EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcasL.) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMURCandida albicansDAN
PEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Sukmawati1, I Nengah Kundera2, Gamar Binti. Non Shamdas2
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi
E-mail :Sukma_bio_b.2012@yahoo.com
ABSTRAK
Candida albicans adalah spesies jamur patogen dari golongan Deuteromnycota. Spesies jamur ini merupakan penyebab infeksi oportunistik yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa dan organ bagian dalam pada manusia. Secara empiris dan telah dibuktikan dengan beberapa hasil penelitian bahwa daun tanaman jarak pagar memiliki manfaat untuk mengobati infeksi pada gingiva, dan anti pendarahan. Daun jarak pagar mengandung metabolit sekunder yang merupakan senyawa aktif yaitu saponin, senyawa flavonoida antara lain kaempferol, nikotoflorin, kuersetin, astragalin, risinin, dan vitamin C. Penelitian ini bertujuan menentukan efektivitas antimikroba ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)
menghambat perumbuhan jamur Candida albicansdan memperoleh data tentang konsentrasi
efektif dari ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas L.) yang dapat menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans dan pemanfaatannya sebagai media pembelajaran
dalam bentuk poster. Metode yang digunakan adalah eksperimen laboratorium dengan desain rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan (100%, 75%, 50%, 25% dan 0%) dan 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas
L.) efektif menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Pada konsentrasi 12, 5%
hanya dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans sedangkan konsentrasi 75%
sudah mampu membunuh jamur Candida albicans. Berdasarkan hasil validasi media
pembelajaran dari tim ahli dosen dan kelompok mahasiswa bahwa hasil penelitian ini layak di jadikan sebagai media pembelajaran berbentuk poster.
Antimicrobial Effectiveness OfJatropha curcasL Leaves Extract OnCandida Albicans
Fungi Growth And Its Utilization As A Learning Medium
Sukmawati1, I Nengah Kundera2, Gamar Binti. Non Shamdas2
1Student of Biological Education Study Program 2Lecturers of Biological Education Study Program
E-mail:Sukma_bio_b.2012@yahoo.com
Abstract
Candida albicans is fungal pathogen species of Deuteromycota phyllum. The spesies causes opportunistic infections which are called Candidiasis on skin, mucosa and internal organs in human. Empirically, it had been proven from some research results that Jatropha curcas L leaves were useful to cure infections of gingiva and anti-bleeding. The leaves contain secondary metabolites which are active compounds such as saponnins, flavonoid compounds such as kaemferol, nicotiforin, quercetin, astraglin, risinin and vitamin c. This study aims to determine antimicrobial effectiveness of Jatropha curcas L leaves extract on
candida albicans growth inhibitory and to obtain data of effectively consentration of the extract that could inhibit the growth. The result could be made as a poster for a learning medium. The study used laboratory experiment with completely randomized design, consisting 5 treatments (100%, 75%, 50%, 25% and 0%) and were repeated 4 times. Result of the study showed the extract affected for growth inhibitory the fungi. For 12.5% concentration could inhibited the fungi growth only whereas 75% concentration had been able to destroy the fungi growth. The result was made as a poster that had been validated by the expert teams and students and of which was eligible as a learning medium.
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang dapat dibudidayakan karena kegunaannya yang besar bagi manusia dalam hal pengobatan. Dalam tanaman ada banyak komponen kimia yang dapat digunakan sebagai obat. Pada saat ini, banyak orang yang kembali menggunakan
bahan-bahan alami karena dalam
pelaksanaannya membiasakan hidup
dengan menghindari bahan-bahan kimia sintesis dan lebih mengutamakan bahan-bahan alami. Ada banyak pengobatan dengan menggunakan bahan alam yang dapat dipilih sebagai solusi mengatasi penyakit yaitu salah satunya penggunaan ramuan obat berbahan herbal (Kardinan dan Kusuma, 2004).
Masyarakat telah mempercayai bahwa obat dari bahan alam mampu mengobati beberapa penyakit dan obat dari bahan alam jarang menimbulkan efek yang merugikan. Salah satu bahan alam yang dapat dijadikan sebagi obat tradisional adalah tanaman jarak pagar. Tanaman jarak pagar termasuk dalam famili Euphorbiaceae, genus Jatropha (Backer dan Brink, 1965). Sedangkan menurut Syamsuhidayat, 2000 daun jarak pagar dapat berkhasiat sebagai obat gatal-gatal, dan jamur di sela-sela kaki.
Jarak Pagar tergolong tanaman dikotil dalam keluarga Euphorbiaceae.
Tanaman jarak pagar mengandung
flavonoid, saponin dan tannin. Semua bagian tanaman jarak pagar digunakan sebagai obat, baik batang, daun, buah, dan getahnya mengobati penyakit luar seperti obat luka dan obat kumur untuk mengobati gusi berdarah, bau mulut dan sariawan. Daun tanaman jarak pagar memiliki manfaat untuk mengobati infeksi pada
gingiva, dan anti pendarahan
(Syamsuhidayat, 2000).
Daun jarak pagar banyak
mengandung senyawa metabolit sekunder yang merupakan senyawa aktif. Hal ini terbukti dari kebiasaan masyarakat sering menggunakan daun jarak pagar untuk mengobati bengkak, terkilir, luka berdarah,
gatal-gatal, eksim, dan kutu air
(Syamsuhidayat, 2000). Fenomena ini
dibuktikan melalui penelitian yang
dilakukan oleh Sharma dkk. (2012) dengan hasil yaitu daun jarak pagar mengandung zat-zat alkaloid, saponin, tannin, terpenoid, steroid, glikosida, senyawa fenol dan flavonoid melalui ekstrak etanol.
Manfaat senyawa-senyawa yang terkadung dalam daun jarak pagar yaitu
alkaloid sebagai antiseptik yang
mengusir radikal bebas. Hasil penelitian Nuria, dkk. (2009) menemukan bahwa daun jarak pagar sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, sehingga diduga juga daun jarak pagar dapat digunakan sebagai antimikroba untuk JamurCandida albicans.
Rongga mulut merupakan suatu kondisi lingkungan yang cocok bagi kolonisasi ragi.C. albicanssebagai spesies ragi yang paling dominan dalam rongga
mulut. C. albicans sebenarnya merupakan
flora normal pada mulut, namun berbagai faktor seperti adanya gangguan sistem imun maupun penggunaan obat-obatan seperti obat antibiotik dan steroid dapat menyebabkan flora normal tersebut
menjadi patogen. Selain pada rongga
mulut jamur C. albicans dapat ditemukan
normal pada bagian tubuh manusia lainnya seperti rongga vagina dan kuku. Jamur ini dapat hidup pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH 4,5 – 6,5 (Ronal, 1993).
Candida dapat eksis dalam rongga mulut sebagai saprofit tanpa menyebabkan
lesi apapun. Antara genus Candida, C.
albicans diduga spesies patogen dan diterima sebagai faktor penyebab paling umum kandidiasis oral. C. albicans dapat ditemukan dalam rongga mulut yang sehat pada konsentrasi rendah (20 sel/cc saliva). Pada konsentrasi ini, organisme tidak bisa
terdeteksi di bawah mikroskop, tetapi hanya dapat dideteksi melalui kultur dalam
media tertentu seperti pada Doxtroxe
Sabouroud Agar dalam bentuk koloni. Keseimbangan flora rongga mulut dapat berubah dan menimbulkan suatu keadaan patologis atau penyakit karena beberapa faktor seperti kesehatan mulut yang buruk, obat imunosupresan, penyakit sistemik yang menurunkan daya tahan tubuh (Syamsunir, 1992).
Hasil penelitian ini dijadikan sebagai informasi ilmiah yang dituangkan ke dalam media pembelajaran poster. Media pembelajaran atau alat yang digunakan dalam proses pembelajaran yang berfungsi untuk memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada mahasiswa. Media poster merupakan
media pembelajaran yang akan
memudahkan bagi mahasiswa ataupun praktikan untuk mendapatkan informasi
sebagai pemberitahuan, peringatan,
maupun menumbuhkan motivasi belajar.
Hai ini disebabkan karena poster merupakan suatu pesan tertulis dalam bentuk gambar dan tulisan yang ditujukan untuk menarik perhatian banyak orang, sehingga pesan yang akan disampaikan dapat diterima orang lain dengan mudah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorium, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 kali ulangan. Teknik yang digunakan adalah teknik sumur, teknik pengenceran dan teknik hitung koloni.
Parameter pada penelitian ini yaitu diameter zona hambat pertumbuhan jamur, perubahan warna yang terbentuk pada tiap tabung pengenceran jamur dan perhitungan
jumlah koloni jamur Candida albicans.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan cara mengamati, mengukur, menghitung dan membuat tabulasi data dan menyajikan data.
2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu autoklaf, Bunsen, cawan petri, corong, gelas kimia, inkubator, jarum ose, oven, pemanas listrik, pengaduk, labu erlenmeyer, pipa pelubang agar, rotavator, shaker, tabung reaksi, dan timbangan analitik. Bahan-bahan yang digunakan daalam penelitian ini yaitu daun
jarak pagar, jamur Candida albicans,
Potato Dextrose Agar (PDA), mueller hinton broth (MHB), kertas label, kertas HVS, NaCl, kertas saring, aluminium foil, tissue, methanol, alkohol, dan spritus.
3. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh diolah secara statistik melalui analisis varian (ANAVA)
menggunakan rumus statistik (Gomez dan Gomez, 1995). Selanjutnya rangkaian dari perhitungan dimasukkan ke dalam tabel daftar analisis sidik ragam. Untuk menentukan apakah Fhitungnyata atau tidak, nilai tersebut dapat dibandingkan dengan nilai Ftabel pada derajat bebas taraf 5%. Apabila dalam penelitian ini nilai Fhitung> Ftabel, maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk menentukan konsentrasi yang paling efektif.
4. Analisis Pengembangan Media Pembelajaran
Analisis data untuk penilaian media pembelajaran menggunakan rumus yaitu sebagai berikut:
Setelah didapatkan hasil analisis,
kemudian dikonfirmasi pada tabel
persentasi kelayakan media pembelajaran sebagai berkut:
Tabel 1. Standar persentase kelayakan media pembelajaran
Presentase Kelayakan Media 76% -100% Layak
56% - 75% Cukup Layak 40% -55% Kurang Layak
0% - 39% Tidak Layak
Sumber: Arikunto (2002).
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
Penelitian efektifitas ekstrak daun
pertumbuhan jamur Candida albicans
diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Pengujian Efektivitas Antimikroba dengan Teknik Sumur
Hasil pengujian efektivitas ekstrak daun jarak pagar dalam menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans
yang dilakukan dengan teknik sumur dapat dilihat pada Gambar 1.
(ulangan 1) (ulangan 2)
(ulangan 3) (ulangan 4)
Gambar 1 Zona hambat pertumbuhan jamurCandida albicanspada teknik sumur sebagai akibat antimikroba ekstrak daun jarak pagar.
Keterangan:
Tanda Panah Zona Hambat
1. Konsentrasi 100%
2. Konsentrasi 75%
3. Konsentrasi 50%
4. Konsentrasi 25%
5. Konsentrasi 0% (control
negative)
Diameter zona hambat yang terbentuk pada tiap konsentrasi dalam 4 kali ulangan yang dilakukan adalah
berbeda-beda namun demikian terdapat diameter rata-rata zona hambat yang terbentuk dari setiap konsentrasi perlakuan tersebut sebagaimana disajikan pada Gambar 2.
Gambar. 2 Grafik Rata-rata diameter zona hambat terhadap pertumbuhan jamur
Candida albicans akibat antimikroba
ekstrak daun jarak pagar dengan
menggunakan tekhnik sumur
2) Pengujian dengan Teknik Pengenceran dan Hitung Koloni
Hasil pengamatan dengan teknik
pengenceran untuk melihat adanya
pertumbuhan dengan pengamatan
perubahan warna dapat dilihat pada Gambar 3.
Sebelum diinkubasi
5
Sesudah diinkubasi
Gambar 3. Pengujian antimikroba ekstrak daun jarak pagar terhadap pertumbuhan
jamur Candida albicans pada Media
Muller Hinton Broth (MHB) mengunakan teknik pengenceran
Hasil pemaknaan warna yang timbul pada sampel uji pada teknik pengenceran setelah diinkubasi selama 24 jam, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil pengamatan uji efektivitas antimikroba ekstrak daun jarak pagar dengan teknik pengenceran terhadap jamurCandida albicans.
Konsentrasi dalam (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
100% 75% 50% 25% 12,5% 6,25% 3,12% 1,5% Kontoljamur
+ + + + + + + + +
Keterangan :
+ = Ada pertumbuhan jamur - = Tidak ada pertumbuhan jamur
3) Pengujian Ekstra Daun Jarak Pagar Menggunakan Teknik Hitung Koloni
Hasil pengujian daun jarak pagar
sebagai antimikroba pada Candida
albicans dilanjutkan dengan menghitung jumlah koloni jamur. Sampel pada setiap tabung dari teknik pengenceran diambil
masing-masing 1 ml untuk ditumbuhkan pada media PDA dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 1. Koloni Jamur Pada Konsentrasi 100%
Gambar 2. Koloni jamur pada Konsentrasi 75%
Gambar 3. Koloni jamur
pada Konsentrasi 50% Gambar 4. Koloni jamurpada Konsentrasi 25%
Gambar 5. Koloni jamur
pada Konsentrasi 12,5% Bakteri pada KonsentrasiGambar 6. Koloni 6,25%
Gambar 7. Koloni Jamur
pada Konsentrasi 3,12% Gambar 8. Koloni Jamurpada Konsentrasi 1,56%
Gambar 9. Koloni jamur pada Konsentrasi 0%
9
Keterangan : Tanda Panah Menunjukan jamur Koloni
Gambar 4. Pertumbuhan koloni jamur
Candida albicans pada medium PDA berdasarkan perbedaan konsentrasi ekstrak daun jarak pagar.
Hasil perhitungan jumlah koloni jamur Candida albicans akibat efektivitas antimikroba ekstrak daun jarak pagar dengan menggunakan teknik hitung koloni dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Grafik jumlah koloni jamur
Candida albicans akibat antimikroba ekstrak daun jarak pagar dengan teknik hitung koloni
4) Hasil Uji Statistik (1) Hasil Analisis Varian
Hasil analisis varian diameter zona
hambat pertumbuhan jamur Candida
albicans akibat antimikroba ekstrak daun jarak pagar, diperoleh hasil seperti yang terdapat pada Tabel 2.
Sumber
Keragaman DerajatBebas KuadratJumlah KuadratTengah HitungF
F
Tabel
5%
Perlakuan 4 863,18 215,80 79,6* 3.06
Galat 15 40,73 2,71
Total 19 903,91
Ket * = Berbeda nyata pada taraf 5% Berdasarkan data pada Tabel 2, hasil analisis varian zona hambat ekstrak
daun jarak pagar terhadap jamur Candida
albicans melalui teknik sumur
menunjukkan bahwa nilai F Hitung yaitu
79,6 lebih besar dari F Tabel5% yaitu 3,06. Hasil analisis tersebut dapat dimaknai bahwa H0 ditolak dan H1diterima, artinya menolak H0yaitu ekstrak daun jarak pagar
tidak efektif dalam menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans dan
menerima H1 yaitu terdapat daya hambat ekstrak daun jarak pagar terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari perlakuan ekstrak daun jarak
pagar terhadap pertumbuhan jamur
Candida albicans dengan terbentuknya zona hambat.
Berdasarkan hasil analisis yaitu FHitung≥ FTabelmaka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk melihat konsentrasi yang efektif dari ekstrak daun jarak pagar yang dapat menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans.
Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) tentang
zona hambat pertumbuhan jamur Candida
Tabel 3 Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) tentang zona hambat ekstrak daun jarak pagar melalui teknik sumur terhadap jamur
Candida albicans.
Ket * = Berbeda nyata pada taraf 5% Berdasarkan data hasil uji BNT pada tabel 3, maka diperoleh nilai selisih rata-rata antar perlakuan pada konsentrasi 100%, 75%, 50% dan 23% memiliki nilai lebih besar dari nilai BNT pada taraf 5% yaitu sebesar 2,50. Nilai tersebut diberi tanda (*) artinya selisih antara konsentrasi satu dengan konsentrasi lain berbeda nyata
atau signifikan. Hasil uji BNT
menunjukkan konsentrasi yang paling efektif dalam menghambat petumbuhan
jamur Candida albicans adalah
konsentrasi 25%.
5) Hasil Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran
Berdasarkan penilaian oleh tim ahli, yaitu ahli isi, ahli desain dan ahli
media serta 30 mahasiswa Program Studi
Pendidikan Biologi, maka didapatkan hasil yaitu dari ahli isi diperoleh rata-rata
persentase sebesar 75%, ahli desain
sebesar 84%, dan ahli media sebesar 92,88%, serta mahasiswa diperoleh rata-rata persentase sebesar 88,67%. Dari nilai persentase tersebut maka poster layak digunakan sebagai media pembelajaran.
PEMBAHASAN
1) Pengujian Daya Hambat Ekstrak Daun Jarak Pagar Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicansMelalui Teknik Sumur
Penelitian yang telah dilakukan mengenai efektifitas antimikroba ekstrak daun jarak pagar terhadap pertumbuhan
jamur Candida albicans melalui teknik
sumur, menunjukkan hasil adanya zona hambat yang terbentuk. Zona hambat merupakan daerah bening yang berada di sekeliling sumur dan tidak terdapat pertumbuhan koloni dari jamur apapun. Terbentuknya zona hambat disebabkan
oleh dicegahnya atau terhambatnya
pertumbuhan mikroorganisme yang ada disekitar sumur yang mengandung ekstrak daun jarak pagar. Ekstrak daun jarak pagar secara teoritis mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder, diantaranya adalah flavonoid, saponin dan tanin yang
merupakan senyawa yang bersifat
(2011) bahwa senyawa flavonoid dan tanin
telah terbukti dapat menghambat
pertumbuhan jamur. Senyawa flavonoid dapat merusak membran sitoplasma, sedangkan senyawa tanin dan saponin dapat menginaktivasi pertumbuhan enzim jamur serta menginaktivasi fungsi materi genetik jamur.
Hasil pengamatan pada teknik sumur menunjukkan diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar sumur berbeda-beda sesuai dengan perberbeda-bedaan konsentrasi ekstrak daun jarak pagar yang diberikan. Konsentrasi yang diberikan berturut-turut adalah 100% sebagai konsentrasi tertinggi,
konsentrasi 75%, 50%, 25% dan
konsentrasi 0%. Konsentrasi 0%
merupakan kontrol negatif menggunakan pelarut aquades karena aquades (air) merupakan senyawa yang netral, tidak mengandung racun atau zat-zat yang dapat menghambat dan membunuh pertumbuhan
jamur Candida albicans. Air berfungsi
untuk membantu berlangsungnya reaksi metabolisme.
Diameter zona hambat yang terdapat di sekitar sumur diukur dengan menggunakan jangka sorong. Adapun dari 5 konsentrasi perlakuan memberikan hasil bahwa, zona hambat hanya terdapat pada konsetrasi 25%, 50%, 75% dan konsentarsi 100%. Sedangkan pada konsentrasi 0% tidak ada zona hambat yang terbentuk. Hal
ini berarti kontrol negatif perlakuan, yaitu uji antimikroba menggunakan pelarut aquades tidak menunjukkan adanya zona hambat. Aquades (air) merupakan senyawa yang netral, tidak mengandung racun atau zat-zat yang dapat menghambat dan
membunuh pertumbuhan jamur Candida
albicans. Hal ini disebabkan karena air
tidak memiliki daya antimikroba
melainkan merupakan kebutuhan esensial setiap makhluk hidup (Ferraro, 2000).
Diameter zona hambat yang terbentuk berbeda-beda karena adanya perbedaan konsentrasi ekstrak jarak pagar yang diberikan. Konsentrasi yang diberikan
berturut-turut adalah 100% sebagai
konsentrasi tertinggi, 75%, 50%, 25% dan 0% sebagai kontrol negatif perlakuan dan rata-rata zona hambat yang terbentuk pada tiap konsentrasi adalah 12,08 mm untuk konsentrasi 25%, 14,98 mm untuk konsentrasi 50%, 16,72 mm untuk konsentrasi 75% dan 18,45 mm untuk konsentrasi 100%. Hasil yang diperoleh ini dapat dimaknai bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin luas zona hambat yang terbentuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Lestari (2013) bahwa diameter zona hambat yang terbentuk berbeda-beda karena adanya konsentrasi yang berbeda dari ekstrak daun jarak pagar
yang diberikan. Semakin tinggi
luas zona hambat yang terbentuk yang diakibatkan oleh kandungan zat aktif di dalam ekstrak semakin tinggi dan
efektivitasnya dalam menghambat
pertumbuhan jamur juga akan semakin baik. Hal ini terjadi karena semakin besarnya kandungan fitikomia yang bersifat antimikroba pada konsentrasi tertinggi tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Indriani
(2005) yang menyatakan bahwa
peningkatan konsentrasi dapat
memberikan efek toksik semakin luas dengan ditandai oleh zona hambatan yang semakin meningkat.
Pengujian antimikroba ekstrak daun jarak pagar terhadap pertumbuhan
jamur Candida albicans melalui teknik
sumur, menunjukkan bahwa ekstrak daun jarak pagar termasuk kedalam kategori dengan daya hambat “kuat” memiliki rata-rata luas zona hambat yang terbentuk pada konsentrasi 100%, 75%, 50% dan 25% yang mencapai 18,45 mm, 16,72 mm, 14,98 mm dan 12,08 mm. Adapun hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Ardiansyah, dkk. (2005) yang menyatakan bahwa ada beberapa klasifikasi kekuatan antimikroba, yaitu (1) daerah hambat 20 mm atau lebih, berarti sangat kuat, (2) daerah hambat 10-20 mm, berarti kuat, (3) daerah hambat 5-10 mm berarti sedang dan (4) daerah hambat 5 mm, berarti lemah.
Soemarno (2002) menyatakan
bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ukuran luas zona hambat yaitu (1) kekeruhan suspensi, (2) temperatur inkubasi, untuk meperoleh pertumbuhan yang optimal, inkubasi
dilakukan pada 350C, karena
kadang-kadang ada bakteri yang kurang subur pertumbuhannya, (3) waktu inkubasi, (4) tebalnya agar-agar, ketebalan agar-agar sekitar 4 mm, jika kurang dari ketebalan tersebut maka difusi obat akan lebih cepat, dan jika lebih dari ketebalan tersebut, maka difusi obat akan lebih lambat, dan (5) jarak antara lubang yang dianjurkan minimal 15 mm, untuk menghindari terjadinya zona hambatan yang tumpang tindih.
Temuan pada penelitian ini diperkuat oleh hasil analisis uji statistik yang diperoleh adalah Fhitung>Ftabelpada taraf 5% dengan nilai Fhitung yaitu 79,6 lebih besar dari Ftabel 3.06. Artinya hasil penelitian ini telah sesuai dengan hipotesis pertama yaitu ekstrak daun jarak pagar efektif dalam menghambat dan membunuh pertumbuhan jamurCandida albicans.
2) Pengujian Antimikroba Ekstrak Daun Jarak Pagar Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida
albicans Melalui Teknik
Pengenceran dan Hitung Koloni
dilakukan uji selanjutnya dengan menggunakan teknik pengenceran dan perhitungan koloni. Pengamatan melalui teknik pengenceran dan perhitungan koloni dilakukan untuk menentukan nilai MIC dan MFC dari ekstrak daun jarak pagar
terhadap pertumbuhan jamur Candida
albicans namun demikian pertumbuhan
Candida albicans akibat kemampuan antimikroba ekstrak daun jarak pagar menunjukkan hasil yang sulit terbaca dengan jelas untuk melihat kekeruhan dan membandingkan adanya pertumbuhan jamur pada sampel uji di dalam tabung sebelum diinkubasi selama 24 jam. Berdasarkan hal tersebut maka penting untuk melakukan inkubasi selama 24 jam pada ekstrak daun jarak untuk melihat kejernihan dan kekeruhan media karena kemampuan senyawa antimikroba dari setiap ekstrak berbeda-beda tergantung dari jenis jamur dan senyawa antimikroba yang terkandung di dalamnya. Menurut
Nurmahani, dkk (2012), MIC (Minimum
Inhibitory Concentration) adalah konsentrasi minimal ekstrak uji yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri setelah masa inkubasi 24 jam. Sedagkan MFC (Minimum Fungisidal Concentration) adalah konsentrasi minimal ekstrak uji yang dapat membunuh 100% jamur setelah masa inkubasi selama 48 jam.
Teknik pengenceran merupakan teknik penduga yang bertujuan untuk mengetahui adanya pertumbuhan jamur pada sampel uji, akan tetapi pada teknik ini belum diketahui jumah jamur yang ada. Teknik pengenceran pada penelitian ini menggunakan 9 tabung dengan konsentrasi berturut-turut 100%, 75%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,12%, 1,56% dan 0%. 0% adalah tabung yang berisi 100% sampel jamur uji, tanpa ekstrak daun jarak pagar.
Adapun parameter untuk teknik
pengenceran adalah melihat kekeruhan yang terjadi pada sampel uji didalam 9 tabung reaksi yaitu masing-masing tabung reaksi berisi konsentrasi ekstrak daun jarak pagar berbeda. Hasil pengamatan terhadap
pertumbuhan jamur Candida albicans,
menunjukkan hasil yang sulit terbaca dengan jelas untuk melihat kekeruhan dan adanya pertumbuhan jamur pada sampel uji didalam tabung sebelum diinkubasi. Hal ini dipengaruhi oleh warna hijau dari
ekstrak daun jarak pagar yang
mendominasi medium pengenceran
50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,12%, 1,56% dan 0% sedangkan pada tabung yang berisi konsentrasi 100% tidak terjadi kekeruhan.
Hasil amatan tersebut bermakna bahwa tidak ada pertumbuhan jamur pada tabung konsentrasi 100%, sedangkan mulai dari tabung konsentrasi 75% sampai 0% diduga ada pertumbuhan jamur. Hasil penelitian kundera (2001) menyatakan bahwa proses perubahan warna bening
menjadi keruh pada medium cair Muller
Hinton Broth (MHB), disebabkan oleh aktifitas mikroba yang dapat merombak senyawa. Terjadinya kekeruhan pada medium menunjukkan bahwa adanya aktivitas dan pertumbuhan jamur dengan jumlah yang relatif banyak, sedangkan pada tabung yang warnanya bening mengindikasikan tidak adanya aktivitas dan pertumbuhan jamur. Sekalipun ada, jumlah jamur yang tumbuh didalamnya relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan tabung yang keruh.
Pada teknik pengenceran belum diketahui jumlah jamur yang ada pada sampel uji di dalam 9 tabung pengenceran. Adapun jumlah jamur dapat diketahui
melalui teknik perhitungan koloni,
sehingga masing-masing hasil dari teknik pengenceran tersebut diambil 1 ml sampel untuk ditumbuhkan pada media selektif
Potato Dextrose Agar (PDA) dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah ditanam
ulang pada medium Potato Dextrose Agar
(PDA), diperoleh hasil yang jelas pada setiap konsentrasi yang diberi perlakuan. Berdasarkan hasil pengamatan setelah diinkubasi selama 24 jam, cawan yang berisi ekstrak daun jarak pagar konsentrasi 100% sama sekali tidak menunjukkan
adanya pertumbuhan koloni jamur.
Sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak daun jarak pagar konsentrasi 100% bersifat fungisidal atau bersifat membunuh jamur
Candida albicans.
Setelah diinkubasi selama 24 jam terdapat pertumbuhan koloni jamur pada konsentrasi 25%, 50% dan 75% dengan jumlah koloni jamur berturut-turut yaitu sebanyak 260, 120 dan 53 koloni. Hal ini berarti ekstrak daun jarak pagar pada konsentrasi 25%, 50% dan 75% hanya
mampu bersifat fungistatik atau
menghambat pertumbuhan jamur Candida
albicans.
semakin kecil nilai konsentrasi ekstrak daun jarak pagar didalam tabung, maka zat antimikroba yang terdapat pada ekstrak
daun jarak pagar tidak mampu
memberikan efek dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Hal ini dapat diartikan bahwa aktivitas antimikroba suatu senyawa ataupun ekstrak dapat dipengaruhi oleh besar
kecilnya konsentrasi. Adapun hasil
penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Pelczar and Chan (1988) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu zat antibakteri, maka semakin tinggi zat antibakterinya, artinya banyak bakteri akan terbunuh lebih cepat apabila konsentrasi zat tersebut lebih tinggi.
Sesuai dengan hasil penelitian ini, maka ekstrak daun jarak pagar bersifat fungistatik atau menghambat pertumbuhan
jamur Candida albicans pada konsentrasi
25%, 50% dan 75%. Sedangkan ekstrak daun jarak pagar konsentrasi 100% dikatakan bersifat fungisidal karena dapat
membunuh jamur Candida albicans.
Dengan demikian, MIC antimikroba ekstrak daun jarak pagar terhadap
pertumbuhan jamur Candida albicans
adalah pada konsentrasi 25%, sedangkan MFC adalah pada konsentrasi 100%. Temuan pada penelitian ini telah diperkuat oleh hasil analisis uji beda nyata terkecil (BNT) yang diperoleh yaitu konsentrasi
ekstrak daun jarak pagar yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan
jamur Candida albicans adalah
konsentrasi 25% dengan nilai sebesar 6,37. Hal ini berarti menerima hipotesis kedua yaitu terdapat satu konsentrasi minimal ekstrak daun jarak pagar yang efektif dalam menghambat dan membunuh
pertumbuhan jamurCandida albicans.
Dengan demikian, hasil temuan dari penelitian ini tentang ekstrak daun jarak pagar yang dapat menghambat dan
membunuh pertumbuhan jamur Candida
albicans, merupakan bukti secara empiris terhadap teori yang menyatakan bahwa ekstrak daun jarak pagar efektif sebagai antimikroba terhadap pertumbuhan jamur
Candida albicans.
3) Pemanfaatan Hasil Penelitian Dalam Bentuk Media Pembelajaran
Dalam setiap kehidupan
bermasyarakat memerlukan komunikasi untuk menyampaikan informasi. Setiap bentuk komunikasi tersebut, memerlukan media untuk menyampaikan pesan dari
pengirim kepada penerima. Media
cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses
komunikasi juga tidak akan bisa
berlangsung secara optimal.
Ada banyak jenis media
pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran, salah satunya media grafis yang mudah dijangkau, ekonomis dan paling sederhana pembuatannya yaitu poster. Poster secara umum adalah suatu pesan tertulis baik itu berupa gambar maupun tulisan. Poster yang digunakan
dalam pendidikan pada prinsipnya
merupakan gagasan yang diwujudkan dalam bentuk ilustrasi obyek gambar yang disederhanakan dan dibuat dengan ukuran besar, bertujuan untuk menarik perhatian,
membujuk, memotivasi atau
memperigatkan pada gagasan pokok, fakta saat peristiwa tertentu. Menurut kusuma (2009), desain sebuah poster yang baik mencakup hal-hal berikut:
(1) Berhasil menyampaikan informasi secara tepat
(2) Ide dan isi yang menarik perhatian (3) Mempengaruhi
(4) Membentuk opini atau pandangan tertentu
(5) Dapat menggunakan atau memadukan warna-warna mencolok, dan
(6) Mampu menerapkan prinsip
kesederhanaan.
Kegunaan poster dalam pengajaran adalah sebagai pendorong atau untuk dapat memotivasi kegiatan belajar.
Hasil penelitian tentang efektivitas antimikroba ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas L.) terhadap
pertumbuhan jamur Candida albicans
telah dituangkan dalam media
pembelajaran yang berbentuk poster.
Pembuatan poster terlebih dahulu
dilakukan dengan merancang poster yang diinginkan. Sebelum digunakan sebagai media pembelajaran, hasil rancangan poster diuji kelayakannya melalui uji validasi media pembelajaran. Validasi merupakan suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap aspek isi, aspek desain dan aspek media dari suatu instrumen. Adapun validasi media pada penelitian ini dilakukan oleh 3 validator yang berasal dari Dosen Program Studi Pendidikan Biologi masing-masing sebagai ahli isi, ahli desain dan ahli media.
pembelajaran. Sedangkan ahli desain dan ahli media menyatakan bahwa media pembelajaran berupa poster “layak” digunakan sebagai media pembelajaran. Hasil penilaian tersebut sesuai dengan
pendapat Arikunto (2002) yang
menyatakan bahwa kategori persentasi kelayakan media pembelajaran yaitu kisaran persentase 76%-100% dianggap layak, 56%-75% dianggap cukup layak, 455% dianggap kurang layak dan 0%-39% dianggap tidak layak.
Tujuan validasi media
pembelajaran adalah untuk membantu meningkatkan kualitas poster serta untuk dapat mengetahui kelemahan-kelemahan dari poster sehingga dapat dilakukan perbaikan kembali. Berdasarkan kriteria-kriteria poster yang mengacu pada rubrik penilaian, validator memberikan saran tentang poster yang telah dibuat. Menurut ahli isi bahwa tampilan warna dari gambar koloni sebaiknya diperjelas atau diberi petunjuk dan warna dasar/ background poster dibuat lebih soft. Berdasarkan hasil validasi poster oleh ahli desain, disarankan untuk memperbaiki yaitu ukuran logo untad dan dikti agar diperkecil. Komentar dari ahli media yaitu poster telah diperiksa dan telah dilakukan direvisi diiringi dengan penilaian dilakukan sehingga poster layak untuk digunakan.
Setelah semua saran dari tim ahli diperbaiki, sehingga hasilnya menjadikan tampilan poster lebih bagus, menarik dan mudah dimengerti maka selanjutnya dilakukan pengujian kelayakan media poster kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi sebanyak 30 orang. Mahasiswa yang melakukan penilaian kelayakan media poster ini dipilih secara acak dari mahasiswa angkatan 2012, 2013 dan 2014. Adapun dari uji kelayakan poster oleh mahasiswa, diperoleh hasil persentase kelayakan media sebesar 89,432%. Dengan demikian, mengacu pada kategori persentasi kelayakan media pembelajaran, maka dapat diartikan bahwa hasil penilaian poster oleh mahasiswa tersebut “layak” digunakan sebagai media pembelajaran. Layak berarti poster ini sudah memiliki kualitas yang baik untuk dapat memberikan informasi.
Berdasarkan penilaian kelayakan poster dari ahli isi, ahli desain, ahli media dan mahasiswa, dapat diartikan bahwa rumusan hipotesis yang ketiga “diterima” yaitu hasil penelitian tentang efektivitas antimikroba ekstrak daun jarak pagar (Jatropha curcas L.) terhadap
pertumbuhan jamur Candida albicans
dapat dimanfaatkan sebagai media
pemahaman masyarakat, membantu proses pembelajaran, serta mampu menunjang kualitas informasi pendidikan.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka beberapa kesimpulan yang dapat dipetik adalah;
1) Ekstrak daun jarak pagar efektif
menghambat pertumbuhan dan
membunuh jamurCandida albicans.
2) Ekstrak daun jarak pagar bersifat fungisidal atau bersifat membunuh
terhadap pertumbuhan jamur Candida
albicans dengan Minimum Inhibitory Concentration(MIC) pada konsentrasi
12,5% dan Minimum Fungisidal
Concentration (MFC) atau dapat membunuh pada konsentrasi 75%. 3) Berdasarkan hasil validasi media
pembelajaran dari tim ahli dosen dan kelompok mahasiswa bahwa hasil penelitian ini layak di jadikan sebagai media pembelajaran berbentuk poster
2. Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai ekstrak daun jarak pagar terhadap jamur lain dan bagian lain dari jarak pagar yang mungkin memiliki daya antimikroba.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah. (2005). Daun Beluntas
Sebagai Bahan Antibakteri dan Antioksidan. Artikel IPTEK-Bidang Biologi, Pangan dan Kesehatan.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Backer, C.A., dan Brink, R.C.B.V.D.
(1965), Flora of Java, N.V.P.
Norrdhoff, Gonogen, Netherlands. Vol.II.
Ferraro, M.J. (2000). Performance
Standarrs For Antimicrobial Susceptibility Testingi. Jakarta: NCCLS
Gomez, K. A dan Gomes, A. A. (1995).
Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia.
Indriani, N. (2005). Uji Daya Hambat
Ekstrak Etanol Herba Seledri
(Apium graveolens Linn.)
Tarhadap Beberapa Bakteri. Skripsi. Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Pancasakti. Makassar; tidak diterbitkan.
Kardinan, A., dan Kusuma F., R. (2004).
Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami. Agromedia pustaka : Jakarta.
Kundera, N., (2001). Daya Antibakteri
Lestari A. (2013). Daya Hambat Ekstrak
Daun Tembelek (Lantana camara
L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Escherichia coli. J e-jipbiol 1: 42-49
Nuria, M. C, Arvin Faizatun, dan Sumantri (2009), Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus ,
Escherechia coli dan Salmonela typhi,Jurnal Ilmu–ilmu Pertanian.
5: (2) 10-12.
Nurmahani, M.M., Osma, A., Hamid, A.A., Ghasali, F.M dan Dek, P (2012) Shot Communication Antibacterial
Property of Hylocereus and
Hylocereus undatus Peel Extracts.
Jakarta: International Food
Research Journal19: (1) 77-84. Pelczar, M.J dan Chan, E.C.S. (1988).
Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid II,
Jakarta: UI Press.
Ronal H, (1993). Mikrobiologi dan
Imunologi. Jakarta: Yayasan Essentia Medica.
Soemarno. (2000). Isolasi dan identifikasi bakteri klinik. Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan RI. Yogyakarta.
Sharma, A.K., Gangwar, M., Tilak, R., Nath, G., Sinha, A.S.K., Tripathi, Y.B. dan Kumar, D. (2012). Comparative in vitro antimicrobial and phytochemical evaluation of methanolic extract of root, stem and
leaf of Jatropha curcas Linn.
Journal of Pharmacognosy. 4: (30 34-40.
Syamsuhidayat, (2000), Inventaris
Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Edisi Pertama, 134-140, Departemen
Kesehatan RI dan Kesejahteraan Sosial.
Syamsunir A, (1992). Dasar-dasar
Mikrobiologi Parasitologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Vijayalakshmi, A., Tripura, A, and
Ravichandiran, Y, (2011).
Development and Evaluation of
Anti-acme Products From
Terminalia anjuna Hark,