BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam
tentang respon bidan terhadap kebijakan BPJS Kesehatan Dalam Biaya
Pengklaiman Dana Non Kapitasi Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Wilayah
Kerja Puskesmas Patumbak tahun 2016.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Rawat Inap Patumbak.
Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Puskesmas Patumbak
merupakan Puskesmas rawat inap yang sudah mampu PONED dan juga sudah
banyak melakukan pelayanan kebidanan dan neonatal dengan menggunakan BPJS
Kesehatan. Pembiayaan kebidanan dan neonatal yang banyak melakukan BPJS
Kesehatan, sehingga sistem pembiyaan tidak langsung ke tangan bidan, sehingga
memerlukan waktu dan proses yang panjang untuk dapat pengklaiman dana dari
BPJS Kesehatan untuk bidan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan 18 Januari 2017 sampai 2 Mei
3.3 Informan Penelitian
Dari tabel dibawah ini dapat terlihat bahwa jumlah informan penelitian ini
adalah 6 orang, yang terdiri dari Kepala Puskesmas berumur 39 tahun dengan
pendidikan Dokter, Bidan Koordinator. Bidan inti PONED berumur 47 tahun
dengan pendidikan S2, 4 bidan Puskesmas bagian KIA, dan Bendahara
Pendapatan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang bertanggungjawab
dalam pendanaan dana non kapitasi JKN sebagai informan kunci untuk keabsahan
data .
Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat
dilihat pada tebel berikut :
Tabel 3.1 Karakteristik Informan
Informan Jabatan Umur Pendidikan
Informan 1 Bendahara Pendapatan Dinkes
Kab. Deli Serdang
37 S1
Informan 2 Kepala Puskesmas 39 Pend. Dokter
Informan 3 Bidan Puskesmas 47 S2
Informan 4 Bidan Puskesmas 45 S2
Informan 5 Bidan Puskesmas 36 D III
Informan 6 Bidan Puskesmas 40 D III
3.4 Metode Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini peneliti memilih
1. Wawancara mendalam (indepth interview) yaitu melakukan tanya jawab
terhadap informan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Studi dokumentasi, data diperoleh dari catatan/laporan rutin pencatatan setiap
pelaksanaan persalinan, dan bukti foto.
3. Pengamatan (observasi) yaitu mengamati kegiatan, sarana dan prasarana di
bagian KIA Puskesmas Patumbak.
3.5 Jenis dan Sumber Data
1. Data primer yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang
dikumpulkan melalui observasi yaitu dengan melihat kegiatan serta sarana dan
prasarana di puskesmas dan wawancara baku terbuka dengan probing
(pendalaman pertanyaan) dengan menggunakan pedoman wawancara yang
berisi butir-butir pertanyaan untuk diajukan kepada informan. Pedoman
tersebut digunakan untuk memudahkan wawancara, penggalian data dan
informasi.
2. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang
diperoleh dari profil Puskesmas Patumbak.
3.6 Uji Validitas Data
Uji validitas data dalam penelitian kualitatif disebut dengan triangulasi.
Triangulasi digunakan sebagai tehnik pemeriksaan, keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Saryono dan Anggraeni, 2010).
3.7 Triangulasi
Menurut Patton dalam Moleong (2012) untuk menjaga kualitas dam
keakuratan data dilakukan triangulasi. Triangulasi yang dilakukan adalah
triangulasi sumber, yaitu dengan memilih yang dapat memberikan jawaban sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan. Sehingga yang dapat menjadi sumber informasi
keakuratan data dalam penelitian ini ialah Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang.
3.8 Metode Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (2012) terdapat tiga metode analisa data
kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini
berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung bahkan sebelum data
benar-benar terkumpul.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi
data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa
sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai
kuantifikasi data.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisi data kualitatif.
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan data disusun dapat
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk
mengambil tindakan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Patumbak
Puskesmas Patumbak didirikan sejak tahun 1976, yang terletak di jalan
Pertahanan Desa Sigara-gara daerah Patumbak Kecamatan Patumbak Kabupaten
Dli Serdang. Sejak tahun 2013 Puskesmas Patumbak sudah menjadi rawat inap
dan menyusul menjadi Puskesmas Mampu PONED. Letak Puskesmas Patumbak
sangat strategis yaitu tidak jauh dari pinggir jalan dimana besrsebelahan dengan
kantor Kecamatan Patumbak dan ada 2 sekolah dasar sehingga sangat mudah
untuk dijangkau masyarakat.
Batas-batas wilayahnya adalah :
a. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Deli Tua dan Kec. Medan Amplas
b. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas dan Kec. Percut
Sei Tuan
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir dan Kec. Tanjung
Morawa
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir dan Kec. Biru-biru
Pelayanan yang diberikan pada Puskesmas Patumbak adalah : (1) KIA, (2)
KB, (3) Gizi, (4) PKM, (5) Usila, (6) Laboratorium, (7) Farmasi, (8) Pengobatan,
(9) UKM, (10) Kesling, (11) UKG, (12) SP2TP. Adapun menjadi visi dari
Puskesmas Patumbak adalah Kesehatan mantap, mandiri, tanggap dan
profesional. Sedangkan yang menjadi misi dari Puskesmas Patumbak adalah
4.1.2 Wilayah Kerja Puskesmas Patumbak
Kecamatan Patumbak terdiri 8 desa dan 52 dusun.
Tabel 4.1 Jumlah Desa dan Dusun di Kecamatan Patumbak 2016
No Desa Jumlah Dusun
1 Marindal I 12
2 Marindal II 7
3 Patumbak I 7
4 Patumbak II 5
5 Sigara-gara 6
6 Patumbak Kampung 7
7 Lantasan Lama 4
8 Lantasan Baru 4
JUMLAH 52
Pada tahun 2015 penduduk Kecamatan Patumbak berjumlah 93.658 jiwa
dengan rincian 47.527 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 46.131 jiwa
perempuan. Jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Patumbak sebanyak
23.420 KK.
4.1.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Patumbak
Puskesmas Patumbak dipimpin oleh seorang dokter. Berdasarkan data
yang diperoleh di Puskesmas Kecamatan Patumbak maka diperoleh data Tenaga
Kesehatan sebanyak 63 orang dan Tenaga Umum 6 orang, dengan rincian sebagai
Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia Puskesmas Patumbak
No. Tenaga Kesehatan Jumlah
1 Dokter Umum 5
2 Dokter Gigi 4
3 Perawat 9
4 Perawat Gigi 2
5 Bidan 33
6 Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat 3
7 Tenaga Ahli Sanitasi 0
8 Tenaga Teknisi Medis/ Lab 1
9 Umum 6
4.2 Respon Bidan Terhadap Kebijakan Pengklaiman Dana Non Kapitasi Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
Prinsip-prinsip penyelenggaraan JKN berdasarkan Undang-Undang
Nomor 24 tahun 201, mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut: kegotong
royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efesiensi dan
efektifitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dan amanah dan hasil
pengelolaan dana jaminan sosial. Manfaat jaminan kesehatan yang bisa diperoleh
dalam program JKN bersifat pelayanan perseorangan yang mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan kebidanan dan
neonatal. Cakupan pelayanan kebidanan dan neonatal yang termasuk di dalam
program JKN meliputi: pelayanan pemeriksaan kehamilan (antenatal care),
pertolongan persalinan (intranatal care), pemeriksaan bayi baru lahir (neonatus),
pemeriksaan pascasalin (postnatal care) dan pelayanan Keluarga Berencana
Program JKN memberikan jaminan pembiayaan pada pelayanan
kebidanan dan neonatal berdasarkan pembayaran non kapitasi. Peserta JKN
mendapatkan pelayanan kebidanan pada puskesmas-puskesmas, rumah sakit, dan
fasilitas pelayanan swasta yang bekerjasama dengan BPJS. Manfaat pelayanan
kebidanan dan neonatal yang diberikan oleh JKN berupa : Pemeriksaan ANC,
pelayanan persalinan, pemeriksaan PNC dan bayi baru lahir (neonatus) dan
pelayanan keluarga berencana.
Indonesia menuju UHC berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor
36 tahun 2009 pasal 13 yang menyatakan bahwa: setiap orang berkewajiban ikut
serta dalam program Jaminan Kesehatan Sosial. Program JKN juga memberikan
jaminan pembiayaan pada pelayanan kebidanan dan neonatal berdasarkan
pembayaran non kapitasi untuk mendapatkan pelayanan kebidanan pada
puskesmas-puskesmas, rumah sakit dan fasilitas pelayanan swasta yang
bekerjasama dengan BPJS (BPJS Kesehatana, 2014).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59
tahun 2014tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan pada pasal 11 ayat 1 (a) menyatakan bahwa: jasa
pelayanan kebidanan, neonatal, dan keluarga berencana yang dilakukan oleh bidan
atau dokter bersifat non kapitasi yaitu besaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan
4.2.1 Respons Bidan pada Proses dan Alur Pengklaiman Dana Non Kapitasi oleh BPJS
Hasil wawancara yang dilakukan kepada informan terdiri dari Bendahara
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, Kepala Puskesmas Patumbak dan
Bidan Puskesmas diperoleh informasi sebagai berikut :
“proses dan alur pengklaiman dana non kapitasi dibilang cukup panjang ya, dimulai dari puskesmas melakukan jasa pelayanan,
kemudian memverifikasi data ke BPJS kesehatan, setelah dari BPJS
mentransfer dana tersebut ke rekening Dinas Kesehatan, setelah ke
dinkes di transfer lagi ke Pemkab, kemudian setelah dari pemkab
nantinya Puskesmas mengambil uangnya ke dinkes setelah dapat informasi dari dinkes.” (Informan 1)
Menurut Informan yang sebagai pemegang kebijakan pengklaiman dana
non kapitasi dipegang oleh Bendaha Pendapatan Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan masih cukup panjang,
dimana alur pendanaan yang diterima oleh puskesmas dalam setiap melakukan
jasa pelayanan masih dikatakan cukup rumit.
“Ya kalo alur untuk dana non kapitasi pasti panjang karna menyangkut jasa pelayanan, berbeda dengan dana kapitasi yang langsung dikasi di
muka, di mulai dari puskesmas yang telah memalukakan pelayanan,
kemudian memverifikasi data ke BPJS Kesehatan, kemudian dana yang
sudah di dapat diberi ke kas daerah, nanti Puskesmas mengambilnya ke dinas kesehatan.” (Informan 2)
Sama halnya dengan Dinas Kesehatan, pihak Puskesmas juga
menyatakan alur yang dilakukan untuk pengklaiman dana non kapitasi masih
pengklaiaman dana non kapitasi dimana dana diterima langsung oleh pihak
puskesmas dari BPJS Kesehatan tanpa adanya proses dan alur yang panjang.
“Alurnya cukup rumit ya karna berputar-putar, jadi jumlah persalinan yang ada pada satu bulan diklaim berapa jumlah persalinannya,
kemudian jumlahnya diserahkan ke BPJS untuk di klaim, kemudian dari
BPJS dana di setor ke Pemkab, setelah itu di setor ke rekening Dinas
Kesehatan, dan nanti dinas memberi informasi ke puskesmas jika dana
sudah keluar.” (Informan 3)
“Ya saya begitu kurang paham ya, karena udah tuntutan kerjaan jadi ikuti aja alurnya, kan ada bagian yang sudah menanganinya, jadi saya
menjalani aja apa yang harus dikerjakan untuk diklaim. Memang sih
karna perjalanan uang itu panjang dan terlalu berlebihan dalam pengklaiman yang penting dana yang terklaim keluar.” (Informan 4)
Sebagai bidan yang melakukan jasa pelayanan, tentunya menganggap
pengklaiman dana yang diberikan oleh BPJS Kesehatan untuk jasa perorangan
masih terlalu beputar-putar dan berlebihan, hanya sebatas keuangan harus
diikuti banyak prosedur terlebih dahulu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Proses dan alur pengklaiman dana non
kapitasi oleh BPJS untuk Puskesmas masih cukup sulit, karena memerlukan alur
yang berputar – putar sehingga dana yang diterima bidan tidak secara langsung
yang berbeda halnya dengan dana kapitasi, dimana pengklaiman langsung
diserahkan BPJS ke Puskesmas dan Dinas Kesehatan hanya sebagai pengontrol
bagaimana pemanfaatan dana di FKTP tersebut. Ini diperkuat dari pernyataan
informan 1 yang mengatakan bahwasanya alur dari pengklaiman dana non
Proses dan alur yang dilakukan BPJS Kesehatan untuk tingkat Puskesmas sudah
sesuai dengan “Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan”(BPJS Kesehatan 2013)
4.2.2 Respons Bidan tentang Persyaratan Pengklaiman Dana Non Kapitasi oleh BPJS Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan tentang
persyaratan klaim dalam penerimaan dana non kapitasi diperoleh informasi
sebagai berikut :
“Syarat yang dibutuhkan untuk pengajuan klaim persalinan itu ada Kartu Keluarga, KTP, Kartu BPJS Kesehatan, Foto Ibu dan Bayi,
Form dari Bidan yang jumlah lembarannya ada 10, surat lahir di
tandatangani bidan penolong dan persetujuan kapus, yang nantinya ini
akan di serahkan ke BPJS Kesehatan untuk diklaim dan sebelum berkas
diserahkan diverifikasi terlebih dahulu secara online oleh petugas
klaim. Kesulitannya dalam syarat klaim ini tidak ada hanya saja ketika
waktu persalinan sudah hampir mendekati awal bulan, ya pasti sudah keteter dalam persiapan syarat klaimnya .” (Informan 3)
Persyaratan yang disiapkan dalam melakukan pengklaiman tidak
banyak, hanya saja ada beberapa form yang wajib diisi bidan untuk di
verifikasi terlebih dahulu secara online oleh petugas verifikasi.
“Kalo syaratnya ya dek, pastinya harus ada kartu kepesertaan BPJS oleh pasien, kemudian Kartu Keluarga, KTP, form yang di isi bidan,
partograf, dan foto ibu serta bayinya supaya dapat diklaim, dan
Hasil pernyataan bidan dalam melengkapi berkas klaim tidak ada
kesulitan, hanya saja ada beberapa faktor yang mejadi kendala dalam
melengkapi berkas klaim, diantaranya bidan ada pekerjaan lain atau persalinan
terjadi di awal bulan karena sudah sudah hampir medekati batas waktu
pengklaiman.
“KK, KTP, Foto persalinan, pengisian partograf, form pendaftran pengklaiman dan form-form lainnya, sedangkan kesulitan yang didapat
untuk menyiapkan syarat-syarat klaim tidak ada ya, karna terkadang
pasien sendiri yang masih kurang lengkap membawa syarat-syarat
persalinan dengan menggunakan BPJS, sehingga menunggu keluarga
pasien menyerahkan berkas terlebih dahulu.” (informan 5)
Informasi lain adanya kendala dalam pengklaiman juga terjadi pada
pasien yang melakukan persalinan, karena masih ada keluarga pasien ketika
bidan menolong persalinan tidak lengkap membawa syarat persalinan dengan
BPJS Kesehatan atau masyarakat yang bersangkutan tidak membayar iuran
BPJS Kesehatan, sehingga adanya tunggakan-tunggakan yang harus diurus
terlebih dahulu oleh pihak keluarga pasien.
“ Syarat-syarat pengklaiman masih sesuai dengan peraturatan BPJS ya dek, misal dari KK, Kartu BPJS, KTP suami dan istri, terus ada
berkas-berkas yang wajib diisi, serta nanti setelah melahirkan melampirkan
foto bayi dan ibunya, dan untuk kesulitan dalam melengkapi
syarat-syarat klaim hanya ribet saja karna banyak yang perlu di isi secara manual.” (Informan 6)
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk persyaratan klaim
diselesaikan dan juga terkadang kesulitan dalam mengisi syarat klaim juga
dikeluhkan bidan terhadap masyarakat yang saat melakukan persalinan tidak
lengkap membawa syarat-syarat yang dibutuhkan, apalagi dalam kondisi waktu
yang mendesak untuk mengajukan berkas klaim dengan segera. Dan ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2013) “Analisis Kelengkapan
Persyaratan Klaim Asuransi Jamkesmas dan Jampersal Pada Sistem INA-CBGs
di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta”.
4.2.3 Respons Bidan Pada Ketepatan Waktu Pelaksanaan Klaim Dana Non Kapitasi di FKTP
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada bendahara dinas
kesehatan kabupaten Deli Serdang, Kepala Puskesmas, dan Bidan Puskesmas
Patumbak didapatkan informasi sebagai berikut :
“Waktu yang dibutuhkan bidan dalam batas pengklaiman pada setiap
tanggal 5 setiap bulannya kalau tidak salah. Nah, setelah bidan
melakukan pengklaiaman di bulan berikutnya BPJS setelah
memverifikasi berkas klaim dana di transfer seperti alur tadi, kemudian
pada akhir bulan biasanya sudah bisa diambil. Hanya saja terkadang
dinas untuk tidak berulang-ulang mengambilnya karna masih ada
administrasi lagi yang perlu di siapkan, jadi biasnya tunggu 3 bulan atau lebih dana klaim baru bisa di ambil oleh puskesmas.” (Informan 1)
Pernyataan yang diberikan oleh Bendahara Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang bahwasanya waktu pengklaiman di beri batas waktu, paling lama
“setiap tanggal 5 bulan berikutnya berkas terakhir diserahkan, sedangkan dana cair tidak tentu, tunggu berbulan-bulan baru ada dananya.” (Informan 2)
Begitu juga pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Puskesmas
patumbak, bahwasanya pengklaiman dana non kapitasi diberi batas waktu,
sedangkan pencairan dana dibutuhkan waktu berbulan-bulan.
“kami harus menyerahkan berkas itu paling lama tanggal 5, tapi sebelumnya ketika melakukan pengklaiman berkas di isi secara online
lewat sistem P-Care, setelah itu apabila berkas yang asli diserahkan
lewat tanggal 5 pengklaiman sudah hangus dan tidak berlaku lagi, jadi
tidak bisa mengklaim di bulan-bulan berikutnya.” (Informan 3)
Pernyataan bidan juga tidak jauh beda dengan pernyataan informan 1
dan 2, batas pengklaiaman jasa pelayanan yang mereka berikan paling lama
diberikan pada tanggal 5 sebelumnya, hanya saja sebelum mengklaim berkas
secara manual, terlebih dahulu di verifikasi secara online oleh petugas klaim
dengan sistem aplikasi Primary Care (P-Care).
“kalo untuk waktu kalaim paling lama tanggal 5 itu dek, jadi untuk berkas waktunya haru diajukan paling lama tanggal segitu, sedangkan
dana keluar terkadang tidak jelas, tunggu beberapa bulan setelah diklaim baru ada.” (Informan 4)
“ya dek, kalo masalah waktu untuk pengajuan paling lama tanggal 5 pada bulan berikutnya, tapi sebelumnya udah didaftarkan secara
online, jadi kalo apa yg sudah tertera di P-Care harus diserahkan, kalo
Beberapa informasi yang disampaikan hanya batas waktu pengklaiman
saja yang diperketat, tidak halnya dengan waktu pencairan dana, harus
menunggu berbulan-bulan terlebih dahulu agar dana dapat turun langsung ke
pemberi jasa pelayanan.
“untuk batas waktu itu dek paling lama pada awal bulan, jadi berkas harus disiapkan secepatnya sebelum tanggal 5. Setelah lewat tanggal 5 berkas yang mau dklaim dihanguskan. Sedangkan pencairan dana masih tidak tentu kapan keluarnya.” (Informan 6)
Hasil wawancara pada seluruh informan tentang waktu pelaksanaan
klaim terbagi atas 2 yaitu waktu dalam pengajuan berkas, dan waktu dalam
mendapatkan pencairan dana. Waktu dalam pelaksanaan berkas tidak ada
kesulitan oleh bidan, hanya saja kesulitan yang didapat ketika ada pasien
persalinan yang bersalin sudah mendekati jadwal batas pengklaiaman jadi
harus segera dikerjakan, sedangkan waktu dalam pencairan dana rata-rata bidan
mengalami keluhan karena waktu keluar dana selalu tidak tepat waktu tunggu
beberapa bulan kemudian baru ada informasi pencairan dana klaim, seperti
halnya penelitian yang dilakukan oleh Malonda (2015) Analisis Pengajuan
Klaim Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano”. Informasi ini diperkuat oleh informan 1 yang
menyatakan bahwasanya “ dana klaim dikeluarkan tunggu beberapa bulan,
sehingga pengambilan ke kas daerah sekaligus karena masih ada
proses-proses adminidtrasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan dalam pengambilan
dana”, sehingga Dinas tidak berulang-ulang melakukan proses administrasi
setiap bulannya untuk mengambil dana klaim di Pemerintah Kabupaten.
4.2.4 Respons Bidan Tentang Kesesuaian Besaran Klaim Yang Diberikan
Kesesuaian besaran klaim yang di dapatkan oleh bidan dalam pelaksanaan
“besaran yang diterima oleh FKTP itu dari BPJS di beri sepenuhnya ke rekening kas daerah, kemudian dari kas daerah di ambil oleh dinas
untuk puskesmas sebesar 80 %, dan nanti 80% itu diberikan hak
sepenuhnya ke puskesmas, sedangkan 20% nya lagi itu diambil untuk sebagai uang admsinistrasi untuk pemkab.” (Informan 1)
Berdasarkan informasi yang didapat dari pemegang kebijakan, besaran
klaim dana non kapitasi yang diberikan kepada bidan tidak 100 % penuh,
ketika dana yang di dapat di transfer ke Pemerintah kabupaten di potong
sebesar 20% untuk dimasukkan ke Kas Daerah (KASDA).
“kalau masalah besaran dana yang keluar gimana ya dek, ya gak terlalu banyak karna sudah tuntutan kerjaan yang penting harus
profesional. Agak berat juga memberitahunya gimana.” (Informan 3)
“ya gak banyak cuma beberapa persen aja dari dana yang seharusnya di dapat. Jadi misal yang diklaim 2 juta, yang di dapat hanya 1,5 juta. Belum lagi ada potongan sana sini.” (Informan 4)
Masalah besaran dana yang didapatkan oleh bidan tidak banyak
diungkap hanya saja karena tuntutan pekerjaan mereka harus melakukanya
demi profesionalisme.
“dana yang diberikan tidak penuh dek, kalau tidak salah ada potongan 20% itu untuk diberikan ke Pemerintah Kabupaten. Kalau menurut
saya 20% itu kebanyakan, paling tidak dipotong maksimal 10% jadi kan nampak penghargaan yang diberikan kepada bidan.” (informan 5)
Potongan yang diberi Pemerintah Kabupaten dianggap cukup besar,
dengan 20% dianggap kurang diberi penghargaan terhadap jasa pelayanan
Dana yang tidak sesuai harapan, waktu dalam pencairan juga tidak sesuai
dengan hasil yang diharapkan oleh bidan.
“aduh gimana ya, ya seperti itulah dek, dananya diterima tidak banyak dan waktu keluarnya dana pun tidak tentu, karna sudah sistem pemerintahannya seperti itu.” (Informan 6)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
permasalahan pengklaiman dana yang didapatkan oleh bidan puskesmas masih
belum sesuai oleh jasa yang telah mereka lakukan. Pembagian dana non
kapitasi juga sudah tertera sebanyak 80% diterima bidan dan Puskesmas,
sedangkan 20% di potong untuk biaya administrasi untuk pemerintah
kabupaten.
4.2.5 Respons Informan Terhadap Kepuasan Dan Harapan Dalam Klaim Dana Non Kapitasi
Hasil wawancara yang dilakukan kepada informan terkait kepuasan dan
harapan bidan terhadap pengklaiman dana non kapitasi untuk jasa pelayanan
yaitu:
“Kalau dibilang puas tidaknya, ya pasti tidak, kan yang kita selamati itu nyawa sekali 2, dan diberi biaya segitu. Tapi ya namanya sudah
pekerjaan, dan kita di pemerintahan ya harus diterima dan dijalani.
Harapannya sih kedepannya ada sedikit penambahan besaran dana dan sesuailah dengan tenaga yang diterima oleh pasien.” (Informan 3)
“ya jelas tidak puas la dek, tapi karna sudah pekerjaannya seperti itu ya harus profesional, kan kita pegawai masih ada uang masukan selain
itu, berbeda dengan bidan swasta, tapi harapan saya untuk kedepannya
tambah la, kan bukan gampang membantu orang melahirkan.” (informan 4)
Berdasarkan informasi yang didapat oleh bidan kurangnya kepuasan
yang didapatkan karena tidak sesuainya jasa yang diberikan dengan hasil yang
didaptkan, dengan harapan adanya penambahan besaran klaim untuk jasa
pelayanan non kapitasi pada kebijakan-kebijakan selanjutnya.
“ya begitulah dek, apapun yang didapat diterima aja. Gak bisa pulak kan kita menuntut banyak kalo dipemerintahan ini. Ya harapannya
untuk danan nonkapitasi buat persalinan sebaiknya sedikit di tambah, jadi kalo ada pemotongan tidak banyak berkurangnya.” (Informan 5) “gak bisa saya jelaskan dek, gak enak aja ngomongnya. Ya tanya aja sama bendaharanya seperti apa dana yang didapat.yang penting apa
yang jadi tugas saya ya saya laksanakan saja. Kalo harapannya sih,
disesuaikanla dana yang di dapat dengan hasil kerja yang dilaksanakan.” (Informan 6)
Tidak sedikit bidan berharap bahwasanya ada penambahan besaran
dana no kapitasi terhadap jasa pelayanan yang mereka berikan, hanya karena
tuntutan pekerjaan sebagai pegawai pemerintahan, tidak ada kesesuaian
besaran yang diberikan sehingga kurang puas bidan dapat berdampak pada
kualitas pelayanan yang diberikan.
Berdasarkan informasi yang didapat dari kepuasan dan harapan bidan
untuk pemerolehan dana non kapitasi masih kurang memuaskan, karna masih
dianggap belum sesuai dengan jasa pelayanan yang mereka berikan. Dan Harapan
bidan terhadap dana yang diberikanmasih sangat banyak, diantaranya yaitu
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Proses dan Alur Dana Non Kapitasi BPJS Kesehatan untuk Fasilitas kesehatan Tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan no.28 tahun 2014 menyatakan dana non
kapitasi merupakan besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan
kesehatan yang diberikan. Mekanisme pembayaran klaim non kapitasi pelayanan
JKN oleh BPJS Kesehatan di FKTP milik pemerintah daerah dilakukan sesuai
ketentuan berlaku. Pembayaran klaim non kapitasi di FKTP milik pemerintah
diantaranya yaitu pelayanan kebidan dan neonatal, dalam pelayanan kebidanan
dan neonatal, FKTP harus mengikuti beberapa prosedur yaitu mengikuti berbagai
syarat dan proses untuk dapat mengklaim dari jasa pelayanan mereka. Dalam
alurnya penggunaan dana kapitasi JKN untuk jasa pelayanan kesehatan dan
dukungan biaya operasional pada fasilitas kesehatan tingkat pertama milik
pemerintah daerah, pembayaran dana oleh BPJS ke FKTP pemerintah daerah
langsung ke Dinas Kesehatan Kab/Kota yang selanjutnya disetor ke Kas Daerah
(KASDA) atau langsung dari BPJS Kesehatan ke Kas Daerah sebagai penerimaan
daerah (Permenkes No.19, 2014).
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Patumbak Kabupaten
Deli Serdang dalam pengklaiman dan non kapitasi beberapa informan menyatakan
bahwa jasa pelayanan yang diklaim ke BPJS mengikuti beberapa alur, yaitu
dilakukan verifikasi semua data dan jumlah uang yang didapat untuk jasa
pelayanan sudah tertera di aplikasi tersebut. Petugas kesehatan pemberi pelayanan
menyiapkan seluruh berkas dan syarat klaim untuk langsung diantarkan ke BPJS
Kesehatan, setelah berkas diverifikasi oleh BPJS Kesehatan, maka dana yang
sudah diklaim ditransfer langsung oleh BPJS Kesehatan ke Rekening Dinas
Kesehatan, setelah itu Dinas Kesehatan Kabupaten menyerahkan dana klaim
tersebut ke Pemerintah Kabupaten untuk masuk ke Kas Daerah, dan nanti Dinas
Kesehatan memberi sebagian dana yang sudah diklaim ke puskesmas yang sudah
melakukan jasa pelayanan.
Kesimpulan informasi yang didapat bahwa pengklaiman dana non kapitasi
untuk tingkat FKTP merupakan alur yang panjang sehingga dapat mempengaruhi
kapasitas waktu pencairan dana, sehingga tenaga kesehatan yang melakukan
pelayanan diantaranya bidan yang melakukan pertolongan persalinan harus
menunggu beberapa waktu untuk keluarnya dana tersebut.
Hal ini sudah sesuai dengan alur dan proses yang dilakukan di Pemerintah
Kabupaten Deli Serdang untuk pengklaiman dan non kapitasi dengan Permenkes
5.2 Persyaratan dalam Pengajuan Klaim Dana Non Kapitasi oleh BPJS Kesehatan
Pengklaiman dana non kapitasi harus di dasarkan kepada pelaksanaan jasa
pelayanan, dalam menghindari adanya kecurangan (fraud) saat melakukan
pengklaiman. BPJS Kesehatan memberikan beberapa persyaratan untuk
melancarkan proses pengklaiman diantaranya dalam proses verifikasi klaim
persalinan dan neonatal di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) menurut
BPJS Kesehatan diantaranya : 1) kuitansi asli dan sudah bermaterai, 2) formulir
pengajuan klaim (FPK), 3) rekapitulasi pelayanan yaitu nama, nomor identitas,
tanggal pelayanan, GPA (Gravid, Partus, Abortus), jenis persalinan, besaran tarif
paket, jumlah seluruh tagihan, 4) Fotokopi identitas peserta BPJS, 5) Partograf
yang ditandatangani oleh tenaga kesehatan penolong persalinan, 5) Bukti
pelayanan yang sudah ditandatangani oleh faskes dan peserta atau anggota
keluarga (BPJS Kesehatan, 2014).
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam program jaminan kesehatan,
informasi dari pencatatan dan pelaporan perkembangan hasil pemeriksaan dan
diagnosis dibutuhkan untuk dapat memutuskan treatment apa yang selanjutnya
harus diberikan dan keputusan untu melakukan perujukan. Begitu pula dengan
jumlah dan jenis pelayanan yang diberikan sebagai laporan produktifitas dan
syarat pengklaiman dana. Pada permenkes no 71 tahun 2013 disebutkan bahwa
fasilitas kesehatan wajib membuat laporan kegiatan pelayanan kesehatan yang
Sebagian besar bidan, tidak ada pelaporan khusus mengenai pelayanan
yang diberikan untuk peserta Jaminan Kesehatan. pelaporan yang dilakukan
dengan menggabungkan pelayanan peserta dan non peserta program Jaminan
Kesehatan Nasional, dan tidak disediakan form secara khusus untuk mencatat dan
melaporkan pelayanan kesehatan peserta Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS.
Selain pelayanan kesehatan dalam daftar pelayanan kebidanan dan neonatal
dengan tarif non kapitasi, bidan memiliki kewenangan melakukan pelayanan
kesehatan yang lebih luas sesuai dengan Permenkes nomor 1464 tahun 2010.
Berdasarkan informasi dari penelitian yang di dapat dari beberapa
informan dalam persyaratan klaim mengatakan bahwa syarat-syarat dalam
pengajuan klaim persalinan di Puskesmas Patumbak yaitu Kartu Keluarga, Kartu
BPJS Kesehatan, Foto ibu dan Bayi, Form dari bidan, Partograf, dan surat lahir
ditandatangani bidan yang menolong dan persetujuan Kepala Puskesmas. Hasil
wawancara juga didapatkan bahwa tidak ada kesulitan dalam pengisisan berkas
klaim, hanya saja kesulitan yang ada ketika persalinan sudah mendekati jadwal
pengajuan klaim, yang sering terjadi kesulitan lain yaitu pada pasien yang tidak
lengkap membawa syarat-syarat untuk persalinan, dan juga masyarakat juga
sering menunggak dalam pembayaran iuran BPJS Kesehatan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kulo, dkk (2014)
tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana yang Berasal dari Program Jaminan
Kesehatan Nasional di RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang
klaim oleh BPJS Kesehatan. Pelaksanaan teknis dalam pengajuan klaim kepada
BPJS Kesehatan didapatkan bahwa informan memahami dengan jelas
syarat-syarat untuk mengajukan klaim. Terdapat beberapa hambatan dalam proses
verifikasi berkas, misalnya verifikator biasanya tidak bisa membaca diagnosa dan
prosedur yang dituliskan dokter ataupun bidan penanggungjawab pasien, berkas
klaim yang tidak lengkap, dan kendala lain juga terjadi ruangan-ruangan
perawatan yang terlambat memasukkan berkas perawatan pasien.
5.3 Besaran Klaim Dana Non Kapitasi terhadap Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Salah satu upaya yang telah disepakati seluruh pemangku kepentingan
untuk dijalankan oleh BPJS Kesehatan adalah melakukan penerapan model
pembayaran prospektif, ini tertera dalam Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamantkan Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk membayar fasilitas
kesehatan secara efektif dan efisien.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 52 Tahun 2016 tentang Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan untuk
tindakan pasca persalinan di Puskesmas PONED sebesar Rp.175.000,00 (seratus
tujuh puluh lima ribu rupiah), tindakan persalinan pervaginam normal yang
dilakukan oleh bidan sebesar Rp.700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah), pelayanan
pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan neonatal Rp. 125.000,00 (seratus dua
pertama dan kedia (KN1 & KN2) sebesar Rp.25.000,00 (dua puluh lima ribu
rupiah).
Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang digelar
BPJS Kesehatan diyakini akan membawa perubahan besar dalam pelayanan
kesehatan di Indonesia. Salah satu perubahan yang paling disorot adalah
mekanisme pembayaran klaim dari BPJS Kesehatan kepada penyedia pelayanan
kesehatan seperti Puskesmas, Klinik, dan Rumah Sakit.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Patumbak
terkait penerimaan dana yang didapatkan oleh bidan masih dianggap bidan belum
sesuai dengan keinginan mereka, karena pelayanan yang dilakukan bidan
bukanlah hanya sekedar kematian, tapi bagaimana dapat menyelamatkan dua
nyawa dengan persalinan secara normal. Dan besaran klaim yang didapat bidan
sesuai dengan Peraturan Bupati kabupaten Deli Serdang jasa pelayanan yang di
dapat untuk dana non kapitasi sebesar 80%, sedangkan 20% dipotong sebagai
uang administrasi yang nantinya akan di masukan ke kas daerah.
Menurut Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
menyebutkan bahwa semua penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor
ke rekening kas umum daerah. Penerimaan atas jasa layanan masyarakat yang
dananya bersumber dari hasil klaim kepada BPJS Kesehatan yang diterima SKPD
yang belum menerapkan PPK-BLUD, maka harus dianggarkan dalam kelompok
klaim Jaminan Kesehatan Nasional, walaupun hanya sekedar numpang lewat ke
kas daerah.
Hal ini sejalan dengan penelitian Kulo,dkk (2014), dengan hasil
penelitiannya menyebutkan bahwa yang menjadi hambatan adalah mekanisme
atau proses pencairan yang terlalu lama karena harus menyesuaikan dengan
RKA-SKPD. Penelitian ini juga sejalan dengan Wintera (2005) yang menyatakan bahwa
besaran jasa medis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam sistem
pembayaran kapitasi , besaran yang diterima oleh dokter puskesmas dari pasien
Askes setiap bulan relatif kecil bila dibadingkan dengan penerimaan jasa medis
dari pasien non-Askes.
5.4 Ketepatan Waktu dalam Pelaksanaan Kebijakan Pengklaiman Dana
Non Kapitasi di FKTP
Mengikuti tertib administrasi pada sebuah kebijakan dapat membantu
suatu lembaga dalam mengatasi permasalahan administrasi, salah satunya yaitu
tertib dalam maslah waktu. Waktu merupakan kondisi dimana lembaga dapat
mengatur sebuah kebijakan. Pada Permenkes RI no. 28 tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan JKN, kebijakan pelayanan pengklaiman dana non kapitasi
di FKTP dalam pemberian berkas klaim kepada BPJS Kesehatan diberi batas
waktu selambat-lambatnya tanggal 5 pada setiap bulannya, misal jika ada
persalinan terdapat bulan Januari, maka bidan puskesmas memberikan
syarat-syarat klaim paling lama pada tanggal 5 pada bulan Februari. Jika pengklaiman
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Patumbak batas waktu
pengklaiaman sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah, paling lama memberi
berkas klaim pada tanggal 5 setiap awal bulan jika adanya persalinan, adanya
kerumitan bidan jika ada persalinan pada waktu mendekati batas waktu klaim.
Kesulitan mempersiapkan berkas klaim bukan hanya dari bidan saja, tetapi juga
dari peserta BPJS, dimana terkadang masyarakat tidak membawa perlengkapan
berkas klaim untuk mendapatkan pelayanan, bukan hanya itu saja terkadang
masyarakat masih banyak menunggak dalam membayar iuran BPJS Kesehatan
sehingga pelayanan yang seharusnya sesegera mungkin terkadang menjadi
tertunda.
Hal ini sejalan dengan penelitian Kulo,dkk (2014), dengan hasil
penelitiannya menyebutkan bahwa yang menjadi hambatan adalah mekanisme
atau proses pencairan yang terlalu lama karena harus menyesuaikan dengan
RKA-SKPD. Di samping itu juga pemerintah daerah yang lambat mengeluarkan Surat
Keputusan untuk bendahara SKPD yang menjalankan fungsi menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan dana
hasil klaim.
5.5 Kepuasan dan Harapan dalam Pelaksanaan Pengklaiman Dana Non
Kapitasi di FKTP
Keberhasilan setiap bidang kesehatan akan melibatkan faktor Sumber
Daya Manusia, sehingga peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia menjadi sisi
institusi sangat perlu mendapatkan perhatian yang mendalam, karena bukan hanya
sebagai penggerak utama atas kelancaran jalannya suatu program. Peningkatan
produktivitas kerja tenaga kesehatan yang ada akan dapat meningkatkan hasil
yang lebih baik. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas kerja yaitu
melalui pemberian upah atau insentif yang memuaskan. Kepuasan merupakan
fungsi dan kesan kinerja dari harapan. Jika kinerja melebihi harapan yang
diinginkan, maka pekerja sangat puas, jika kinerja belum memenuhi apa yang
diinginkan dan jika kinerja dibawah harapan yang diinginkan maka pekerja tidak
puas (Tjiptono dan Diana, 2003).
Upah atau insentif sangatlah penting bagi setiap pekerja sebagai individu,
karena besarnya ukuran upah insentif yang diberikan mencerminkan ukuran
produktivitas kerja seseorang. Program-program upah insentif juga penting
dilaksanakan oleh sebuah institusi, karena mencerminkan tindakan atau kebijakan
yang dilakukan oleh organisasi untuk mempertahankan Sumber Daya Manusianya
serta dengan pelaksanaan pemberian upah insentif yang dilakukan institusi dapat
mempengaruhi organisasi dan kerjasama dengan tenaga kerjanya.
Berdasarkan hasil penelitian tentang kepuasan dan harapan bidan terhadap
dana yang didapat dari hasil pengklaiman dana non kapitasi untuk jasa pelayanan
terhadap pertolongan persalinan masih kurang memuaskan dan masih jauh dari
harapan yang diinginkan oleh bidan. Ketidak sesuaian besaran klaim yang
diterima bidan menjadi faktor utama serta dapat mempengaruhi kualitas bidan
Berdasarkan hasil analisis koordinasi pelaksanaan pembiayaan KIA di
Kabupaten Lombok Tengah, program Jampersal juga belum berjalan optimal.
Walaupun tidak ditemukan terjadinya tumpang tindih pembiayaan dan tidak ada
pelayanan KIA yang tidak terbiayai, namun masih ditemukan adanya iuran biaya
untuk obat maupun biaya rujukan serta tidak dilibatkannya pihak swasta dalam
program Jampersal (Erpan, 2011).
Penelitian yang dilakukan di Tanjung Pinang, Sumatera utara, Sulawesi
Selatan dan Sumbawa tentang Jampersal dan Jamkesda menyatakan
ketidakpuasan bidan terhadap klaim jasa pelayanan kebidanan yang diberikan
olhh pemerintah. Plafon biaya yang kecil membuat tidak semua bidan bersedia
mengikuti program Jampersal. Di kabupaten Buol Sulawesi Selatan untuk klaim
Jampersal sering mengalami keterlambatan dalam pencairan dana dan adanya
pemotongan dana hingga 25% berdasarkan surat keputusan bupati (Zakiah, 2015).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wintera (2005) yang
menyatakan bahwa tingkat kepuasa dokter puskesmas dalam sistem pembayaran
kapitasi yang diterapkan PT. Askes di Kabupaten Donggala masih rendah.
Ketidakpuasan ini dirasakan karena besaran dana yang diterima sangat kecil,
bersifat tidak adil, keterlambatan dalam pembayaran, sulitnya mengklaim biaya
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Proses dan alur dalam pelaksanaan kebijakan pengklaiman dana non kapitasi
di FKTP melalui tahap verifikasi online dengan aplikasi P-Care, kemudian
berkas yang telah di verifikasi diserahkan ke BPJS Kesehatan dan dana yang
didapat di transefer ke rekening Dinas Kesehatan, setelah itu Dinas Kesehatan
menyerahkan ke Pemerintah Kabupaten dan di masukkan ke dalam Kas
Daerah. Setelah semua proses berlangsung, Dinas Kesehatan
menginformasikan kepada Puskesmas yang telah melakukan klaim untuk
mengambil dana klaimnya. Sehingga hal tersebut memperumit jalannya
pencairan dana klaim.
2. Persyaratan dalam pengajuan klaim dana non kapitasi untuk pertolongan
kebidanan dan neonatal yaitu diantaranya Kartu Keluarga, Kartu BPJS
Kesehatan, Partograf, Form dari Kebidanan yang sebanyak 10 lembar, Foto
ibu dan bayi, Surat Lahir yang ditandatangani oleh bidan penolong persalinan
melalui persetujuan Kepala Puskesmas. Hanya sedikit kendala yang ada
dalam pemenuhan berkas klaim jika dalam kondisi batas waktu yang sedikit.
3. Dalam pengumpulan berkas untuk segera dikumpulkan waktu yang
dibutuhkan paling lama tanggal 5 pada bulan berikutnya, setelah lewat dari
tanggal tersebut berkas klaim yang sudah terverifikasi secara online akan
4. Besaran klaim yang diterima bidan untuk jasa pelayanan kebidanan dan
neonatal sebesar 80%, sedangkan 20% dipotong untuk biaya administrasi ke
Pemerintah Kabupaten untuk dimasukkan ke Kas Daerah (KASDA).
5. Ketidakpuasan bidan dalam penerimaan dana klaim dapat mengacu kepada
kualitas dan produktivitas bidan dalam menolong persalinan selanjutnya.
6. Bila dilihat dari jumlah klaim yang diterima sebagian besar partisipan
menyatakan tidak pantaslah untuk jasa bidan yang menanggung resiko dua
nyawa sekaligus. Partisipan berharap adanya peningkatan jumlah klaim.
6.2 Saran
1. Bagi Pemerintah diharapkan melakukan pertimbangan dalam pengubahan alur
pencairan dana klaim non kapitasi tahun 2017 yang dinilai menyulitkan
Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.
2. Mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten untuk melakukan pemotongan
administrasi maksimal sebesar 10% maka Pemkab diharapkan agar membuat
acuan yang jelas mengenai hal tersebut.
3. Dinas kesehatan dapat berkoordinasi dengan pemerintah daerah tentang
kebijakan biaya tambahan dari APBD untuk menambah jumlah klaim