D A F T A R I S I i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN ... 2
C. SEJARAH KOTA SEMARANG ... 2
D. KONDISI GEOGRAFIS KOTA SEMARANG ... 5
E. GAMBARAN UMUM DEMOGRAFI KOTA SEMARANG ... 6
F. PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS ... 8
G. STRUKTUR ORGANISASI ... 10
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA 13 A. VISI ... ... 13
B. MISI ... 14
C. TUJUAN DAN SASARAN ... 15
D. INDIKATOR KINERJA UTAMA ... ... 17
E. PERJANJIAN KINERJA ... ... 18
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 20 A. RINGKASAN PENCAPAIAN KINERJA IKU ... 20
B. RINGKASAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA ... 23
C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ... 26
MISI I Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas... ... 26
MISI II Mewujudkan Pemerintahan Yang Semakin Handal Untuk Meningkatkan Pelayanan Publik... ... 61
MISI III Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan ... 74
MISI IV Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal Dan Membangun Iklim Usaha Yang Kondusif... 93
D. AKUNTABILITAS KEUANGAN... ... 114
Pengelolaan Pendapatan Daerah ... 115
Pengelolaan Belanja Daerah ... 139
Pembiayaan Daerah ... 149
SILPA Anggaran Tahun 2016 ... 150
BAB IV PENUTUP
P E N D A H U L U A N 1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada tanggal 17 Februari 2016 bertempat di Simpang Lima telah dilaksanakan pelantikan Walikota dan Bupati se Jawa Tengah oleh Gubernur Jawa Tengah atas nama Presiden, dan selanjutnya dilakukan serah terima jabatan Walikota Semarang dari Pj Walikota Semarang Bp. Drs Tavip Supriyanto, Msi., kepada Walikota terpilih, Bp. Hendrar Prihadi SE, MM (Hendi), bersama Wakil Walikota terpilih Ibu Hevearita G Rahayu. Jadi tahun 2016 ini merupakan tahun transisi.
Kebijakan arahan pembangunan untuk tahun 2016 tertuang dalam Peraturan Walikota Semarang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Tahun 2016 disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025, karena belum adanya RPJMD 2016-2021. Dengan dikeluarkanya Peraturan Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Semarang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2016, maka kebijakan arahan pembangunan telah disesuaikan dengan RPJMD Tahun 2016-2021.
Dalam RPJMD Tahun 2016-2021, tahun 2016 merupakan tahun dasar (baseline) bagi pelaksanaan pembangunan untuk lima tahun ke depan. Program dan kegiatan di tahun 2016 disusun dalam rangka menyiapkan landasan bagi pencapaian visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota sampai dengan tahun 2021 sesuai dengan target-target dalam RPJMD Tahun 2016-2021 yang merupakan penjabaran dari tahapan pembangunan periode ketiga pada RPJPD Tahun 2005-2025.
Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) merupakan amanat dari Undang Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Penyusunan LKjIP dilakukan dengan mendasarkan pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;
P E N D A H U L U A N 2
Aparatur Negara dan Refornasi Birokrasi selambat lambatnya tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) ini selain untuk memenuhi kewajiban sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang juga sebagai bentuk pertanggungjawaban atau akuntabilitas kinerja Pemerintah Kota Semarang dalam mencapai tujuan dan sasaran strategis yang telah diperjanjikan serta sebagai wujud transparansi atau keterbukaan publik terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan selama tahun 2016.
Tujuan dari penyusunan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) ini adalah :
1. Untuk bahan Laporan Kinerja Pemerintah Kota Semarang Tahun 2016.
2. Untuk alat ukur pelaksanaan dan pencapaian tujuan, sasaran, program dan kegiatan yang dilaksanakan selama 1 (satu) tahun.
3. Untuk bahan evaluasi pencapaian target kinerja yang sudah yang sudah ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja.
4. Untuk alat kendali / controlling bagi Kepala Daerah untuk mendorong peningkatan kinerja setiap unit organisasi.
5. Untuk bahan masukan demi perbaikan kinerja pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan yang berkelanjutan.
C. SEJARAH KOTA SEMARANG
Sejarah Kota Semarang dimulai sejak kedatangan seseorang yang berasal dari Kesultanan Demak bernama Pangeran Made Pandan bersama putranya Raden Pandan Arang, yang meninggalkan Demak menuju ke daerah Barat (daerah tersebut yang kemudian bernama Pulau Tirang). Di daerah itu Pangeran dan putranya membuka hutan dan kemudian mendirikan pesantren untuk menyiarkan agama Islam. Dari waktu ke waktu daerah itu menjadi semakin subur. Dari sela-sela kesuburan muncullah pohon - pohon asam yang jarang (bahasa Jawa : Asem Arang), sehingga mereka memberikan nama daerah itu menjadi Semarang. Sebagai pendiri daerah, kemudian beliau menjadi kepala daerah setempat dengan gelar Kyai Pandan Arang I yang kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II. Perkembangan daerah Semarang makin menunjukkan pertumbuhan yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Akhirnya Pandan Arang II oleh Sultan Pajang melalui konsultasi dengan Sultan Kalijaga dinobatkan menjadi Bupati Semarang yang pertama.
P E N D A H U L U A N 3
Masa pemerintahan Raden Pandan Arang II menunjukkan kemakmuran dan kesejahteraan yang dapat dinikmati penduduknya. Kawasan Semarang pada waktu itu meliputi: Inderono (Gisik Drono), Tirang Amper, Jurang Suru, Tinjomoyo, Wotgalih, Gajah Mungkur, Sejonilo dan Gedung Batu. Sesudah Bupati Pandan Arang II lalu diganti oleh Raden Ketib, Pangeran Kanoman atau Pandan Arang III (1553-1586), kemudian disusul pengganti berikutnya yaitu Mas R. Tumenggung Tambi (1657-1659), Mas Tumenggung Wongsorejo (1659-1666), Mas Tumenggung Prawiprojo (1666-1670), Mas Tumenggung Alap-Alap (1670-1674), Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung Yudonegoro atau Kyai Adipati Suromenggolo (1674-1701), Raden Martoyudo (1743-1751), Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau Raden Martoyudo (1743-(1743-1751), Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau Sumonegoro atau Surohadimenggolo (1751-1773), Surohadimenggolo IV (1773-1778), Adipati Surohadimenggolo V atau Kanjeng Terboyo (1778-1841), Raden Tumenggung Surohadiningrat (1841), Putro Surohadimenggolo (1841-1855), Mas Ngabehi Reksonegoro (1855-1860), RTP Suryokusumo (1860-1887), RTP Reksodirjo (1887-1891), RMTA Purbaningrat (1891-1891), Raden Cokrodipuro (1891-1927), RM Soebiyono (1897-1927), RM Amin Suyitno (1927-1942).
Pada periode 1500-1700 Masehi, Kota Semarang mulai dikenal, terutama oleh orang-orang asing yang singgah dan berdagang di pelabuhan Semarang. Status kawasan yang semula berada dibawah kekuasaan Susuhunan Surakarta akhirnya berubah mejadi daerah kekuasaan Belanda. Karena letaknya yang strategis, maka pada tahun 1678 Kota Semarang dijadikan tempat pertahanan militer dan daerah perniagaan. Kemudian untuk kepentingan politik kolonial Belanda, Kota Semarang dijadikan kota kedua setelah Batavia. Pada periode 1700-1906, Kota Semarang mulai menampakkan dirinya sebagai bentuk fisik sebuah kota. Wilayah pemukimannya semakin diperluas dengan adanya Kampung Jawa di Kaligawe, Pengapon, dan Poncol, Kampung Pecinan di sekitar Bubakan, Kampung Melayu di Melayu Darat. Peristiwa penting yang terjadi pada masa itu adalah pelantikan Kyai Adipati Surahadimenggolo ke IV menjadi Bupati Semarang ke 21 oleh pihak Belanda pada tanggal 6 Juli 1704.
Pada pertengahan abad ke 18, perkembangan Kota Semarang semakin pesat yaitu dengan tumbuhnya perkantoran-perkantoran Pemerintahan Belanda. Kantor-kantor dagang, fasilitas-fasilitas sosial dan lain-lain. Dengan demikian pemerintahan pada masa itu terdiri dari pemerintahan pribumi dan pemerintahan Gubernur Jenderal Belanda di dalam benteng kota yang bernama Gubernur Jenderal Jawa Utara.
Pada tahun 1864 Nederlandsch Indisch Spoorrwagen (NIS), membangun jalan kereta api yang pertama kali di indonesia, yaitu rute Semarang-Yogyakarta, dengan stasiunnya di Tambak Sari. Kemudian pada tahun 1872 telah dibangun jalan kereta api jurusan Semarang-Kedung Jati dan Solo dengan mempertimbangkan transportasi tradisional yang semakin pesat.
P E N D A H U L U A N 4
Nomor 120 tahun 1906 dibentuk dan diresmikanlah Pemerintah Gemeente, yang berarti Semarang menjadi Kotapraja (Stads Gemeente Van Semarang). Sehingga sejak saat itu Kota Semarang terlepas dari Kabupaten dan memiliki batas kekuasaan Pemerintah Kotapraja. Terdapat keterangan bahwa adanya Gemeente itu maka sejak tahun 1906 Semarang dipimpin oleh dua macam Pemerintahan. Yang menyangkut Pemerintahan Bumiputra dikepalai oleh Bupati, sedang yang menyangkut pemerintah Kota Semarang dikepalai oleh Burgermeester (Walikota).
Pemerintah Kota Besar Semarang buatan Belanda ini berakhir ketika tentara Jepang menduduki Indonesia tahun 1942. Tentara Jepang membentuk Pemerintahan Daerah Semarang yang dipimpin seorang militer (Shitjo). Didampingi dua orang wakil, seorang Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Pemerintahan dijalankan secara sentral dibawah pimpinan Kepala Daerah Karesidenan, sehingga Bupati Semarang saat itu RMAA Sukarman Mertohadinegoro (1942-1945) tidak mempunyai kedudukan atau tugas sama sekali. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, tidak lama kemudian yaitu tanggal 14 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan bala tentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama “Pertempuran Lima Hari”.
Pada tanggal 16 Mei 1946, Inggris atas nama Sekutu menyerahkan Kota Semarang kepada pihak Belanda. Pada tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, Walikota Semarang sebelum Proklamasi Kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda hingga pemulihan kedaulatan yaitu tanggal 27 Desember 1949 tidak ada Pemerintahan Daerah di Kota Semarang. Pemerintah Daerah Kota Semarang dalam pengungsian tersebut dapat berjalan hingga bulan Desember 1949, berpindah-pindah mulai dari daerah Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R. Patah, R. Prawoto Soedibyo dan Mr. Ichsan.
Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti dimasa kolonial dahulu di bawah pimpinan R. Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena pada masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB menyerahkan kepemimpinan Pemerintah Daerah Semarang kepada Mr. Koesoebijono, seorang pegawai tinggi Kementrian Dalam Negeri di Yogyakarta. Beliau menyusun kembali Pemerintahan Daerah Kota Besar Semarang sampai terbentuknya Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
P E N D A H U L U A N 5
dan Genuk. Kemudian berlanjut dengan terbitnya Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah, dimana secara administratif dari 9 Kecamatan yang ada di Kota Semarang diadakan penataan menjadi 16 Kecamatan.
D. KONDISI GEOGRAFIS KOTA SEMARANG
1. Batas dan Luas Wilayah
Kota Semarang adalah ibukota pemerintahan Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah sebesar 373,70 km2 (BPS, 2016) yang lokasinya berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal di sebelah barat, Kabupaten Semarang di sebelah selatan, Kabupaten Demak di sebelah timur dan Laut Jawa di sebelah utara dengan panjang garis pantai berkisar 13,6 km. Kota Semarang terletak antara garis 6º 50’ - 7º 10’ Lintang Selatan dan garis 109º 50’ - 110º 35’ Bujur Timur. Secara administratif Kota Semarang terdiri atas 16 wilayah kecamatan dan 177 Kelurahan.
2. Topografi
Secara topografi, Kota Semarang memiliki keunikan karena terdiri dari daerah pantai dan daerah perbukitan, dengan elevasi topografi berada pada ketinggian antara 0,75 m sampai sekitar 350 m diatas permukaan laut.
P E N D A H U L U A N 6
Kota Semarang lebih difungsikan sebagai daerah konservasi untuk melindungi Kota Semarang bagian bawah.
E. GAMBARAN UMUM DEMOGRAFI KOTA SEMARANG
Secara demografi, berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kota Semarang di tahun 2016 berjumlah 1.604.419 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sejumlah 797.625 jiwa (49,71%) dan penduduk perempuan sejumlah 806.794 jiwa (50,29%). Jika dibandingkan dengan penduduk di tahun 2015, penduduk di tahun 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 0,6% atau bertambah 9.152 jiwa.
Dari sebaran penduduk per kecamatan, Kecamatan Pedurungan adalah kecamatan dengan penduduk terbanyak, dan Kecamatan Tugu adalah kecamatan dengan penduduk paling sedikit. Secara rinci, sebaran penduduk di tiap kecamatan terlihat pada tabel berikut:
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG PER KECAMATAN TAHUN 2016
NO KECAMATAN JUMLAH (JIWA) PERSENTASE (%)
1 Kecamatan Semarang Selatan 85.897 5,35
2 Kecamatan Semarang Utara 131.926 8,22
3 Kecamatan Semarang Barat 164.623 10,26
4 Kecamatan Semarang Timur 81.898 5,10
5 Kecamatan Semarang Tengah 74.391 4,64
6 Kecamatan Gunungpati 76.600 4,77
7 Kecamatan Tugu 31.255 1,95
8 Kecamatan Mijen 57.678 3,59
9 Kecamatan Genuk 93.392 5,82
10 Kecamatan Gajahmungkur 65.340 4,07
11 Kecamatan Tembalang 146.124 9,11
12 Kecamatan Candisari 82.557 5,15
13 Kecamatan Banyumanik 132.360 8,25
14 Kecamatan Ngaliyan 123.741 7,71
15 Kecamatan Gayamsari 76.024 4,74
16 Kecamatan Pedurungan 180.613 11,26
J U M L A H 1.604.419 100,00
Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2016 (data sementara, data diolah)
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG BERDASAR KELOMPOK UMUR KONDISI TAHUN 2016
KELOMPOK UMUR JUMLAH (JIWA) PERSENTASE (%)
0 – 4 128.948 8,04
JUMLAH 1.604.419 100,00
Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2016 (data sementara, data diolah)
P E N D A H U L U A N 7
456.898 jiwa. Dengan membandingkan antara jumlah penduduk tidak produktif dengan penduduk yang produktif, maka akan dapat diketahui Angka Beban Ketergantungan (dependency ratio). Angka beban ketergantungan Kota Semarang pada tahun 2016 adalah sebesar 28,47%.
Berdasarkan tingkat pendidikannya, komposisi penduduk Kota Semarang hampir merata pada pendidikan dasar dan menengah (SD/MI sederajat, SMP/MTs sederajat, SMA/MA sederajat) dengan persentase terbesar adalah tamatan SD/MI sederajat sebesar 22,88%. Sedangkan penduduk yang menamatkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi jumlahnya hanya sekitar 8,78%, yang terdiri dari tamatan Diploma I/II/III sebesar 4,33% dan tamatan D IV, S1, S2, dan S3 sebesar 4,44%. Berikut ini tabel penduduk Kota Semarang dirinci berdasar tingkat pendidikan formal.
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG BERDASAR PENDIDIKAN TAHUN 2016
NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH (JIWA) PERSENTASE (%)
1 Tidak / belum sekolah 96.542 6,54
2 Tidak / belum tamat SD 301.282 20,40
3 Tamat SD/MI sederajat 337.997 22,88
4 Tamat SLTP/MTs / sederajat 299.785 20,29
5 Tamat SLTA/MA / sederajat 311.934 21,12
6 Tamat Diploma I / II / III 64.103 4,34
7 Tamat D IV / S1 / S2 / S3 65.569 4,44
J U M L A H 1.477.212 100,00
Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2016 (data sementara, data diolah)
Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk Kota Semarang sebagian besar bekerja sebagai buruh industri (25,69%), PNS/TNI/POLRI (13,77%), pedagang (12,53%) dan buruh bangunan (12,03%). Sementara itu, jenis mata pencaharian petani dan buruh tani (3,9%) serta nelayan (0,37%) adalah mata pencaharian yang paling sedikit di Kota Semarang. Jumlah penduduk menurut mata pencahariannya secara lengkap dapat terlihat pada tabel di bawah ini :
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN TAHUN 2016
NO JENIS MATA PENCAHARIAN JUMLAH PERSENTASE
(JIWA) (%)
1 Petani Sendiri 27.297 3,89
2 Buruh Tani 18.713 2,67
3 Nelayan 2.528 0,36
4 Pengusaha 54.223 7,73
5 Buruh Industri 180.389 25,70
6 Buruh Bangunan 84.414 12,03
7 Pedagang 87.964 12,53
8 Angkutan 25.949 3,70
9 PNS/TNI/POLRI 96.693 13,78
10 Pensiunan 40.426 5,76
11 Lainnya 83.220 11,86
J U M L A H 701.816 100,00
Sumber: BPS Kota Semarang Tahun 2016 (data sementara, data diolah)
P E N D A H U L U A N 8
pembangunansuatu wilayah/negara.Di tahun 2016, diperkirakan nilai IPM Kota Semarang meningkat menjadi 80,28.
GRAFIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA SEMARANG TAHUN 2016
Keterangan : *) Target pada RPJMD 2016-2021
Sumber : BPS Kota Semarang, Bappeda Kota Semarang ( data diolah )
F. PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS
Permasalahan Pembangunan Daerah merupakan kesenjangan antara sasaran pembangunan yang ingin dicapai di masa mendatang dengan kondisi riil saat perencanaan pembangunan disusun. Untuk meminimalisir kesenjangan tersebut dalam rangka mewujudkan visi dan misi Kepala Daerah terpilih, maka diperlukan perumusan yang tepat terkait analisis permasalahan daerah. Berdasarkan hasil analisis permasalahan pembangunan daerah pada masing-masing bidang urusan sesuai dengan kondisi objektif Daerah, serta kesepakatan dari para pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan daerah maka diketahui permasalahan utama Kota Semarang. Permasalahan utama ini dijabarkan ke dalam 4 (empat) pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Kualitas Sumber Daya Manusia yang masih perlu ditingkatkan. Adapun rumusan permasalahan atas Kualitas Sumber Daya Manusia adalah sebagai berikut :
a. Kualitas kelulusan pendidikan yang masih perlu ditingkatkan
b. Belum seluruh lapisan masyarakat mendapat akses ke pelayanan kesehatan yang bermutu.
c. Tingginya tingkat pengangguran terbuka. d. Masih belum tuntasnya pengentasan kemiskinan
e. Pengembangan kekayaaan dan keragaman budaya masih perlu ditingkatkan f. Perlu peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
2. Penyelenggaraan Pemerintahan Tata Kelola yang baik (Good Governance) masih belum sesuai harapan. Rumusan permasalahan dari Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan adalah sebagai berikut :
a. Upaya pengawasan masih perlu ditingkatkan b. Perlu peningkatan disiplin aparatur
c. Masih terdapat sarana dan prasarana yang belum sesuai standar d. Masih tingginya jumlah pelanggaran Perda
77.58
78.04
78.68
79.24
80.23 80.28
77 77.5 78 78.5 79 79.5 80 80.5
P E N D A H U L U A N 9
3. Belum Optimalnya Penyediaan Infrastruktur Dasar dan Penataan Ruang. Rumusan Permasalahan dalam penyediaan Infrastruktur & Penataan Ruang sebagai berikut : a. Belum optimalnya pemanfaatan tata ruang yang sesuai dengan arahan
rencana tata ruang wilayah (RTRW) maupun daya dukung lingkungan b. Masih terjadinya genangan banjir dan rob.
c. Belum optimalnya pengembangan sistem transportasi terpadu. d. Belum seluruh Rumah Tangga memiliki sanitasi yang baik.
e. Kurangnya penanganan tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan 4. Inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada sektor perekonomian masih
perlu ditingkatkan. Rumusan permasalahan Inovasi dan daya saing nilai tambah adalah sebagai berikut :
a. Belum optimalnya pemanfaatan tata ruang yang sesuai dengan arahan rencana tata ruang wilayah (RTRW) maupun daya dukung lingkungan b. Masih terjadinya genangan banjir dan rob
c. Belum optimalnya pengembangan sistem transportasi terpadu. d. Belum seluruh Rumah Tangga memiliki sanitasi yang baik
e. Kurangnya penanganan tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan Dari 4 pokok permasalahan tersebut, terdapat isu-isu strategis terkait pembangunan jangka menengah Pemerintah Kota Semarang antara lain :
1. Peningkatan Kesejahteraan Sosial Masyarakat dengan 2. Peningkatan pelayanan pendidikan
3. Peningkatan pelayanan kesehatan
4. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran 5. Tata kelola pemerintahan dan reformasi birokrasi 6. Peningkatan pelayanan publik
7. Penanganan rob dan banjir
8. Peningkatan infrastruktur berkelanjutan
9. Peningkatan tata ruang dan kualitas lingkungan hidup 10. Peningkatan ekonomi dan daya saing
G. STRUKTUR ORGANISASI
a. Struktur Organisasi
Pemerintah Kota Semarang dipimpin oleh seorang Walikota dengan dibantu oleh seorang Wakil Walikota dan perangkat daerah. Organisasi perangkat daerah Kota Searang terdiri dari :
P E N D A H U L U A N 10
b. Dinas Daerah, sebagai unsur pelaksana urusan daerah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008
c. Lembaga Teknis Daerah, sebagai unsur pendukung tugas Walikota dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008.
d. Kecamatan dan Kelurahan, sebagai unsur kewilayahan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2008.
e. Perubahan pada Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang dan menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010, guna membentuk lembaga baru yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Semarang.
Adapun secara lengkap struktur organisasi Pemerintah Kota Semarang adalah sebagai berikut :
b. Sumber Daya Aparatur
Pemerintah Kota Semarang memiliki PNS sebanyak 12.174 orang dengan perimbangan laki laki sebanyak 6.705 orang dan perempuan sebanyak 5.469 yang menunjukkan perimbangan gender yang baik sebagaimana nampak dalam grafik berikut:
JUMLAH PNS BERDASARKAN GENDER
0 2000 4000 6000 8000
LAKI - LAKI PEREMPUAN
6705 5469
P E N D A H U L U A N 11
RANGE USIA JUMLAH
20-30 Th 406
31-40 Th 1867
41-50 Th 3991
51-60 Th 5910
PENDIDIKAN JUMLAH
1. Tidak Sekolah/Belum Tamat SD 0
2. Tamat SD atau Sederajat 199
3. SMP dan Sederajat 360
4. SMA dan Sederajat 3.147
5. Akademi (DI, DII dan DIII) 917
6. Sarjana (S1) 6.719
7. Magister (S2) 828
8. Doktor (S3) 4
20-30 Th; 406
31-40 Th; 1867
41-50 Th; 3991 51-60 Th; 5910
JUMLAH PNS BERDASARKAN USIA
20-30 Th 31-40 Th 41-50 Th 51-60 Th
0 2000 4000 6000 8000
1. Tidak Sekolah/Belum Tamat SD 2. Tamat SD atau Sederajat
3. SMP dan Sederajat
4. SMA dan Sederajat 5. Akademi (DI, DII dan
DIII)
6. Sarjana (S1)
7. Magister (S2)
8. Doktor (S3)
JUMLAH PNS BERDASARKAN PENDIDIKAN
P E N D A H U L U A N 12
GOLONGAN JUMLAH
1. Golongan I 213
2. Golongan II 2.289
3. Golongan III 5.937
4. Golongan IV 3.735
JENIS JABATAN JUMLAH
1. Eselon I 0
2. Eselon II 37
3. Eselon III 189
4. Eselon IV 1.610
5. Eselon V 37
6. Pejabat Fungsional Umum 3.674
7. Pejabat Fungsional Tertentu 6.627
2%
19%
49% 30%
JUMLAH PEGAWAI BERDASARKAN GOLONGAN
1. Golongan I 2. Golongan II
3. Golongan III
4. Golongan IV
1. Eselon I ; 0
2. Eselon II ; 37
3. Eselon III ; 189
4. Eselon IV ; 1610 5. Eselon V ; 37
6. Pejabat Fungsional Umum; 3674 7. Pejabat Fungsional
Tertentu; 6627
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA 13
BAB II
PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA
A. VISI
Suatu wilayah atau kota harus memiliki visi dan misi untuk perencananaan jangka
panjang yang tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD), maupun jangka menengah yang tertuang dalam dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD kemudian dijabarkan dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan dokumen perencanaan
untuk periode satu tahun.
LKj-IP ini berisi laporan penyelenggaraan pemerintahan Kota Semarang selama
tahun 2016, dan merupakan tahun akhir pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) periode 2016–2021.
Sebagaimana tertuang dalam RPJMD periode 2016-2021, visi Pemerintah Kota
Semarang adalah :
SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA YANG HEBAT MENUJU MASYARAKAT SEMAKIN SEJAHTERA
Visi tersebut mengandung maksud bahwa Semarang sebagai kota metropolitan
berwawasan lingkungan akan menjadi kota yang handal dan maju dalam pedagangan
dan jasa, dengan dukungan infrastuktur yang memadai serta tetap menjadi daerah yang
kondusif untuk meningkatkan kesejahteraan warganya dengan dukungan pengembangan politik, keamanan, sosial, ekonomi, dan budaya.
HEBAT, mengandung arti masyarakat Kota Semarang yang bergerak untuk
mencapai keunggulan dan kemuliaan, serta kondisi perkotaan yang kondusif dan
modern dengan tetap memperhatikan lingkungan berkelanjutan demi kemajuan
perdagangan dan jasa. Semarang yang Hebat dapat terlihat antara lain melalui
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA 14 PDRB dan kontribusi kategori Industri Pengolahan terhadap PDRB yang semakin meningkat, nilai investasi yang semakin besar, laju pertumbuhan ekonomi yang tiap
tahun terus meningkat, serta luas genangan banjir dan rob yang semakin menurun.
SEJAHTERA, mengandung arti bahwa dalam lima tahun ke depan masyarakat
Kota Semarang akan semakin meningkat kesejahteraannya dengan pemenuhan
kebutuhan pendidikan, kesehatan, pelayanan dasar maupun sarana dan prasarana
penunjang. Peningkatan kesejahteraan tersebut antara lain ditunjukkan melalui
peningkatan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan
Gender (IPG) serta penurunan angka kemiskinan, dan tingkat pengangguran.
B. MISI
Untuk mewujudkan Visi ”SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA
YANG HEBAT MENUJU MASYARAKAT SEMAKIN SEJAHTERA”
dirumuskan 4 (empat) misi pembangunan daerah sebagai berikut:
MISI 1 Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas
Pembangunan diprioritaskan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia
yang memiliki tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang tinggi serta
menjunjung tinggi budaya asli Kota Semarang.
MISI 2 Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk
Meningkatkan Pelayanan Publik
Penyelenggaraan pemerintahan diprioritaskan pada pelaksanaan otonomi daerah secara nyata, efektif,efisien dan akuntabeldengan menerapkan
prinsip-prinsiptata kelola pemerintahan yang baik (good governance) sehingga
mampu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat yang disertai
dengan penegakan supremasi hukum dan hak asasi manusia.
MISI 3 Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan
Pembangunan diprioritaskan pada optimalisasi pemanfaatan tata ruang dan
peningkatan pembangunan infrastruktur wilayah yang terencana, selaras,
serasi, seimbang dan berkeadilan dengan tetap memperhatikan konsep
pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
MISI 4 Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal dan Membangun Iklim Usaha yang Kondusif
Pembangunan diprioritaskan pada peningkatan kemampuan perekonomian
daerah dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif yang berbasis pada potensi ekonomi lokal, berorientasi pada
ekonomi kerakyatan dansektor ekonomi basis yang mempunyai daya saing
baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional serta meningkatkan
investasi pada sektor industri besar untuk menyerap tenaga kerja (Penanaman
Modal Asing) yang didukung oleh keberadaan kawasan berikat, kawasan
industri dan pergudangan serta dibangunnya sentra-sentra industri kecil dan
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA 15 Pesan mendasar visi yang dijabarkan dalam misi-misi pembangunan Kota Semarang dalam waktu lima tahun kedepan adalah untuk membuat masyarakat semakin
sejahtera, maka upaya untuk meningkatkan pelayanan publik, pengembangan
kehidupan berdemokrasi, pemerataan dan keadilan harus benar-benar dilaksanakan
secara konsisten di daerah. Karena itulah, dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi
diperlukan semangat baru dalam pelaksanaan pembangunan yang berlandaskan nilai
dasar bangsa Indonesia dan masyarakat Semarang khususnya, yakni kegotongroyongan.
Semangat baru tersebut tertuang dalam slogan:
“BERGERAK BERSAMA MEMBANGUN SEMARANG”
Makna slogan Bergerak Bersama Membangun Semarang diartikan satu sikap
yang terwujud dalam bentuk inisiatif dan penuh semangat untuk menyumbangsihkan
tenaga dan pikiran dalam rangka membangun Kota Semarang. Sikap ini diperlukan
untuk menumbuhkan kesadaran dan kecintaan aparatur dan masyarakat akan kotanya. Melalui pernyataan ini akan timbul sikap kepeloporan, sinergi dan kolaborasi untuk
menjaga kotanya dan melakukan inovasi dan kreativitas dalam membangun kota
dengan tidak meninggalkan budaya dan karakter lokal.
C. TUJUAN DAN SASARAN
TUJUAN merupakan dampak (impact) keberhasilan pembangunan daerah yang
diperoleh dari pencapaian berbagai program prioritas terkait. Selaras. dengan
penggunaan paradigma penganggaran berbasis kinerja maka perencanaan pembangunan daerah pun menggunakan prinsip yang sama. Pengembangan rencana pembangunan
daerah lebih ditekankan pada target kinerja, baik pada dampak, hasil, maupun keluaran
dari suatu kegiatan, program, dan sasaran.
SASARAN adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan
secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Hasil rumusan tujuan dan sasaran pembangunan Kota Semarang sebagai berikut :
MISI PEMERINTAH KOTA
SEMARANG TUJUAN SASARAN
KEHIDUPAN
1. Meningkatnya Derajat Kesehatan Masyarakat
2. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Masyarakat
3. Meningkatnya Kualitas Daya Saing Tenaga Kerja
4. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat
5. Meningkatnya Pembangunan yang berperspektife Gender dan Kapasitas Pemberdayaan Masyarakat
2. Meningkatkan Nilai-nilai Budaya Masyarakat
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA 16 MISI PEMERINTAH KOTA
SEMARANG TUJUAN SASARAN
MEWUJUDKAN
7. Terwujudnya Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN
8. Meningkatkan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja
11.Meningkatkan Ketentraman dan Kenyamanan Masyarakat
13.Menurunnya Genangan Banjir dan Rob
15.Terwujudnya Sarana dan Prasarana Dasar Perkotaan yang Berkualitas
10.Meningkatnya Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan
16.Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
17.Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Ketersediaan Pangan 18.Meningkatnya Pendapatan Petani 19.Meningkatnya Kesejahteraan
Masyarakat Pelaku Usaha Perikanan
12.Meningkatkan Sektor Perdagangan dan Jasa
20.Meningkatnya Sektor Barang dan Jasa Unggulan
22.Meningkatnya Daya Tarik Wisata (DTW)
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA 17
D. INDIKATOR KINERJA UTAMA KOTA SEMARANG TAHUN 2016
MISI 1 :
MEWUJUDKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERBUDAYA DAN BERKUALITAS TAGLINE : SEMARANG SEHAT DAN CERDAS
NO SASARAN
STRATEGIS NO
INDIKATOR
KINERJA UTAMA (IKU) SATUAN
TARGET TAHUN
2016 1 Meningkatkan kualitas
Sumber Daya
1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG SEMAKIN HANDALUNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK
6 Predikat Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah (Evaluasi
7 Survei Kepuasan Masyarakat (SKM)
Angka Indeks /OPD
77/20
MISI 3 :
MEWUJUDKAN KOTA METROPOLITAN YANG DINAMIS DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
TAGLINE : SEMARANG TANGGUH 7 Menurunnya luas
genangan banjir dan rob
8 Prosentase luas genangan banjir dan rob
Persen 40,17
8 Terwujudnya sarana dan prasarana dasar perkotaan yang berkualitas
9 Luas Lingkungan Pemukiman Kumuh
Persen 0,80
9 Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
10 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
Skor 45,38
MISI 4 :
MEMPERKUAT EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DAN MEMBANGUN IKLIM USAHA YANG KONDUSIF
TAGLINE : SEMARANG BERDAYA SAING 10 Meningkatnya sektor
13 Kontribusi kategori sektor Industri Pengolahan terhadap PDRB
% 27,34
12 Meningkatnya iklim investasi kota
14 Nilai investasi Rupiah
(dalam juta)
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA 18
E. PERJANJIAN KINERJA KOTA SEMARANG TAHUN 2016
NO SASARAN NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET
TAHUN 2016 1. Meningkatkan kualitas
Sumber Daya
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
2. Meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat
7. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 10,35 8. Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 14,36 3. Meningkatnya kualitas
daya saing tenaga kerja
9. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
12. Indeks Pembangunan Gender (IPG)
Poin 95,65
13. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
Poin 76,58
6. Terwujudnya pelestarian dan pengembangan warisan budaya lokal
14. Jumlah seni budaya dan tradisi yang dilestarikan
8. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja
16. Predikat Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah (Evaluasi atas penetapan SAKIP)
Kategori/Nilai CC
9. Meningkatnya integritas aparatur
17. Predikat Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
10. Terwujudnya Pelayanan Prima
18. Survei Kepuasan Masyarakat (SKM)
19. Angka Kriminalitas Angka Kriminalitas ruang dengan perencanaan Tata Ruang (simpangan)
% 5,4
13. Menurunnya luas genangan banjir dan rob
21. Prosentase luas genangan banjir dan rob
Persen 40,17
14. Menurunnya kemacetan jalan
22. Jumlah simpul kemacetan Simpul 8
15. Terwujudnya sarana dan prasarana dasar
perkotaan yang berkualitas
23. Persentase rumah tangga pengguna air minum / jumlah seluruh rumah tangga x 100%
Persen 88,5
24. Persentase rumah tangga ber sanitasi
Persen 85,82
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA 19
NO SASARAN NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET
TAHUN 2016 16. Pengendalian
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
26. Indeks Kulaitas Lingkungan Hidup (IKLH)
Skor 45,38
17. Meningkatnya kualitas dan kuantitas
ketersediaan pangan
27. Ketersediaan pangan penduduk Kkl/Kapita /hari
3.050
18. Meningkatnya pendapatan petani
28. Pendapatan rumah tangga petani Rp/tahun 10.452.000
19. Meningkatnya
kesejahteraan masyarakat pelaku usaha perikanan
29. Jumlah pendapatan per kapita nelayan
Rp/tahun 18.000.000
20. Meningkatnya sektor perdagangan dan jasa unggulan
30. Kontribusi kategori perdagangan dan jasa terhadap PDRB
% 31,06
31. Laju Pertumbuhan Ekonomi % 5,85
21. Meningkatnya produk-produk unggulan daerah
32. Kontribusi kategori sektor Industri Pengolahan terhadap PDRB
% 27,34
22. Meningkatnya Daya Tarik Wisata (DTW)
33. Jumlah kunjungan wisata Orang 4.660.822
23. Meningkatnya iklim investasi kota
34. Nilai investasi Rupiah
(dalam juta)
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 20
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas adalah suatu wujud pertanggungjawaban dari suatu instansi
pemerintah atas kegiatan yang telah dilaksanakan dalam waktu satu tahun yang disusun
melalui media pelaporan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) ini disusun
dalam rangka mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan
kegiatan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan, sasaran, kebijakan, dan program.
LKjIP Kota Semarang Tahun 2016 ini menyajikan data capaian kinerja setiap
sasaran yang tertuang dalam dokumen perencanaan pembangunan. Pengukuran Kinerja
dilakukan dengan cara membandingkan target setiap indikator kinerja sasaran dengan
realisasinya. Selain capaian setiap sasaran LKjIP Kota Semarang Tahun 2016 juga menyajikan capaian kinerja kegiatan tahun 2016 yang dibiayai dari dana APBD Kota
Semarang.
Penetapan indikator kinerja pada tingkat sasaran, program dan kegiatan merupakan
prasyarat bagi pengukuran kinerja. Kriteria yang dipakai adalah target kinerja yang
ditetapkan pada awal tahun melalui Perencanaan Kinerja (Performance Plan).
Selanjutnya pada akhir tahun 2016 target kinerja tersebut dibandingkan dengan
realisasinya, sehingga diketahui celah kinerja (Performance Gap). Selisih yang timbul
akan dianalisis guna menetapkan strategi untuk peningkatan kinerja di masa mendatang
(Performance improvement).
Dalam memberikan penilaian tingkat capaian kinerja setiap indikator, dilakukan
dengan menggunakan skala pengukuran dengan menggunakan pijakan Permendagri nomor 54 Tahun 2010 sebagai berikut :
NO INTERVAL NILAI REALISASI KINERJA KRITERIA
1 91< Sangat Tinggi
2 76 < 90 Tinggi
3 66 < 75 Sedang
4 51 < 65 Rendah
5 < 50 Sangat Rendah
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 21
A. RINGKASAN PENCAPAIAN KINERJA INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2016
Bagian ini akan menguraikan ringkasan pencapaian kinerja indikator kinerja utama
sebagai berikut :
NO INDIKATOR KINERJA CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016 TAHUN 2015 REALISASI
TARGET REALISASI % SKOR
6 Predikat Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah (Evaluasi atas SAKIP)
CC CC 100,00 Sangat Tinggi CC
7 Survei Kepuasan Masyarakat (SKM)
77/20 78/20 101,3 Sangat Tinggi 75/15
8 Persentase Luas Genangan Banjir dan Rob
40,17% 35% 125,32 Sangat Tinggi 41,6%
9 Luas lingkungan permukiman kumuh
0,80 ha 0,79 ha 105,26 Sangat Tinggi 0,99 ha
10 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan
14 Investasi Kota Semarang 10.500.000.000.000 10.511.240.381.834 100,11 Sangat Tinggi 9.570.413.742.378 1. Di tahun 2016, diperkirakan nilai IPM Kota Semarang meningkat menjadi 80,28.
Pengukuran IPM dilihat dengan menggunakan metode pengukuran yang berbeda
dari sebelumnya. Jika sebelumnya IPM diukur dengan Angka Melek Huruf
kontribusi penempatan petugas surveilan kesehatan (Gasurkes) mulai tahun 2015
dan 2016 dalam peningkatan pemberdayaan masyarakat untuk pengendalian
kegiatan demam berdarah.
3. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada tahun 2016 sebesar 5,77%. Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio perbandingan jumlah penganggur usia
angkatan kerja dengan jumlah angkatan kerja.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 22
mengenai Sistem Informasi Manajemen Warga Misikin (SIMGAKIN) yaitu
http://simgakin.semarangkota.go.id.
Pendataan Warga Miskin dilaksanakan 2 (dua) tahun sekali. Pendataan terakhir
dilakukan pada tahun 2015, diperoleh data warga miskin Kota Semarang sebesar
114.939 KK/367.848 jiwa dengan rincian Penduduk Hampir Miskin sejumlah
97.564 KK/313.258 Jiwa, Penduduk Miskin sejumlah 17.336 KK/54.485 Jiwa, dan
Penduduk Sangat Miskin sejumlah 39 KK /105 Jiwa.
5. Hasil Pemeriksaan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) Pemerintah Kota Semarang Tahun 2015, Pemerintah
Kota Semarang belum mampu mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Untuk LKPD tahun 2015, Pemerintah Kota Semarang mendapat opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP).
Opini dari BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Semarang Tahun 2016 belum diketahui, karena baru dalam proses pemeriksaan oleh BPK RI.
6. Predikat Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah (Evaluasi atas penerapan
SAKIP) dari yang ditargetkan CC menjadi CC, atau berhasil mencapai target
sejumlah 100%.
NO KOMPONEN YANG DINILAI BOBOT NILAI 2015 2016
a Perencanaan Kinerja 30 19,02 18,42
b Pengukuran Kinerja 25 9,17 10,11
c Pelaporan Kinerja 15 8,79 9,35
d Evaluasi Internal 10 5,55 5,66
e Capaian Kinerja 20 9,90 12,40
Nilai Hasil Evaluasi 100 52,43 55,94 Tingkat Akuntabilitas Kinerja CC CC Hasil evaluasi di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Semarang Semarang
memperoleh nilai 55,94 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2015 sebesar
52,43.
7. Pada tahun 2016 kinerja yang dicapai adalah berhasil meningkatkan indeks nilai
Survey Kepuasan Masyarakat dari yang ditargetkan sebesar 77 menjadi 78 atau berhasil melebihi target 101.29% dan berhasil melampaui target pada indikator
8. Terkait dengan penanganan rob dan banjir, pada tahun 2016 persentase luas
genangan banjir dan rob mengalami penurunan menjadi hanya 35% dari 41,6%
pada tahun 2015. Upaya pengendalian banjir dan rob dilaksanakan melalui
peningkatan kapasitas pompa air, operasionalisasi polder seperti polder Kali
Banger dan Kali Semarang, serta Pemeliharaan sarana dan prasarana
Drainase/gorong-gorong Pengendali Banjir.
9. Persentase luas lingkungan permukiman kumuh yang ditargetkan 0.80% berkurang
menjadi 0.79% atau berhasil mencapai target sebesar 101.27%, hal ini menunjukan adanya pengurangan presentase luas lingkungan permukiman kumuh dari tahun
2015 sebesar 0.99% menjadi 0.79% atau berkurang sebesar 0.20%.
10. Indeks Kualitas Lingkungan Hduo (IKLH) bertujuan memberikan informasi
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 23
Indeks Pencemaran Air (IPA), Indeks Pencemaran Udara (IPU) dan Indeks Tutupan Hutan (ITH). Dari table di atas maka IKLH Kota Semarang tahun 2016
adalah 44,84.
11. Pembangunan sektor perdagangan difokuskan pada koordinasi bidang ekonomi
keuangan dan industri perdagangan, peningkatan Produk Unggulan Daerah dan
Penguatan Kelembagaan Perekonomian dalam kebijakan Pengembangan Ekonomi
Daerah. Pertumbuhan perdagangan dapat dilihat dari kontribusi PDRB kategori
perdagangan dan jasa terhadap PDRB dimana pada tahun 2016 sebesar 23,75 %
dari total PDRB Atas Harga Berlaku sebesar 115.526,34 milyar rupiah.
12. Peningkatan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), dimana pada tahun 2015 LPE
Kota Semarang mencapai 5,80%, maka pada tahun 2016 angka LPE mencapai
5,85%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan LPE nasional 5,02% dan LPE
Provinsi Jawa Tengah 5,28%.
13. Pembangunan industri diarahkan untuk menumbuh kembangkan industri secara
intensif dengan mengutamakan industri/usaha kecil dan menengah melalui
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia. Perkembangan
urusan industri dilihat dari kontribusi sektor industri terhadap PDRB dimana pada
tahun 2016 sebesar 27,55 % atau 30.777,45 milyar rupiah dari total PDRB sebesar
115.526,34 milyar rupiah.
14. Pada tahun 2016, investasi di Kota Semarang sampai dengan bulan Desember
mencapai sebesar Rp.10.511.240.381.834.- atau sudah melebihi target yang sudah
ditetapkan pada tahun 2016 yaitu mencapai 100 % sebanyak Rp. 10.500.000.000.-.
B. RINGKASAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
INDIKATOR KINERJA CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016 REALISASI
TAHUN 2015
TARGET REALISASI %
MISI I
MEWUJUDKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERBUDAYA DAN BERKUALITAS
TUJUAN 1
MENINGKATKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERBUDAYA DAN BERKUALITAS
SASARAN 1 : MENINGKATNYA DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 80,28 80,28 100 80,23
Angka Harapan Hidup (AHH) 77,21 77,18 99,96 77,18
Angka Kematian Bayi (AKB) 225 kasus 201 kasus 110,67 229 kasus
Angka Kematian Balita (AKBa) 20 per 1000 KH 8,81 per 1000 KH 155,95 10,35 per 1000 KH
Persentase Gizi 0,39 % 0,29 % 125,64 0,4 %
Incident Rate (IR) Demam Berdarah Dengue (DBD)
98,50 Per 100.000
penduduk
25,22 Per 100.000
penduduk
390,56 98,61
Per 100.000 penduduk
Rata-rata Capaian Sasaran 176,55 Sangat Tinggi
SASARAN 2 : MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN MASYARAKAT
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 10,35 11,94 115,36 10,20
Harapan Lama Sekolah (HLS) 14,36 14,33 99,79 14,33
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 24
INDIKATOR KINERJA CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016 REALISASI
TAHUN 2015
TARGET REALISASI %
SASARAN 3 : MENINGKATNYA KUALITAS DAYA SAING TENAGA KERJA
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 63,35 % 66,96 % 105,70 63,05 %
Tingkat Pengangguran Terbuka 5,57 % 5,77 % 103,59 5,77 %
Rata-rata Capaian Sasaran 104,65 Sangat Tinggi
SASARAN 4 : MENINGKATNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Angka Kemiskinan 4,99 4,97 100,40 5,04
Rata-rata Capaian Sasaran 100,40 Sangat Tinggi
SASARAN 5 : MENINGKATNYA PEMBANGUNAN YANG BERPRESPEKTIF GENDER DAN KAPASITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Indeks Pembangunan Gender (IPG) 95,65 poin 95,62 poin 99,97 95,62 poin
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) 76,58 poin 76,53poin 99,93 76,53 poin
Rata-rata Capaian Sasaran 99,95 Sangat Tinggi
TUJUAN 2
MENINGKATKAN NILAI-NILAI BUDAYA MASYARAKAT
SASARAN 6 : MENINGKATNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Jumlah seni budaya dan tradisi yang dilestarikan 11 unit 11 unit 100 10 unit
Rata-rata Capaian Sasaran 100 Sangat Tinggi
MISI 2
MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG SEMAKIN HANDAL UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK.
TUJUAN 3
MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN MELAYANI
SASARAN 7
TERWUJUDNYA PEMERINTAH YANG BERSIH DAN BEBAS KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME (KKN)
Opini BPK WDP WDP 100,00 WDP
Rata-rata Capaian Sasaran 100,00 Sangat Tinggi
SASARAN 8 :
MENINGKATNYA KAPASITAS DAN AKUNTABILITAS KINERJA
Predikat Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah
(Evaluasi atas SAKIP) CC CC 100,00 CC
Rata-rata Capaian Sasaran 100,00 Sangat Tinggi
SASARAN 9 : Pemerintah Daerah terbaik 100%
10 besar Penyelenggaraan Pemerintah Daerah terbaik
Rata-rata Capaian Sasaran 100,00 Sangat Tinggi
TUJUAN 4
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
SASARAN 10
TERWUJUDNYA PELAYANAN PRIMA
Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) 77/20 78/20 101,3 75/15
Rata-rata Capaian Sasaran 101,3 Sangat Tinggi
TUJUAN 5
MEWUJUDKAN KOTA SEMARANG YANG TENTRAM, TERTIB DAN NYAMAN
SASARAN 11
MENINGKATNYA KETENTRAMAN DAN KENYAMANAN PUBLIK
Angka kriminalitas 2500 2085 116,60 2792
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 25
INDIKATOR KINERJA CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016 REALISASI
TAHUN 2015
MEWUJUDKAN TATA RUANG YANG TERPADU DAN BERKELANJUTAN
SASARAN 12
MENINGKATKAN KETERPADUAN RENCANA TATA RUANG
Persentase kesesuaian pemanfaatn ruang sesuai dengan Penataan Tata Ruang (simpangan)
5,40 5,40 100 5,40
Rata-rata Capaian Sasaran 100,00 Sangat Tinggi
TUJUAN 7
MEWUJUDKAN SISTEM PENGELOLAAN DRAINASE KOTA SEMARANG YANG TERINTEGRASI
SASARAN 13
MENURUNNYA GENANGAN BANJIR DAN ROB
Persentase Luas Genangan Banjir dan Rob 40,17% 35% 125,32 41,6%
Rata-rata Capaian Sasaran 125,32 Sangat Tinggi
TUJUAN 8
MEWUJUDKAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA SEMARANG YANG TERINTEGRASI DAN BERKELANJUTAN
SASARAN 14 :
MENURUNNYA KEMACETAN JALAN
Jumlah simpul kemacetan 8 simpul 7 simpul 87,50 8 simpul
Rata-rata Capaian Sasaran 87,50 Tinggi
TUJUAN 9
MENINGKATKAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA DASAR PERKOTAAN
SASARAN 15
TERWUJUDNYA SARANA DAN PRASARANA DASAR PERKOTAAN YANG BERKUALITAS
Persentase rumah tangga pengguna air minum / jumlah seluruh rumah tangga x 100%
88,50% 89% 100,56 88,13%
Persentase rumah tangga bersanitasi 85,82% 85,87% 100,06 85,78%
Luas lingkungan permukiman kumuh 0,80 ha 0,79 ha 105,26 0,99 ha
Rata-rata Capaian Sasaran 101,96 Sangat Tinggi
TUJUAN 10
MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP PERKOTAAN
SASARAN 16
PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan 44,84 44,84 100 -
Rata-rata Capaian Sasaran 100 Sangat Tinggi
MISI 4
MEMPERKUAT EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DAN MEMBANGUN IKLIM USAHA YANG KONDUSIF
TUJUAN 11
MENJAMIN KETAHANAN PANGAN BAGI PENDUDUK
SASARAN 17
MENINGKATNYA KUALITAS DAN KUANTITAS KETERSEDIAAN PANGAN
Ketersediaan pangan penduduk (kkal/kapita/hari) 3.050 kkal/kapita per hari
3050 kkal/kapita per hari
100 3049 kkal/kapita per hari
Rata-rata Capaian Sasaran 100,00 Sangat Tinggi
SASARAN 18
MENINGKATNYA PENDAPATAN PETANI
Pendapatan Rumah Tangga Petani 10.452.000 10.488.000 100,34 10.355.300
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 26
INDIKATOR KINERJA CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016 REALISASI
TAHUN 2015
TARGET REALISASI %
SASARAN 19
MENINGKATNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PELAKU USAHA PERIKANAN
Jumlah pendapatan per kapita nelayan 18.000.000 24.278.748 134,88 17.500.000
Rata-rata Capaian Sasaran 134,88 Sangat Tinggi
TUJUAN 12
MENINGKATKAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA
SASARAN 20
MENINGKATNYA SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA UNGGULAN
Kontribusi kategori-kategori perdagangan dan jasa-jasa terhadap PDRB
31,06 % 23,75 % 76,46 30,99 %
Laju Pertumbuhan Ekonomi 5,85 % 5,79 % 98,97 5,79 %
Rata-rata Capaian Sasaran 87,72
TUJUAN 13
MENDORONG PENGEMBANGAN INVESTASI DAN EKONOMI LOKAL BERDAYA SAING GLOBAL
SASARAN 21
MENINGKATNYA PRODUK PRODUK UNGGULAN DAERAH
Kontribusi kategori-kategori sektor Industri Pengolahan terhadap PDRB
27,34 % 27,55 % 100,77 27,30 %
Rata-rata Capaian Sasaran 100,77 Sangat Tinggi
SASARAN 22
MENINGKATNYA DAYA TARIK WISATA (DTW)
Jumlah kunjungan wisata 4.660.822 orang 4.683.974 orang 100,49 4.660.822 orang
Rata-rata Capaian Sasaran 100,49 Sangat Tinggi
SASARAN 23
MENINGKATNYA IKLIM INVESTASI KOTA
Investasi Kota Semarang 10.500.000.000.000 10.511.240.381.834 100,11 9.570.413.742.378
Rata-rata Capaian Sasaran 100,11 Sangat Tinggi
C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
MISI I :
MEWUJUDKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERBUDAYA DAN BERKUALITAS
TAGLINE : SEMARANG SEHAT DAN CERDAS
TUJUAN 1 :
MENINGKATKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERBUDAYA DAN BERKUALITAS
SASARAN 1 : MENINGKATNYA DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
Hasil evaluasi capaian kinerja sasaran Meningkatnya Derajat Kesehatan
Masyarakat dengan lima indikator kinerja mendapatkan angka capaian kinerja sasaran
sebesar 176,55% dengan kategori predikat“sangat tinggi”.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 27
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 80,28 80,28 100 80,23
Angka Harapan Hidup (AHH) 77,21 77,18 99,96 77,18
Angka Kematian Bayi (AKB) 225 kasus 201 kasus 110,67 229 kasus
Angka Kematian Balita (AKBa) 20 per 1000 KH 8,81 per 1000 KH 155,95 10,35 per 1000 KH
Persentase Gizi 0,39 % 0,29 % 125,64 0,4 %
Incident Rate (IR) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Rata-rata Capaian Sasaran 176,55 Sangat Tinggi
PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN
1. Di tahun 2016, diperkirakan nilai IPM Kota Semarang meningkat menjadi 80,28.
Pengukuran IPM dilihat dengan menggunakan metode pengukuran yang berbeda
dari sebelumnya. Jika sebelumnya IPM diukur dengan Angka Melek Huruf
(AMH), Angka Harapan Hidup (AHH), Rata-Rata Lama Sekolah dan Konsumsi Per Kapita, mulai dari tahun 2014 digunakan indikator Angka Harapan Hidup
(AHH), Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), dan
Paritas Daya Beli.
2. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan
derajat kesehatan pada khususnya.
ANGKA HARAPAN HIDUP KOTA SEMARANG
NO TAHUN JUMLAH
Sumber Data : BPS Kota Semarang Tahun 2016
Angka Harapan Hidup Kota Semarang tahun 2016 adalah 77.18 tahun artinya
bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2016 akan dapat hidup sampai 77 atau
78 tahun lebih tinggi dibandingkan angka harapan hidup Indonesia yaitu 70.1
tahun.
3. Angka Kematian Bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum
mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan
maupun kematian.
4. Jumlah Kematian Bayi di Kota Semarang pada tahun 2016 sebesar 201 kasus atau
sebesar 7,63 per 1000 KH, jika dibandingkan dengan tahun 2015 mengalami
penurunan, jumlah kematian bayi sebesar 229 kasus atau sebesar 8,41 per 1000
KH. Angka Kematian Balita mengalami penurunan yaitu di tahun 2015 sebesar
10,35 per 1.000 KH (20 kasus), dan pada tahun 2016 sebesar 8,81 per 1.000 KH
(16 kasus).
5. Angka Kelangsungan Hidup Bayi per / 1000 kelahiran hidup mengalami kenaikan
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 28
6. Tahun 2015 Incident Rate (IR) Demam Berdarah Dengue (DBD) Kota Semarang 103,4 % lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah dan 10,4 % lebih tinggi dari IR
DBD Nasional. Tahun 2016 pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir IR DBD
Kota Semarang dibawah IR DBD Jawa Tengah. Incidence rate DBD Kota
Semarang 25,22 per 100.000 penduduk atau 47,5 % lebih rendah dari IR DBD
Jawa Tengah yang mencapai 48,22 per 100.000 penduduk. Hal tersebut
merupakan salah satu bukti kontribusi penempatan petugas surveilan kesehatan
(Gasurkes) mulai tahun 2015 dan 2016 dalam peningkatan pemberdayaan
masyarakat untuk pengendalian kegiatan demam berdarah.
7. Prevalensi Gizi buruk,telah dilakukan upaya perbaikan gizi kepada masyarakat
yaitu pada tahun 2015 sebesar 0,4% dan pada tahun 2016 sebesar 0,34% , dan
100% telah mendapat perawatan.
PROGRAM DAN INDIKATOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENCAPAIAN SASARAN
a. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak
Program ini diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu melahirkan dan
anak, dengan indikator sebagai berikut :
INDIKATOR KINERJA TAHUN 2016 % REALISASI TAHUN 2015 TARGET REALISASI
Pelayanan Kesehatan Ibu Melahirkan
1. Jumlah Kematian Ibu Maternal 33 Kasus 32 Kasus 100,00 35 Kasus
2. Jumlah Kematian Bayi 225 Kasus 201 Kasus 110,67 229 Kasus
3 Cakupan komplikasi kebidanan yg ditangani (%)
33 orang 32 orang 99,00 35 orang
4 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (%)
97,8 % 97,58 % 97,53 %
5 Kunjungan ibu hamil K-4 95,5 % 97,5 % 97,46 %
6 Persalinan oleh Nakes di Faskes 95 % 97,58 % 95 %
7 Kunjungan nifas 85,5 % 88,23 % 85 %
8 Ibu hamil RESTI yang dirujuk 25 % 27,14 % 25 %
9 Bumil komplikasi yang ditangani 100 % 100 % 100 100 %
10 Puskesmas PONED 6 buah 6 buah 100 6 buah %
Sumber Data : Dinas Kesehatan Tahun 2016
Berdasarkan data indikator kinerja Program Peningkatan Keselamatan Ibu
Melahirkan dan Anak dapat diketahui bahwa :
1) Angka Kematian Ibu ( AKI ) juga menjadi salah satu indikator penting dalam
derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yg meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau insidentil) selama kehamilan,
melahirkan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan
lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam
pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dapat dipengaruhi
status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan
melahirkan.
2) Jumlah Kematian Ibu Maternal (AKI) mengalami penurunan dari tahun 2015
sebesar 35 kasus dan pada tahun 2016 turun sebesar 32 kasus, hal ini terjadi karena
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 29
Walikota kepada Direktur Rumah Sakit, (b). Pembinaan Rumah Sakit PONEK ke Puskesmas PONED, (c). Supervisi fasilitatif ke Bidan Praktek Mandiri (BPM),
Puskesmas dan Rumah Sakit, (d). Pemenuhan sarana dan prasarana di fasilitas
kesehatan, (e). Adanya tenaga surveilan kesehatan (GASURKES KIA) untuk
memantau dan mendampingi ibu hamil, sampai nifas terutama yang beresiko
tinggi, koordinasi dengan anggota profesi terutama POGI, PERSI dan IBI.
3) Cakupan komplikasi kebidanan yang di tangani, masih tetap yaitu pada tahun
2015 sebesar 100 % dan pada tahun 2016 sebesar 100 %.
4) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, mengalami penurunan
yaitu pada tahun 2015 sebesar 97,53 % dan pada tahun 2016 sebesar 97,58 %.
b. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
INDIKATOR KINERJA TAHUN 2016 % REALISASI TAHUN 2015 TARGET REALISASI
1. Jumlah Kematian Bayi 225 kasus 201 kasus 229 kasus
2. Angka Kelangsungan Hidup Bayi per / 1000 kelahiran hidup (%)
91,7 per/1000 KH 92,48 per/1000 KH
7 Cak Kunjungan Neonatal lengkap (KN lengkap)
15 Cak Puskesmas yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Remaja
67% 80% 119,40 73,55%
16 Pencegahan dan penanganan Kekerasan Perempuan & Anak
85% 100% 117,64 100%
Sumber Data : Dinas Kesehatan Tahun 2016
Berdasarkan data indikator kinerja Pelayanan Kesehatan Anak Balita dapat
diketahui bahwa :
1) Angka Kelangsungan Hidup Bayi per / 1000 kelahiran hidup mengalami kenaikan
yaitu pada tahun 2015 sebesar 91,62/1.000 KH dan pada tahun 2016 sebesar
92,48/KH.
2) Angka Kematian Bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan
maupun kematian.
3) Jumlah Kematian Bayi di Kota Semarang pada tahun 2016 sebesar 201 kasus atau
sebesar 7,63 per 1000 KH, jika dibandingkan dengan tahun 2015 mengalami
penurunan, jumlah kematian bayi sebesar 229 kasus atau sebesar 8,41 per 1000
KH. Angka Kematian Balita mengalami penurunan yaitu di tahun 2015 sebesar
10,35 per 1.000 KH (20 kasus), dan pada tahun 2016 sebesar 8,81 per 1.000 KH
(16 kasus).
4) Cakupan BBLR meningkat karena BBLR dipengaruhi keadaan kesehatan ibu saat
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 30
kronis (KEK). Dari data yang didapatkan ibu hamil yang anemia meningkat dari tahun 2015 yaitu sebesar 18,34% menjadi 20,19% di tahun 2016. Sedangkan ibu
hamil KEK meningkat dari 5,72% di tahun 2015 menjadi 6,95% di tahun 2016.
c. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
INDIKATOR KINERJA TAHUN 2016 % REALISASI TAHUN 2015 TARGET REALISASI
1. Incident Rate (IR) Demam Berdarah Dengue (DBD) 2. Penemuan dan penanganan penderita
DBD (%)
100% 100% 100 100%
3 Kasus Demam Berdarah yang dilakukan
PE ≤ 48 jam 60% 63,5% 105,83 68%
4 Kasus Demam Berdarah yang di fogging
sesuai standart ≤ 5 hari 75% 97,1% 129,46 75% 5 Case Fatality Rate Demam Berdarah
(CFR)
1,5% 2,05% 136,66 1,2%
6 Penderita Demam Berdarah yang ditangani
100% 100% 100 100%
7 Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC, BTA (%)
76% 78% 102,63 60%
8 Angka keberhasilan pengobatan TB 84% 84% 100 83%
9 Cakupan kelurahan UCI (Universal Child Imunization ) (%)
100% 100% 100 100%
10 AFP rate per 100.000 penduduk usia <15 th
2% 2% 100 2%
11 Kelurahan engalami KLB PD3I dan keracunan makanan yang ditangani <24 jam
100% 100%% 100 100%
12 Jejaring surveilens PTM di RS & pusk yang mantap
80% 80% 100 80%
13 Puskesmas yang melakukan deteksi dini PTM tertentu
85% 85% 100 85%
14 Ketepatan laporan penyakit tidak menular
80% 80% 100 80%
15 Kelengkapan laporan penyakit tidak menular
90% 90% 100 90%
16 Cakupan BIAS 97% 98% 101,03 97%
17 Cakupan imunisasi CJH 100% 100% 100 100%
18 Cakupan pelacakan K3JH 100% 100% 100 100%
19 Penemuan penderita pneumonia balita (cakupan)
90% 110% 122,22 90%
20 Angka kematian Diare 1% 0,02% 2 1%
21 Proporsi kasus TB yang berhasil diobati dengan DOTS (suskses rate)
84% 84% 100 83%
22 Prosentase kasus IMS yang diobati 76% 90% 118,42 74%
23 Penderita yang selesai pengobatan Kusta (RFT)
73% 90% 123,28 70%
24 Prevelensi HIV/AIDS persen dari total populasi per 10.000 penduduk 25 Persentase ODHA yang aktif minum
ARV
40% 40% 100 40%
26 Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS (5)
67% 70% 104,47 65%
Sumber Data : Dinas Kesehatan Tahun 2016
Berdasarkan data indikator kinerja Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit
Menular dapat diketahui bahwa :
1) Tahun 2015 Incident Rate (IR) Demam Berdarah Dengue (DBD) Kota Semarang
103,4 % lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah dan 10,4 % lebih tinggi dari IR
DBD Nasional. Tahun 2016 pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir IR DBD
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 31
Semarang 25,22 per 100.000 penduduk atau 47,5 % lebih rendah dari IR DBD Jawa Tengah yang mencapai 48,22 per 100.000 penduduk. Hal tersebut
merupakan salah satu bukti kontribusi penempatan petugas surveilan kesehatan
(Gasurkes) mulai tahun 2015 dan 2016 dalam peningkatan pemberdayaan
masyarakat untuk pengendalian kegiatan demam berdarah.
2) Incidence Rate DBD Kota Semarang menduduki peringkat ke-29 IR DBD. Hasil
tersebut diatas disebabkan karena adanya definisi opersional dari Komisi Ahli
DBD (Komli DBD) Jawa Tengah di Tahun 2016 yang mengacu pada criteria
WHO Tahun 1997. Masih terjadi over diagnosis DBD dengan adanya perbedaan
pada hemokonsentrasi ≥ 20% dari yang sebelumnya dengan ≥ 10% dan atau
dengan hasil pemeriksaan (+) pada IgG dan IgM.
3) Kasus Demam Berdarah yang di fogging sesuai standart ≤ 5 hari pada tahun 2016 mengalami kenaikan yaitu sebesar 97,1 % dibandingkan pencapaian tahun 2015 sebesar 75%.
4) Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC, BTA (%) pada tahun 2016
mengalami kenaikan sebesar 2,63 % dari target tahun 2016 sebesar 76% menjadi
78 %
5) Kegiatan Penyakit Tidak Menular (PTM) pada Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular berupa jejaring surveilens PTM di Rumah
Sakit dan Puskesmas, deteksi dini PTM tertentu yang di lakukan oleh Puskesmas,
ketepatan pelaporan penyakit tidak menular dan kelengkapan penyakit tidak
menular telah dicapai 100% dari masing-masing target kegitan tahun 2016.
6) Penemuan penderita pneumonia balita, presentase kasus IMS yang diobati,
proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS (5), dan prosentase penderita yang selesai pengobatan
kusta (RFT) mengalami kenaikan rata-rata sebesar 12,66%. Kenaikan persentase
tertinggi pada kegiatan pengobatan kusta (RFT) yaitu sebesar 23, 29 % dari target
tahun 2016.
7) Peningkatan realisasi kasus IMS yang diobati menjadi 90% disebabkan karena 37
puskesmas telah dapat melaksanakan pemeriksaan IMS dan 37 Puskesmas telah
dilatih LKB.
8) Presentase ODHA yang aktif minum ARV dan proporsi kasus TB yang berhasil di
obati dengan DOTS pencapaian 100% sesuai dengan masing-masing target
kegiatan tahun 2016.
9) Realisasi jumlah kasus HIV/AIDS baik penderita lama dan baru tahun 2016
mengalami penurunan yaitu sebesar 0,88 dibandingkan dengan pencapaian tahun 2015 sebesar 2 per 10.000 penduduk.
d. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan LANSIA
INDIKATOR KINERJA TAHUN 2016 % REALISASI TAHUN 2015 TARGET REALISASI
1 Kelompok usia lanjut aktif 91 % 97,78 % 107,5 90 %
2 Persentase Pelayanan Lansia 65 % 69,78 % 107,4 60 %