• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Respons Bidan Terhadap Kebijakan BPJS Kesehatan Dalam Biaya Pengklaiman Dana Non Kapitasi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Puskesmas Patumbak Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Determinan Respons Bidan Terhadap Kebijakan BPJS Kesehatan Dalam Biaya Pengklaiman Dana Non Kapitasi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Puskesmas Patumbak Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam

tentang respon bidan terhadap kebijakan BPJS Kesehatan Dalam Biaya

Pengklaiman Dana Non Kapitasi Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Wilayah

Kerja Puskesmas Patumbak tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Rawat Inap Patumbak.

Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Puskesmas Patumbak

merupakan Puskesmas rawat inap yang sudah mampu PONED dan juga sudah

banyak melakukan pelayanan kebidanan dan neonatal dengan menggunakan BPJS

Kesehatan. Pembiayaan kebidanan dan neonatal yang banyak melakukan BPJS

Kesehatan, sehingga sistem pembiyaan tidak langsung ke tangan bidan, sehingga

memerlukan waktu dan proses yang panjang untuk dapat pengklaiman dana dari

BPJS Kesehatan untuk bidan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan 18 Januari 2017 sampai 2 Mei

(2)

3.3 Informan Penelitian

Dari tabel dibawah ini dapat terlihat bahwa jumlah informan penelitian ini

adalah 6 orang, yang terdiri dari Kepala Puskesmas berumur 39 tahun dengan

pendidikan Dokter, Bidan Koordinator. Bidan inti PONED berumur 47 tahun

dengan pendidikan S2, 4 bidan Puskesmas bagian KIA, dan Bendahara

Pendapatan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang bertanggungjawab

dalam pendanaan dana non kapitasi JKN sebagai informan kunci untuk keabsahan

data .

Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat

dilihat pada tebel berikut :

Tabel 3.1 Karakteristik Informan

Informan Jabatan Umur Pendidikan

Informan 1 Bendahara Pendapatan Dinkes

Kab. Deli Serdang

37 S1

Informan 2 Kepala Puskesmas 39 Pend. Dokter

Informan 3 Bidan Puskesmas 47 S2

Informan 4 Bidan Puskesmas 45 S2

Informan 5 Bidan Puskesmas 36 D III

Informan 6 Bidan Puskesmas 40 D III

3.4 Metode Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini peneliti memilih

(3)

1. Wawancara mendalam (indepth interview) yaitu melakukan tanya jawab

terhadap informan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Studi dokumentasi, data diperoleh dari catatan/laporan rutin pencatatan setiap

pelaksanaan persalinan, dan bukti foto.

3. Pengamatan (observasi) yaitu mengamati kegiatan, sarana dan prasarana di

bagian KIA Puskesmas Patumbak.

3.5 Jenis dan Sumber Data

1. Data primer yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang

dikumpulkan melalui observasi yaitu dengan melihat kegiatan serta sarana dan

prasarana di puskesmas dan wawancara baku terbuka dengan probing

(pendalaman pertanyaan) dengan menggunakan pedoman wawancara yang

berisi butir-butir pertanyaan untuk diajukan kepada informan. Pedoman

tersebut digunakan untuk memudahkan wawancara, penggalian data dan

informasi.

2. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang

diperoleh dari profil Puskesmas Patumbak.

3.6 Uji Validitas Data

Uji validitas data dalam penelitian kualitatif disebut dengan triangulasi.

Triangulasi digunakan sebagai tehnik pemeriksaan, keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu (Saryono dan Anggraeni, 2010).

(4)

3.7 Triangulasi

Menurut Patton dalam Moleong (2012) untuk menjaga kualitas dam

keakuratan data dilakukan triangulasi. Triangulasi yang dilakukan adalah

triangulasi sumber, yaitu dengan memilih yang dapat memberikan jawaban sesuai

dengan pertanyaan yang diajukan. Sehingga yang dapat menjadi sumber informasi

keakuratan data dalam penelitian ini ialah Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang.

3.8 Metode Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (2012) terdapat tiga metode analisa data

kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini

berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung bahkan sebelum data

benar-benar terkumpul.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi

data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa

sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai

kuantifikasi data.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisi data kualitatif.

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan data disusun dapat

(5)

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk

mengambil tindakan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang

(6)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Patumbak

Puskesmas Patumbak didirikan sejak tahun 1976, yang terletak di jalan

Pertahanan Desa Sigara-gara daerah Patumbak Kecamatan Patumbak Kabupaten

Dli Serdang. Sejak tahun 2013 Puskesmas Patumbak sudah menjadi rawat inap

dan menyusul menjadi Puskesmas Mampu PONED. Letak Puskesmas Patumbak

sangat strategis yaitu tidak jauh dari pinggir jalan dimana besrsebelahan dengan

kantor Kecamatan Patumbak dan ada 2 sekolah dasar sehingga sangat mudah

untuk dijangkau masyarakat.

Batas-batas wilayahnya adalah :

a. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Deli Tua dan Kec. Medan Amplas

b. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas dan Kec. Percut

Sei Tuan

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir dan Kec. Tanjung

Morawa

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir dan Kec. Biru-biru

Pelayanan yang diberikan pada Puskesmas Patumbak adalah : (1) KIA, (2)

KB, (3) Gizi, (4) PKM, (5) Usila, (6) Laboratorium, (7) Farmasi, (8) Pengobatan,

(9) UKM, (10) Kesling, (11) UKG, (12) SP2TP. Adapun menjadi visi dari

Puskesmas Patumbak adalah Kesehatan mantap, mandiri, tanggap dan

profesional. Sedangkan yang menjadi misi dari Puskesmas Patumbak adalah

(7)

4.1.2 Wilayah Kerja Puskesmas Patumbak

Kecamatan Patumbak terdiri 8 desa dan 52 dusun.

Tabel 4.1 Jumlah Desa dan Dusun di Kecamatan Patumbak 2016

No Desa Jumlah Dusun

1 Marindal I 12

2 Marindal II 7

3 Patumbak I 7

4 Patumbak II 5

5 Sigara-gara 6

6 Patumbak Kampung 7

7 Lantasan Lama 4

8 Lantasan Baru 4

JUMLAH 52

Pada tahun 2015 penduduk Kecamatan Patumbak berjumlah 93.658 jiwa

dengan rincian 47.527 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 46.131 jiwa

perempuan. Jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Patumbak sebanyak

23.420 KK.

4.1.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Patumbak

Puskesmas Patumbak dipimpin oleh seorang dokter. Berdasarkan data

yang diperoleh di Puskesmas Kecamatan Patumbak maka diperoleh data Tenaga

Kesehatan sebanyak 63 orang dan Tenaga Umum 6 orang, dengan rincian sebagai

(8)

Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia Puskesmas Patumbak

No. Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum 5

2 Dokter Gigi 4

3 Perawat 9

4 Perawat Gigi 2

5 Bidan 33

6 Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat 3

7 Tenaga Ahli Sanitasi 0

8 Tenaga Teknisi Medis/ Lab 1

9 Umum 6

4.2 Respon Bidan Terhadap Kebijakan Pengklaiman Dana Non Kapitasi Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

Prinsip-prinsip penyelenggaraan JKN berdasarkan Undang-Undang

Nomor 24 tahun 201, mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut: kegotong

royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efesiensi dan

efektifitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dan amanah dan hasil

pengelolaan dana jaminan sosial. Manfaat jaminan kesehatan yang bisa diperoleh

dalam program JKN bersifat pelayanan perseorangan yang mencakup pelayanan

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan kebidanan dan

neonatal. Cakupan pelayanan kebidanan dan neonatal yang termasuk di dalam

program JKN meliputi: pelayanan pemeriksaan kehamilan (antenatal care),

pertolongan persalinan (intranatal care), pemeriksaan bayi baru lahir (neonatus),

pemeriksaan pascasalin (postnatal care) dan pelayanan Keluarga Berencana

(9)

Program JKN memberikan jaminan pembiayaan pada pelayanan

kebidanan dan neonatal berdasarkan pembayaran non kapitasi. Peserta JKN

mendapatkan pelayanan kebidanan pada puskesmas-puskesmas, rumah sakit, dan

fasilitas pelayanan swasta yang bekerjasama dengan BPJS. Manfaat pelayanan

kebidanan dan neonatal yang diberikan oleh JKN berupa : Pemeriksaan ANC,

pelayanan persalinan, pemeriksaan PNC dan bayi baru lahir (neonatus) dan

pelayanan keluarga berencana.

Indonesia menuju UHC berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor

36 tahun 2009 pasal 13 yang menyatakan bahwa: setiap orang berkewajiban ikut

serta dalam program Jaminan Kesehatan Sosial. Program JKN juga memberikan

jaminan pembiayaan pada pelayanan kebidanan dan neonatal berdasarkan

pembayaran non kapitasi untuk mendapatkan pelayanan kebidanan pada

puskesmas-puskesmas, rumah sakit dan fasilitas pelayanan swasta yang

bekerjasama dengan BPJS (BPJS Kesehatana, 2014).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59

tahun 2014tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan

Program Jaminan Kesehatan pada pasal 11 ayat 1 (a) menyatakan bahwa: jasa

pelayanan kebidanan, neonatal, dan keluarga berencana yang dilakukan oleh bidan

atau dokter bersifat non kapitasi yaitu besaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan

(10)

4.2.1 Respons Bidan pada Proses dan Alur Pengklaiman Dana Non Kapitasi oleh BPJS

Hasil wawancara yang dilakukan kepada informan terdiri dari Bendahara

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, Kepala Puskesmas Patumbak dan

Bidan Puskesmas diperoleh informasi sebagai berikut :

“proses dan alur pengklaiman dana non kapitasi dibilang cukup panjang ya, dimulai dari puskesmas melakukan jasa pelayanan,

kemudian memverifikasi data ke BPJS kesehatan, setelah dari BPJS

mentransfer dana tersebut ke rekening Dinas Kesehatan, setelah ke

dinkes di transfer lagi ke Pemkab, kemudian setelah dari pemkab

nantinya Puskesmas mengambil uangnya ke dinkes setelah dapat informasi dari dinkes.” (Informan 1)

Menurut Informan yang sebagai pemegang kebijakan pengklaiman dana

non kapitasi dipegang oleh Bendaha Pendapatan Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan masih cukup panjang,

dimana alur pendanaan yang diterima oleh puskesmas dalam setiap melakukan

jasa pelayanan masih dikatakan cukup rumit.

“Ya kalo alur untuk dana non kapitasi pasti panjang karna menyangkut jasa pelayanan, berbeda dengan dana kapitasi yang langsung dikasi di

muka, di mulai dari puskesmas yang telah memalukakan pelayanan,

kemudian memverifikasi data ke BPJS Kesehatan, kemudian dana yang

sudah di dapat diberi ke kas daerah, nanti Puskesmas mengambilnya ke dinas kesehatan.” (Informan 2)

Sama halnya dengan Dinas Kesehatan, pihak Puskesmas juga

menyatakan alur yang dilakukan untuk pengklaiman dana non kapitasi masih

(11)

pengklaiaman dana non kapitasi dimana dana diterima langsung oleh pihak

puskesmas dari BPJS Kesehatan tanpa adanya proses dan alur yang panjang.

“Alurnya cukup rumit ya karna berputar-putar, jadi jumlah persalinan yang ada pada satu bulan diklaim berapa jumlah persalinannya,

kemudian jumlahnya diserahkan ke BPJS untuk di klaim, kemudian dari

BPJS dana di setor ke Pemkab, setelah itu di setor ke rekening Dinas

Kesehatan, dan nanti dinas memberi informasi ke puskesmas jika dana

sudah keluar.” (Informan 3)

“Ya saya begitu kurang paham ya, karena udah tuntutan kerjaan jadi ikuti aja alurnya, kan ada bagian yang sudah menanganinya, jadi saya

menjalani aja apa yang harus dikerjakan untuk diklaim. Memang sih

karna perjalanan uang itu panjang dan terlalu berlebihan dalam pengklaiman yang penting dana yang terklaim keluar.” (Informan 4)

Sebagai bidan yang melakukan jasa pelayanan, tentunya menganggap

pengklaiman dana yang diberikan oleh BPJS Kesehatan untuk jasa perorangan

masih terlalu beputar-putar dan berlebihan, hanya sebatas keuangan harus

diikuti banyak prosedur terlebih dahulu.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Proses dan alur pengklaiman dana non

kapitasi oleh BPJS untuk Puskesmas masih cukup sulit, karena memerlukan alur

yang berputar – putar sehingga dana yang diterima bidan tidak secara langsung

yang berbeda halnya dengan dana kapitasi, dimana pengklaiman langsung

diserahkan BPJS ke Puskesmas dan Dinas Kesehatan hanya sebagai pengontrol

bagaimana pemanfaatan dana di FKTP tersebut. Ini diperkuat dari pernyataan

informan 1 yang mengatakan bahwasanya alur dari pengklaiman dana non

(12)

Proses dan alur yang dilakukan BPJS Kesehatan untuk tingkat Puskesmas sudah

sesuai dengan “Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan”(BPJS Kesehatan 2013)

4.2.2 Respons Bidan tentang Persyaratan Pengklaiman Dana Non Kapitasi oleh BPJS Kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan tentang

persyaratan klaim dalam penerimaan dana non kapitasi diperoleh informasi

sebagai berikut :

“Syarat yang dibutuhkan untuk pengajuan klaim persalinan itu ada Kartu Keluarga, KTP, Kartu BPJS Kesehatan, Foto Ibu dan Bayi,

Form dari Bidan yang jumlah lembarannya ada 10, surat lahir di

tandatangani bidan penolong dan persetujuan kapus, yang nantinya ini

akan di serahkan ke BPJS Kesehatan untuk diklaim dan sebelum berkas

diserahkan diverifikasi terlebih dahulu secara online oleh petugas

klaim. Kesulitannya dalam syarat klaim ini tidak ada hanya saja ketika

waktu persalinan sudah hampir mendekati awal bulan, ya pasti sudah keteter dalam persiapan syarat klaimnya .” (Informan 3)

Persyaratan yang disiapkan dalam melakukan pengklaiman tidak

banyak, hanya saja ada beberapa form yang wajib diisi bidan untuk di

verifikasi terlebih dahulu secara online oleh petugas verifikasi.

“Kalo syaratnya ya dek, pastinya harus ada kartu kepesertaan BPJS oleh pasien, kemudian Kartu Keluarga, KTP, form yang di isi bidan,

partograf, dan foto ibu serta bayinya supaya dapat diklaim, dan

(13)

Hasil pernyataan bidan dalam melengkapi berkas klaim tidak ada

kesulitan, hanya saja ada beberapa faktor yang mejadi kendala dalam

melengkapi berkas klaim, diantaranya bidan ada pekerjaan lain atau persalinan

terjadi di awal bulan karena sudah sudah hampir medekati batas waktu

pengklaiman.

“KK, KTP, Foto persalinan, pengisian partograf, form pendaftran pengklaiman dan form-form lainnya, sedangkan kesulitan yang didapat

untuk menyiapkan syarat-syarat klaim tidak ada ya, karna terkadang

pasien sendiri yang masih kurang lengkap membawa syarat-syarat

persalinan dengan menggunakan BPJS, sehingga menunggu keluarga

pasien menyerahkan berkas terlebih dahulu.” (informan 5)

Informasi lain adanya kendala dalam pengklaiman juga terjadi pada

pasien yang melakukan persalinan, karena masih ada keluarga pasien ketika

bidan menolong persalinan tidak lengkap membawa syarat persalinan dengan

BPJS Kesehatan atau masyarakat yang bersangkutan tidak membayar iuran

BPJS Kesehatan, sehingga adanya tunggakan-tunggakan yang harus diurus

terlebih dahulu oleh pihak keluarga pasien.

“ Syarat-syarat pengklaiman masih sesuai dengan peraturatan BPJS ya dek, misal dari KK, Kartu BPJS, KTP suami dan istri, terus ada

berkas-berkas yang wajib diisi, serta nanti setelah melahirkan melampirkan

foto bayi dan ibunya, dan untuk kesulitan dalam melengkapi

syarat-syarat klaim hanya ribet saja karna banyak yang perlu di isi secara manual.” (Informan 6)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk persyaratan klaim

(14)

diselesaikan dan juga terkadang kesulitan dalam mengisi syarat klaim juga

dikeluhkan bidan terhadap masyarakat yang saat melakukan persalinan tidak

lengkap membawa syarat-syarat yang dibutuhkan, apalagi dalam kondisi waktu

yang mendesak untuk mengajukan berkas klaim dengan segera. Dan ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2013) “Analisis Kelengkapan

Persyaratan Klaim Asuransi Jamkesmas dan Jampersal Pada Sistem INA-CBGs

di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta”.

4.2.3 Respons Bidan Pada Ketepatan Waktu Pelaksanaan Klaim Dana Non Kapitasi di FKTP

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada bendahara dinas

kesehatan kabupaten Deli Serdang, Kepala Puskesmas, dan Bidan Puskesmas

Patumbak didapatkan informasi sebagai berikut :

“Waktu yang dibutuhkan bidan dalam batas pengklaiman pada setiap

tanggal 5 setiap bulannya kalau tidak salah. Nah, setelah bidan

melakukan pengklaiaman di bulan berikutnya BPJS setelah

memverifikasi berkas klaim dana di transfer seperti alur tadi, kemudian

pada akhir bulan biasanya sudah bisa diambil. Hanya saja terkadang

dinas untuk tidak berulang-ulang mengambilnya karna masih ada

administrasi lagi yang perlu di siapkan, jadi biasnya tunggu 3 bulan atau lebih dana klaim baru bisa di ambil oleh puskesmas.” (Informan 1)

Pernyataan yang diberikan oleh Bendahara Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang bahwasanya waktu pengklaiman di beri batas waktu, paling lama

(15)

“setiap tanggal 5 bulan berikutnya berkas terakhir diserahkan, sedangkan dana cair tidak tentu, tunggu berbulan-bulan baru ada dananya.” (Informan 2)

Begitu juga pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Puskesmas

patumbak, bahwasanya pengklaiman dana non kapitasi diberi batas waktu,

sedangkan pencairan dana dibutuhkan waktu berbulan-bulan.

“kami harus menyerahkan berkas itu paling lama tanggal 5, tapi sebelumnya ketika melakukan pengklaiman berkas di isi secara online

lewat sistem P-Care, setelah itu apabila berkas yang asli diserahkan

lewat tanggal 5 pengklaiman sudah hangus dan tidak berlaku lagi, jadi

tidak bisa mengklaim di bulan-bulan berikutnya.” (Informan 3)

Pernyataan bidan juga tidak jauh beda dengan pernyataan informan 1

dan 2, batas pengklaiaman jasa pelayanan yang mereka berikan paling lama

diberikan pada tanggal 5 sebelumnya, hanya saja sebelum mengklaim berkas

secara manual, terlebih dahulu di verifikasi secara online oleh petugas klaim

dengan sistem aplikasi Primary Care (P-Care).

“kalo untuk waktu kalaim paling lama tanggal 5 itu dek, jadi untuk berkas waktunya haru diajukan paling lama tanggal segitu, sedangkan

dana keluar terkadang tidak jelas, tunggu beberapa bulan setelah diklaim baru ada.” (Informan 4)

“ya dek, kalo masalah waktu untuk pengajuan paling lama tanggal 5 pada bulan berikutnya, tapi sebelumnya udah didaftarkan secara

online, jadi kalo apa yg sudah tertera di P-Care harus diserahkan, kalo

(16)

Beberapa informasi yang disampaikan hanya batas waktu pengklaiman

saja yang diperketat, tidak halnya dengan waktu pencairan dana, harus

menunggu berbulan-bulan terlebih dahulu agar dana dapat turun langsung ke

pemberi jasa pelayanan.

“untuk batas waktu itu dek paling lama pada awal bulan, jadi berkas harus disiapkan secepatnya sebelum tanggal 5. Setelah lewat tanggal 5 berkas yang mau dklaim dihanguskan. Sedangkan pencairan dana masih tidak tentu kapan keluarnya.” (Informan 6)

Hasil wawancara pada seluruh informan tentang waktu pelaksanaan

klaim terbagi atas 2 yaitu waktu dalam pengajuan berkas, dan waktu dalam

mendapatkan pencairan dana. Waktu dalam pelaksanaan berkas tidak ada

kesulitan oleh bidan, hanya saja kesulitan yang didapat ketika ada pasien

persalinan yang bersalin sudah mendekati jadwal batas pengklaiaman jadi

harus segera dikerjakan, sedangkan waktu dalam pencairan dana rata-rata bidan

mengalami keluhan karena waktu keluar dana selalu tidak tepat waktu tunggu

beberapa bulan kemudian baru ada informasi pencairan dana klaim, seperti

halnya penelitian yang dilakukan oleh Malonda (2015) Analisis Pengajuan

Klaim Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano”. Informasi ini diperkuat oleh informan 1 yang

menyatakan bahwasanya “ dana klaim dikeluarkan tunggu beberapa bulan,

sehingga pengambilan ke kas daerah sekaligus karena masih ada

proses-proses adminidtrasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan dalam pengambilan

dana”, sehingga Dinas tidak berulang-ulang melakukan proses administrasi

setiap bulannya untuk mengambil dana klaim di Pemerintah Kabupaten.

4.2.4 Respons Bidan Tentang Kesesuaian Besaran Klaim Yang Diberikan

Kesesuaian besaran klaim yang di dapatkan oleh bidan dalam pelaksanaan

(17)

“besaran yang diterima oleh FKTP itu dari BPJS di beri sepenuhnya ke rekening kas daerah, kemudian dari kas daerah di ambil oleh dinas

untuk puskesmas sebesar 80 %, dan nanti 80% itu diberikan hak

sepenuhnya ke puskesmas, sedangkan 20% nya lagi itu diambil untuk sebagai uang admsinistrasi untuk pemkab.” (Informan 1)

Berdasarkan informasi yang didapat dari pemegang kebijakan, besaran

klaim dana non kapitasi yang diberikan kepada bidan tidak 100 % penuh,

ketika dana yang di dapat di transfer ke Pemerintah kabupaten di potong

sebesar 20% untuk dimasukkan ke Kas Daerah (KASDA).

“kalau masalah besaran dana yang keluar gimana ya dek, ya gak terlalu banyak karna sudah tuntutan kerjaan yang penting harus

profesional. Agak berat juga memberitahunya gimana.” (Informan 3)

“ya gak banyak cuma beberapa persen aja dari dana yang seharusnya di dapat. Jadi misal yang diklaim 2 juta, yang di dapat hanya 1,5 juta. Belum lagi ada potongan sana sini.” (Informan 4)

Masalah besaran dana yang didapatkan oleh bidan tidak banyak

diungkap hanya saja karena tuntutan pekerjaan mereka harus melakukanya

demi profesionalisme.

“dana yang diberikan tidak penuh dek, kalau tidak salah ada potongan 20% itu untuk diberikan ke Pemerintah Kabupaten. Kalau menurut

saya 20% itu kebanyakan, paling tidak dipotong maksimal 10% jadi kan nampak penghargaan yang diberikan kepada bidan.” (informan 5)

Potongan yang diberi Pemerintah Kabupaten dianggap cukup besar,

dengan 20% dianggap kurang diberi penghargaan terhadap jasa pelayanan

(18)

Dana yang tidak sesuai harapan, waktu dalam pencairan juga tidak sesuai

dengan hasil yang diharapkan oleh bidan.

“aduh gimana ya, ya seperti itulah dek, dananya diterima tidak banyak dan waktu keluarnya dana pun tidak tentu, karna sudah sistem pemerintahannya seperti itu.” (Informan 6)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

permasalahan pengklaiman dana yang didapatkan oleh bidan puskesmas masih

belum sesuai oleh jasa yang telah mereka lakukan. Pembagian dana non

kapitasi juga sudah tertera sebanyak 80% diterima bidan dan Puskesmas,

sedangkan 20% di potong untuk biaya administrasi untuk pemerintah

kabupaten.

4.2.5 Respons Informan Terhadap Kepuasan Dan Harapan Dalam Klaim Dana Non Kapitasi

Hasil wawancara yang dilakukan kepada informan terkait kepuasan dan

harapan bidan terhadap pengklaiman dana non kapitasi untuk jasa pelayanan

yaitu:

“Kalau dibilang puas tidaknya, ya pasti tidak, kan yang kita selamati itu nyawa sekali 2, dan diberi biaya segitu. Tapi ya namanya sudah

pekerjaan, dan kita di pemerintahan ya harus diterima dan dijalani.

Harapannya sih kedepannya ada sedikit penambahan besaran dana dan sesuailah dengan tenaga yang diterima oleh pasien.” (Informan 3)

“ya jelas tidak puas la dek, tapi karna sudah pekerjaannya seperti itu ya harus profesional, kan kita pegawai masih ada uang masukan selain

itu, berbeda dengan bidan swasta, tapi harapan saya untuk kedepannya

(19)

tambah la, kan bukan gampang membantu orang melahirkan.” (informan 4)

Berdasarkan informasi yang didapat oleh bidan kurangnya kepuasan

yang didapatkan karena tidak sesuainya jasa yang diberikan dengan hasil yang

didaptkan, dengan harapan adanya penambahan besaran klaim untuk jasa

pelayanan non kapitasi pada kebijakan-kebijakan selanjutnya.

“ya begitulah dek, apapun yang didapat diterima aja. Gak bisa pulak kan kita menuntut banyak kalo dipemerintahan ini. Ya harapannya

untuk danan nonkapitasi buat persalinan sebaiknya sedikit di tambah, jadi kalo ada pemotongan tidak banyak berkurangnya.” (Informan 5) “gak bisa saya jelaskan dek, gak enak aja ngomongnya. Ya tanya aja sama bendaharanya seperti apa dana yang didapat.yang penting apa

yang jadi tugas saya ya saya laksanakan saja. Kalo harapannya sih,

disesuaikanla dana yang di dapat dengan hasil kerja yang dilaksanakan.” (Informan 6)

Tidak sedikit bidan berharap bahwasanya ada penambahan besaran

dana no kapitasi terhadap jasa pelayanan yang mereka berikan, hanya karena

tuntutan pekerjaan sebagai pegawai pemerintahan, tidak ada kesesuaian

besaran yang diberikan sehingga kurang puas bidan dapat berdampak pada

kualitas pelayanan yang diberikan.

Berdasarkan informasi yang didapat dari kepuasan dan harapan bidan

untuk pemerolehan dana non kapitasi masih kurang memuaskan, karna masih

dianggap belum sesuai dengan jasa pelayanan yang mereka berikan. Dan Harapan

bidan terhadap dana yang diberikanmasih sangat banyak, diantaranya yaitu

(20)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Proses dan Alur Dana Non Kapitasi BPJS Kesehatan untuk Fasilitas kesehatan Tingkat Pertama

Peraturan Menteri Kesehatan no.28 tahun 2014 menyatakan dana non

kapitasi merupakan besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan

kesehatan yang diberikan. Mekanisme pembayaran klaim non kapitasi pelayanan

JKN oleh BPJS Kesehatan di FKTP milik pemerintah daerah dilakukan sesuai

ketentuan berlaku. Pembayaran klaim non kapitasi di FKTP milik pemerintah

diantaranya yaitu pelayanan kebidan dan neonatal, dalam pelayanan kebidanan

dan neonatal, FKTP harus mengikuti beberapa prosedur yaitu mengikuti berbagai

syarat dan proses untuk dapat mengklaim dari jasa pelayanan mereka. Dalam

alurnya penggunaan dana kapitasi JKN untuk jasa pelayanan kesehatan dan

dukungan biaya operasional pada fasilitas kesehatan tingkat pertama milik

pemerintah daerah, pembayaran dana oleh BPJS ke FKTP pemerintah daerah

langsung ke Dinas Kesehatan Kab/Kota yang selanjutnya disetor ke Kas Daerah

(KASDA) atau langsung dari BPJS Kesehatan ke Kas Daerah sebagai penerimaan

daerah (Permenkes No.19, 2014).

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Patumbak Kabupaten

Deli Serdang dalam pengklaiman dan non kapitasi beberapa informan menyatakan

bahwa jasa pelayanan yang diklaim ke BPJS mengikuti beberapa alur, yaitu

(21)

dilakukan verifikasi semua data dan jumlah uang yang didapat untuk jasa

pelayanan sudah tertera di aplikasi tersebut. Petugas kesehatan pemberi pelayanan

menyiapkan seluruh berkas dan syarat klaim untuk langsung diantarkan ke BPJS

Kesehatan, setelah berkas diverifikasi oleh BPJS Kesehatan, maka dana yang

sudah diklaim ditransfer langsung oleh BPJS Kesehatan ke Rekening Dinas

Kesehatan, setelah itu Dinas Kesehatan Kabupaten menyerahkan dana klaim

tersebut ke Pemerintah Kabupaten untuk masuk ke Kas Daerah, dan nanti Dinas

Kesehatan memberi sebagian dana yang sudah diklaim ke puskesmas yang sudah

melakukan jasa pelayanan.

Kesimpulan informasi yang didapat bahwa pengklaiman dana non kapitasi

untuk tingkat FKTP merupakan alur yang panjang sehingga dapat mempengaruhi

kapasitas waktu pencairan dana, sehingga tenaga kesehatan yang melakukan

pelayanan diantaranya bidan yang melakukan pertolongan persalinan harus

menunggu beberapa waktu untuk keluarnya dana tersebut.

Hal ini sudah sesuai dengan alur dan proses yang dilakukan di Pemerintah

Kabupaten Deli Serdang untuk pengklaiman dan non kapitasi dengan Permenkes

(22)

5.2 Persyaratan dalam Pengajuan Klaim Dana Non Kapitasi oleh BPJS Kesehatan

Pengklaiman dana non kapitasi harus di dasarkan kepada pelaksanaan jasa

pelayanan, dalam menghindari adanya kecurangan (fraud) saat melakukan

pengklaiman. BPJS Kesehatan memberikan beberapa persyaratan untuk

melancarkan proses pengklaiman diantaranya dalam proses verifikasi klaim

persalinan dan neonatal di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) menurut

BPJS Kesehatan diantaranya : 1) kuitansi asli dan sudah bermaterai, 2) formulir

pengajuan klaim (FPK), 3) rekapitulasi pelayanan yaitu nama, nomor identitas,

tanggal pelayanan, GPA (Gravid, Partus, Abortus), jenis persalinan, besaran tarif

paket, jumlah seluruh tagihan, 4) Fotokopi identitas peserta BPJS, 5) Partograf

yang ditandatangani oleh tenaga kesehatan penolong persalinan, 5) Bukti

pelayanan yang sudah ditandatangani oleh faskes dan peserta atau anggota

keluarga (BPJS Kesehatan, 2014).

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam program jaminan kesehatan,

informasi dari pencatatan dan pelaporan perkembangan hasil pemeriksaan dan

diagnosis dibutuhkan untuk dapat memutuskan treatment apa yang selanjutnya

harus diberikan dan keputusan untu melakukan perujukan. Begitu pula dengan

jumlah dan jenis pelayanan yang diberikan sebagai laporan produktifitas dan

syarat pengklaiman dana. Pada permenkes no 71 tahun 2013 disebutkan bahwa

fasilitas kesehatan wajib membuat laporan kegiatan pelayanan kesehatan yang

(23)

Sebagian besar bidan, tidak ada pelaporan khusus mengenai pelayanan

yang diberikan untuk peserta Jaminan Kesehatan. pelaporan yang dilakukan

dengan menggabungkan pelayanan peserta dan non peserta program Jaminan

Kesehatan Nasional, dan tidak disediakan form secara khusus untuk mencatat dan

melaporkan pelayanan kesehatan peserta Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS.

Selain pelayanan kesehatan dalam daftar pelayanan kebidanan dan neonatal

dengan tarif non kapitasi, bidan memiliki kewenangan melakukan pelayanan

kesehatan yang lebih luas sesuai dengan Permenkes nomor 1464 tahun 2010.

Berdasarkan informasi dari penelitian yang di dapat dari beberapa

informan dalam persyaratan klaim mengatakan bahwa syarat-syarat dalam

pengajuan klaim persalinan di Puskesmas Patumbak yaitu Kartu Keluarga, Kartu

BPJS Kesehatan, Foto ibu dan Bayi, Form dari bidan, Partograf, dan surat lahir

ditandatangani bidan yang menolong dan persetujuan Kepala Puskesmas. Hasil

wawancara juga didapatkan bahwa tidak ada kesulitan dalam pengisisan berkas

klaim, hanya saja kesulitan yang ada ketika persalinan sudah mendekati jadwal

pengajuan klaim, yang sering terjadi kesulitan lain yaitu pada pasien yang tidak

lengkap membawa syarat-syarat untuk persalinan, dan juga masyarakat juga

sering menunggak dalam pembayaran iuran BPJS Kesehatan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kulo, dkk (2014)

tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana yang Berasal dari Program Jaminan

Kesehatan Nasional di RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang

(24)

klaim oleh BPJS Kesehatan. Pelaksanaan teknis dalam pengajuan klaim kepada

BPJS Kesehatan didapatkan bahwa informan memahami dengan jelas

syarat-syarat untuk mengajukan klaim. Terdapat beberapa hambatan dalam proses

verifikasi berkas, misalnya verifikator biasanya tidak bisa membaca diagnosa dan

prosedur yang dituliskan dokter ataupun bidan penanggungjawab pasien, berkas

klaim yang tidak lengkap, dan kendala lain juga terjadi ruangan-ruangan

perawatan yang terlambat memasukkan berkas perawatan pasien.

5.3 Besaran Klaim Dana Non Kapitasi terhadap Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Salah satu upaya yang telah disepakati seluruh pemangku kepentingan

untuk dijalankan oleh BPJS Kesehatan adalah melakukan penerapan model

pembayaran prospektif, ini tertera dalam Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamantkan Badan

Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk membayar fasilitas

kesehatan secara efektif dan efisien.

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 52 Tahun 2016 tentang Standar Tarif

Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan untuk

tindakan pasca persalinan di Puskesmas PONED sebesar Rp.175.000,00 (seratus

tujuh puluh lima ribu rupiah), tindakan persalinan pervaginam normal yang

dilakukan oleh bidan sebesar Rp.700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah), pelayanan

pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan neonatal Rp. 125.000,00 (seratus dua

(25)

pertama dan kedia (KN1 & KN2) sebesar Rp.25.000,00 (dua puluh lima ribu

rupiah).

Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang digelar

BPJS Kesehatan diyakini akan membawa perubahan besar dalam pelayanan

kesehatan di Indonesia. Salah satu perubahan yang paling disorot adalah

mekanisme pembayaran klaim dari BPJS Kesehatan kepada penyedia pelayanan

kesehatan seperti Puskesmas, Klinik, dan Rumah Sakit.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Patumbak

terkait penerimaan dana yang didapatkan oleh bidan masih dianggap bidan belum

sesuai dengan keinginan mereka, karena pelayanan yang dilakukan bidan

bukanlah hanya sekedar kematian, tapi bagaimana dapat menyelamatkan dua

nyawa dengan persalinan secara normal. Dan besaran klaim yang didapat bidan

sesuai dengan Peraturan Bupati kabupaten Deli Serdang jasa pelayanan yang di

dapat untuk dana non kapitasi sebesar 80%, sedangkan 20% dipotong sebagai

uang administrasi yang nantinya akan di masukan ke kas daerah.

Menurut Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri

menyebutkan bahwa semua penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor

ke rekening kas umum daerah. Penerimaan atas jasa layanan masyarakat yang

dananya bersumber dari hasil klaim kepada BPJS Kesehatan yang diterima SKPD

yang belum menerapkan PPK-BLUD, maka harus dianggarkan dalam kelompok

(26)

klaim Jaminan Kesehatan Nasional, walaupun hanya sekedar numpang lewat ke

kas daerah.

Hal ini sejalan dengan penelitian Kulo,dkk (2014), dengan hasil

penelitiannya menyebutkan bahwa yang menjadi hambatan adalah mekanisme

atau proses pencairan yang terlalu lama karena harus menyesuaikan dengan

RKA-SKPD. Penelitian ini juga sejalan dengan Wintera (2005) yang menyatakan bahwa

besaran jasa medis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam sistem

pembayaran kapitasi , besaran yang diterima oleh dokter puskesmas dari pasien

Askes setiap bulan relatif kecil bila dibadingkan dengan penerimaan jasa medis

dari pasien non-Askes.

5.4 Ketepatan Waktu dalam Pelaksanaan Kebijakan Pengklaiman Dana

Non Kapitasi di FKTP

Mengikuti tertib administrasi pada sebuah kebijakan dapat membantu

suatu lembaga dalam mengatasi permasalahan administrasi, salah satunya yaitu

tertib dalam maslah waktu. Waktu merupakan kondisi dimana lembaga dapat

mengatur sebuah kebijakan. Pada Permenkes RI no. 28 tahun 2014 tentang

Pedoman Pelaksanaan JKN, kebijakan pelayanan pengklaiman dana non kapitasi

di FKTP dalam pemberian berkas klaim kepada BPJS Kesehatan diberi batas

waktu selambat-lambatnya tanggal 5 pada setiap bulannya, misal jika ada

persalinan terdapat bulan Januari, maka bidan puskesmas memberikan

syarat-syarat klaim paling lama pada tanggal 5 pada bulan Februari. Jika pengklaiman

(27)

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Patumbak batas waktu

pengklaiaman sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah, paling lama memberi

berkas klaim pada tanggal 5 setiap awal bulan jika adanya persalinan, adanya

kerumitan bidan jika ada persalinan pada waktu mendekati batas waktu klaim.

Kesulitan mempersiapkan berkas klaim bukan hanya dari bidan saja, tetapi juga

dari peserta BPJS, dimana terkadang masyarakat tidak membawa perlengkapan

berkas klaim untuk mendapatkan pelayanan, bukan hanya itu saja terkadang

masyarakat masih banyak menunggak dalam membayar iuran BPJS Kesehatan

sehingga pelayanan yang seharusnya sesegera mungkin terkadang menjadi

tertunda.

Hal ini sejalan dengan penelitian Kulo,dkk (2014), dengan hasil

penelitiannya menyebutkan bahwa yang menjadi hambatan adalah mekanisme

atau proses pencairan yang terlalu lama karena harus menyesuaikan dengan

RKA-SKPD. Di samping itu juga pemerintah daerah yang lambat mengeluarkan Surat

Keputusan untuk bendahara SKPD yang menjalankan fungsi menerima,

menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan dana

hasil klaim.

5.5 Kepuasan dan Harapan dalam Pelaksanaan Pengklaiman Dana Non

Kapitasi di FKTP

Keberhasilan setiap bidang kesehatan akan melibatkan faktor Sumber

Daya Manusia, sehingga peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia menjadi sisi

(28)

institusi sangat perlu mendapatkan perhatian yang mendalam, karena bukan hanya

sebagai penggerak utama atas kelancaran jalannya suatu program. Peningkatan

produktivitas kerja tenaga kesehatan yang ada akan dapat meningkatkan hasil

yang lebih baik. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas kerja yaitu

melalui pemberian upah atau insentif yang memuaskan. Kepuasan merupakan

fungsi dan kesan kinerja dari harapan. Jika kinerja melebihi harapan yang

diinginkan, maka pekerja sangat puas, jika kinerja belum memenuhi apa yang

diinginkan dan jika kinerja dibawah harapan yang diinginkan maka pekerja tidak

puas (Tjiptono dan Diana, 2003).

Upah atau insentif sangatlah penting bagi setiap pekerja sebagai individu,

karena besarnya ukuran upah insentif yang diberikan mencerminkan ukuran

produktivitas kerja seseorang. Program-program upah insentif juga penting

dilaksanakan oleh sebuah institusi, karena mencerminkan tindakan atau kebijakan

yang dilakukan oleh organisasi untuk mempertahankan Sumber Daya Manusianya

serta dengan pelaksanaan pemberian upah insentif yang dilakukan institusi dapat

mempengaruhi organisasi dan kerjasama dengan tenaga kerjanya.

Berdasarkan hasil penelitian tentang kepuasan dan harapan bidan terhadap

dana yang didapat dari hasil pengklaiman dana non kapitasi untuk jasa pelayanan

terhadap pertolongan persalinan masih kurang memuaskan dan masih jauh dari

harapan yang diinginkan oleh bidan. Ketidak sesuaian besaran klaim yang

diterima bidan menjadi faktor utama serta dapat mempengaruhi kualitas bidan

(29)

Berdasarkan hasil analisis koordinasi pelaksanaan pembiayaan KIA di

Kabupaten Lombok Tengah, program Jampersal juga belum berjalan optimal.

Walaupun tidak ditemukan terjadinya tumpang tindih pembiayaan dan tidak ada

pelayanan KIA yang tidak terbiayai, namun masih ditemukan adanya iuran biaya

untuk obat maupun biaya rujukan serta tidak dilibatkannya pihak swasta dalam

program Jampersal (Erpan, 2011).

Penelitian yang dilakukan di Tanjung Pinang, Sumatera utara, Sulawesi

Selatan dan Sumbawa tentang Jampersal dan Jamkesda menyatakan

ketidakpuasan bidan terhadap klaim jasa pelayanan kebidanan yang diberikan

olhh pemerintah. Plafon biaya yang kecil membuat tidak semua bidan bersedia

mengikuti program Jampersal. Di kabupaten Buol Sulawesi Selatan untuk klaim

Jampersal sering mengalami keterlambatan dalam pencairan dana dan adanya

pemotongan dana hingga 25% berdasarkan surat keputusan bupati (Zakiah, 2015).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wintera (2005) yang

menyatakan bahwa tingkat kepuasa dokter puskesmas dalam sistem pembayaran

kapitasi yang diterapkan PT. Askes di Kabupaten Donggala masih rendah.

Ketidakpuasan ini dirasakan karena besaran dana yang diterima sangat kecil,

bersifat tidak adil, keterlambatan dalam pembayaran, sulitnya mengklaim biaya

(30)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Proses dan alur dalam pelaksanaan kebijakan pengklaiman dana non kapitasi

di FKTP melalui tahap verifikasi online dengan aplikasi P-Care, kemudian

berkas yang telah di verifikasi diserahkan ke BPJS Kesehatan dan dana yang

didapat di transefer ke rekening Dinas Kesehatan, setelah itu Dinas Kesehatan

menyerahkan ke Pemerintah Kabupaten dan di masukkan ke dalam Kas

Daerah. Setelah semua proses berlangsung, Dinas Kesehatan

menginformasikan kepada Puskesmas yang telah melakukan klaim untuk

mengambil dana klaimnya. Sehingga hal tersebut memperumit jalannya

pencairan dana klaim.

2. Persyaratan dalam pengajuan klaim dana non kapitasi untuk pertolongan

kebidanan dan neonatal yaitu diantaranya Kartu Keluarga, Kartu BPJS

Kesehatan, Partograf, Form dari Kebidanan yang sebanyak 10 lembar, Foto

ibu dan bayi, Surat Lahir yang ditandatangani oleh bidan penolong persalinan

melalui persetujuan Kepala Puskesmas. Hanya sedikit kendala yang ada

dalam pemenuhan berkas klaim jika dalam kondisi batas waktu yang sedikit.

3. Dalam pengumpulan berkas untuk segera dikumpulkan waktu yang

dibutuhkan paling lama tanggal 5 pada bulan berikutnya, setelah lewat dari

tanggal tersebut berkas klaim yang sudah terverifikasi secara online akan

(31)

4. Besaran klaim yang diterima bidan untuk jasa pelayanan kebidanan dan

neonatal sebesar 80%, sedangkan 20% dipotong untuk biaya administrasi ke

Pemerintah Kabupaten untuk dimasukkan ke Kas Daerah (KASDA).

5. Ketidakpuasan bidan dalam penerimaan dana klaim dapat mengacu kepada

kualitas dan produktivitas bidan dalam menolong persalinan selanjutnya.

6. Bila dilihat dari jumlah klaim yang diterima sebagian besar partisipan

menyatakan tidak pantaslah untuk jasa bidan yang menanggung resiko dua

nyawa sekaligus. Partisipan berharap adanya peningkatan jumlah klaim.

6.2 Saran

1. Bagi Pemerintah diharapkan melakukan pertimbangan dalam pengubahan alur

pencairan dana klaim non kapitasi tahun 2017 yang dinilai menyulitkan

Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.

2. Mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten untuk melakukan pemotongan

administrasi maksimal sebesar 10% maka Pemkab diharapkan agar membuat

acuan yang jelas mengenai hal tersebut.

3. Dinas kesehatan dapat berkoordinasi dengan pemerintah daerah tentang

kebijakan biaya tambahan dari APBD untuk menambah jumlah klaim

Gambar

Tabel 3.1 Karakteristik Informan
Tabel 4.1 Jumlah Desa dan Dusun di Kecamatan Patumbak 2016
Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia Puskesmas Patumbak
Gambar 5.1 Alur Pemanfaatan Dana Non Kapitasi

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah alternatif penganekaragaman produk olahan pangan berbahan baku tepung mocaf, tepung almond, dan serbuk daun

mengemukakan buah pikirannya, cepat mengambil keputusan. 3) Sikap, sifat, perasaan, antara lain meliputi bersikap sopan, memperhatikan orang lain penyabar atau dapat

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua maupun Wakil Ketua yang berkaitan langsung dengan tugas seksi kebersihan dan lingkungan hidup.. Penyusunan

Oleh karena legitimasi jabatan tersebut ditentukan oleh rakyat dengan agenda politik yang disebut dengan pemilihan kepala daerah secara langsung (Pilkadasung), maka gereja juga

Prediksi perubahan garis pantai 10 tahun ke depan yang telah dilakukan seperti terlihat pada gambar berikut, di mana hasil perubahan garis pantai maksimal terjadi abrasi

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama Dharma Wanita

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kualitas gula semut yang dihasilkan dari beberapa sumber bahan baku gula aren cetak, sehingga dapat

24 Guru Sejarah tidak menerima usulan dari siswa berkaitan dengan pelajaran yang diajarkan 25 Dalam mengajar, guru sejarah selalu. mengedepankan rasa cinta dan kasih sayang