PENGARUH HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN SELAR
KUNING (Selaroides leptolepis) YANG DIDARATKAN DI PPI DESA
KRANJI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
Faisol Mas‘ud
*)*)Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Universitas Islam Lamongan
email : icol.gusty@gmail.com
ABSTRAK
Ikan selar kuning merupakan salah satu sumberdaya ikan ekonomis penting yang terdapat di Perairan Paciran Kabupaten Lamongan. Nilai ekonomis yang tinggi disertai permintaan yang terus meningkat, menjadikan ikan ini sebagai salah satu target utama penangkapan. Namun pada kenyataannya sumberdaya ikan selar kuning mengalami tekanan penangkapan yang akan berdampak negatif terhadap populasi ikan tersebut. Penelitian ini dilakukan di Perairan Paciran selama periode bulan Maret sampai Mei 2015, dengan tujuan untuk mengkaji sebaran frekuensi panjang, menentukan parameter pertumbuhan, mengkaji pola pertumbuhan, menentukan nilai hasil tangkapan per satuan upaya, dan menduga musim penangkapan yang baik, guna memberikan suatu usulan model pengelolaan yang sesuai bagi sumberdaya ikan tersebut.
Jenis data yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari pengambilan ikan contoh dan wawancara terhadap nelayan berdasarkan kuisioner, sedangkan data sekunder terdiri dari data hasil tangkapan dan upaya tangkap beberapa tahun terakhir, dokumen atau literature yang mendukung penelitian. Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan metode penarikan contoh berlapis (stratified random sampling) adalah penarikan contoh yang dilakukan dengan
cara populasi dibagi menjadi beberapa lapisan berdasarkan karakteristiknya. Berdasarkan hasil, alternatif strategi pengelolaan sumberdaya ikan selar kuning diantaranya adalah pencegahan overfishing dapat
dilakukan dengan: (1) pengaturan alat tangkap, yakni pengaturan mesh size jaring muroami pada bagian
kantong agar lebih besar dari 1 inchi; (2) pengaturan upaya penangkapan; (3) dalam jangka pendek dapat dilakukan schedule of fishing, yaitu kegiatan pengaturan penangkapan seperti adanya sistem buka tutup
untuk suatu lokasi penangkapan; (4) perlunya menerapkan sistem monitoring serta pendataan secara sistematis dan kontinu terhadap produksi ikan yang bernilai jual, ikan konsumsi, bahkan ikan yang terbuang (by catch).
Kata kunci : pengelolaan sumberdaya, ikan selar kuning, monitoring pendataan
Tuntutan pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya akan diikuti oleh tekanan eksploitasi sumberdaya ikan yang juga semakin intensif. Jika tidak di kelola secara bijaksana sangat dikhawatirkan penmanfaatan secara intensif akan mendorong usaha perikanan ke jurang kehancuran (Nikijuluw VPH, 2002).
Pengelolaaan perikanan tangkap harus memberikan suatu upaya yang berkelanjutan serta ramah lingkungan. Berdasarkan hal ini dilakukan kajian melalui data sebaran frekuensi panjang, menentukan parameter pertumbuhan, menduga laju mortalitas dan eksploitasi.
Ikan selar kuning merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting. Dengan semakin meningkatnya permintaan komoditas dan semakin bertambahnya angkatan
kerja disektor penangkapan mengakibatkan semakin meningkatnya tekanan penangkapan terhadap sumberdaya ikan karang. Penambahan jumlah upaya penangkapan pada batas waktu tertentu akan menyebabkan peningkatan produksi, tetapi apabila terus terjadi penambahan upaya, maka pada suatu saat akan terjadi penurunan stok. Apabila kondisi pola pemanfaatan sumberdaya ikan selar kuning yang ada pada saat ini tetap berjalan, diduga dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penurunan stok sumberdaya bahkan dapat terancam punah.
Permasalahan
dominan untuk menangkap ikan ini adalah jaring muroami. Penggunaan alat tangkap ini menyebabkan tertangkapnya ikan‐ikan yang masih muda karena memiliki ukuran mata jaring pada kantong (cod end) yang sangat kecil yaitu hanya sekitar 2,54 cm. Kondisi tekanan penangkapan yang tinggi, volume produksi yang terus meningkat dan belum adanya kegiatan budidaya dapat mengakibatkan penipisan stok ikan atau menurunnya jumlah populasi ikan selar kuning di Perairan Paciran serta terjadinya upaya tangkap lebih (overfishing). Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya pengelolaan agar pemanfaatan ikan selar kuning yang berkelanjutan dapat tercapai. Dalam hal ini diperlukan informasi dasar mengenai biologi sumberdaya ikan selar kuning seperti pertumbuhan agar status populasi ikan selar kuning saat ini dapat diketahui.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran frekuensi panjang, menentukan parameter pertumbuhan, mengkaji pola pertumbuhan, menentukan hasil tangkapan per satuan upaya, dan menduga musim penangkapan yang baik, guna memberikan suatu usulan model pengelolaan yang sesuai bagi sumberdaya ikan tersebut.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pendaratan Pangkalan Ikan (PPI) Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Pengambilan data primer berupa pengukuran panjang dan berat ikan contoh yang ditangkap di PPI Desa Kranji kecamatan Paciran dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2015 dengan interval waktu pengambilan setiap bulan.
Fokus utama penelitian adalah para nelayan yang menangkap ikan selar kuning di perairan Paciran Kabupaten Lamongan dengan menggunakan alat tangkap yang dominan yaitu muroami di daerah sekitarnya dan mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Dasar pertimbangan pemilihan PPI Kranji sebagai lokasi penelitian karena PPI tersebut merupakan satu‐satunya Pangkalan Pendaratan Ikan yang berlokasi di daerah Paciran Kabupaten Lamongan sehingga diharapkan informasinya dapat mewakili dan mencerminkan upaya pengelolaan sumberdaya
ikan selar kuning di perairan Paciran Kabupaten Lamongan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain penggaris 30 cm dengan ketelitian 0,1 cm, timbangan berkapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,5 gram, kamera digital, alat tulis. Bahan yang digunakan antara lain peta lokasi penelitian, data sheet, formulir kuisioner, dokumen‐dokumen, dan literatur yang mendukung penelitian.
Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari pengambilan ikan contoh dan wawancara terhadap nelayan berdasarkan kuisioner, sedangkan data sekunder terdiri dari data hasil tangkapan dan upaya tangkap beberapa tahun terakhir, dokumen atau literatur yang mendukung penelitian. Ikan contoh ditangkap dengan jaring muroami yang terdiri dari tiga bagian yaitu: mulut, badan, dan kantong. Ukuran mata jaring yang digunakan pada bagian mulut sebesar 3 inchi (7,62 cm), bagian badan sebesar 1 ¾ inchi (4,45 cm), dan bagian kantong sebesar 1 inchi (2,54 cm). Dari 13 jumlah nelayan muroami, ikan contoh yang diambil berasal hanya dari satu nelayan saja yang mendarat di PPI Desa Kranji dengan dasar pertimbangan mengambil 10% dari total jumlah nelayan muroami yang ada. Nelayan yang terpilih dilakukan secara acak dengan menggunakan metode penarikan contoh acak sederhana (simple random sampling).
Ikan contoh diidentifikasi dengan cara mengamati morfologi ikan, yakni bentuk tubuh, sirip pektoral, sirip dorsal, sirip ventral, sirip anal, sirip ekor, warna, dan ciri khusus lainnya. Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan metode penarikan contoh berlapis (stratified random sampling) adalah penarikan contoh yang dilakukan dengan cara populasi dibagi menjadi beberapa lapisan berdasarkan karakteristiknya. Ikan contoh dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu kecil (6‐12 cm), sedang (13‐20 cm), dan besar (>20 cm). Total ikan contoh yang diambil sebanyak 150 ekor setiap bulan.
telah diukur panjangnya langsung dipisahkan untuk dilakukan pengukuran berat.
Pengambilan contoh responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling atau pemilihan responden dengan sengaja berdasarkan kesediaan anggota populasi. Menurut Bagenal T (1978), metode pengambilan contoh secara purposive (purposive sampling) adalah penarikan contoh yang dilakukan berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Pengambilan contoh dilakukan terhadap nelayan yang dianggap mewakili sifat‐sifat dari keseluruhan nelayan yang menangkap ikan selar kuning di Perairan Paciran Kabupaten Lamongan. Pengambilan contoh responden difokuskan pada satu jenis alat tangkap yaitu muroami. Jenis data yang dikumpulkan melalui kuisioner adalah sebagai berikut :
1. Jenis, ukuran, komposisi dan produksi ikan; seluruh jenis ikan yang tergolong dalam kategori ikan karang konsumsi akan dikumpulkan pada lokasi studi yang telah ditetapkan. Namun, dari seluruh ikan karang konsumsi tersebut akan difokuskan pada ikan selar kuning.
2. Jumlah dan kategori (tipe) kapal ikan; seluruh kapal yang menangkap ikan di wilayah perairan tersebut akan mendaratkan ikannya di PPI. 3. Alat tangkap; jenis data ini meliputi jenis,
kategori dan jumlah alat tangkap yang beroperasi.
4. Lokasi penangkapan; karena setiap ikan
memiliki lokasi penangkapan (fishingground)
yang berbeda‐beda, oleh karena itu akan dilakukan inventarisasi lokasi penangkapan setiap ikan yang didaratkan.
5. Musim penangkapan; data ini meliputi waktu‐waktu penangkapan ikan laut,
6. Yaitu musim panen dan paceklik.
7. Nelayan; data nelayan yang relevan untuk dikumpulkan meliputi jumlah dan kategori nelayan.
Data sekunder dapat didapatkan dari instansi terkait, baik yang ada di lokasi penelitian maupun yang ada di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan. Beberapa instansi yang dijadikan sumber bagi data sekunder antara lain : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan; Tempat Pelelangan Ikan Kranji. Jenis data yang diperlukan adalah:
1) Produksi (penangkapan)
2) Upaya/frekuensi lama/jumlah penangkapan 3) Sarana usaha perikanan (kapal, alat tangkap,
dll)
4) Pemasaran (bentuk komoditas, tujuan, sistem pemasaran)
ANALISIS DATA
Sebaran frekuensi panjang
Sebaran frekuensi panjang adalah distribusi ukuran panjang pada kelompok panjang tertentu. Sebaran frekuensi panjang didapatkan dengan menentukan selang kelas, nilai tengah kelas, dan frekuensi dalam setiap kelompok panjang (Lagler KF et all, 1977). Dalam penelitian ini, untuk menganalisis sebaran frekuensi panjang menggunakan tahapan tahapan sebagai berikut 1) Menentukan nilai maksimum dan nilai
minimum dari seluruh data panjang total ikan selar kuning.
2) Dengan melihat hasil pengamatan frekuensi pada setiap selang kelas panjang ikan ditetapkan jumlah kelas sebanyak 22 kelas dengan interval sebesar 10 mm.
3) Menentukan limit bawah kelas bagi selang kelas yang pertama dan kemudian limit atas kelasnya. Limit atas didapatkan dengan cara menambahkan lebar kelas pada limit bawah kelas.
4) Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap selang kelas.
5) Menentukan nilai tengah kelas bagi masing‐masing kelas dengan merata‐ratakan 6) Limit kelas.
7) Menetukan frekuensi bagi masing‐masing kelas.
Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam masing‐masing kelas, diplotkan dalam sebuah grafik untuk melihat jumlah distribusi normalnya. Dari grafik tersebut dapat terlihat jumlah puncak yang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada. Dapat terlihat juga pergeseran distribusi kelas panjang setiap bulannya. Pergeseran sebaran frekuensi panjang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada. Bila terjadi pergeseran modus sebaran frekuensi panjang berarti terdapat lebih dari satu kohort. Bila terdapat lebih dari satu kohort, maka dilakuakn pemisahan distribusi normal. Menurut Brandt V (1984) metode yang dapat digunakan untuk memisahkan distribusi komposit ke dalam distribusi normal dengan bantuan software program FISAT II.
Plot Ford‐Walford merupakan salah satu metode paling sederhana dalam menduga persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama Brandt V (1984). Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dapat dinyatakan sebagai berikut :
= ∞ 1− �− ( − )
Lt adalah panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu), L∞ adalah panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien pertumbuhan (per satuan waktu), t0
adalah umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol. Untuk t0 sama dengan nol, persamaan
(1) dapat ditulis menjadi :
= ∞ 1− �−
Hubungan panjang berat digambarkan dalam dua bentuk yaitu isometrik dan alometrik (Fafioye OO & Oluajo OA, 2005). Untuk kedua pola ini berlaku persamaan :
�=
Jika dilinearkan melalui transformasi logaritma, maka diperoleh persamaan :
��= � + �
Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi linier sederhana dengan Log W sebagai ’y’ dan Log L sebagai ’x’.
Untuk menguji nilai b=3 atau b ≠ 3 (b>3, pertambahan berat lebih cepat dari pada pertambahan panjang) atau (b<3, pertambahan panjang lebih cepat dari pada pertambahan berat)
Allometrik positif, jika b>3 (pertambahan berat lebih dari pada pertambahan panjang) dan allometrik negatif, jika b<3 (pertambahan panjang lebih cepat dari pada pertambahan berat).
ℎ� �= 1− 0 1
b1 adalah nilai b (hubungan dari panjang berat), b0 adalah 3, dan Sb1 adalah simpangan koefisien b.
Selanjutnya, nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%. Kemudian untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan, kaidah keputusan yang diambil mengacu pada Nasoetion & Barizi (1980) yaitu : jika thitung > ttabel maka tolak hipotesis nol (H0) dan jika thitung < ttabel maka gagal tolak hipotesis nol (H0).
Tangkapan per satuan upaya
Data hasil upaya penangkapan ikan selar kuning dapat dianalisis dengan menghitung nilai hasil tangkapan per upaya penangkapan atau analisis tangkapan per satuan upaya. TPSU digunakan sebagai indeks kelimpahan sumberdaya perikanan. TPSU dihitung dengan rumus sebagai berikut :
� =
TPSU adalah jumlah tangkapan per satuan upaya, T adalah jumlah tangkapan bulanan harian, atau tahunan ikan selar kuning (kg) dan U adalah merupakan jumlah upaya bulanan, harian, atau tahunan ikan selar kuning (hari). Selanjutnya TPSU ini disajikan dalam bentuk grafik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning
Gambar 1. Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning setiap bulan Maret
Gambar 2. Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning setiap kelas bulan April
Gambar 3. Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning setiap kelas bulan Mei
Gambar 1. Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning setiap kelas secara total
Parameter pertumbuhan (L∞, K) dan t0
Parameter pertumbuhan Von Bertalanffy (K dan L∞) diduga dengan menggunakan metode Plot Ford‐Walford. Metode Ford Walford dapat digunakan karena data diambil pada interval waktu yang tetap yaitu satu bulan selama tiga bulan. Hasil pemisahan kelompok ukuran menunjukkan bahwa ikan contoh terdiri dari beberapa kelompok ukuran.
Hasil analisis kelompok ukuran ikan di atas memiliki panjang rata‐rata, jumlah populasi dan indeks separasi seperti disajikan pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4. Dalam pemisahan kelompok ukuran ikan dengan menggunakan metode Bhattacharya indeks separasi (separation index, SI) sangat penting untuk diperhatikan. Menurut Busacker GP et all (1990), jika nilai I<2 maka pemisahan kelompok ukuran tidak mungkin dilakukan karena terjadi tumpang tindih yang besar antar kelompok ukuran ikan. Nilai simpangan baku yang semakin besar menunjukkan bahwa ikan yang semakin tua mempunyai ukuran yang semakin beragam.
Table 1. Hasil analisis masing-masing kelompok ukuran ikan kuning jantan
No. L (t)
Jumlah Populasi
(N)
Standart Deviasi (S)
Indeks Reparasi
(I)
1 128,54 232 14,36 -
2 158,87 77 15,87 2,08
3 216,98 60 22,99 2,30
Total 369
Tabel 2. Hasil analisis masing‐masing kelompok ukuran ikan selar kuning betina
No. L (t) Jumlah
Populasi (N)
Standart Deviasi (S)
Indeks Reparasi
(I)
1 125,87 63 8,03 -
2 159,90 27 9,26 2,25
3 193,89 23 9,28 2,19
4 240,86 14 11,09 2,27
5 265,10 7 12,58 2,00
133
No. L (t) Jumlah
Tabel 4 disajikan parameter pertumbuhan L∞ dan K dan (metode Ford‐Walford) dan umur
teoritis saat panjang ikan sama dengan
Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy ikan selar kuning jantan dan betina masing‐masing adalah Lt = 303,00 (1‐e‐0,66(t+0,0793)) dan Lt = 303,99 (1‐e‐0,20(t+0,2389)) sedangkan persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy ikan selar kuning secara total adalah Lt = 303,29 (1‐e‐0,45(t+0,1268). Ikan dengan nilai K kecil umurnya relatif panjang. Dari hasil parameter pertumbuhan yang didapatkan terlihat bahwa ada
perbedaan antara ikan selar kuning jantan dengan ikan selar kuning betina. Perbedaannya terletak pada nilai koefisien pertumbuhan (K) dan nilai t0 yang dapat mempengaruhi besarnya panjang pertama kali ikan tersebut lahir (L t0). Ikan jantan biasanya nilai mempunyai nilai K yang lebih besar daripada ikan betina.
Perbedaan laju pertumbuhan ikan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal yang terdiri dari (a) faktor genetik yang secara langsung membatasi ukuran maksimum ikan, dan (b) ukuran tubuh ikan. Jika laju pertumbuhan kecil maka ukuran tubuh ikan akan meningkat (Fafioye OO & Oluajo OA, 2005). Oleh karena itu faktor internal yang menyebabkan nilai K pada ikan selar kuning lebih kecil adalah faktor genetik karena perbedaan spesies dan factor ukuran ikan selar kuning yang relatif besar.
b. Hubungan panjang berat
Contoh ikan selar kuning secara total adalah sebanyak 450 ekor yang terdiri dari 289 ekor ikan betina dan 161 ekor ikan jantan. Dalam menghitung hubungan panjang berat sebaiknya dipisahkan antara ikan jantan dengan ikan betina, karena biasanya terdapat perbedaan hasil antara kedua jenis kelamin tersebut. Pola pertumbuhan berdasarkan hubungan panjang berat ikan selar kuning jantan dan betina di Perairan Paciran Kabupaten Lamongan disajikan pada Tabel 5 :
Table 5. Hasil Perhitungan Panjang dan Berat Ikan Selar Kuning
Contoh
Ikan N a b R
2 W = aLb (setelah dilakukan uji t Pola pertumbuhan
dengan α=0,05) Jantan 289 -3,765 2,579 0,872 W=0,00017L2,597 Allometrik negatif
Betina 161 -5,164 3,242 0,864 W=0,000006L3,242 Allometrik Positif Total 450 -4,684 3,009 0,853 W=0,00002L3,009 Isometrik
Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan panjang berat pada ikan selar kuning memiliki korelasi yang sangat erat. Hal ini berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) yang mendekati satu. Secara umum nilai b ikan selar
Hasil analisis menunjukkan bahwa ikan selar kuning jantan memiliki persamaan hubungan
panjang berat W = 17 x 10‐5 L2, 579 (n = 289; r = 0,872; α = 0,05). Ikan selar kuning betina memiliki persamaan hubungan panjang berat W=6x10‐6L3,242 (n=161; r= 0,864; α = 0,05). Hubungan panjang berat ikan selar kuning secara keseluruhan W = 2 x 10‐5 L3,009 (n = 450; r = 0,853; α = 0,05).
kuning betina dengan ikan selar kuning jantan. Penyebabnya diduga karena ukuran ikan betina yang tertangkap lebih beragam, dari ukuran kecil sampai besar sehingga hubungan panjang berat ikan contoh yang diamati menggambarkan keadaan sebenarnya. Hal ini terlihat dari pola pertumbuhan ikan selar kuning betina adalah allometrik positif sehingga diduga bahwa nilai b>3 pada ikan betina mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan, makanan yang lebih banyak, ataupun faktor tingkat kematangan gonad.
PEMBAHASAN
Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran ikan selar kuning betina lebih besar dibandingkan ukuran ikan selar kuning jantan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nikolsky (1963) bahwa biasanya ukuran ikan betina lebih besar beberapa satuan dibandingkan ikan jantan untuk menjamin fekunditas yang besar dalam stok dan perbedaan ukuran ini dicapai melalui ikan jantan yang matang gonad lebih cepat dan jangka hidupnya yang lebih singkat. Menurut Lagler et all. (1977) perbedaan ukuran antar jenis kelamin kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik. Ikan berukuran besar dengan jumlah yang sangat sedikit ini diduga adalah induk ikan selar kuning. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lagler et all. (1977) bahwa ukuran terbesar yang muncul pada umumnya berhubungan dengan induk yang paling “penting”. Panjang total maksimum ikan selar kuning yang tertangkap adalah 294 mm. Menurut Allen et all. (2007) panjang total maksimum mencapai 500 mm. Perbedaan ini dapat dijelaskan oleh beberapa kemungkinan yaitu perbedaan lokasi pengambilan ikan contoh, keterwakilan contoh yang diambil, dan kemungkinan terjadinya tekanan penangkapan yang tinggi. Spesies yang sama pada lokasi yang berbeda akan memiliki pertumbuhan yang berbeda pula karena perbedaan faktor luar maupun faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan ikan tersebut.
Menurut Dina R (2008) faktor dalam umumnya adalah faktor yang sulit dikontrol seperti keturunan, jenis kelamin, umur, parasit, dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu suhu dan makanan. Dengan asumsi bahwa ikan contoh sudah mewakili populasi yang ada maka ukuran panjang total maksimum yang lebih kecil bisa mengindikasikan adanya tekanan penangkapan yang tinggi. Namun untuk menyimpulkan hal ini diperlukan
pembandingan dengan spesies dan lokasi yang sama serta kajian lebih lanjut. Kemungkinan terakhir adalah tidak terpilihnya ikan yang lebih besar pada saat pengambilan ikan contoh karena pengacakan.
Pergeseran selang ukuran panjang ikan yang banyak tertangkap ke selang ukuran yang lebih kecil dapat dijadikan sebagai indikasi adanya rekruitmen pada interval waktu pengamatan. Namun untuk menentukan musim pemijahan dan rekruitmen ikan selar kuning di Perairan Paciran perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Pergeseran selang ukuran panjang ikan yang banyak tertangkap ke selang ukuran yang lebih besar dapat dijadikan sebagai indikasi adanya pertumbuhan pada interval waktu pengamatan yaitu satu bulan. Dengan adanya pertumbuhan dalam interval waktu yang singkat maka diduga bahwa ikan selar kuning memiliki laju pertumbuhan yang relatif kecil. Kajian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan dugaan ini dan akan dibahas pada sub bab pertumbuhan.
Parameter pertumbuhan (L∞, K) dan t0
Plot Ford‐Walford merupakan salah satu metode paling sederhana dalam menduga persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama (Brandt V, 1984). Dari analisis frekuensi panjang didapatkan kelompok umur ikan selar kuning yang dapat diolah selanjutnya dengan menggunakan metode Ford Walford guna mendapatkan nilai L∞, K, dan t0.
Pertumbuhan
Panjang maksimum ikan selar kuning adalah 294 mm dan panjang asimtotik ikan selar kuning adalah 303 mm. Kurva pertumbuhan (Gambar 4) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ikan selama rentang hidupnya tidak sama. Ikan muda memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan tua (mendekati L∞). Walaupun dengan laju pertumbuhan yang kecil, namun ikan tetap akan mengalami pertumbuhan panjang bahkan dalam kondisi faktor lingkungan yang tidak mendukung. Peningkatan ukuran panjang umumnya tetap berlangsung walaupun ikan mungkin dalam keadaan kekurangan makanan (Busacker et al. 1990).
Pertumbuhan memiliki karakteristik tertentu pada masing‐masing kelompok ikan. Pada periode ini variasi yang sangat bergantung pada suplai makanan (Nikolsky 1963). Petumbuhan ikan dan organisme lainnya didefinisikan sebagai waktu yang dihabiskan pada daerah pemangsaan yang berbeda dihubungkan dengan ukuran tubuh dan ini merupakan proses kunci dibalik sejarah hidup organism yang lebih spesifik.
Hubungan panjang berat
Berdasarkan contoh ikan selar kuning di Perairan Paciran memiliki kisaran panjang antara 75‐294 mm dan kisaran berat antara 5‐580 gram. Berdasarkan penelitian Marnane et al. 2005, ikan selar kuning di Kepulauan Karimunjawa pada umumnya mencapai tahap dewasa pada ukuran 25‐45 cm dan pada selang ukuran 33‐ 46 cm atau 2 ekor dalam 1 kg baru merupakan ukuran tangkap yang optimal dalam arti memiliki nilai ekonomis dan nilai ekologis tertinggi, sedangkan berdasarkan www.fishbase.com ukuran pertama kali matang gonad dari ikan selar kuning berkisar antara 22‐23 cm. Dapat disimpulkan berdasarkan contoh ikan pada saat penelitian bahwa ikan selar kuning yang tertangkap dengan alat tangkap muroami di Perairan Paciran belum memiliki ukuran optimal untuk tertangkap yang kebanyakan masih dalam tahap dewasa yang seharusnya belum boleh ditangkap.
Nilai b ikan selar kuning betina lebih besar daripada nilai b ikan selar kuning jantan. Hal ini dapat disebabkan oleh energi yang digunakan ikan jantan biasanya lebih besar daripada ikan betina yang dapat menyebabkan ikan jantan mempunyai bentuk tubuh lebih langsing dan kurus, sedangkan ikan betina gerakannya lebih lamban apalagi pada saat memijah karena berat gonad juga
mempengaruhi berat tubuhnya. Pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjang karena ikan betina mempunyai kandungan lemak yang lebih banyak dibandingkan ikan jantan sehingga bentuk tubuh ikan betina pada umumnya gemuk dan lebih bulat.
Hubungan panjang berat dari sutu populasi ikan mempunyai beberapa kegunaan, yaitu menurut Nelson JS (2006) dapat memprediksi berat suatu jenis ikan dari panjang ikan yang dapat berguna untuk mengetahui biomassa populasi ikan tersebut. Parameter pendugaan antar kelompok‐kelompok ikan digunakan untuk mengidentifikasi keadaan populasi suatu jenis ikan berdasarkan ruang dan waktu, sedangkan menurut Fafioye OO & Oluajo OA (2005) analisis panjang berat yang dihubungkan dengan data kelompok umur dapat digunakan untuk mengetahui komposisi stok, umur saat pertama memijah, siklus kehidupan, kematian pertumbuhan, dan produksi.
Tangkapan per satuan upaya
Data hasil upaya penangkapan dapat dianalisis dengan menghitung nilai hasil tangkapan per upaya penangkapan atau analisis Tangkapan Per Satuan Upaya (TPSU). Adapun manfaat mengetahui nilai TPSU adalah mengetahui kelimpahan ikan selar kuning dan melihat trend (kecenderungan) ikan selar kuning setiap tahunnya.
Beberapa ciri yang dapat menjadi patokan suatu perikanan sedang menuju kondisi upaya tangkap lebih adalah waktu melaut menjadi lebih panjang dari biasanya, lokasi penangkapan menjadi lebih jauh dari biasanya, ukuran mata jaring menjadi lebih kecil dari biasanya, yang kemudian diikuti produktivitas (hasil tangkapan per satuan upaya) yang menurun, ukuran ikan yang semakin kecil, dan biaya penangkapan yang semakin meningkat (Damayanti PA, 2007).
Menurut Damayanti PA (2007), upaya tangkap lebih (overfishing) secara sederhana dapat diartikan sebagai penerapan sejumlah upaya penangkapan yang berlebihan terhadap suatu stok ikan dan terbagi ke dalam dua pengertian yaitu
growth overfishing dan recruitment overfishing.
tidak cukup banyak untuk memproduksi telur yang kemudian menghasilkan rekrut terhadap stok yang sama.
Musim penangkapan ikan di Perairan Paciran dibagi menjadi dua musim yaitu musim barat dan musim timur. Musim barat diawali pada bulan November sampai Januari dan musim timur diawali pada bulan Maret sampai Agustus. Sedangkan musim peralihan barat terjadi pada bulan September sampai Oktober dan musim peralihan timur terjadi pada bulan Februari. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa nelayan, puncak penangkapan pada musim timur terjadi pada bulan Maret sedangkan puncak penangkapan pada musim barat terjadi pada bulan November.
Alternatif strategi pengelolaan sumberdaya ikan selar kuning
Menurut Undang‐Undang Perikanan No 31 tahun 2004 bahwa pengelolaan perikanan dilakukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan serta terjaminnya kelestarian sumberdaya ikan. Tujuan utama pengelolaan perikanan adalah untuk menjamin produksi yang berkelanjutan dari waktu ke waktu dari berbagai stok ikan (resource conservation), terutama
melalui berbagai tindakan pengaturan (regulations)
dan pengkayaan (enhancement) yang
meningkatkan kehidupan sosial nelayan dan sukses ekonomi bagi industri yang didasarkan pada stok ikan (Dirjen Pe Bangda, 1999).
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa indikasi tingginya tekanan penangkapan terhadap sumberdaya ikan selar kuning yang mengarah kepada gejala tangkap lebih (overfishing) yang diduga lebih lanjut termasuk kondisi growth overfishing. Beberapa indikasi
ditunjukkan dari perubahan yang terjadi dalam struktur stok ikan, antara lain :
1. Jumlah ikan yang tertangkap didominasi oleh ikan berukuran kecil (6‐12 cm) dan berukuran sedang (13‐20 cm) serta sekitar 80% dari total tangkapan adalah ikan muda atau mempunyai ukuran di bawah ukuran pertama kali matang gonad.
2. Meningkatnya koefisien pertumbuhan populasi yang berarti umur ikan untuk mencapai panjang infinitif menjadi lebih pendek.
3. Peningkatan jumlah upaya penangkapan cenderung akan meningkatkan jumlah hasil tangkapan, tetapi berat rata‐rata ikan
terus menurun dan berat total (biomassa) juga menurun.
KESIMPULAN
1. Sebaran frekuensi panjang ikan berkisar antara 75‐294 mm dan kelompok ukuran yang mendominasi adalah 125‐134 cm.
2. Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy ikan selar kuning jantan adalah Lt = 303,00 (1‐e‐0,55 (t+0,0793)), sedangkan persamaan pertumbuhan ikan selar kuning betina adalah Lt = 303,98 (1‐e‐0,19(t+0,2389)) dan persamaan pertumbuhan ikan selar kuning secara total adalah Lt = 303,28 (1‐e‐0,35 (t+0,1268)). 3. Pola pertumbuhan seluruh ikan yang dijadikan
contoh menunjukkan pola pertumbuhan bersifat isometrik dengan persamaan pertumbuhan W = 2x10‐5L3,009, pola pertumbuhan ikan betina menunjukkan pola pertumbuhan bersifat allometrik positif dengan persamaan pertumbuhan W=6x10‐6L3,242 dan pola pertumbuhan ikan jantan menunjukkan pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif dengan persamaan pertumbuhan W=17x10‐5L2,579. 4. Tangkapan per satuan upaya digunakan untuk
melihat trend (kecenderungan) ikan selar kuning setiap tahunnya, TPSU berkisar antara 5,87‐8,74 ton/unit kapal.
DAFTAR PUSTAKA
Allen G, Steene R, Human P, & Loach ND. 2007. Reef fish identification tropical pasific. New World Publication, Inc. Jacksonville, Florida, USA. 457 p. Bagenal T. 1978. Methods for assessment of fish
production in freshwater. Third edition. Blackwell Scientific Publications. Oxford. 365 p.
Badan Pusat Statistik. 2009. Kabupaten Lamongan dalam angka 2008. Jawa Timur. Badan Pusat Statistik. 167 hlm.
Brandt V. 1984. Fish catching methods of the world. Fishing News Books Ltd. London. 418 p. Busacker GP, Adelman IR, & Goolish EM. 1990.
Growth. p. 363‐382 in Schreck CB & Moyle PB (Editor), Methods for Fish Biology. American Fisheries Society. Maryland USA.
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 35 hlm. Dina R. 2008. Rencana pengelolaan sumberdaya
ikan bada (Rasbora agryrotaenia) berdasarkan analisis frekuensi panjang di Danau Maninjau, Sumatera Barat [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 76 hlm. [Ditjen Bangda] Direktorat Jendral Pembangunan
Daerah. 1999. Penyusunan konsep pengelolaan sumberdaya pesisir yang berbasis masyarakat (PBM) di Provinsi Lampung. Kerjasama Departemen Dalam Negeri dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fafioye OO & Oluajo OA. 2005. Length‐weight relationship of five fish species in Epe Lagoon, igeria. African Journal of Biotechnology 4 (7): 749‐751.
Lagler KF, Bardach JE, Miller RR & Passino DR. 1977. Ichtyology. John Wiley & Sons USA. 506 p.
Nasoetion AH & Barizi. 1980. Metode statistika. PT Gramedia. Jakarta. 223 hlm.
Nelson JS. 2006. Fishes of the world, fourth edition. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.
Nikijuluw VPH. 2002. Rezim pengelolaan sumberdaya perikanan. Pustaka Cesindo.
Jakarta. 254 hlm.
APLIKASI UNTUK MEMPREDIKSI STOCK BAHAN BANGUNAN DENGAN
METODE PERCEPTRON MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 DAN MySQL
Arip Kusnul Huda1) , Siti Mujilahwati 2)
1)Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan 2) Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan
Email : Arif_kusnul@yahoo.com, moedjee@gmail.com
ABSTRAK
Jaringan Syaraf Tiruan (JST) merupakan topic yang hangat dibicarakan dan mengundang banyak kekaguman dalam dasa warsa terakhir. Hal ini disebabkan karena kemampuan JST untuk meniru sifat system yang dimasukkan. Pada dasarnya JST mencoba meniru cara kerja otak makhluk hidup, yaitu bentuk neuron-nya (sel syaraf). Faktor kecerdasan dari syaraf tidak ditentukan di dalam sel tetapi terletak pada bentuk dan topologi jaringannya. Salahsatu model JST yang sering digunakan untuk pembelajaran adalah perceptron. Metode perceptron merupakan metode pembelajaran dengan pengawasan dalam sistem jaringan syaraf. Dalam merancang jaringan neuron yang perlu diperhatikan adalah banyaknya spesifikasi yang akan diidentifikasi. Jaringan neuron terdiri dari sejumlah neuron dan sejumlah masukan.
Penelitian dilakukan mengamati system secara langsung sehingga didapat hasil analisis mengenai kebutuhan system yang akan dibuat. Studi pustaka juga dilakukan untuk mencari sumber-sumber lain yang dapat menjadi dasar dan acuan dalam membuat aplikasi prediksi stok bahan bangunan. Aplikasi prediksi stok bahan bangunan ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic.6 dan MySQL database. Hasil akhir dari penelitian skripsi ini adalah untuk memprediksi persediaan stok bahan bangunan dalam waktu masa yang akan datang.
Dapat disimpulkan bahwa aplikasi untuk memprediksi stok bahan bangunan telah didesain dan diimplementasikan dengan fasilitas meliputi download materi, tugas.
Kata-kunci : Jaringan Syaraf Tiruan, Perceptron, Struktur Jaringan, Visual Basic 6.0, MySQL.
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini persaingan semakin ketat dan berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi serta dunia informasi. Ketiga hal tersebut telah banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat kehidupan internasonal pada umumnya. Hampir setiap kegiatan dan aktifitas kehidupan tidak terlepas dari peralatan canggih, mutakhir dan serba modern contohnya adalah computer. Dalam dunia bisnis perlunya computer nampaknya tidak dapat dihindari lagi. Sebut saja dalam bidang perdagangan dan berbankan dimana system informasi dan pengelolahan data yang cepat dan efisien harus segera diwujudkan.
Hampir semua perusahaan atau Toko yang bergerak dibidang penjualan dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat
persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini mengharuskan perusahaan atau Toko untuk merencanakan atau menentukan jumlah pembelian, agar dapat memenuhi permintaan pasar dengan tepat waktu dan dengan jumlah yang sesuai. Pada dasarnya penentuan jumlah pembelian ini derencanakan untuk memenuhi jumlah persediaan barang guna memenuhi tingkat penjualan yang direncanakan atau tingkat permintaan pasar.
neuron terdiri dari sejumlah neuron dan sejumlah struktur JST. Untuk dapat memahami struktur JST selain memahami teori juga diperlukan pemahaman secara visual. Untuk itu diperlukan sebuah aplikasi handal yang dapat membantu pemilik Toko dalam memahami struktur JST model Perceptron.
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat aplikasi jumlah stock bahan bangunan menggunakan metode perceptron.
2. Pendataan persediaan stock bahan bangunan .
Manfaat Penelitian
Adapun Kegunaan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan atau Toko
Dengan dilakukanya penelitian ini, maka diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi atas strategi perencanaan dan pengendalian barang bahan bangunan sehingga dapat membenahi persediaan yang ada agar bisa lebih baik.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan akan sangat membantu dan mendukung penulis dalam mempelajari, menganalisa, dan mengembangkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh untuk diterapkan pada dunia nyata.
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan bias menambah ilmu bagi pembaca maupun peneliti lain.
II. Landasan Teori
2.1 Jaringan Saraf Tiruan (JST)
Jaringan syaraf tiruan (artifical neural network) adalah sistem komputasi yang arsitektur dan operasinya diilhami dari pengetahuan tentang sel syaraf biologis di dalam otak. Jaringan syaraf
tiruan merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba menstimulasi proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. Jaringan syaraf tiruan dapat digambarkan sebagai model matematis dan komputasi untuk fungsi aproksimasi non-linear, klasifikasi data cluster dan regresi non-parametrik atau sebuah simulasi dari koleksi model jaringan syaraf biologi. [2]
2.2Perceptron
Model jaringan perceptron ditemukan
oleh Rosenblatt dan Minsky-Papert. Jaringan
perceptron terdiri dari beberapa unit masukan
(ditambah sebuah bias), dan memiliki sebuah unit keluaran. Hanya saja fungsi aktivasi bukan merupakan fungsi biner (atau bipolar), tetapi memiliki kemungkinan nilai -1, 0, atau 1 [ 3].
Perceptron sebagai cikal bakal jaringan
saraf tiruan bekerja dengan cara menerima sejumlah (n) masukan berupa vektor (x1, x2, x3 ,…..xn) dan menghasilkan sebuah keluaran
dengan nilai 1 atau 0. Bentuk jaringan perceptron
adalah sesuai gambar 2.5 berikut :
Gambar 1. Perceptron
2.3Database
Sistem Database adalah suatu informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan membuatnya tersedia untuk beberapa aplikasi yang bermacam-macam dalam suatu organisasi. Database juga merupakan salah satu komponen yang penting di dalam sistem informasi, karena Database merupakan dasar dalam menyediakan informasi bagi para pemakai (user) penerapan dalam sistem informasi Database. [1]
2.4Microfoft Visual Basic 6.0
Visual Basic adalah salah suatu
development tools untuk membangun aplikasi dalam lingkungan Windows. Dalam pengembangan aplikasi, Visual Basic
menggunakan pendekatan Visual untuk merancang user-interface dalam bentuk form, sedangkan untuk kodingnya menggunakan dialek bahasa Basic yang cenderung mudah dipelajari. Visual Basic telah menjadi tools yang terkenal bagi para pemula maupun para developer dalam pengembangan aplikasi skala kecil sampai ke skala besar. [4]
2.5 MySQL
MySQL adalah Relational Database
Management System (RDBMS) yang
didistribusikan secara gratis dibawah lisensi GPL (General Public License), dimana setiap orang
bebas menggunakannya. MySQL merupakan
turunan salah satu konsep utama dalam database sejak lama, yaitu SQL (Stuctured Query Language). SQL adalah bahasa yang digunakan
utnuk berkomunikasi dengan database. Pernyataan – pernyataan SQL digunakan untuk
melakukan beberapa tugas seperti : update data pada database atau menampilkan data dari database. Hampir semua software database meng
implementasikan bahasa SQL sebagai komponen utama dari produknya, salah satunya MySQL. [5]
III. Rancangan Desain System
3.1Kebutuhan Perangkat
Kebutuhan perangkat disini terdiri dari kebutuhan perangkat lunak dan kebutuhan perangkat keras.
a. Kebutuhan Perangkat Keras
Perangkat keras (Hardware) merupakan peralatan/komponen fisik komputer yang mencakup unit processor pusat, processor pendukung, penyimpanan sekunder, peralatan lainnya. Perangkat keras ini digunakan untuk menunjang pembangunan aplikasi untuk memprediksi stock bahan bangunan . Spesifikasi perangkat keras yang yang digunakan user untuk membuat program dan menjalankan program adalah sebagai berikut :
1. Processor Pentium III 2. Monitor LG 14’’
3. Hard Disk Drive 40 Gb 4. Memori 512 Mb 5. Printer
6. Keyboarddan Mouse b. Kebutuhan Perangkat Lunak
Perangkat lunak (software) yang dibutuhkan
pada saat pembuatan aplikasi adalah sebagai berikut :
1. Sistem operasi Windows 7 Ultimate 2. Visual Basic 6.0
3. MySQL
4. Sybase Power Designer
3.2Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi pada perancangan aplikasi untuk memprediksi stock bahan bangunan dengan metode perceptron ini yang terdiri dari :
1) Rekap data kebutuhan barang yang dijual pada toko.
2) Rekap barang yang terjual selama 1 tahun terakhir.
3.3Perancangan Sistem
Pada sub bab ini akan dijelaskan perancangan sistem yang terdiri dari diagram konteks, DFD level 0 dan kamus data.
a. Diagram Konteks
Diagram konteks aplikasi untuk memprediksi stock bahan bangunan dengan metode perceptron. Dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2. Diagram Konteks
b. DFD Level 0
c. Diagram Alir (Flowchart)
Diagram Alir (Flowchart) dari aplikasi untuk memprediksi stock bahan bangunan dengan metode perceptron. Dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Flowchart
d. Kamus Data
Agar lebih muda dalam pembuatan database maka dilengkapi kamus data berikut.
Tabel 1. Tabel User
Nama Field Data
Type
Keterangan
Kd_Pengguna Varcha r
Primary Key
Nama_Penggun a
Varcha r Password Varcha
r
Tabel 2. Tabel Barang Nama Field Data
Type
Keteranga n
Kd_Barang Varchar Primary Key
Nama_Baran g
Varchar
Satuan Varchar Harga
Barang
Varchar
Tabel 3. Tabel Supplier
Nama Field Data
Type
Keterangan
Kd_Supplier Varchar Primary Key
Nama_Supplier Varchar No_Telp Varchar Alamat Varchar
Tabel 4. Tabel Kriteria
Nama Field Data
Type
Keterangan
Kd_Kriteria Varchar Primary Key
Nama_Kriteria Varchar
Tabel 5. Tabel Training Nama Field Data
Type
Keterangan
No Double Primary Key
Persediaan Varchar Penjualan Varchar Permintaan Varchar
3.4Perancangan Interface
Menguraikan perancangan form-form yang ada dalam aplikasi aplikasi untuk memprediksi stock bahan bangunan dengan metode perceptron. Berikut ini adalah rancangan yang telah dibuat :
1. Tampilan Form Login
Rancangan interface ini akan tampil pertama kali saat program dijalankan, from login ini berisi username dan password.
Gambar 5. Form Login
2. Tampilan Form Menu Utama
Rancangan ini memuat from utama dalam program yang akan dijalankan, from utama berisi sub menu File, Training, testing, dan keluar.
Gambar 6. Form Menu Utama
3. Tampilan Menu Training dan Hasil
Gambar 7. From Menu Training dan Hasil
IV. Ujicoba dan Pembahasan
4.1 Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang uji coba program.
a. Menu Login
merupakan menu yang pertama muncul sebelum masuk pada menu utama aplikasi stock bahan bangunan dengan metode perceptron.
Gambar 8. Menu Login
b. Menu Utama
Bila User name, password yang dimasukan secara benar maka apalikasi akan masuk pada main menu (menu utana).
Gambar 9. Menu Utama
c. Menu Training dan Hasil
Menu training dan hasil ini untuk mentraining data dan menghitung.
Gambar 10. Menu Training dan Hasil
V. Penutup
5.1 Kesimpulan
Setelah menganalisa, mendesain dan menimplementasikan Aplikasi untuk memprediksi stok bahan bangunan menggunakan metode perceptron dapat disimpulkan bahwa : a. Dengan adanya perancangan Aplikasi ini,
Toko Bahan bangunan Sumber Agung mengalami banyak perubahan diantaranya dapat membantu karyawan memprediksi stock bahan bangunan, sehingga stock bahan bangunan untuk jangka waktu yang akan datang terdata secara akurat dan valit.
b. Meningkatkan efisiensi waktu dan efektifitas pekerjaan karena mempermudah dalam proses penambahan, pengeditan dan penghapusan data stok barang.
c. Hasil pengolahan data-data pada Aplikasi untuk memprediksi stok bahan bangunan berupa output prediksi persediaan barang untuk jangka waktu yang akan datang.
5.2 Saran
Setelah sistem informasi penjualan ini dibuat ada beberapa saran dari penulis yang berhubungan dengan sistem informasi ini.
a. Aplikasi yang telah dibuat supaya dapat diterapkan pada Toko Bahan bangunan Sumber Agung dan diharapkan dapat memberikan manfaat semaksimal mungkin. b. Mengingat masih banyak kekurangan dalam
untuk penembangan dan penyempurnaan program selanjutnya.
c. Perlu adanya algoritma pembanding untuk memprediksi sehingga, bisa diketahui hasil yang paling optimal.
d. Perlu dilakukan uji coba dengan jumlah data yang lebih besar untuk mengtahui seberapa cepat ANN mampu memprediksi data.
Daftar Pustaka
[1] Andi Sunyoto, 2007, Pemrograman Database dengan Visual Basic dan Ms.SQL, Andi,
Yogyakarta
[2] Pandjaitan, Lanny W, 2007, Dasar-Dasar Komputasi Cerdas, Andi, Yogyakarta
[3] Suryadi, Kadarsah, Dr. Ir., Ir. Ali Ramdani, Mt. 2000, Sistem Pendukung Keputusan.
PT.Remaja Rosdakarya
[4] LPKBM MADCOMS, Andi, 2002, Seri Panduan Pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 , Yogyakarta
[5] Bunafit Nugroho, 2012, Panduan Proyek Point Of Sale (POS) Sistem Penjualan Retail Mini Market Berbasis Multi User Dengan Visual Basic 6 dan MySql,
RANCANG BANGUN OTOMATISASI MESIN PENETAS TELUR SISTEM
TURNING BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 328
Sukin *), Affan Bachri **)
*)Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan
**) Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan
Email : shucinlaw@gmail.com, avanbe@gmail.com
ABSTRAK
Aplikasi pengendalian suhu sudah banyak ditemui diberbagai bidang,contohnya yaitu pada bidang peternakan. Pengendalian suhu tersebut dipakai untuk menetaskan telur ayam. Menetasakan telur ayam dalam waktu bersamaan secara alami tentu sangat sulit karena keterbatasan kemampuan induk ayam dalam mengerami telurnya. Ayam hanya mampu mengerami telurnya maksimal 10 butir. Berdasarkan masalah tersebut, maka pada tugas akhir ini kami membuat mesin penetas telur ayam dengan sistem turning berbasis mikrokontroler Atmega 328.
Penggunaan mikrokontroler dengan rak pemutar telur (turning) ini diharapkan mampu mengendalikan suhu yang diperlukan telur agar dapat menetas dengan baik yaitu sekitar 38 C sampai 40 C, sehingga bisa didapatkan telur ayam dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan sehingga persentase keberhasilannya 88 % telur menetas dengan baik.
Kata Kunci : Mikrokontroler, Turning, Atmega328.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Dalam bidang peternakan khususnya dalam peternakan ayam, masalah yang dihadapi adalah bagaimana untuk menetaskan telur ayam dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang bersamaan. Karena kemampuan induk ayam dalam mengerami telurnya terbatas, yaitu maksimal 10 butir telur tiap induk ayam. Ini menjadi masalah yang serius karena kebutuhan daging dan telur ayam di pasar yang sangat banyak. Pada prinsipnya untuk menetaskan telur ayam hanya menjaga suhu pada telur tersebut agar stabil sesuai yang dibutuhkan telur agar bisa menetas. karena cepat tidaknya telur yang menetas di pengaruhi oleh kesetabilan temperatur (Bambang, 1988: 78). Embrio akan berkembang bila suhu udara di sekitar telur minimal 70o F (21,11o C) namun perkembangan ini
sangat lambat. Di bawah suhu udara ini praktis embrio tidak mengalami perkembangan, sehingga penyimpanan telur tetas sebaiknya sama atau dibawah suhu tersebut. Suhu yang baik untuk pertumbuhan embrio adalah berkisar diantara 36o C
– 38o C. Maka untuk menggantikan induk ayam
dalam menetaskan telurnya, dibuatlah mesin penetas telur ayam.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana caranya agar suhu dalam mesin tersebut terjaga konstan agar telur tersebut bisa menetas dengan baik sesuai set point yaitu 36,6 °C sampai 37,4 °C ?
2. Bagaimana caranya agar rak telur dapat berputar sesuai waktu yang telah ditentukan ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengontrol suhu dalam mesin penetasan telur sesuai dengan set point
yaitu 36,6 °C sampai 37.4 °C
2. Agar rak bisa berputar secara otomatis sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
LANDASAN TEORI
Penetas Telor
Kuning telur dan putih telur dipisahkan oleh selaput Vitiline yang mempertahankan kuning telur mempengaruhi sekresi puti telur sehingga semakin besar kuning telur, semakin besar pula sekresi putih telur. Chalaza yang merupakan tali terpilin dan bisa berputar-putar berfungsi untuk menjaga agar kuning telur tetap di tengah.
Gambar 2.1 Alat penetas telur dengan minyak tanyah
Sistem Mesin Penetas Telor
Penetasan telur ayam menjadi popular di tingkat peternak kecil dan menengah dan bahkan di tingkat rumah tangga untuk dijadikan jenis petelur, pedaging atau untuk menghasilkan unggas-unggas yang cantik untuk dipelihara sebagai binatang piaraan, terutama untuk jenis ayam kampung. Karena ayam kampung dikenal sebagai ayam yang memiliki resistansi (ketahanan tubuh) yang lebih kuat dari pada ayam-ayam yang lain disamping itu rasa daging ayam kampong jauh lebih nikmat daripada ayam pedaging pada umumnya. Akan tetapi, para peternak sampai saat ini masih banyak yang menggantungkan untuk mendapatkan bibit ayam yang berkualitas dari hasil persilangan telur-telur galur unggul dan murni dari breeder
(perusahaan penetasan telur) besar.
Suhu (Temperatur)
Semakin panas suatu benda maka semakin tinggi suhunya. Sehingga suhu menyatakan panas atau dinginnya sesuatu. (Sears dan Zemansky, 1991:354). Karena suhu merupakan hal yang sangat berpengaruh pada proses penetasan. Menetas tidaknya telur dengan sempurna sangat ditentukan dari suhu yang diatur atau di setting. Temperatur yang berfluktuasi akan menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan.
Kelembaban Udara
Humidity ( kelembaban) adalah suatu kelembaban uap air yang terkandung dalam udara. Standard untuk kelembaban relatif (relatif
humidity) untuk mesin incubator“penetas” atau
periode 18 hari pertama harus dijaga pada 50–55 %. Dan 3 pada hari ke 19–21 sebelum penetasan,
kelembaban udara harus dinaikkan menjadi 60-65%. Kelembaban yang rendah menyebabkan anak ayam sulit memecah kulit telur karena lapisannya menjadi keras dan berakibat anak ayam
melekat/lengket di selaput bagian dalam telur dan mati. Akan tetapi kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan anak ayam didalam telur jug sulit untuk memecah kulit telur.
Mikrokontroler ATMega 328
Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer fungsional dalam sebuah chip. Didalamnya terkandung sebuah inti prosesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori program, atau keduanya), dan perlengkapan input output.
Gambar 2.2 Konfigurasi Pin ATMega 328 Pemutaran Telur (egg turning)
Pemutaran telur pada proses penetasan sangatlah berpengaruh dan sangatlah penting. Selama telur ada di dalam mesin tetas harus di putar 45 derajat minimal 6 jam sekali untuk menjaga agar embrio tidak menempel pada kulit telur. Arah pemutaran telur dalam mesin tetas harus searah.
Sensor LM35
Sensor suhu LM35 adalah komponen
elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Pemanas heater
krom + nikel + besi, krom + nikel + alumunium.Tapi Untuk pemanas mesin incubator ini menggunakan 2 buah lampu dengan total daya 50 Watt dengan masing-masing lampu berdaya 25 Watt yang dimaksudkan agar keadaan temperatur dalam inkubator bersifat homogen (merata) sehingga pemanasan telur akan sama pada semua daerah.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu Dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan di bulan April 2015 sampai dengan bulan Juni 2015. Pelaksanaan penelitian dan pembuatan mesin penetas telur sistem turning berbasis Mikrokontroler Atmega328 ini dilakukan di rumah peneliti. Yang beralamat di desa Moronyamplung, kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan.
Alat Dan Bahan Penelitian
Berikut menjelaskan alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk merancang dan membuat mesin penetas telur sistem turning berbasis Mikrokontroler Atmega328. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu:
1. Kotak Persegi Panjang (Inkubator) Papan triplek dengan tebal 2 cm digunakan sebagai kotak penetas telur. kotak tersebut terdiri dari tiga bagian, yang pertama kotak pemanas.
2. multitester
3. ATmega328 Peneliti menggunakan Atmega328 karena mempunyai 32 KB
Flash memory, lebih besar kapasitas memory dari pada ATmega8.
4. LCD 16x2 Berfungsi sebagai tampilan temperatur pada mesin penetas telur system turning berbasis Mikrokontroler Atmega328.
5. Motor AC 6. Sensor LM35 7. Lampu Heater 8. power supply
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Alat
Secara umum, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi perencanaan yang telah ditentukan. Pengujian dilakukan untuk mengatahui kerja perangkat keras pada masing-masing blok rangkaian penyusun sistem, dalam bab ini akan di
bahas tentang pungujian alat dan analisa alat, pungujian ini meliputi:
Pengujian per blok, meliputi pengujian Power Supply,Motor AC, Heater (lampu), Kipas, Sensor LM35, LCD.
Pengujian hasil dari penetasan telur.
Pengujian Hasil PenetasTelur
Dari hasil beberapa kali percobaan baik secara manual maupun otomatis, mesin penetas telur ini sudah cukup bagus karena memiliki tingkat keberhasilan penetasan diatas 75%. Pada tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah telur yang menetas adalah 78.18% dari 15 telur pada percobaan penetasan secara manual pertama.
Pengujian Sistem Secara Keseluruhan
dari awal penetasan sampai telur menetas ternyata kondisi peralatan masih tetap normal dan tidak terjadi gangguan yang berarti, sehingga mesin penetas telur ini sudah siap untuk diaplikasikan dalam penetasan secara otomatis yang sesuai harapan.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Rancang Bangun Otomatisasi Mesin Penetas Telur Sistem Turning Berbasis Mikrokontroler Atmega 328 yang telah diuraikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Motor AC bekerja dengan baik sesuai waktu yang diinginkan tanpa ada kendala yaitu memutar rak turning dengan kemiringan 45 drajat dalam jangka 1 jam sekali.
2. Alat dapat bekerja sebagai pengontrol suhu dan kelembaban udara. Dimana sensor suhu LM35 mendeteksi dengan baik adanya temperatur yang masuk pada inkubator sesuai yang di inginkan yaitu 36,6 °C s/d 37,4 °C. Pada saat suhu di bawah setting point lampu menyala sebagai penghasil panas dalam kotak inkubator. Sedangkan pada saat suhu melebihi setting point maksimal lampu mati dan kipas tetap hidup sampai setting point maksimal terpenuhi. Motor AC bekerja dengan baik sesuai waktu yang
diinginkan tanpa ada kendala yaitu memutar rak turning dengan kemiringan 45 drajat dalam jangka 1 jam sekali.
Saran
Dari alat yang telah dibuat pada tugas akhir ini, masih terdapat banyak kekurangan serta perlu pengembangan agar nantinya alat penetasan telur ini dapat dipelajari lebih baik, baik secara teoritis dan praktis. Adapun perbaikan-perbaikan dan pengembangan yang perlu dilakukan:
1. Sensor suhu ditambah 2 lagi menjadi 3 agar dapat membaca suhu lebih merata. 2. Mendesain kotak penetas menggunakan
bahan yang tahan terhadap panas dan dapat mempertahankan suhu dan kelembaban yang standar di dalam boks.
3. Menggunakan aki dan sistem UPS sebagai baterai cadangan bila ada listrik mati. 4. Menggunakan mesin Spraiyerr atau pompa
air sebagai sistem otomatis kelembaban agar kelembaban terjaga dengan sempurna sesuai dengan set point.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Jauhari, nurdin, Edge Linking Detection dan Perbandingan dari 3 Metodenya, http://ahtovicblogs.blog.ugm.ac.id/?p=80, 17 Maret 2011 20.25
[2] Jose, Stephane, Why Should I Care About
SQL Server,
http://blog.iweb.com/en/2010/06/why-should-i-care-about-sql-server/4772.html, 17 Maret 2011 19.30
[3] M. Gokhale and P.S. Graham, Reconfigurable Computing, Springer, 2005.
PERENCANAAN KOMPENSASI STATIS DAYA REAKTIF
MENGGUNAKAN KAPASITOR
Zainal Abidin
*)Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan
email : inal9474@gmail.com
ABSTRAK
Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban, yaitu beban linier dan beban nonlinier.
Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran yang linier dalam arti
arus yang mengalir sebanding dengan impedansi dan perubahan tegangan. Sedangkan beban
nonlinier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran yang tidak sebanding
dengan tegangan dalam tiap setengah siklus, sehingga bentuk gelombang arus maupun tegangan
keluarannya tidak sama dengan gelombang masukkannya (mengalami distorsi).
Perbaikan faktor daya dapat diartikan sebagai usaha untuk membuat faktor daya/cos
mendekati 1. Untuk memperbaiki faktor daya dari suatu beban yang mempunyai faktor daya yang
rendah, perlu dipasang kapasitor pada masing-masing beban atau secara tersentralisir melalui
capasitor bank. Dengan pemasangan kapasitor tersebut selain untuk memperbaiki faktor daya juga
dapat memperbaiki pengaturan tegangan dan meningkatkan efisiensi transformator.
Kata kunci : kompensasi, kapasitor, faktor daya listrik
Saluran transmisi dan distribusi sistem
tenaga listrik merupakan jaringan yang bersifat
reaktif yang dinyatakan dengan induktansi seri
dan kapasitansi shunt perkilometer. Hal ini
menyebabkan mengalirnya daya reaktif pada
saluran transmisi dan distribusi tersebut.
Aliran daya reaktif ini berkaitan erat dengan
daya aktif dan akan mempengaruhi tegangan
disepanjang saluran sehingga apabila beban
dan faktor daya beban berubah maka profil
tegangan disepanjang saluran transmisi akan
berubah serta amplitudo tegangan di sisi
penerima akan bervariasi juga. Variasi
tegangan ini sebagian besar tidak dapat
ditolerir oleh beban. Tegangan yang rendah
menyebabkan penurunan unjuk kerja dari
peralatan beban, seperti motor-motor induksi,
peralatan
penerangan
dan
sebagainya.
Sehingga perlu diadakan pengontrolan daya
reaktif untuk memperbaiki profil tegangan
saluran.
Daya yang dapat disalurkan melalui
saluran transmisi antara sisi pengirim dan sisi
penerima ditentukan oleh impedansi dari
saluran tesebut. Daya aktif yang dikirimkan
berbanding terbalik dengan impedansi saluran
(reaktansi) dan dikontrol oleh beda sudut
tegangan sisi pengirim dan sisi penerima.
Dalam istilah bidang kelistrikan, yang
dimaksud dengan daya ialah banyaknya
perubahan tenaga terhadap waktu dalam
besaran tegangan dan arus. Menurut tipenya
daya tersebut dibagi menjadi : daya aktif, daya
reaktif dan daya semu (
apparent power
).
Daya Aktif, Daya Reaktif dan Daya Semu
maka daya nyata direpresentasikan oleh sisi
miring dan daya aktif maupun reaktif
direpresentasikan oleh sisi-sisi segitiga yang
saling tegak lurus.
Gambar 1. Segitiga Daya
Dasar pendekatan matematika Daya : S=U.I (VA) (Daya buta)
Q=U.I.sinΦ (Var) (Daya reaktif) P=U.I.cosΦ(W) (Daya aktif)
Perbaikan Faktor Daya
Perbaikan faktor daya dapat diartikan sebagai
usaha untuk membuat faktor daya/cos
mendekati 1. Untuk memperbaiki faktor daya
dari suatu beban yang mempunyai faktor daya
yang rendah, perlu dipasang kapasitor pada
masing-masing beban atau secara tersentralisir
melalui capasitor bank. Dengan pemasangan
kapasitor tersebut selain untuk memperbaiki
faktor
daya
juga
dapat
memperbaiki
pengaturan tegangan dan meningkatkan
efisiensi transformator.
Penggunaan
Kapasitor
Pada
Sistem
Distribusi
Rangkaian sistem daya yang bersifat kapasitif
seperti terdapatnya kapasitor bank dalam
jaringan
yang
gunanya
yaitu
untuk
memperbaiki
tegangan
sistem
dan
memperkecil faktor daya (cos
) dan
memperkecil rugi-rugi.
Kapasitor Daya
Kapasitor daya merupakan peralatan listrik
yang terdiri dari dua buah pelat yang satu sama
lain dipisahkan dengan bahan isolasi. Sistem
penghantarnya biasanya terbuat dari almunium
murni
atau
semprotan
logam,
sistem
dieletriknya
memakai
kertas
biasanya
diimpregnasi dengan bahan minyak, bahan
minyak ini pada awalnya digunakannya pada
kapasitor,
dengan
perkembangan-perkembangan teknik yang dicapai maka
sebagai bahan impregnasi sekarang banyak
memakai clopen, bahan ini mempunyai
keuntungan, antara lain: kekuatan dielektrik
yang tinggi untuk menahan tekanan tegangan,
tidak mudah terbakar, konstanta dieletrik yang
tinggi untuk memberikan kapasitansi yang
lebih tinggi atau kVAr persatuan volume,
rugi-rugi dielektrik yang rendah. Pemasangan
kapasitor dapat dilakukan di jaringan distribusi
maupun di beban sisi tegangan menengah atau
sisi tegangan rendah.
Kapasitor Shunt (Paralel)
Kapasitor shunt adalah kapasitor yang
dipasang secara paralel dengan beban.
Kapasitor shunt mencatu daya reaktif atau arus
yang menentang komponen arus beban
induktif. Kegunaan dari kapasitor shunt, antara
lain : perbaikan tegangan dan perbaikan faktor
daya.
Beban-beban yang mempunyai daya besar
sering dijumpai turunnya faktor daya (cos?)
karena pemakaian listriknya dipergunakan
untuk motor-motor induksi dan penerangan
yang mempergunakan lampu TL sehingga
faktor daya menjadi turun, hal ini sangat
merugikan bagi konsumen dimana sesuai
peraturan Tarif Dasar Listrik bahwa faktor
daya<0,85, konsumen tersebut disamping
membayar biaya pemakaian dan biaya beban
juga
membayar
biaya
kVArh,
untuk
mengurangi/menghilangkan
biaya
kVArh
dipasanglah kapasitor shunt di sisi beban.
Jika kapasitor shunt ditempatkan di jaringan
distribusi atau di beban, jatuh tegangan dapat
diperbaiiki. Pada jaringan distribusi atau di
beban dengan diagram phasor tegangan, jatuh
tegangan
dapat
diselesaikan
secara
P= I.R Cos
+ I.X
LSin
Dimana
:
IR = I Cos
= Komponen arus aktif dalam
Ampere
IX = I Sin
= Komponen arus reaktif dalam
Ampere
Seperti pada gambar 2 dan gambar 3 ditunjukkan rangkaian dasar sistem kompensasi capasitor pararel.
Load
Z=R+jX Is
Vs C
Gambar 2. Rangkaian dasar sistem kompensasi Kapasitor pararel
Gambar 3. Blok diagram kompensasi 3 fase
HASIL DAN IMPLEMENTASI RANGKAIAN Rangkaian Utama
Desain rangkaian utama untuk beban induktif yang menyerap daya reaktif. Rangkaian bank kapasitor pararel dengan beban. PIC 16f877 mereferensikan pengukuran dari sirkuit yang digunakan untuk mengetahui perbedaan antara tegangan dan arus.
Gambar 4. Rangkaian utama yang memiliki
pengukuran, bank kapasitor dan beban
induktif
Saat rangkaian switch on, tegangan 240 VAC mensuplay beban induktif dan beban menyerap daya aktif dari sumber. Jika bank kapasitor tidak dipasang, perbedaan fase dapat dilihat pada gambar 5. Hal ini mengaceu hubungan arus beban induktif dan tegangan fase. Untuk memperbaiki perbedaan sudut fase bank kapasitor diposisikan ON untuk mendapatkan kesamaan sudut fase.
Gambar 5 . Perbedaan fase ketika bank kapasitor OFF
Gambar 6. Perbedaan fase saat kapasitor saat ON
Beban RLC 3
fase
Bank
Capasitor Sumber