu sistem pelayanan angkutan orang yang lebih baik.

Sebagai implikasi dari perkembangan wilayah, pertumbuhan penduduk dan meningkatnya jumlah kepemilikan kendaraan bermotor, teridentifikasi terjadinya ketidakkeseimbangan antara supply dan demand angkutan penumpang umum di Jawa Barat. Untuk menjamin ketersediaan pelayanan penumpang angkutan umum di Jawa Barat, Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat pada Tahun Anggaran 2011 telah melaksanakan kegiatan penyusunan pola jaringan dan simpul pelayanan angkutan penumpang umum di Jawa Barat. Dari dokumen Jaringan dan Simpul Pelayanan Angkutan yang telah disusun tersebut telah dilanjutkan dengan kegiatan Penyusunan Dokumen Penataan Angkutan Penumpang Umum di Jawa Barat yaitu untuk PKN Bandung Raya dan PKN Bodebek dan kegiatan Penyusunan Dokumen Kelembagaan Pengusahaan Penyedia Jasa Angkutan Penumpang Umum dan Dokumen Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggara Angkutan Umum pada tahun 2013. Serta pada tahun 2015 telah dilanjutkan dengan Evaluasi Tingkat Pelayanan Penumpang Angkutan Umum AKDP dan AKAP di Jawa Barat. Dan pada tahun anggaran 2016, sesuai peruturan perundangan yang berlaku, dan guna

(19)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-15 mendorong peningkatan pelayanan angkutan umum, telah dilaksanakan fasilitasi perubahan angkutan perorangan menjadi badan hukum melalui kegiatan Penyelenggaraan Angkutan Perorangan Menjadi Badan Hukum.

Dengan upaya-upaya yang terus menerus dan berkelanjutan tersebut, diharapkan pelayanan angkutan umum mengalami peningkatan baik dari sisi kuantitas muapun kualitas. Namun hal itu masih harus ditindaklanjuti dengan upaya bersama-sama dari semua pihak, mengingat penyediaan transportasi melibatkan beberapa pihak dan instansi.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 620/Kep.1532-Admrek/2011 tanggal 14 Nopember 2011 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Provinsi, di Provinsi Jawa Barat terdapat 286 ruas jalan Provinsi dengan panjang 2.191,290 Km. Ruas jalan provinsi tersebutlah yang menjadi tanggung jawab Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat untuk dapat disediakan Angkutan Umum untuk melayani pergerakan masyarakat. Angkutan umum yang disediakan melalui tugas Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat adalah Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP).

Kegiatan operasional pelayanan angkutan mobil penumpang umum melayani trayek antar kota dalam provinsi yang menghubungkan antar Ibukota Kabupaten atau Kota, Ibukota Kabupaten atau Kota dengan Ibu kota Kecamatan, Ibu kota Kecamatan dan atau dengan Desa serta menghubungkan antar kawasan perkotaan di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data yang ada pada Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, pelaksanaan operasional angkutan mobil penumpang umum Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dilayani oleh sebanyak 41.408 kendaraan.

Sesuai data di Bidang Transportasi Darat, dari ruas jalan Provinsi sepanjang 2.191 Km. yang belum terlayani angkutan penumpang AKDP sepanjang 454,72 Km, sehingga prosestase jalan yang belum terlayani AKDP adalah 20,75 %. Dengan demikian Prosentase jalan yang sudah terlayani AKDP adalah 79,25 %.

Dengan semakin bertambahnya kebutuhan perjalanan akibat pertumbuhan penduduk dan ekonomi, sementara pembangunan transportasi berbasis jalan terkendala pengembangan lahan, maka menimbulkan eskalasi persoalan transportasi jalan. Moda kereta api dapat menjadi solusi dan menjadi tulang punggung angkutan barang dan angkutan penumpang sehingga dapat menjadi salah satu penggerak utama perekonomian. Pembangunan perkeretaapian Provinsi yang handal dan terintegrasi dapat meningkatkan efisiensi perekonomian Provinsi Jawa Barat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat memerlukan suatu tatanan dan pedoman dalam pembangunan perkeretaapian Provinsi. Hal ini dapat terwujud melalui penyusunan Rencana Induk Perkeretaapian

(20)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-16 Provinsi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian.

Pembangunan transportasi perkeretaapian di Jawa Barat diharapkan mampu menjadi tulang punggung angkutan barang dan angkutan penumpang perkotaan sehingga dapat menjadi salah satu penggerak utama perekonomian Daerah. Penyelenggaraan transportasi perkeretaapian Daerah yang terintegrasi dengan moda transportasi lainnya dapat meningkatkan efisiensi penyelenggaraan perekonomian. Oleh karena itu penyelenggaraan perkeretaapian di masa depan harus mampu menjadi bagian penting dalam struktur perekonomian.

Tujuan penyelenggaraan perkeretaapian adalah untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan. Guna menunjang mencapai tujuan tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengembangkan visi pembangunan transportasi wilayah Jawa Barat adalah Jaringan transportasi wilayah bertumbuh, merata, dan terpadu, dengan misi pembangunan transportasi wilayah Jawa Barat dalam rangka mewujudkan visi adalah meningkatkan jaringan pelayanan transportasi wilayah dan meningkatkan jaringan prasarana transportasi wilayah. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api antar-kota dimaksudkan untuk mengurangi beban angkutan orang di jalan. Dengan daya angkut yang besar, kereta api antar kota dapat menjadi moda transportasi utama yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan Nasional di Jawa Barat.

Sasaran dari strategi ini adalah mewujudkan jaringan dan layanan perkeretaapian yang mampu meningkatkan pangsa pasar angkutan kereta api. Strategi pengembangan jaringan tersebut harus mampu mengakomodir kebutuhan layanan angkutan penumpang dan barang di Jawa Barat.

Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan penyelenggaraan perkeretaapian antara lain yaitu:

1) Lemahnya keberpihakan negara pada sektor kereta api, berimplikasi pada penganggaran dan kebijakan industri otomotif;

2) Persaingan antar moda baik dengan moda angkutan umum jalan, pesawat dan kendaraan bermotor pribadi yang semakin terjangkau;

(21)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-17 3) Tingginya investasi infrastruktur, sarana dan operasional angkutan kereta api

menyebabkan pihak swasta dan pemerintah daerah belum ada yang serius, mampu dan berani membuka layanan kereta api dalam daerah selain PT. KAI;

4) Pembenahan/penertiban asset jalur kereta api di daerah sebagai upaya reaktivasi.

Pengembangan jaringan prasarana perkeretaapian antar kota di Provinsi Jawa Barat yang direncanakan sesuai rencana induk perkeretaapian di Jawa Barat terdiri dari:

a. Peningkatan jalur KA lintas Bandung – Sukabumi – Bogor.

b. Revitalisasi jalur KA Bandung – Soreang dan Rancaekek – Jatinangor. c. Elektrifikasi jalur KA Cicalengka – Bandung – Padalarang.

d. Pengembangan jalur KA Cirebon – Kertajati untuk mendukung akses ke Bandar Udara Internasional Jawa Barat.

e. Pengembangan jalur KA Tanjungsari – Kertajati untuk mendukung akses ke Bandar Udara Internasional Jawa Barat.

f. Revitalisasi jaringan lintas yang sudah tidak dioperasikan (Bandung – Soreang – Ciwidey, Rancaekek – Tanjungsari, Banjar – Cijulang).

g. Peningkatan jaringan prasarana jalan rel untuk mendukung pengembangan pelabuhan darat (Dry Port) di Gedebage dan Cikampek.

h. Pengembangan jaringan prasarana jalan rel untuk mendukung pengembangan pelabuhan Cilamaya.

Pengembangan jaringan pelayanan perkeretaapian antarkota di provinsi Jawa Barat yang direncanakan sesuai rencana induk perkeretaapian di Jawa Barat terdiri dari :

a. Pengembangan pelayanan kereta api barang antar stasiun di Karawang dengan Pelabuhan Cilamaya.

b. Pengembangan pelayanan kereta api penumpang antara Padalarang – Cicalengka. c. Pengembangan pelayanan kereta api penumpang antara Rancaekek – Tanjungsari.

d. Pengembangan pelayanan kereta api penumpang antara Bandung – Tanjungsari – Kertajati – Cirebon.

e. Pengembangan pelayanan kereta api penumpang antara Bandung – Padalarang – Cianjur – Sukabumi – Bogor.

f. Pengembangan pelayanan kereta api penumpang antara Bandung – Ciwidey.

g. Pengembangan pelayanan kereta api penumpang antara Cirebon – Kadipaten – Kertajati. h. Pengembangan pelayanan kereta api penumpang antara Tasikmalaya – Cijulang –

(22)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-18 i. Pengembangan pelayanan kereta api barang antara Bandung – Pelabuhan Cirebon.

j. Pengembangan pelayanan kereta api angkutan barang antara Bandung – Pelabuhan Cirebon melalui shortcut Cibungur – Tanjungrasa.

k. Pengembangan pelayanan kereta api angkutan barang antara Bandung – Tasikmalaya – Pangandaran.

l. Pengembangan pelayanan kereta api angkutan barang antara Bandung – Padalarang – Cianjur – Sukabumi – Bogor.

m. Pengembangan pelayanan kereta api angkutan barang antara Dry Port Gedebage Bandung – Pelabuhan Cimalaya.

n. Pengembangan pelayanan kereta api angkutan barang antara Dry Port Cikarang – Pelabuhan Cilamaya.

Melalui Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan antara lain kegiatan fasilitas pembangunan Shortcut Jalur Kereta Api Cibungur-Tanjungrasa, Penyusunan Rencana DED Reaktivasi Jalur Kereta Api Rancaekek Tanjungsari (Tahap II) Induk Perkeretaapian Provinsi Jawa Barat, Studi Sosial Penertiban Lahan Reaktivasi Kereta Api Rancaekek – Tanjungsari, Fasilitasi dan Koordinasi Pembangunan Perkeretaapian di Jawa Barat dan sampai dengan tahun 2015, kondisi jaringan/panjang jalan rel eksisting di Provinsi Jawa Barat adalah 1.363,88 km, dari jaringan/panjang rel tersebut yang beroperasi adalah 993,29 km dan yang tidak beroperasi 370,61 km.

Keberadaan pelabuhan untuk melayani transportasi laut berdasarkan Keptusan Menteri Perhubungan Nomor 901 Tahun 2016 tanggal 30 Dsember 2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini :

Tabel 1.7

Lokasi Pelabuhan Laut yang digunakan untuk angkutan Laut

Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP.901 Tahun 2016 Tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.

(23)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-19

Tabel 1.8

Rencana Lokasi Pelabuhan

Rencana Induk Pelabuhan Nasional.

Tabel 1.9

Lokasi Wilayah Kerja Pelabuhan

Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP.901 Tahun 2016 Tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.

Tabel 1.10

Lokasi Wilayah Kerja Pelabuhan

Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP.901 Tahun 2016 Tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.

Pengembangan sektor transportasi pada dasarnya merupakan bagian dari perencanaan pengembangan wilayah, kajian terhadap karakteristik wilayah menjadi dasar dari proses perencanaan dan pengembangan sektor transportasi. Perencanaan

(24)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-20 pengembangan transportasi yang didasarkan pada karakteristik wilayah diharapkan akan memberi hasil yang optimal sesuai dengan kebutuhan serta lebih tepat akan memberikan hasil yang optimal sesuai dengan kebutuhan serta lebih tepat sasaran. Jawa Barat memiliki garis pantai yang cukup panjang, selain itu Jawa Barat juga memiliki jaringan sungai yang relative banyak, walaupun ruas sungai di Jawa Barat tidak sebesar di luar Jawa, dengan karakteristik tersebut, pengembangan sektor transportasi air di wilayah Jawa Barat (laut maupun sungai) dapat dijadikan sebagai salah satu alternative pengembangan transportasi, khususnya jaringan transportasi yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mendukung pengembangan wilayah pada umumnya.

Sementara itu untuk mendorong terwujudnya pembangunan pelabuhan laut internasional di Jawa Barat, dari sektor Perhubungan Laut pada tahun 2016 telah dilakukan kegiatan fasilitasi dukungan pembangunan pelabuhan laut di Jabar (Bagian Utara dan Selatan), yang semula kegiatan ini merupakan fasilitasi dan koordinasi berupa adanya PKS Waduk Cirata, Kesepakatan Bersama Cikarang Bekasi Laut dan Kesepakatan Bersama Pelabuhan Cirebon, RIP Cirebon dan Rekomendasi Pelabuhan Patimban.

Perspektif kegiatan transportasi di pelabuhan laut regional khususnya Jawa Barat Bagian Selatan saat ini bersifat intermodal yang memiliki simpul – simpul interkoneksi (transhipment) yang merupakan muara dari lintasan-lintasan transportasi pendukung disekitar dan menggerakkan sektor ekonomi di zona perencanaan yang dilewati oleh sistem transportasi laut. Oleh karena itu, sampai dengan tahun 2016, upaya penyediaan layanan transportasi khususnya transportasi laut di Jawa Barat dengan menodorng terwujudnya pembangunan pelabuhan pengumpan regional, baik melalui dana APBD maupun dana APBN. Pembangunan pelabuhan tersebut adalah : Pembangunan Pelabuhan Palabuhanratu di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, Pelabuhan Bojong Salawe di Kabupaten Pangandaran dan Pembangunan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang.

Dengan melihat pembangunan pelabuhan laut Patimban di Kabupaten Subang yang dibangun oleh pusat dengan biaya APBN dan dana lain dari pemerintah Jepang memiliki potensi untuk menjadi penyangga kegiatan Tanjung Priok sehingga memungkinkan untuk dikembangkan menjadi pelabuhan yang lebih besar, yang semula pelabuhan bertarap regional menjadi pelabuhan utama. Hal ini sesuai hasil kajian yang dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

Provinsi Jawa Barat memeiliki wilayah yang cukup luas dan jumlah penduduk terbesar di Indonesia serta dengan kondisi geografis yang banyak gunung, lembah dan juga masih banyak daerah terpencil dan terisolir. Daerah terisolir di Jawa Barat ada yang

(25)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-21 dipisahkan oleh Danau atau Sungai. Daerah-daerah yang terisolir tersebut perlu juga mendapat layanan jasa transportasi untuk masyarakat yang membutuhkan. Salah satu layanan jasa transportasi tersebut adalah Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP). Layanan transportasi ASDP memerlukan dermaga/pelabuhan sebagai simpul untuk naik dan turun penumpang/barang. Mengingat kondisi tersebut, perlu ketersediaan dermaga/pelabuhan di Jawa Barat untuk melayanai masyarakat terhadap layanan transportasi ASDP.

Dengan prasarana ASDP antara lain dermaga atau landing area diharapkan Lalu Lintas Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (LLASDP) depat beroperasi dengan lancar terpadu, aman dan nyaman sehingga mampu meningkatkan efisiensi pergerakan orang dan barang

memperkecil kesenjangan pelayanan angkutan antar wilayah serta mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di wilayah Jawa Barat dan Meningkatkan Pelayanan keamanan dan keselamatan transportasi serta mengurangi kecelakaan transportasi Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan di Jawa Barat. Untuk meningkatkan pelayanan angkutan sungai danau dan penyeberangan (ASDP) di Jawa Barat , dua tahun terakhir telah diupayakan melalui pemenuhan standar sarana prasarna di pelabuhan penyeberangan Kalipucang, Majingklak, dan Muara Gembong serta di Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur melalui APBD Provinsi dan APBN.

Di Jawa Barat terdapat tujuh sub unit kerja yang melayani penyeberangan danau yaitu 3 (tiga) angkutan danau dan 4 (empat) angkutan sungai terdiri dari :

1. Danau Saguling yang terdiri dari 1 (satu) koordinator yang berkedudukan di Cililin dan memiliki 4 (empat) Pos Pengawasan (Maroko, Galanggang, Bunder dan Bongas). 2. Danau Cirata terdiri dari 1 (satu) koordinator yang berkedudukan di Jangari dan 4

(empat) Pos Pengawasan (Leuwi Orok, Kebun Coklat, Calingcing, Cipicung dan Maleber).

3. Danau Jatiluhur terdiri dari 1 (satu) koordinator berkedudukan di Servis dan 3 (tiga) Pos Pengawasan (Galumpit, Sukasari, dan Tanggul Usman).

Dan sub unit kerja yang melayani penyeberangan sungai yaitu 4 (empat) angkutan sungai terdiri dari :

1. Sungai Muara Gembong dengan kegiatan operasional berupa dermaga, angkutan barang, angkutan penumpang, dan penyebrangan Sungai cabang Bungin – Pakis Jaya dengan kegiatan operasional berupa landing area (eretan), angkutan barang, angkutan penumpang, roda 4 dan roda 2.

(26)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-22 2. Sungai Kalipucang dengan kegiatan operasional berupa dermaga, angkutan barang,

angkutan penumpang.

3. Sungai Majingklak dengan kegiatan operasional berupa angkutan barang (kayu), angkutan penumpang, angkutan pariwisata.

4. Sungai Pamotan dengan kegiatan operasional berupa angkutan barang dan angkutan penumpang.

Permasalahan dan tantangan dalam pelayanan transportasi udara pada umumnya, masih terbatasnya sarana dan prasarana jasa transportasi udara dan masih memerlukan dukungan investasi pemerintah dan swasta yang cukup besar dalam upaya menyelenggarakan pelayanan transportasi udara internasional dan domestik maupun kargo (Bandara Kertajati dan Nusawiru) Hal ini perlu dilakukan agar penyelenggaraan jasa transportasi lebih efisien, akuntabel, kompetitif dan profesional. Guna meningkatkan keselamatan, keamanan dan kenyamanan transportasi udara perlu diatasi berbagai permasalahan dan tantangan yang selama ini ada. Permasalahan tersebut di antaranya meliputi kelembagaan, sumber daya manusia, prasarana dan sarana serta penegakan hukum. Transportasi udara di Jawa Barat dilayani oleh tiga bandar udara yaitu Bandara Husein Sastranegara di Bandung, Bandara Cakrabuana di Cirebon dan Bandara Nusawiru di Pangandaran. Pemanfaatan ketiga Bandara tersebut masih sangat terbatas untuk pelayanan penumpang, bagasi dan cargo. Bandara Husein Sastranegara menempati area lahan 145 hektar dengan luas terminal 2.411,85 m2 serta melayani penerbangan domestik dan internasional yang pada tahun 2015 dilayani oleh empat maskapai penerbangan yaitu Citylink (Denpasar). Garuda (Surabaya, Denpasar), Lion Airlines (Surabaya, Denpasar, Medan,Pekan Baru, Yogyakarta, Banjarmasin), Sriwijaya Airlines (Surabaya) serta Air Asia (Surabaya, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Kuala Lumpur, Singapura), dan pada tahun 2016 Terminal baru seluas 6.297 meter persegi itu mampu menampung satu juta penumpang pesawat per tahun.

Bandara Cakrabuwana saat ini hanya dijadikan sebagai bandara pengumpan dan tempat latihan penerbangan (flying school) sedangkan Bandara Nusawiru saat ini melayani penerbangan dari Pangandaran ke Bandung, Jakarta, dan Cilacap yang dlayani oleh Susi Air serta juga dipergunakan sebagai tempat latihan penerbangan.

Sedangkan data umum Bandara Nusawiru di Kabupaten Pangandaran yang dikelola oleh Sub Unit Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat dan terdapat 1 (satu) orang Koordinator Bandara, adalah :

(27)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-23

Tabel 1.11

Nama Bandara NUSAWiRU

Nama Kota/ Provinsi Dalam Rencana Induk Kab.Ciamis Jawa Barat, sekarang telah masuk Kab. Pangandaran

Alamat Jl. Bandara No. 1 Ciamis

Telepon (0265) 631666

Pemegang Sertfikat Bandara -

Lokasi Bandara 07.42.13,790” S dan 108.29.21,410” E Arah dari Kota Pangandaran + 26 KM dari pusat kota

Elevasi 5 M

Jenis Pelayanan Penerbangan Regular Flight

Jam Operasi Bandar Udara 06.00 s.d. 17.00 WIB Klasifikasi Bandar Udara 3 C

Panjang/ Lebar Landas Pacu 1.400 M X 30 M

Taxiway 100M X 230 M

Apron 150 M x 60 M

Jenis Landasan Pacu Aspalt (beton)/Hotmix

PK-PK Cat V

Jumlah Operator yang dilayani

1 Operator

Rencana Induk Bandara Nusawiru telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 407 Tahun 2014 dan sesuai Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat bahwa Bandara Nusawiru sebagai bagian dari Pusat Pertumbuhan Pangandaran yang akan dikembangkan.

Oleh karena itu , Provinsi Jawa Barat telah merencanakan pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) yang berlokasi di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka. Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat telah melaksanakan pembebasan lahan sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. Pada tahun 2015 tanah yang berhasil dibebaskan seluas 37,10 Ha , sehingga total lahan yang telah berhasil dibebaskan untuk pembangunan BIJB seluas 910,84 Ha.

Pembangunan sisi udara telah dilaksanakan melalui dana APBN, dan sampai dengan tahun anggaran 2016 Pembangunan sisi udara BIJB Kertajati adalah :

a. Paralel Taxiway (2.760 m x 25 m) dari dana APBN; b. Cross Taxyway (1.250 m X 25 m) dari APBN; c. Apron (257m X 150) dari APBN

Untuk akselerasi Pembangunan BIJB khususnya sisi darat Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah membentuk PT BIJB pada tahun 2014, yang akan membangun dan mengelola

(28)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-24 BIJB dan Kertajati Aerocity, dan kemudian akan membentuk Joint Venture (JV) dengan pihak ketiga.

Untuk mewujudkan rencana bahwa BIJB akan beroperasi pada tahun 2017, pada kunjungan kerja Presiden R.I. ke BIJB Kertajati Majalengka, pembangunan BIJB diambilalih oleh Pemerintah Pusat. Sehingga kondisi saat sedang berproses peralihan pembangunan kepada Pemerintah Pusat.

Keberhasilan dalam pembangunan Perhubungan Provinsi Jawa Barat ditandai dengan untuk kedua kalinya mendapatkan Penghargaan Wahana Tata Nugraha. Wahana Tata Nugraha (WTN) merupakan penghargaan yang diberikan Pemerintah Republik Indonesia kepada Pemerintah Daerah yang mampu menata transportasi dengan baik. Penilaian dilakukan atas kategori kota metropolitan, kota besar, kota sedang, dan kota kecil.

Untuk tingkat provinsi menerima Penghargaan Piala WTN Wiratama, sedangkan untuk kabupaten / kota menerima piala berdasarkan kategori yaitu Piala WTN, Piala WTN kategori lalu lintas, piala WTN kategori angkutan dan plakat WTN. Pada Penghargaan WTN tahun ini di raih juga oleh 15 kabupaten / kota di Jawa Barat yaitu Kota Banjar, , kabupuaten Bogor, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung barat, Kabupaten garut, Kabupaten Purwakarta meraih Plakat WTN. Kota Depok, Kota Tasikmalaya, Cirebon, Kabuapten Kuningan, Kabupaten Ciamis meraih Piala WTN kategori lalu lintas. Kota Cimahi meraih piala WTN kategori angkutan. Bandung, Bogor, Sukabumi meraih piala wahana Tata Nugraha.

Sumber: Dokumentasi Humas Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat

Saat ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Perhubungan Provinsi dan Pemerintah Kabupaten / Kota di Jawa Barat terus memperbaiki sistem penataan transportasi untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat. Transportasi sendiri merupakan faktor utama yang menjadi sarana penghubung untuk mendukung berkembangnya kemajuan ekonomi, sosial dan demokrasi. Selengkapnya penerima penghargaan Wahana Tata Nugra (WTN) di Jawa Barat Tahun 2016 :

(29)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 I-25 1. Penerima Piala Wahana Tata Nugraha Wiratama diraih oleh Provinsi Jawa Barat; 2. Penerima Piala Wahana Tata Nugraha untuk Jawa Barat diraih oleh Kota Bandung

(Kategori Kota Raya), Kota Bogor (Kategori Kota Besar), Sukabumi (Kategori Kota Sedang);

3. Penerima Piala Wahana Tata Nugraha Kategori Angkutan untuk Jawa Barat diraih oleh Kota cimahi (Kategori Kota Besar);

4. Penerima Piala Wahanan Tata Nugraha Kategori Lalu Lintas untuk Jawa Barat diraih oleh Kota Depok (Kategori Kota Raya), Kota Tasikmalaya (Kategori Kota Besar), Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan (Kategori Kota Sedang) dan Kab.Ciamis (Kategori Kota Kecil);

5. Penerima Plakat Wahana Tata Nugraha untuk Jawa Barat diraih oleh Kota Banjar (Kategori Besar), Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, kabupaten Garut dan kabupaten Purwakarta

(30)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 II-1

2.1 Kebijakan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat Dalam Bingkai

Pencapaian Misi

Tahun Anggaran 2016 adalah merupakan tahun kedua pada periode 2013 – 2018 kepemimpinan Gubernur Jawa Barat. Periode ini merupakan tahap memantapkan pembangunan secara menyeluruh dalam tahapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025. Pelaksanaan pembangunan pada periode kedua merupakan upaya mewujudkan visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 dengan fokus pada pemerataan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, dan visinya adalah:

" Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua "

Dan Visi Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat adalah

“Terwujudnya Sistem Pergerakan Yang Handal dan Efiesien”.

Terdapat 2 (dua) kata kunci (key words) yang perlu dijelaskan agar terjadi kesamaan persepsi dalam pemahaman visi Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat tersebut

Pertama : Sistem pergerakan yang handal adalah suatu keadaan dimana kebutuhan pergerakan,

baik pergerakan orang maupun pergerakan barang dapat terfasilitasi dengan aman, selamat, nyaman, terjangkau dan efektif, menjangkau seluruh daerah di Jawa Barat serta mendukung pembangunan provinsi Jawa Barat menuju Jawa Barat Maju dan sejahtera untuk semua.

Kedua, Sistem pergerakan yang efisien adalah suatu keadaan dimana kebutuhan pergerakan,

baik pergerakan orang maupun pergerakan barang dapat terfasilitasi secara efisien dan dengan harga terjangkau serta ramah lingkungan dan dilayani oleh SDM yang profesional serta dapat mendukung pembangunan provinsi Jawa Barat menuju Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua.

Dalam upaya pencapaian Visi Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat tersebut di atas, maka Dinas Perhubungan menetapkan misi yang akan dilaksanakan. Misi Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :

1) Mewujudkan sumber daya manusia perhubungan yang berkualitas. 2) Mengembangkan pelayanan transportasi Laut dan ASDP yang handal.

BAB II

(31)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 II-2

3) Mengembangkan pelayanan transportasi darat yang efisien.

4) Meningkatkan jangkauan pelayanan transportasi udara yang terintegrasi.

5) Mengembangkan sistem pengawasan dan pengendalian transportasi yang akuntabel.

Berdasarkan Visi tersebut serta memperhatikan perubahan paradigma dan kondisi yang akan dihadapi, dengan harapan Provinsi Jawa Barat dapat lebih mengoptimalkan peran dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi baik secara regional, nasional, maupun global. Adapun penjelasan dari Visi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat tersebut adalah :

Maju : Adalah sikap dan kondisi masyarakat yang produktif, berdaya saing dan mandiri, terampil dan inovatif dengan tetap dapat menjaga tatanan sosial masyarakat yang toleran, rasional, bijak dan adaptif terhadap dinamika perubahan namun tetap berpegang pada nilai budaya serta kearifan lokal dan berdaulat secara pangan, ketahanan ekonomi dan sosial.

Sejahtera : Adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara lahir dan batin mendapatkan rasa aman dan makmur dalam menjalani kehidupan. Untuk Semua : Adalah kondisi dimana hasil pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh

lapisan, elemen dan komponen masyarakat.

Dengan memperhatikan berbagai isu strategis pembangunan Jawa Barat yang mencakup permasalahan, tantangan, peluang dan ancaman, maka dalam rangka pencapaian visi tersebut di atas ditetapkan 5 (lima) misi pembangunan Jawa Barat Tahun 2013-2018 sebagai berikut: 1. Misi Pertama, Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya saing. Tujuannya

adalah membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang menguasai IPTEK, senantiasa berkarya, kompetitif, dengan tetap mempertahankan identitas dan ciri khas masyarakat yang santun dan berbudaya, dengan sasaran sebagai berikut:

a. Meningkatnya aksesibilitas dan kualitas pendidikan yang unggul, terjangkau dan merata; b. Meningkatnya aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan masyarakat yang terjangkau

dan merata;

c. Meningkatnya daya saing sumberdaya manusia dan kelembagaan serta berbudaya IPTEK;

d. Meningkatnya kualitas ketahanan keluarga.

2. Misi Kedua, Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan, dengan tujuan mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah, dengan sasaran sebagai berikut :

a. Jawa Barat sebagai Daerah Pertanian Berbasis Agrikultur;

(32)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 II-3

c. Meningkatnya kualitas iklim usaha dan investasi;

d. Meningkatnya jumlah dan kualitas wirausahawan;

e. Meningkatnya pembangunan ekonomi perdesaan dan regional.

3. Misi Ketiga, Meningkatkan Kinerja Pemerintahan, Profesionalisme Aparatur, dan Perluasan Partisipasi Publik, dengan tujuan sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas birokrasi yang profesional dan akuntabel dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik serta pembangunan partisipatif, dengan sasarannya adalah meningkatnya kualitas dan akuntabilitas layanan pemerintahan serta mewujudkan perluasan partisipasi publik;

b. Terwujudnya pemerintahan yang modern, dengan sasaran meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan berbasis IPTEK;

c. Terwujudnya profesionalisme pemerintahan yang didukung oleh aparatur yang kompeten dengan sasaran meningkatnya profesionalisme dan kualitas kesejahteraan aparatur;

d. Meningkatkan stabilitas diaerah dengan sasaran meningkatnya stabilitas, ketertiban ketentraman masyarakat, kesadaran politik dan hukum.

4. Misi Keempat, Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur Strategis yang Berkelanjutan, dengan tujuan sebagai berikut:

a. Meningkatkan kelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan pembangunan, dengan sasaran meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kualitas penanganan bencana;

b. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur untuk peningkatan produktivitas ekonomi, dan pelayanan dasar, dengan sasaran; pertama, meningkatnya kualitas pemenuhan infrastruktur dasar masyarakat, dan Kedua, meningkatnya percepatan pembangunan infrastruktur strategis.

5. Misi Kelima, Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni dan Budaya, Peran Pemuda dan Olah Raga serta Pengembangan Pariwisata dalam Bingkai Kearifan Lokal. dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mewujudkan kesejahteraan para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), dengan sasaran Pencegahan dan Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);

2. Mewujudkan pemuda yang tangguh dan berdaya saing serta meningkatnya prestasi olahraga, dengan sasaran meningkatnya peran pemuda, organisasi kemasyarakatan dan prestasi olahraga serta penanganan komunitas tertentu;

(33)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 II-4

3. Melestarikan seni dan budaya berbasis kearifan lokal dan mengembangkan pariwisata

yang berdaya saing, dengan sasaran meningkatnya peran masyarakat dalam pembangunan olah raga, seni, budaya dan pariwisata; dan

4. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar dan hak dasar manusia, dengan sasaran meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat dan kerukunan antar umat beragama.

Untuk mendukung tujuan dan strategi di atas, kebijakan umum tahun 2016 diarahkan untuk :

1. Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing dimaknai melalui kebijakan optimalisasi kualitas dan sebaran layanan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial, serta peningkatan kapabilitas sumber daya manusia Jawa Barat;

2. Membangun perekonomian yang kokoh dan berkeadilan dimaknai melalui kebijakan pengembangan kemampuan dan daya saing ekonomi Jawa Barat berbasis potensi lokal; 3. Meningkatkan kinerja pemerintahan melalui profesionalisme tata kelola dan perluasan

partisipasi publik yang dimaknai melalui kebijakan penyelenggaraan good governance yang bermutu, akuntabel, toleran dan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi;

4. Mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dengan pembangunan infrastruktur strategis yang berkelanjutan yang dimaknai melalui kebijakan optimalisasi kuantitas, kualitas dan pelayanan infrastruktur wilayah serta pengendalian tata ruang berbasis daya dukung lingkungan dan mitigasi bencana serta peningkatan penciptaan dan pemanfaatan energi baru terbarukan;

5. Mengokohkan kehidupan sosial kemasyarakatan melalui peningkatan peran pemuda, olah raga, seni, budaya dan pariwisata dalam bingkai kearifan local yang dimaknai melalui kebijakan peningkatan kehidupan sosial kemasyarakatan yang berbasis potensi lokal.

Dalam rangka mengukur kinerja penyelenggaraan arah kebijakan umum pembangunan Jawa Barat, maka ditetapkan berbagai indikator kinerja pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. Indikator kinerja pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat sebagaimana yang dimaksud mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu: 1) Aspek Kesejahteraan Masyarakat, 2) Aspek Pelayanan Umum, 3) Aspek Daya Saing Daerah. Dalam tiap-tiap aspek penyelenggaran urusan pemerintahan terdiri atas beberapa bidang urusan indikator kinerja pembangunan daerah.

Pertama, Aspek Kesejahteraan Masyarakat, terdiri atas beberapa bidang urusan indikator kinerja pembangunan daerah, yaitu: Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sosial, Pertanian, dan Ketahanan Pangan; Kedua, Aspek Pelayanan Umum,

(34)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 II-5

terdiri atas beberapa bidang urusan indikator kinerja pembangunan daerah, yaitu : Pendidikan,

Sosial, Koperasi dan UMKM, Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral, serta Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian; Ketiga, Aspek Daya Saing Daerah, terdiri atas beberapa bidang urusan indikator kinerja pembangunan daerah, yaitu : Kemampuan Ekonomi, Penanaman Modal, Pariwisata, Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pekerjaan Umum, Lingkungan Hidup, Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian, Kependudukan dan Cacatan Sipil, Ketransmigrasian, Keagamaan, Perpustakaan, Perikanan dan Kelautan, Kehutanan, Industri, Perdagangan, Perhubungan, Perumahan, Komunikasi dan Informatika, Pertanahan, Kesatuan Bangsa dan Politik, Pemberdayaan desa, Statistik dan Kearsipan.

Selanjutnya pada masing-masing bidang urusan indikator kinerja pembangunan daerah terdiri atas beberapa komponen indikator kinerja pembangunan daerah. Dalam penyelenggaran urusan pemerintahan Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan terdapat 95 (sembilan puluh lima) komponen indikator kinerja pembangunan daerah, yang mencakup 18 (delapan belas) komponen indikator kinerja pembangunan daerah pada aspek kesejahteraan masyarakat, 27 (dua puluh tujuh) komponen indikator kinerja pembangunan daerah pada aspek pelayanan umum dan 50 (lima puluh) komponen indikator kinerja pembangunan daerah pada aspek daya saing daerah. Masing-masing komponen indikator kinerja pembangunan daerah penyelenggaraan urusan pemerintahan Provinsi Jawa Barat disajikan dalam Tabel brikut:

Tabel II.1

Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat

(35)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 II-6

(36)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 II-7

(37)

Bahan LKPJ Akhir Tahun 2016 II-8

Keterangan:

ML; IPM Metode Lama MB: IPM Medode Baru

2.2. Strategi Dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah

Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat ditetapkan berdasarkan rumusan isu strategis pembangunan daerah yang selanjutnya menjadi dasar dalam penetapan program dan kegiatan pembangunan daerah. Kebijakan pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat, dalam bingkai pencapaian misi pembangunan daerah, berdasarkan dokumen RPJMD Tahun 2013-2018, ditetapkan sebagai berikut :

A. Misi Pertama, Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya Saing

1. Bidang Pendidikan, melalui strategi pertama, menyelenggarakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi dengan biaya terjangkau dengan arah kebijakan (1) pendidikan gratis Dasar dan Menengah (SD, SLTP, dan SLTA) dalam rangka Penuntasan Wajar Dikdas Dua Belas Tahun pada Tahun 2018; (2) peningkatan sarana dan kapasitas pendidikan dasar, menengah dan tinggi; (3) pendidikan terjangkau bagi anak-anak buruh dan TKI; (4) penyediaan beasiswa pendidikan untuk pemuda, tenaga medis, keluarga atlit berprestasi dan guru serta mahasiswa di PTN/PTS; (5) peningkatan akses transportasi sekolah di daerah terpencil. Strategi kedua, dengan arah kebijakan meningkatkan jumlah dan

Gambar

Tabel II.1
Gambar 2.1 Common Goal Tahun 2013-2018
Foto Dokumentasi Kegiatan PPP Penyusunan Dokumen RancanganTeknis  Terinci (RTT) Sisi Darat Bandar  Nusawiru Kab
Foto Dokumentasi Kegiatan Penyusunan Dokumen AMDAL Bandar  Udara Nusawiru Kab. Pangandaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Belum adanya penugasan dari Pemegang Saham (Kementerian BUMN) kepada PTPN III untuk membangun pabrik pengolahan minyak sawit (refinery/ pabrik minyak goreng di

Untuk menunjukkan peubahan persona dan jender digunakan prefiks, sedangkan untuk perubahan pada jumlah digunakan sufiks.dapat disimpulkan bahwa dalam verba Imperfect 3

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Model Pembelajaran biologi berbasis Praktikum Virtual untuk membangun karakter bangsa. Karakter bangsa yang diukur meliputi komponen

Bertugas untuk melakukan pembelian barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan, mulai dari bahan baku, spareparts mesin, ATK, dan jasa-jasa dari pihak

Kurva antara frekuensi resonansi dengan temperatur menunjukkan bahwa magnetisasi tidak tepat sebanding dengan hukum Bloch T2 namun lebih cocok dengan bentuk

Kadang mereka mengajarkan kehendak telah demikian dirusak oleh dosa, sehingga manusia sepenuhnya bergantung kepada anugerah Allah, tetapi di lain kesempatan mereka menjelaskan

Berbagai macam upaya pengawetan dengan menggunakan bahan alami senyawa antibakteri yang dilakukan untuk memperpanjang lama penyimpanan, antara lain pemberian asam sunti

Alarm management lifecycle (AMLC) atau siklus manajemen alarm, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan demi