• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pemrograman Dasar Dengan Metode Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) (Studi Kasus SMK Negeri 1 Tengaran) T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pemrograman Dasar Dengan Metode Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) (Studi Kasus SMK Negeri 1 Tengaran) T1 Full text"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Pemrograman Dasar dengan Metode

Kooperatif Tipe NHT

(Numbered Head Together)

(Studi Kasus SMK Negeri 1 Tengaran)

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Peneliti:

Dhana Eriyana (702010033) Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd.

Radius Tanone, S.Kom, MCs.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer,

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN PEMROGRAMAN DASAR

DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE

NHT

(Numbered Head Together)

(Studi Kasus SMK Negeri 1 Tengaran)

1) Dhana Eriyana 2) Dr. Dharmaputra T Palekahelu, M.Pd 2) Radius Tanone, S.Kom, M.Cs Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1)702010033@student.uksw.edu 2)dpalekahelu2@gmail.com 2)radiustanone@gmail.com

Abstract

The problem in this research is student learning difficulties in basic programming lessons. Learning methods used are conventional in which the teacher as lecturer and students in the audience, with the methods students are less active in the following study. The students learning difficulties can be seen by the lower result of the student. The purpose of the result is to improve is to improve student achievement by using cooperative method NHT (Numbered Head Together) type. This research use a Quasi-experimental (Nonequivalent Control Group Design). At NHT learning the teacher acts as a facilitator and students work in small groups to complete the assigned task of the teacher. The result finding shows that by using that method can improve the student achievement. It can be concluded learning method can influense student’s way of learning and the student achivement.

Key words : Learning difficulties, Cooperative Learning NHT (Numbered Head Together,

Student Achievement.

Abstrak

Masalah yang ada pada penelitian ini adalah kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran pemrograman dasar. Metode pembelajaran yang biasa digunakan adalah konvensional dimana guru sebagai penceramah dan siswa sebagai pendengar, dengan metode tersebut siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Kesulitan belajar siswa dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Pada pembelajaran

NHT maka guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dari guru. Penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen Nonequivalent Control Group Design. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran tipe NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembejaran yang digunakan dapat mempengaruhi cara belajar siswa juga hasil belajar siswa.

(9)

2

1. Pendahuluan

Mata pelajaran produktif adalah mata pelajaran keahlian yang khusus diberikan kepada peserta didik sesuai dengan jurusannya untuk memberikan keterampilan teknologi. Tujuan diberikan mata pelajaran produktif adalah untuk pembekalan keterampilan agar setelah lulus siswa siap terjun ke dunia kerja sebagai tenaga profesional [1]. Di SMK Negeri 1 Tengaran juga terdapat mata pelajaran produktif untuk jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Salah satu mata pelajaran produktif yang terdapat pada jurusan Rekayasa Perangkat Lunak adalah pemrograman dasar. Menurut silabus yang digunakan di SMK Negeri 1 Tengaran mata pelajaran pemrograman dasar diberikan di kelas X dan XI.

Dari hasil observasi di SMK Negeri 1 Tengaran yang dilakukan pada siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak kelas XI terdapat masalah yang dihadapi oleh siswa adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran pemrograman dasar. Siswa kurang memahami materi yang diberikan oleh guru dan siswa merasa sulit mempelajari mata pelajaran tersebut. Kendala lainnya adalah siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran. Rendahnya pemahaman yang dialami oleh siswa dapat dilihat dari hasil belajar. Terdapat 58% siswa yang nilainya masih di bawah KKM. KKM yang diterapkan oleh

sekolah adalah nilai bisa mencapai ≥ 75.

Metode pembelajaran yang biasa digunakan adalah metode konvensional dimana guru menerangkan materi dan siswa sebagai pendengar. Dengan metode konvensional siswa terlihat kurang aktif mengikuti pembelajaran. Dari wawancara yang dilakukan dengan siswa, siswa mengemukakan bahwa dengan metode konvensional terkadang siswa merasa jenuh dan sulit menerima materi yang diberikan.

Dari masalah yang ada dibutuhkan metode pembelajaran dimana siswa harus lebih aktif pada saat pembelajaran. Berdasarkan wawancara dengan guru pengampu pada mata pelajaran pemrograman dasar siswa harus memahami dasar-dasar materi yang dipelajari, dengan penguasaan materi siswa dapat mengerjakan projek pada saat praktikum. Upaya yang diberikan adalah dengan memberikan metode pembelajaran dimana siswa dituntut aktif pada saat pembelajaran. Merode yang dipilih adalah metode kooperatif. Metode kooperatif adalah metode pembelajaran dimana siswa bekerja kelompok, membantu satu sama lain untuk mempelajari materi pelajaran [2].

Metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) adalah salah satu model pembelajaran yang identik dengan kerja kelompok. Dengan begitu siswa akan belajar aktif dan termotivasi dalam belajar [3]. Tipe NHT (Numbered

Heads Together) yang dikenal sebagai “Kepala Bernomor” merupakan suatu

istilah dalam pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk menunjukkan adanya penomoran pada anggota kelompok [4]. Metode NHT (Numbered Heads

Together) dapat mengubah pola belajar siswa selama mengikuti pembelajaran,

(10)

3

Tujuan diberikan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head

Together) ini adalah untuk mengubah pola belajar siswa agar pada saat

pembelajaran siswa aktif dalam mencari materi dan mempelajarinya bersama kelompok masing-masing. Diharapkan dengan pola belajar NHT (Numbered

Head Together) akan berpengaruh pada peningkatkan hasil belajar siswa.

(11)

3

2. Kajian Pustaka

Hasil penelitian terdahulu memaparkan bahwa berdasarkan hasil tindakan dan data yang diperoleh dari tes hasil belajar pada siklus I dan siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum bahwa penerapan Model Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XA SMA Negeri 1 Beduai, Kabupaten Sanggau, sedangkan secara khusus sebagai berikut. Hasil belajar siswa kelas XA sebelum dilaksanakan tindakan dengan Model Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat dikatakan sangat rendah, tidak ada satu siswa yang tuntas dilihat dari post test

yang diberikan pada saat pratindakan. Nilai minimal yang diperoleh siswa 20, dan nilai maksimal yang diperoleh siswa 48 dari KKM yang ditetapkan, yaitu 70. Hasil belajar siswa kelas XA sesudah dilaksanakan tindakan dengan Model Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari nilai Post Test siswa setelah dilaksanakan siklus 1 dan siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus 2 indikator keberhasilan yang ditentukan dapat tercapai, sebanyak 20 siswa (54,82%) sudah mencapai ketuntasan dalam belajar, nilai minimal yang diperoleh siswa 64, dan nilai maksimal yang diperoleh siswa 90 dari KKM yang ditetapkan, yaitu 75 [5].

Penelian terdahulu yang kedua berjudul Studi Komparasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dan Make a Match (MM) Pada Materi Koloid Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2011/2012 menyatakan bahwa menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) lebih baik daripada metode Make a

Match (MM) pada materi koloid diukur dari aspek kognitif, dengan nilai

rata-rata prestasi kognitif pada kelas yang menggungunakan metode NHT adalah 63,33 dan kelas yang menggunakan metode MM adalah 57,78 dan prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri Kebakkramat tahun pelajaran 2011/2012 menggunakan metode Numbered Head Together (NHT) lebih baik daripada metode Make a Match (MM) pada materi koloid diukur dari aspek afektif, diukur. Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon [7]. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Timbulnya kapabilitas adalah dari: (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar [8].

(12)

4

hasil belajar dikatakan peningkat apabila nilai siswa mencapai KKM yakni

sudah mencapai ≥ 75.

Keaktifan dalam belajar adalah proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar [10]. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Dengan belajar aktif salah satunya dengan diskusi memungkinkan siswa memperoleh pemahamn dan penguasan materi. Lingkungan fisik dalam kelas juga dapat mempengaruhi belajar aktif, salah satunya adalah tempat duduk. [11]. Tempat duduk yang tepat untuk metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)

adalah gaya tim, dimana satiap siswa duduk dengan kelompoknyamasing-masing.

Metode kooperatif itu sendiri terbagi dalam beberapa jenis, empat diantaranya adalah kelompok pembelajaran kooperatif formal, kelompok pembelajaran kooperatif informal, kelompok besar kooperatif, dan gabungan tiga kelompok kooperatif [12]. Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai macam pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas. Salah satu pembuatan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan pencapaian prestasi pada siswa dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah akademik dan meningkatkan rasa percaya diri [13]. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga hal penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan sosial [14].

NHT (Numbered Head Together) adalah salah satu model pembelajaran

kooperatif. Teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing anggota diberi nomor. Setelah diskusi selesai guru memanggil nomor secara acak dan memberi pertanyaan. Pemanggilan nomor secara acak ini akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi [15]. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) terdiri dari : (1) Penomoran (numbering) pada tahap ini guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok dan memberi nomor yang berbeda pada setiap anggota kelompok, (2) Pengajuan pertanyaan (questioning) tahap ini guru mengajukan pertanyaan pada peserta didik, (3) Berpikir bersama (head

together)pada tahap ini peserta didik berpikir bersama atau diskusi

menyelesaikan tugas yang diberikan dari guru, (4) Pemberian jawaban

(Answering) pada tahap ini siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan yang

(13)

5

3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu berupa angka-angka yang datanya akan dianalisis menggunakan statistik. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design. Bentuk desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design [17]. Bentuk desain dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 Nonequivalent Control Group Design

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4

Keterangan :

O1 : Pretest kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan.

O2 : Posttest kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan.

O3 : Pretest kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan.

O4 : Posttest kelompok kontrol.

X : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tengaran. Alamat sekolah

ini adalah di Jl. Darun Na’im Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten

Semarang. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak kelas XI di SMK Negeri 1 Tengaran. Yang dijadikan sampel sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas XIRPL3 dan XIRPL4. Penentuan sampel menggunakan teknik Sampling Purpose yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, kelas ini dijadikan sampel dengan alasan pada kedua kelas ini siswa mempunyai kemampuan yang heterogen. Masing-masing kelas berjumlah 38 orang siswa.

Dalam penelitian ini terdapat dua variable yang diteliti yang dibedakan menjadi dua kategori yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1) Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Head Together) sebagai variabel independen dimaksudkan sebagai

upaya-upaya yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap mata pelajaran pemrograman dasar (X). Variabel ini diukur melalui beberapa indikator, diantaranya : keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran pemrograman dasar, tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan guru.

(14)

6

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membandingkan antara kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT (Numbered Head Together) dengan kelas kontrol yang hanya

menggunakan model pembelajaran konvensional, kedua kelas dievaluasi untuk melihat peningkatan hasil belajar. Penelitian difokuskan pada mata pelajaran pemrograman dasar kelas XI dan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Head Together. Berikut adalah alur penelitian yang dilakukan:

Gambar 1 Alur Pelaksanaan Penelitian

Pada gambar 1 dijelaskan bahwa tahap awal adalah identifikasi masalah dan tujuan penelitian. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan observasi dan wawancara. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran yang selama ini berlangsung. Tahap kedua adalah kajian pustaka, tahap ini digunakan untuk mencari solusi yang tepat untuk masalah yang sudah ditemukan pada tahap pertama. Tahap ketiga adalah perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Proses Pembelajaran (RPP) yang digunakan untuk kelas eksperimen yang isinya disesuaikan dengan proses pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Head Together) dan instrument penelitian untuk kedua kelas. Tahap

keempat adalah pemberian pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pretest digunakan untuk mengetahui hasil belajar awal sebelum diberi tindakan.

(15)

7

kontrol dilakukan proses pembelajaran seperti biasa yakni dengan pembelajaran konvensional. Tahap keenam pemberian posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tahap ini berguna untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi tindakan dan akan dibandingkan antara kelas eksperimen yang menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Tahap ketujuh adalah pengolahan data, tahap ini digunakan untuk mengolah data yang sudah didapat dan akan dibandingkan. Tahap terakhir adalah pembahasan hasil penelitian dan selanjutnya akan ditarik kesimpulan apakah ada peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).

Desain strategi pelaksanaan adalah dengan merancang Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan alur pembelajarannya untuk kelas eksperimen. Berikut adalah alur pelaksanaan NHT (Numbered Head Together) :

Gambar 2 Alur Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

Pada gambar 2 dijelaskan bahwa proses pembelajaran kooperatif tipe

NHT (Numbered Head Together) yang dilakukan pertama adalah membentuk

siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa dan setiap siswa diberi nomor kepala. Tugas guru di sini adalah memberikan sub materi dan tugas yang akan didiskusikan setiap kelompok dan memandu berjalannya diskusi. Materi yang dibahas meliputi materi operasi aritmatika dan operasi logika juga setiap kelompok membuat satu contoh program C++ yang di dalamnya terdapat operasi aritmatika dan logika dengan menggunakan aplikasi

Code Block. Setelah sesi diskusi selesai guru memberikan pertanyaan dengan

(16)

8

praktek. Jadi jam pelajaran yang ada digunakan untuk mengerjakan tugas praktek sekaligus membahas teorinya.

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen juga dibuat sesuai dengan alur pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Head Together). Dalam proses pembelajaran dengan metode NHT (Numbered

Head Together) kegiatan inti pembelajaran lebih banyak untuk berdiskusi. Siswa

diajarkan aktif dalam belajar dengan mencari dan mengolah materi dengan memanfaatkan internet. Siswa juga belajar bersosialisasi dan juga belajar bekerja sama dengan baik. Pada sesi pertanyaan, di sini siswa diajarkan bertanggung jawab pada tugas yang sudah diberikan, karena guru akan memberikan pertanyaan secara acak sesuai nomor kepala yang dipanggil. Yang terakhir adalah sesi presentasi, siswa akan belajar bagaimana menyampaikan informasi dengan baik dan benar.

Berikut adalah perbedaan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dan pembelajaran kooperatif pada kelas eksperimen. Perbedaan ini terdapat pada strategi dan metode yang ada pada Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berikut adalah penyajian dalam tabel :

(17)

9

pembelajaran. Yang terakhir pada penutup untuk kedua pembelajaran ini sama, guru memberikan umpan balik dan menutup pembelajaran. Perbedaan juga terdapat pada pembagian waktu untuk materi teori dan materi praktek. Mata pelajaran pemrograman dasar mempunyai waktu dua jam pelajaran, pada pembelajaran konvensional jam pertama digunakan untuk materi teori dan jam kedua digunakan untuk materi praktek.

Instrumen yang digunakan adalah observasi, soal tes pretest-posttest

buatan guru, dokumentasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk mengetahui mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa siswa selama proses pembelajaran di kelas, wawancara digunakan untuk mengetahui pembelajaran yang berlangsung dari guru dan siswa, soal pretest-posttest digunakan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa, dokumentasi digunakan untuk mengambil data seperti silabus, RPP, soal buatan guru, daftar siswa dan daftar nilai siswa.

Pengolahan nilai tes dilakukan dengan cara perhitungan dengan menggunakan aplikasi SPSS 16.0 untuk mengetahui uji beda antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Pada perhitungan Independent-Samples t test

(18)

9

4. Hasil Pembahasan

Langkah pertama dalam penelitian ini adalah pengambilan nilai pretest.

Pretest diberikan pada kedua kelas. Tujuan pretest adalah untuk mengetahui

XIRPL3 6 15,9% 66,55 Tidak tercapai

XIRPL4 4 10,5% 63,05 Tidak tercapai

Dari tabel 3 dapat disimpulkan pada kelas XIRPL3 dan XIRPL4 belum mencapai ketuntasan. Dari XIRPL3 ada enam siswa atau 15,9% dengan rata-rata nilai 66,55 dan XIRPL4 hanya ada empat siswa atau 10,5% dengan rata0rata nilai 63,05 dari 38 siswa yang nilainya diatas KKM. Dari kedua kelas tersebut dipilih kelas XIRPL4 sebagai kelas eksperimen dengan alasan siswa yang nilai di bawah KKM lebih tinggi dan rata-rata nilai lebih rendah dibanding dengan XIRPL3.

Selanjutnya pada pertemuan pertama di kelas eksperimen siswa dijelaskan mengenai metode NHT (Numbered Head Together) dan materi pemrograman dasar menggunakan C++ dan aplikasi yang digunakan adalah code

block. Pertemuan kedua yakni pada kelas eksperimen. Pada pertemuan kedua

diberikan tindakan pada kelas eksperimen yakni proses pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Berikut adalah gambaran posisi pembelajaran kelas XIRPL4 (kelas eksperimen) sebelum diberikan metode koperatif tipe NHT (Numbered Head Together):

(19)

10

Pada gambar 3 pembelajaran sebelumnnya posisi guru berada di depan dan semua siswa duduk pada bangku masing-masing. Guru menjelaskan materi dengan metode ceramah, dan siswa sebagai pendengar. Siswa yang ingin bertanya diberikan kesempatan dengan tunjuk tangan terlebih dahulu. Berikut adalah gambaran untuk pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together):

Gambar 4 Posisi kelas eksperimen (kooperatif tipe NHT)

Pada gambar 4 proses belajar pada kelas eksperimen adalah sebagai berikut: (1) Pembagian kelompok. Dalam satu kelas dibagi menjadi delapan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa dan setiap siswa dalam satu kelompok mempunyai nomor kepala. Pembagian kelompok ini diatur oleh guru agar terbentuk kelompok yang heterogen sesuai dengan hasil prestest

sebelumnya. (2) Pemberian materi atau tema tugas yang akan dikerjakan oleh setiap kelompok. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok, siswa mencari materi dan membuat satu program C++ dari internet yang sudah disediakan oleh sekolah. (3) Pemberian pertanyaan. Setelah semua siswa menyelesaikan tugas dengan waktu yang sudah diberikan maka selanjutnya adalah pemberian pertanyaan dari guru. Guru memanggil nomor siswa dari setiap kelompok dan siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan yang diberikan guru. (4) Presentasi hasil program. Setiap kelompok mempresentasikan program yang sudah dibuat. (5) Penutup, guru membahas tugas yang sudah diberikan dan memberikan jawaban yang benar.

(20)

11

Tabel 4 Indikator Pelaksanaan Metode NHT

No Indikator Perlaksanaan

1

Numbering

Apersepsi tentang materi pemrograman

dasar Ya

2 Penyampaian model pembelajaran NHT

dan umpan balik serta cara penilaiannya Ya

3 Motivasi yaitu mengingatkan siswa untuk

bersungguh-sungguh untuk berdiskusi Ya

4

Membagi siswa menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, masing-masing siswa diberi nomor kepala

Ya

5 Head together Memberikan tugas pada masing-masing

kelompok Ya

7 Answering Memberikan umpan balik dengan cara

memberikan jawaban yang benar Ya Sumber : Nanik (2008) [18]

Dari tabel 4 dapat dilihat dari tujuh indikator pelaksanaan pembelajaran

NHT (Numbered Head Together) telah dilaksanakan tujuh indikator. Pada

indikator numbering yang pertama dilaksanakan yaitu apersepsi materi pemrograman dasar, yang dimaksud apersepsi disini adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang bertujuan untuk memotifasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi pemrograman dasar. Yang kedua adalah menyampaikan model pembelajaran, guru menjelaskan langka-langkah pembelajaran metode NHT (Numbered Head Together), umpan balik dan penilainnya. Ketiga adalah motivasi, disini guru memberikan motivasi kepada peserta didik agar bersungguh-sungguh dalam bekerja kelompok. Keempat pembagian kelompok, guru membagi 38 siswa menjadi 8 kelompok, satu kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, setiap siswa dalam kelompok tersebut diberi nomor kepala. Pada indikator head together yakni indikator kelima adalah pemberian tugas, guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk dikerjakan secara diskusi. Indikator questioning adalah memanggil nomor siswa, setelah diskusi selesai guru memanggil nomor siswa dari setiap kelompok untuk diberi pertanyaan dan siswa menjawab. Indikator terakhir adalah

answering yakni setelah siswa menjawab pertanyaan, guru memberikan umpan

balik dengan memberikan jawaban yang benar. Dengan melakukan observasi dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan metode NHT (Numbered Head

Together) dapat berjalan dengan baik.

(21)

12

yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head

Together). Berikut hasil observasi keaktifan siswa di kelas eksperimen :

Tabel 5 Indikator Keaktifan Siswa

No Indikator Persentase

1 Numbering

Siswa memperhatikan guru saat memberikan apersepsi

tentang materi pemrograman dasar 86,6%

Siswa mengikuti arahan guru dalam membentuk

kelompok 100%

Siswa mengatur tempat duduk yang sesuai untuk

pembelajaran NHT 100%

Siswa mendapat nomor sebagai identitasnya 100%

2 Head together

Setiap siswa dari masing-masing kelompok mencari

materi operasi aritmatika dan logika dari internet 89,4% Setiap siswa dari masing-masing kelompok mencari

materi operasi aritmatika dan logika dari modul 78,9% Setiap siswa dari masing-masing kelompok membuat

projek yang mengandung operasi aritmatika atau logika

94,7%

3 Questioning

Siswa mempersiapkan jawaban yang benar untuk

pertanyaan yang diberikan dari guru 100% Setiap kelompok meyakinkan anggota kelompoknya

memahami materi dan tugas yang sudah dibuat 100%

4 Answering

Siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan dari guru 97,3% Anggota kelompok menambahkan jawaban dari

temannya setelah ditunjuk guru 81,5%

Rata-rata persentase 93,5%

Tabel 5 merupakan hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran kooperatif NHT berlangsung. Penilaian diambil oleh guru dengan memberi cek list pada setiap indikator dan pada semua siswa. Indikator pertama adalah

numbering, pada indikator ini terbagi menjadi empat indikator lagi untuk

mengetahui keaktifan yakni yang pertama adalah siswa memperhatikan guru saat memberikan apersepsi, 86,6% siswa sudah memperhatikan guru. Indikator kedua yakni siswa mengikuti arahan guru untuk membentuk kelompok, pada indikator ini seluruh siswa sudah mengikuti arahan guru untuk membentuk kelompok. Indikator ketiga adalah siswa mengatur tempat duduk yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif NHT, seluruh siswa antusias untuk mengatur tempat duduk mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Indikator keempat yakni siswa mendapat nomor sebagai identitas, seluruh siswa pada pembelajaran NHT diberi nomor kepala dari guru.

(22)

13

modul. Indikator ketiga adalah setiap siswa membuat projek yang sudah diberikan guru dengan masing-masing kelompoknya, pada indikator ini terdapat 94,7% siswa yang mengerjakan projeknya dengan baik.

Indikator ketiga adalah questioning, pada indikator questioning ini terdapat dua indikator untuk mengetahui keaktifan siswa yakni siswa mempersiapkan jawaban yang benar untuk pertanyaan yang diberikan dari guru dan setiap kelompok meyakinkan anggota kelompoknya memahami materi dan tugas yang sudah dibuat. Pada indikator questioning seluruh siswa mempersiapkan jawaban yang benar dan meyakinkan anggota kelompoknya untuk memahami materi dan projek yang sudah dikerjakan.

Indikator keempat adalah answering pada indikator ini terdapt dua indikator untuk mengeahui keaktifan siswa yakni yang pertama Siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan dari guru, pada indikator ini terdapat 97,3% siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru. Indikator yang kedua pada answering adalah anggota kelompok menambahkan jawaban dari temannya setelah ditunjuk guru, pada indikator ini terdapat 81,5% siswa yang menambahkan jawaban pada saat guru memberikan pertanyaan.

Total persentase keaktifan siswa pada kelas eksperimen sebesar 93,5% masuk dalam kategori sangat baik. Hal ini disebabkan karena, pada kelas eksperimen yang diterapkan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head

Together) membuat siswa lebih bersemangat mengikuti pembelajaran karena ini

merupakan metode baru yang diterapkan. Metode ini juga dapat memotivasi siswa agar lebih bersungguh-sungguh dalam mempelajari materi dengan cara siswa diberi tugas untuk mencari materi sendiri dan membuat satu contoh program. Tugas yang diberikan juga tidak terlalu berat bagi siswa karena tugas tersebut diselesaikan bersama atau dipikirkan bersama. Metode ini juga memudahkan guru dalam memantau aktifitas siswa, karena siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil jadi guru dapat fokus pada masing-masing kelompok.

Tahap terakhir penelitian adalah pengadaan posttest. Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa, memberi salam dan presensi siswa untuk mengecek kehadiran siswa. Setelah pertemuan sebelumnya diterapkan pembelajaran dengan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)

maka pertemuan ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa yaitu dengan memberikan posttest. Posttest dilakukan pada kelas eksperimen (XIRPL4) dan juga kelas kontrol (XIRPL3). Soal terdiri dari 15 butir soal pilihan ganda. Guru membagikan lembar soal dan lembar jawaban pada siswa. Siswa diberi waktu selama satu jam pelajaran untuk mengerjakan soal. Berikut adalah hasil belajar siswa dari nilai posttest :

XIRPL3 6 15,9% 70,11 Tidak tercapai

(23)

14

Dari tabel 6 dapat dijelaskan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kelas eksperimen (XIRPL4). Jumlah siswa yang tuntas di atas KKM terdapat 32 siswa, sedangkan pada kelas kontrol hanya terdapat 6 siswa. Persentase kelulusan pada kelas eksperimen terdapat 84,2% dengan rata-rata nilai 80,21. Pada kelas kontrol persentase kelulusan 15,9% dengan rata-rata-rata-rata nilai 70,11.

Tujuan diterapkannya metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head

Together) pada kelas eksperimen adalah untuk meningkat hasil belajar siswa.

Meningkatnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari penelitian yang sudah dilakukan. Berikut adalah perbedaan peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol:

Gambar 5 Perbedaan hasil belajar pretest-posttest pada kelas kontrol dan eksperimen

(24)

15

5. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head

Together) berpengaruh positif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan cara belajar siswa yang lebih aktif. Perubahan cara belajar siswa dapat dilihat dari hasil observasi yang terdiri dari beberapa indikator.

Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu kelas eksperimen 84,2% > kelas kontrol 15,9%. Perhitungan rata-rata hasil belajar siswa di kelas kontrol meningkat dari hasil pretest dari 66,55 menjadi 70,11 akan tetapi kenaikan lebih tinggi dan signifikan pada kelas eksperimen dari nilai pretest 63,05 meningkat pada hasil posttest menjadi 80,21. Peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi dari pola belajar siswa yang lebih aktif, dapat dilihat dari beberapa indikator yang dilakukan pada saat obeservasi yakni persentase keaktifan siswa pada kelas eksperimen adalah 93,5%.

(25)

16

5. Daftar Pustaka

[1] Atmoko, Beni, Tri. 2013. Pengaruh Prestasi Belajar Mata Pelajaran Adaptif Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Produktif Siswa Jurusan TITL

Smk Negeri 1 Magelang

[2] Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning: theory,

research and practice,Terj. Narulita Yusron, Bandung: Nusa

Media

[3] Nanik Wijayati, Ika Kusumawati dan Titik Kushandayani. 2008.

Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Heads Together

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia. Jurnal Inovasi

Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 2, hlm 281-286

[4] Ersanghono Kusuma, Nanik Wijayati dan Langgeng Setyo Wibowo. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht Berbasis Savi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan

Laju Reaksi. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1,

hlm 216-223

[5] Jamalong, Ahmad. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) di

Kelas X SMA Negeri 1 Beduai Kabupaten Sanggau. Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4

[6] Mustika Purnamasari, J.S Sukardjo, Agung Nugroho C.S. 2013.

Studi Komparasi Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dan Make A Match (MM) Pada Materi koloid Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA

Negeri Kebakkramat. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1

[7] Budiningsih. G.Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

[8] Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

[9] Komara, Sakinah. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

[10] Sudjana, Nana. 2000. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam proses

Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

[11] Siberman, Melvin L. 2011. Active Learning 101 Cara Belajar

Siswa Aktif, Terj. Raisul Muttaqien, Bandung: Nuansa

[12] Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

[13] Slavin. Robert, E. 2005. Cooperative Learning: theory,

research and practice,Terj. Narulita Yusron, Bandung: Nusa

Media

(26)

17

NHT (Numbered Head Together) Pada Mata Pelajaran Alat

Ukur di SMK Antartika 1 Sidoarjo. JPTM, Vol 3 Nomor, 1 – 9

[15] Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

[16] Kawuwung, Femmy. 2011. Profil Guru, Pemahaman Kooperatif Nht, Dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Di

Smp Kabupaten Minahasa Utara. El-Hayah Vol. 1, No.4

[17] Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

[18] Nanik Wijayati, Ika Kusumawati dan Titik Kushandayani. 2008.

Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Heads Together

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia. Jurnal Inovasi

Gambar

Tabel 1 Nonequivalent Control Group Design
Gambar 1 Alur Pelaksanaan Penelitian
Gambar 2 Alur Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)
Tabel 2 Perbedaan Pembelajaran Konvensional dan Kooperatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan..  Sebagai contoh, sebuah

Scanned by CamScanner... Scanned

Menurut Miller, Balanter dan Primbam dalam Dan Nimmo (2006) mengatakan bahwa citra adalah segala sesuatu yang telah dipelajari seseorang, yang relevan dengan situasi dan dengan

Hasil survei yang didapat menunjukan bahwa potensi lokal yang terdapat di wilayah Kulon Progo berupa daerah pegunungan, dataran rendah, kawasan hutan mangrove dan

• Konsep ini memvisualisasikan beton pratekan pada dasarnya adalah beton yang ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan elastis dengan memberikan tekanan terlebih

Dalam rangka mendukung Visi dan Misi Pemerintah Republik Indonesia dalam bidang akademik sehingga mampu menciptakan Sumber Daya Manusia yang handal, berdaya saing, cerdas, inovatif

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi kubus dan balok pada siswa

Model fungsi transfer pada TR 450VA dan 1300VA setelah dilakukan analisis deteksi outlier memiliki hasil parameter yang signifikan, uji asumsi residual white noise