• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Video Promosi Pariwisata Kabupaten Boyolali T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Video Promosi Pariwisata Kabupaten Boyolali T1 BAB IV"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PRODUKSI MEDIA

4.1. Tahap Pra-Produksi

Sebelum melakukan proses produksi, Penulis melakukan beberapa proses lain yaitu proses riset, proses pembuatan storyline dan proses pembuatan storyboard.

4.1.1. Proses Riset

Tahap pertama pra-produksi, Penulis melakukan riset pada tanggal 7 Februari 2016 dengan mewawancarai langsung Ibu Neneng Dewi Setyowati, selaku Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Boyolali. Penulis mendapatkan berbagai informasi mulai dari beberapa tempat tujuan pariwisata di Boyolali dan media-media yang digunakan oleh Pemkab Boyolali dalam mempromosikan pariwisata. Penulis juga diberikan contoh DVD yang berisi pariwisata di Boyolali dalam durasi 45 menit dan disebarluaskan dalam bentuk DVD saja. Ibu Neneng mendukung penuh pembuatan video promosi pariwisata Boyolali dengan alasan ide-ide segar dari kaum muda tentunya akan lebih menarik dan kreatif.

Untuk mendapatkan informasi mengenai pengetahuan beberapa orang mengenai wisata Boyolali, pada tanggal 20 Maret 2016, penulis melakukan wawancara ke beberapa orang di kota yang berdekatan dengan Boyolali, seperti Kota Solo, Kota Salatiga dan Kota Yogyakarta. Beberapa orang yang penulis

wawancarai belum mengetahui pariwisata apa saja yang ada di Boyolali dan beberapa orang belum pernah berwisata di daerah Boyolali.

(2)

telah dilalui pada aktifitas setiap hari. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan Point of Contact yang nantinya akan digunakan sebagai pemilihan media yang tepat dalam mempromosikan iklan video pariwisata ini.

4.1.2 Proses Persiapan Peralatan

Penulis menggunakan kamera DSLR Canon 600D dan DSLR Canon D60 dalam pembuatan video pariwisata ini karena kamera ini cukup mudah dalam pengoperasianya, cukup mudah untuk dibawa kemana-mana dan gambar yang

dihasilkan pun cukup baik. Untuk mendukung beberapa tehnik pengambilan gambar, penulis membuat beberapa alat seperti slider dan stabilizer kamera agar gambar yang dihasilkan dapat memuaskan. Pengambilan gambar juga menggunakan beberapa alat seperti tripod, monopod, lensa 50mm dan lensa 18-55mm. Untuk mendukung pencahayaan yang kurang dibeberapa tempat, penulis membawa beberapa lampu tambahan agar cahaya dalam proses pengambilan gambar dapat baik.

4.1.3 Proses Perancangan Video

Video promosi pariwisata ini memiliki durasi kurang lebih 3,5 menit dengan mengusung tema Travel Guide, yaitu video ini akan menampilkan beberapa destinasi wisata yang dapat dikunjungi oleh calon traveler. Video ini akan menampilkan keindahan yang memanjakan mata seperti keindahan pegunungan, kesenian, budaya, dan beberapa objek wisata lain. Penulis telah merancang

storyline sebagai berikut.

Video dimulai dengan pengambilan gambar long shot Patung Petruk di Tikungan Irung Petuk, Selo, saat matahari mulai bersinar. Pengambilan wide pemandangan dengan tehnik panning agar keseluruhan pemandangan pegunungan

dapat terlihat. Pada scene ini menggambarkan bahwa Boyolali dapat diknikmati keindahan pesona alamnya mulai dari pagi hari. Kemudian dilanjutkan

(3)

taman air, umbul, ataupun kolam renang. Pengambilan gambar dilanjutkan ke perkebunan dan pertanian sayur. Scene ini menggambarkan bahwa Boyolali memiliki kekayaan hasil bumi dalam bidang pertanian seperti sayur dan buah. Pengambilan gambar dengan frame long shot agar pemandangan perkebunan terlihat keseluruhan. Pengambilan gambar juga difokuskan ke frame close up dalam beberapa bagian seperti kesegaran sayur dan buah. Boyolali terkenal pula sebagai kota susu, sehingga penulis juga mengambil gambar mengenai peternakan sapi perah menggunakan tehnik panning-long shot untuk view peteranakan dan tehnik

zoom-close up untuk pengambilan gambar sapi perah.

Dalam Kategori seni dan budaya, Boyolali memiliki beberapa kerajinan unggulan. Salah satu diantaranya adalah kerajinan tembaga di Tumang, Boyolali. Pengambilan gambar di tempat ini memfokuskan camera shot ke display dari produk-produk kerajinan tembaga. Tehnik pengambilan gambar dengan frame close up. Kerajinan Kayu juga merupakan produk unggulan dalam bidang kesenian. Pada bagian ini, pengambilan gambar akan difokuskan dalam pengerjaan kerajinan untuk menggambarkan proses pembuatan kerajinan yang memerlukan tingkat kreatifitas dan kesenian yang tinggi. Tehnik pengambilan gambar menggunakan medium long shot dengan pergerakan kamera tracking dan panning untuk mengambil keseluruhan gambar pembuatan kerajinan. Masih dalam bagian kesenian dan budaya, Boyolali memiliki Museum yang menyimpan sejarah-sejaran mengenai Boyolali. Pengambilan gambar difokuskan ke beberapa objek di dalam museum seperti arca, peninggalan-peninggalan kuno, dan lain-lain.

Boyolali juga menyimpan berbagai ragam kesenian tarian daerah. Dalam festival kesenian Boyolali menampilkan berbagai kesenian tarian daerah di Boyolali dengan keunikan masing-masing. Pengambilan gambar difokuskan ke ekspresi dari penari. Untuk wisata kuliner, Boyolali memiliki makanan khas yang

dapat ditemui di beberapa sudut di Kota Boyolali yakni soto. Pengambilan gambar dalam menyajikan soto dan beberapa pengunjung sedang menyantap hidangan soto.

(4)

dirumah. Toko oleh-oleh di Boyolali menyajikan beberapa makanan khas Boyolali yakni aneka olahan Marning, Abon Sapi khas daerah Ampel dan Keju yang berasal dari susu asli Boyolali dan pembuatan di kota ini. Bagian terakhir video akan menampilkan penutup video dari berbagai wisata. Pada bagian ini merupakan kesimpulan dari tujuan-tujuan wisata di Boyolali. Video promosi pariwisata ini juga diperkuat dengan adanya thypography dan voice over untuk memberikan informasi kepada target konsumen.

4.2 Proses Produksi

Pada proses produksi video promosi ini, penulis dibantu oleh dua rekan. Penulis berperan sebagai sutradara dan cameraman, dan dua rekan lainya sebagai persiapan peralatan dan membantu penulis dalam mengambil beberapa gambar yang memerlukan dua orang cameraman. Pada awal produksi, penulis memfokuskan pengambilan gambar di daerah lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, tepatnya di Desa Selo. Penulis melakukan pengambilan pada pagi hari saat matahari mulai bersinar. Dalam proses pengambilan gambar pertama ini, memiliki kendala pada cuaca. Pengambilan gambar pada proses pagi hari ini memerlukan cuaca yang cerah agar matahari terlihat saat pagi hari, sehingga sulit menentukan hari yang tepat untuk berangkat menuju lokasi pengambilan gambar. Menuju Desa Selo hanya memerlukan waktu sekitar 15-20 menit. Kami menggunakan sepeda motor karena medan yang ditempuh merupakan jalanan yang sangat menanjak. Pengambilan gambar di Selo ini difokuskan pada tempat Tikungan Irung Petruk, New Selo, dan Gancik Hill Top. Pengambilan gambar dilakukan pada pagi hari karena saat pagi hari daerah pegunungan masih bebas dari awan dan kabut yang menutupi sehingga proses produksi berjalan dengan baik dengan cuaca yang baik pula. Proses produksi di Desa Wisata Selo ini memerlukan waktu 2 hari hanya saat pagi hari saja.

Proses produksi selanjutnya difokuskan ke beberapa objek wisata taman dan ekowisata seperti taman air, umbul, kolam renang, dan taman kota. Destinasi wisata

(5)

alam dan taman di Tlatar. Dalam bagian ini, penulis menggunakan talent sebagai objek wisatawan yang sedang tenang menikmati suasana alam di taman. Talent merupakan seorang perempuan berusia 23 tahun yang menggambarkan seorang wisatawan. Kemudian pengambilan gambar pada objek kolam renang dengan beberapa perenang remaja. Selanjutnya objek wisata umbul pengging dan pemancingan. Menempuh 20 menit perjalanan dari pusat kota. Pengambilan gambar difokuskan ke wisatawan yang sedang berenang di umbul, keseruan memancing ikan dan kebersamaan keluarga atau rekan dalam menyantap hidangan ikan. Selanjutnya pengambilan gambar di taman kota. Terletak

dipusat kota, sehingga cukup mudah akses perjalanannya. Taman ini merupakan taman bermain anak-anak dengan permainan yang cukup lengkap. Pengambilan gambar didaerah ini difokuskan pada keceriaan anak-anak yang sedang asik bermain. Proses pengambilan video dibeberapa tempat ini memerlukan waktu satu minggu karena beberapa kendala cuaca yang tidak menentu.

Pengambilan gambar selanjutnya yaitu perkebunan sayur dan buah serta peternakan sapi perah. Perjalanan memerlukan waktu 10 menit dari pusat kota. Waktu pengambilan gambar yaitu siang menjelang sore karena cahaya matahari tidak terlalu terang. Pengambilan gambar difokuskan ke talent yang sedang menikmati wisata di perkebunan sayur dan buah serta pengambilan gambar keseluruhan dari perkebunan dan peternakan sapi. Proses pengambilan gambar ini memerlukan waktu dua hari. Selanjutnya, pengambilan gambar pada kesenian dan budaya. Pertama merupakan kerajinan tembaga di Desa Tumang. Pengambilan gambar difokuskan ke objek kerajinan yang dipajang di

showroom kerajinan. Pengambilan gambar sedikit terkendala dengan cuaca hujan deras, kondisi ruangan yang gelap, namun dapat diselesaikan dengan penambahan penerangan lampu dan penambahan cahaya di proses editing nanti.

Kesenian selanjutnya yaitu kerajinan kayu di Mojosongo. Lokasi tidak terlalu jauh dari pusat kota. Pengambilan gambar difokuskan ke pembuatan kerajinan. Proses pengambilan gambar di kerajinan kayu ini terbilang cukup lama karena saat pertama kali

(6)

perakitan kendaraan. Selanjutnya dalam hal budaya, pengambilan gambar pada objek-objek di Museum R. Hamong Wardoyo seperti arca, meriam, kereta kerajaan dan objek-objek lain. Kemudian kesenian dan budaya selanjutnya yaitu tarian-tarian daerah yang terangkum dalam festival kesenian Boyolali. Pengambilan gambar difokuskan ke ekspresi penari, keunikan budaya dan ragam kostum kesenian. Proses produksi pada bagian ini memerlukan waktu sekitar satu minggu.

Proses pengambilan gambar selanjutnya difokuskan ke makanan khas di daerah Boyolali, yaitu soto. Waktu pengambilan gambar saat pagi hari karena pada umumnya soto

lebih nikmat disantap pada pagi hari dan juga karena pagi hari lebih banyak pengunjung. Pengambilan gambar difokuskan pada penyajian soto dan pengunjung yang sendang menyantap hidangan. Kemudian makanan khas juga terdapat di toko oleh-oleh di Boyolali. Berada di pusat kota sehingga mudah dalam akese menuju ke lokasi. Pengambilan gambar difokuskan hanya ke makanan khas Boyolali saja yaitu olahan marning, abon sapi, dan keju asli Boyolali. Pengambilan gambar pada bagian ini memerlukan waktu 2 hari.

(7)

4.3Pasca Produksi

Setelah menyelesaikan berbagai proses pra produksi dan produksi, proses selanjutnya yaitu proses pasca produksi. Proses pasca produksi ini meliputi editing video,

editing thypography, dan editing voice over. Proses editing video ini merupakan proses yang cukup penting karena selain untuk memproses penataan video juga untuk memberikan warna pada video dan mengatur segala jenis suara yang ada di video. Pada proses ini, penulis sendirilah yang melakukan proses editing. Pada proses editing ini, penulis menggunakan perangkat lunak editing video Adobe Premiere Pro CC 2015.4 yang

pengoprasianya cukup mudah dan dikuasai oleh penulis. Sebelum masuk ke Adobe Premiere, penulis melakukan pengelompokan video dan pemilihan video untuk menyeleksi video-video yang terpakai dan tidak terpakai. Berikut merupakan tahapan dalam proses editing video :

4.3.1. Pengelompokan dan Pemilihan Video

Pada tahapan ini, video-video yang telah dipindahkan dari sd card kamera dikelompokan ke beberapa folder agar lebih mudah dalam mencari video. Pengelompokan ini nantinya akan mempermudah dalam memasukan video/importing video ke Adobe Premiere. Setelah dikelompokkan, video-video tersebut diseleksi dan membuang/menghapus file video yang tidak dipergunakan.

Gambar 2

(8)

Gambar 3 Proses Pemilihan Video

4.3.2. Memasukan Video ke Adobe Premiere Pro CC / Import Video

Setelah video dikelompokan dan diseleksi, video tersebut dimasukkan kedalam program editing Adobe Premiere Pro CC. Proses import tidak terlalu sulit karena sebelumnya video telah dikelompokkan sehingga dalam program editing pun video sudah mengelompok berdasarkan folder yang telah dibuat sebelumnya.

Gambar 4

(9)

Gambar 5

Proses Import File Video

4.3.3 Proses Editing

Setelah proses import video, proses selanjutnya yaitu menyusun video. Video disusun dari awal hingga akhir video, kemudian diperlukan cutting video pada bagian video yang tidak diperlukan. Dalam beberapa perpindahan antar video, ditambahkan fade in dan fade out yang berfungsi untuk memperhalus perpindahan antar video. Namun beberapa video juga tidak memerlukan fade in dan fade out karena antara kedua video atau lebih masih memiliki keterkaitan. Setelah video tersusun rapi, proses selanjutnya yaitu proses color correcting dan color grading. Color correcting merupakan proses dimana warna dalam video tersebut dikoreksi kembali. Seperti beberapa video yang memiliki pencahayaan yang kurang atau cahaya yang lebih, dapat diatur dengan mengatur highlights, shadows, whites dan blacks pada video. Setelah seluruh video sudah memiliki warna yang baik, proses selanjutnya ialah color grading. Color grading adalah proses memberikan warna pada video untuk memperkuat feel / rasa atau keadaan. Seperti pada video suasana alam di Taman Air Tlatar agar suasana lebih halus dan objek kerajinan tembaga untuk memperkuat warna tembaga. Setelah proses tersebut selesai, selanjutnya mengatur segala jenis suara. Pertama memberikan backsound pada video. Lagu yang dipilih merupakan lagu yang bebas untuk digunakan oleh siapa saja untuk karya video apapun. Selanjutnya memberikan efek suara ambient untuk memperkuat suasana dalam video. Terakhir,

(10)

Gambar 6

Proses Penyusunan Video

Gambar 7

Proses Color Correting dan Color Grading

4.3.4. Editing Typography

Proses selanjutnya yaitu proses editing typography. Penulis menggunakan perangkat lunak Adobe After Effect CC 2015 dalam meng edit typography ini. Typography ditambahkan ke dalam video untuk memberikan informasi kepada target wisatawan serta untuk memberikan efek dalam video agar video lebih bervariasi.. Pemilihan warna putih

(11)

Gambar 8

Proses Editing Typography

4.3.5. Rendering Video

Setelah semua tahapan selesai dan melakukan pengecekan ulang, langkah terakhir

adalah mengubah file editing video tersebut ke dalam satu file video. Proses rendering video menggunakan format MP4 H.264 dengan resolusi Full HD 1920x1080p untuk menghasilkan resolusi yang baik.

Gambar 9

(12)

4.4Pembahasan

Video Promosi Pariwisata Boyolali ini menyampaikan pesan yang berisi sebuah promosi atau iklan yang bertujuan agar pesan tesebut dapat diterima baik oleh penonton. Video promosi ini memiliki tujuan untuk membujuk atau mempersuasif para penonton agar timbul ketertarikan untuk berwisata ke Boyolali. Selain memiliki tujuan untuk membujuk, video promosi ini juga berisi mengenai informasi tentang daerah wisata namun dengan bobot yang lebih sedikit. Seperti yang dikemukakan Kotler (2005:278) bahwa iklan yang memiliki bobot informatif lebih besar cenderung kurang menarik karena sebagian besar

tujuannya hanya untuk memberikan informasi saja. Sehingga dalam video ini, bertujuan untuk membujuk dan memberikan beberapa informasi mengenai daerah wisata di Boyolali.

Kotler juga mengungkapkan bahwa video yang bertujuan untuk membujuk harus dapat mengambil simpati dan emosi para penonton video. Hal ini bertujuan agar penonton ikut larut dalam emosi video. Sehingga video promosi pariwisata ini memiliki unsur-unsur video yang memberikan rasa (feel) atau emosi untuk membentuk simpati dan emosi para penonton.

4.4.1 Teori Komunikasi Dalam Ide & Tehnik Pengambilan Gambar

Proses pembentukan ide merupakan proses yang cukup penting dalam membuat iklan agar iklan dapat menarik dan membujuk. Pembentukan ide dalam video ini tidak hanya membangun sebuah konsep atau tema video, namun juga memperhatikan kebiasaan individu atau khalayak sasaran dari segi sikap maupun mengenai cara berfikir.

1. ELM (Elaboration Likelyhood Model)

Dalam pembuatan ide video promosi ini, berdasarkan teori Model Kemungkinan Elaborasi atau Elaboration Likelyhood Model (ELM) bahwa terdapat dua jalur dimana individu akan terpersuasi atau tidak akan terpersuasi sebuah pesan, yakni central route dan peripheral

(13)

central rute, beberapa scene video ini mengandung pesan saran kepada khalayak seperti pada scene Umbul Pengging dengan voice over

,“Kesegaran sumber mata air di Umbul Pengging, dapat anda rasakan di tengah teriknya matahari”. Pada scene ini penulis memberikan sebuah saran atau ajakan kepada khalayak bahwa ketika cuaca sedang panas, Umbul Pengging merupakan solusi untuk menyegarkan tubuh. Contoh lain, pada scene yang menampilkan pernak-pernik kerajinan tembaga dengan voice over “Pernak-pernik kerajinan yang cukup memanjakan

mata dapat menghiasi rumah anda, Kerajinan Tembaga Tumang cukup menarik sebagai buah tangan kerajinan khas Boyolali”. Pesan ini merupakan sebuah saran atau ajakan dimana ketika hiasan rumah masih kurang menarik, dapat membeli kerajinan-kerajinan ini. Pesan-pesan inilah yang berada dijalur central route dimana pesan perlu dipertimbangkan dan dipahami.

Pada jalur peripheral route, seorang individu tidak memperhatikan isi pesan, tidak menganalisa atau mengevaluasi sebuah informasi. Peripheral route merupakan jalur dimana seseorang akan terpersuai dengan gambar, warna dan unsur-unsur yang menarik perhatian tanpa memperhatikan isi pesan. Sehingga agar video promosi ini dapat mempersuasif khalayak pada jalur ini, video promosi ini menampilkan gambar-gambar pada video yang cukup menarik dengan keindahan alamnya. Sebagai contoh, keindahan pemandangan pegunungan dari atas Bukit Gancik, keindahan taman di Ekowisata Tlatar, warna-warni kostum penari di Festival Kesenian Boyolali, gambar kemegahan Gedung Lembu Sora dan keindahan-keindahan pemandangan lain. Individu pada jalur ini tidak berfikir secara

mendalam dalam memahami sebuah pesan, sehingga mudah terpersuasi oleh visual yang menarik. Pemamaran di atas merupakan prediksi

mengenai kapan orang akan terbujuk dan tidak akan terbujuk.

(14)

Dalam komunikasi persuasif, membahas tentang sikap-sikap individu yang hendak dipengaruhi, sehingga pesan persuasif yang disampaikan dapat disesuaikan dengan sikap-sikap tersebut, agar pesan persuasif dapat efektif. Liliweri (2011) mengemukakan sikap-sikap tersebut yaitu kognitif, afektif dan konatif. Sikap kognitif merupakan sikap dimana individu dalam tahapan mengenal atau mengetahui sebuah produk. Dalam video ini ada beberapa pesan dalam bentuk saran, seperti pada Obyek Wisata Umbul Pengging, sikap kognitif tahu mengenai

objek Umbul ini, sehingga dalam video ini memberikan pesan berupa saran berwisata ke Umbul Pengging ini akan lebih segar jika dikunjungi pada siang hari. Pada sikap afektif, video ini menampilkan ekspresi-ekpresi seseorang yang dapat membangun emosi para penonton. Sebagai contoh, keceriaan seorang anak kecil yang sedang asik bermain di Taman Pandan Alas. Pada sikap konatif, video ini mengilustrasikan bagaimana wisatawan sedang melakukan wisata di obyek wisata. Contoh, seorang yang sedang memancing, anak kecil yang sedang menangkap ikan.

3. Konsep AIDDA dan Rangkaian Video

Merangkai sebuah video perlu diperhatikan agar video yang ditonton sejak durasi awal, hingga durasi akhir memiliki daya tarik tersendiri. Video promosi ini dirangkai dengan mengutamakan konsep atau tema video yaitu traveling guide dimana akan ditampilkan petunjuk atau saran-saran wisata saat berkunjung ke Boyolali. Saran ini tidak hanya mengenai objek wisata saja namun berkaitan dengan waktu berwisata. Contoh, awal video ditampilkan matahari terbit di Tikungan

Irung Petruk dan keindahan panorama pegunungan di pagi hari. Rangkaian awal ini memberikan sebuah informasi atau saran kepada

(15)

Pengging ditampilkan pada siang hari. Hal ini memberikan informasi bahwa Ekowisata Tlatar dan Umbul Pengging merupakan saran wisata saat siang hari karena berhubungan dengan air untuk mengurangi panas terik matahari. Di akhir video, menampilkan makanan khas Boyolali dimana wisatawan yang hendak mengakhiri perjalanan wisatanya diberikan informasi berupa saran untuk mencoba beberapa makanan khas Boyolali untuk oleh-oleh.

Rangkaian video promosi ini juga didukung dengan konsep

AIDDA yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm dalam Effendy (2003). Analisa konsep AIDDA terhadap video promosi ini sebagai berikut :

A. Attention (Perhatian)

Dalam video ini, menarik perhatian merupakan komponen penting agar khalayak dapat tetap menonton video dari awal hingga akhir. Dalam menarik perhatian, video ini menampilkan intro atau awalan video dengan menampilkan beberapa lokasi-lokasi wisata yang memiliki keindahan yang cukup menarik dengan perpindahan scene yang cukup cepat. Hal ini akan menimbulkan rasa penasaran pada penonton. Untuk menarik perhatian dalam keseluruhan video, ditampilkan pula keindahan alam, obyek wisata dan keberagaman seni.

B. Interest (Daya Tarik)

Setelah khalayak sudah tertarik, mereka akan mencari tahu lebih rinci mengenai lokasi wisata yang ditampilkan. Ini merupakan bagian inti video yakni memperkenalkan wisata-wisata yang ada di Boyolali. Seperti wisata-wisata Gancik Hill Top,

Ekowisata Tlatar, Umbul Pengging, kerajinan-kerajinan, Musem R. Hamong Wardoyo dan lain-lain. Tentunya dalam

menampilkan gambar video yang lebih rinci ini masih menampilkan gambar-gambar yang menarik.

(16)

Tahapan ini merupakan tahapan dimana kebutuhan atau keinginan konsumen perlu dibangkitkan. Untuk menciptakan kebutuhan akan penonton, video ini menampilkan wisata-wisata yang menarik untuk memenuhi kebutuhan akan berlibur. Tidak hanyak kebutuhan akan berlibur, kebutuhan akan pernak-pernik juga ditamplikan pada bagian Kerajinan Tembaga Tumang dan Kerajinan Kayu Mojosongo.

D. Decision (Keputusan)

Untuk menciptakan rasa yakin penonton agar berwisata ke Boyolali, pada akhir video ini menampilkan kesimpulan akan keseluruhan video, dimana Boyolali memiliki kekayaan akan wisata yang menarik untuk dikunjungi. Bagian ini memberikan keyakinan akan penonton bahwa Boyolali memiliki wisata-wisata yang menarik untuk dikunjungi sehingga penonton dapat memberikan keputusan untuk berwisata ke Boyolali.

E. Action (Melakukan Tindakan)

Pada bagian akhir video, terdapat voice over dengan kalimat ajakan untuk berwisata ke Boyolali, yakni,”Ayo, jalan-jalan ke Boyolali”. VO ini menciptakan sebuah ajakan untuk bertindak dengan berwisata ke Boyolali.

(17)

4.4.2 Unsur Visual

Tehnik pengambilan gambar pergerakan kamera dalam pembuatan video dapat memberikan makna dan emosi tertentu.

1. Analisa Pengambilan Gambar Kamera

Pada proses produksi ini, penulis yang sekaligus cameraman menggunakan beberapa tehnik pengambilan sudut kamera dan tehnik pergerakan kamera agar dalam suatu bidikan memberikan makna atau kesan yang hidup dan berbeda. Sudut pengambilan kamera yang digunakan meliputi 3 sudut, yaitu high angle,

eye level, dan low angle. Seperti yang dikemukakan oleh Fachruddin (2012), bahwa ketiga tehnik pengambilan sudut kamera memiliki makna yang berbeda. Seperti pada scene pengambilan gambar di daerah Selo (Gambar 10), memberikan kesan kecil pada pepohonan, objek manusia, jalan raya dan pemandangan lembah. Tehnik ini memberikan makna bahwa di daerah wisata Selo ini kita dapat melihat pemandangan lembah yang indah nan kecil dari tempat yang tinggi dengan pemandangan yang luas. Tehnik eye level merupakan tehnik yang lebih banyak digunakan dalam video karena tehnik ini memberikan kesetaraan antara objek dengan kamera. Sehingga tehnik ini digunakan untuk memperkuat ekspresi, emosi atau detail dari suatu objek. Seperti pada Gambar 11, tehnik ini memberikan kesetaraan pada anak kecil yang sedang bermain, sehingga memperkuat ekspresi keceriaan dari anak kecil yang sedang bermain. Tehnik ketiga merupakan tehnik low angle. Tehnik ini memberikan kesan megah dan tinggi pada objek. Boyolali memiliki berbagai

icon dan gedung-gedung yang menjadi ciri khas Boyolali seperti Gedung Lembu Sora akan terlihat megah dan tinggi ketika menggunakan tehnik ini. Pada gambar 12, tempat ibadah Pura memiliki kesan megah, kokoh dan tinggi sehingga terlihat lebih menarik.

(18)

Gambar 10

Tehnik pengambilan gambar High Angle

memberikan makna kecil dan luas pada pemandangan lembah

Gambar 11

Tehnik pengambilan gambar Eye Level

(19)

Gambar 12

Tehnik pengambilan gambar Low Angle Pada Pura memberikan kesan megah dan tinggi

2. Analisa Tehnik Bidikan Kamera

Pada setiap bidikan kamera pun dapat memberikan kesan dan makna berbeda. Pengambilan bidikan kamera secara jauh, sedang atau dekat. Masing-masing memiliki makna tersendiri dan memperkuat peran tertentu. Seperti yang

diungkapkan oleh Fachruddin (2012), bahwa ia membagi tehnik bidikan kamera dengan maknanya masing-masing. Pada bidikan jauh (long shot) terdiri dari extreme long shot, very long shot, long shot dan medium long shot. Dari keempat tehnik long shot tersebut memiliki makna yang hampir sama hanya berbeda jarak dan objek. Long shot memberikan kesan atau makna keluasan suatu objek sehingga memperkuat keindahan sebuah pemandangan. Seperti pada Gambar 13 dimana scene tersebut menggunakan tehnik extreme long shot untuk mengambil keindahan Gunung Merapi dan lembah. Tehnik ini memberikan kesan bahwa keindahan alam pemandangan di daerah wisata pegunungan di Boyolali ini sangatlah luas dan indah.

Gambar 13

(20)

Gambar 14

Tehnik Bidikan Kamera Long Shot

Tehnik bidikan kamera selanjutnya yaitu medium shot. Pada

(21)

Gambar 15

Tehnik bidikan kamera medium shot memperkuat ekspresi dari objek

Gambar 16

(22)

Gambar 17

Tehnik bidikan kamera close up memperkuat detail dari objek Keju

3. Analisa Pergerakan Kamera

Pembuatan video ini menggunakan beberapa tehnik pergerakan kamera antara lain crab, panning, dan tilt. Masing-masing memberikan kesan dan makna yang berbeda pula. Fachruddin (2012), mengemukakan makna-makna tersendiri dalam pergerakan kamera, seperti pada Gambar 18, merupakan pergerakan kamera crab pada objek Patung Kuda Simpang Lima Boyolali. Pergerakan semacam ini digunakan pada objek yang memiliki susunan berbaris memanjang atau pemandangan sehingga memberikan kesan rapi dan pergerakan yang stabil. Tehnik panning pada scene pemandangan pegunungan di Boyolali, memberikan makna bahwa pemandangan pegunungan di Boyolali cukup luas dan dapat dinikmati dari dari sudut kiri hingga kanan. Tehnik selanjutnya merupakan tehnik tilt. Tehnik ini digunakan pada gedung, patung

(23)

Gambar 18

Tehnik Pergerakan Kamera Crab memberikan kesan rapi, sejajar dan stabil

Gambar 19

Tehnik Pergerakan Kamera Panning memberikan kesan luas

Gambar 20

(24)

4. Unsur Warna

Proses mewarnai sebuah video merupakan proses yang cukup penting untuk memberikan rasa atau untuk memperkuat kesan pada video. Warna dapat menjadi sebuah komunikasi yang cukup kuat karena warna dapat menciptakan suasana dan emosi dalam video. Nugroho (2008) dalam bukunya yang berjudul “Teori Warna” memaparkan bahwa warna memiliki dampak psikologis terhadap manusia.

A. Warna Hijau

Warna hijau memunculkan dampak psikologis yaitu alami, semangat, kehidupan, udara, bumi, pembaruan, lingkungan, alam, kesehatan. Warna hijau dalam video promosi ini muncul pada objek-objek wisata yang berada di alam pemandangan seperti Gunung dan Taman. Ketika seseorang melihat tayangan pada warna ini, akan memunculkan sisi psikologis mengenai warna tersebut dan memberikan kesan bahwa Boyolali merupakan tempat wisata yang alami, asri, sejuk, memiliki berbagai keindahan pemandangan alam yang indah.

B. Warna Oranye

Warna oranye memberikan dampak psikologis energi, kehangatan, keseimbangan, kecerahan, keceriaan. Warna oranye dalam video promosi ini dijumpai pada awal video untuk menggambarkan semangat dan suasana cerah dalam video promosi.

C. Warna Biru

Biru merupakan warna yang memiliki arti damai, kesejukan, laut, harmoni, udara, air, langit. Ketika seseorang melihat warna biru muncul rasa tenang dan memberikan kesan stabil. Warna dominan biru muncul pada daerah wisata perairan seperti kolam renang Tlatar dan umbul

Pengging akan memberikan kesan kesejukan dan kesegaran di daerah wisata tersebut.

D. Warna Kuning/Emas

(25)

Tembaga yang memiliki warna keemas-emasan. Warna ini memberikan kesan bahwa Kerajinan Tembaga Tumang ini memiliki arti sebuah kekayaan budaya Boyolali dan kemakmuran para pengrajin tembaga. Selain warna-warna dalam pengambilan gambar video, pemilihan warna juga dilakukan dalam proses editing. Dalam pewarnaan video, penulis menggunakan preset warna dari Adobe Premiere yaitu Lumetri Color. Warna dalam video ialah warna transparan yang akan mengubah beberapa warna asli menjadi warna yang lebih hidup.

Dalam pembuatan Video Promosi Pariwisata ini penulis menggunakan skema

warna komplementer (complementary). Warna komplementer merupakan warna yang berlawanan arah satu sama lain pada roda warna. Warna komplementer ini memiliki warna kontras yang cukup kuat sehingga cocok digunakan sebagai warna latar belakang.

Gambar 21

Skema Warna Komplementer

(26)

dan dianggap sebagai warna yang ramah dibandingkan dengan warna lainya, sehingga penulis menempatkan warna ini pada bagian terang (highlights) pada video. Warna Biru memberikan kesan tenang, serius dan keseimbangan, sehingga warna biru ini digunakan dalam mewarnai bagian gelap (shadows) pada video.

Selain penggunaan dan pemilihan warna diatas, warna juga terbagi dalam tingkat penekananya. Setiap penekanan warna memiliki makna yang berbeda pula. Menurut Nugroho (2008) ada 3 dimensi warna yaitu hue, saturasi, dan kecerahan. Hue merupakan perbedaan warna karena perbedaan gelombang warna. Saturasi merupakan

warna yang memiliki kontras ketajaman warna yang tinggi ataupun rendah. Kecerahan merupakan gelap terangnya warna pada suatu video.

Gambar 22

Skema 3 Dimensi Warna

(27)

5. Unsur Text / Typography

Tipografi juga memiliki peran penting dalam sebuah video. Tipografi digunakan untuk memperkuat informasi melalui text. Tipografi memiliki dua fungsi, fungsi estetis dan fungsi komunikasi. Fungsi estetis, tipografi digunakan untuk menunjang penampilan sebuah pesan agar lebih menarik, senfangkan fungsi komunikasi yaitu digunakan untuk menyampaikan pesan berupa text dengan jelas dan tepat.

(Danton:2001)

Dalam video ini, penulis menggunakan huruf Lato dengan character huruf Black, tipe Sans Serif atau huruf tanpa kait. Huruf tipe ini memiliki ketebalan yang hampir sama disetiap sisi dan tidak memiliki sirip pada ujung huruf. Huruf tipe ini memberikan kesan modern, kontemporer, efesien dan tegas. Huruf ini digunakan dengan tujuan agar pesan text dapat terlihat dengan jelas.

Gambar 23

Huruf Lato dengan character huruf Black

4.4.3 Strategi Dalam Penentuan PoC (Point of Contact) Iklan

Proses penyampaian pesan dalam beriklan diharapkan dapat tepat sasaran agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Dalam perancangan Video Promosi Pariwisata Boyolali ini juga diharapkan dapat tepat sasaran agar pesan-pesan yang ada dialam video ini tersampaikan dengan baik. Untuk itu, dalam merancang video ini, target sasaran dikelompokan dalam kategori tertentu agar pesan yang

disampaikan dapat diterima dengan baik. Seperti yang diungkapkan oleh Kasali (2007)

(28)

dalam kelompok yang memiliki kesamaan kebutuhan dan karakter. Pengelompokan target dalam video ini antara lain :

1. Segmentasi Geografis : Wisatawan Domestik

Segmentasi Demografis : Laki-laki dan perempuan usia 20-35 tahun, kelas menengah kebawah, dari pelajar hingga pekerja.

2. Positioning

Memposisikan Kabupaten Boyolali sebagai tujuan wisata yang menarik, terjangkau dan lebih murah bagi wisatawan.

3. Targeting

Wisatawan domestik yang memiliki gaya hidup berlibur setiap akhir pekan. Untuk menjangkau wisatawan domestik video ini dirancang dengan konsep yang ringan dan mudah dipahami. Menampilkan objek-objek destinasi wisata yang cukup digemari oleh masyarakat wisatawan domestik sehingga diharapkan dapat menarik wisatawan domestik. Dari segi segmentasi demografis, video ini menampilkan objek destinasi wisata yang menarik bagi kaum muda dan golongan usia 18-35 tahun. Seperti pada scene objek destinasi wisata Gancik Hill Top, merupakan objek yang digemari kaum muda yang gemar berfoto di ketinggian pegunungan. Scene objek wisata di Taman Air Tlatar dan Pemancingan Pengging menggambarkan keceriaan anak-anak bermain air dan keluarga yang sedang menyantap hasil memancing, menjadi referensi target sasaran keluarga nantinya dalam berwisata ke Boyolali.

Pemilihan media dalam video ini menggunakan strategi Consumer Insight dan Consumer

Journey oleh Kasilo (2008:23) dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Cinta. Consumer insight penulis menemukan beberapa pandangan dari target audiens tentang apa saja yang membuat menarik dalam video promosi pariwisata. Penulis juga menemukan Point of

Contact dari paparan consumer journey calon target yaitu media internet berupa audio visual yang telah diuraikan pada Bab 3.

4.4.4 Aplikasi Teori Disonansi Kognitif dalam Video Promosi Pariwisata

(29)

disonansi, sehingga memiliki keterkaitan dengan komunikasi persuasif. Dalam kaitanya dengan komunikasi periklanan, bahwa seseorang dapat menerima sebuah informasi atau menerima sebuah iklan dengan persepi yang berbeda-beda. Perbedaan persepi tersebut dapat timbul dari dalam diri seseorang tersebut, informasi dan media yang digunakan dalam sebuah iklan.

Beberapa orang yang penulis temui kurang mengerti tentang wisata-wisata di Boyolali, beberapa orang juga hanya melintas daerah Boyolali dan beristirahat sejenak mengingat lokasi Boyolali berada dijalur yang menghubungkan Kota Solo dan Semarang.

Sehingga penulis sebagai komunikasi dalam bidang periklanan, serta berdasarkan teori-teori yang diaplikasikan dalam video promosi dan berdasarkan pemahaman tersebut, menciptakan sebuah media promosi pariwisata yang menarik yaitu Video Promosi Pariwisata Boyolali berduarsi kurang lebih 3,5 menit yang menampilkan beragam destinasi wisata yang menarik di Boyolali sehingga media ini dapat menjadi sebuah jawaban masyarakat bahwa Boyolali adalah merupakan destinasi wisata yang beragam dan menarik. Solusi yang menarik ini akan membuat beberapa orang yang mengalami kebingungan akan Boyolali, mudah dalam mengambil keputusan bahwa Boyolali memiliki potensi wisata yang beragam dan sangat menarik.

4.5Hasil Uji Publik

Penulis menyebarkan kuisioner kepada 20 responden yang berada dalam lingkup wisatawan domestic. Penulis mengambil beberapa responden dari dalam Kabupaten Boyolali dan luar Kabupaten Boyolali mengingat bahwa target sasaran dari video promosi pariwisata ini merupakan wisatawan domestik. Berikut merupakan aspek yang dinilai dalam form uji publik:

1. Nama video promosi pariwisata ini menarik untuk khalayak sasarannya. 2. Pesan dalam video promosi pariwisata ini sesuai untuk khalayak sasarannya.

3. Khalayak sasaran dapat memahami dengan jelas pesan yang disampaikan melalui video promosi pariwisata ini.

4. Konten dalam video promosi pariwisata ini sesuai untuk khalayak sasarannya.

(30)

6. Gambar video yang ditampilkan dalam video promosi ini menarik perhatian audien 7. Kualitas video dalam video promosi ini baik dan jelas.

8. Narasumber dapat menyampaikan pesan dengan baik, tepat sasaran tujuannya.

9. Bahasa pada tulisan yang digunakan dalam video promosi pariwisata ini sesuai dan dapat dipahami oleh khalayak sasarannya.

10.Video promosi pariwisata ini layak untuk di publikasikan kepada khalayak sasarannya. 11.Konten isi video promosi ini telah memenuhi Etika.

12.Ada penyajian grafis/animasi yang berisi data untuk memperjelas pesan yang disampaikan

melalui video promosi pariwisata ini. Dengan Skala Penilaian

Berdasarkan uji public yang telah dilakukan, didapatkan hasil uji public sebagai berikut : Tabel 4.1

Hasil Uji Publik Video Promosi Pariwisata Boyolali

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Bagus 9 45 %

2. Bagus 10 50 %

3. Cukup Bagus 1 5 %

4. Kurang Bagus - -

5. Tidak Bagus - -

4.5.1 Analisa Hasil Uji Publik

(31)

responden menjawab sangat bagus dan bagus, sehingga dapat disimpulkan dari uji public yang telah dilakukan ini bahwa Video Promosi Pariwisata Boyolali ini sudah cukup menarik. Adapun beberapa tanggapan-tanggapan tambahan mengenai video promosi ini bahwa video promosi ini sudah cukup menarik, gambar video yang cukup menarik dan beragam wisata yang ditampilkan.

4.6 Kendala Produksi

Selama melakukan produksi Video Promosi Pariwisata Boyolali dari tahapan pra

produksi dan hingga pasca produksi, penulis mengalami beberapa kendala diataranya : a. Saat melakukan produksi, penulis mengalami kendala pada cuaca yang tidak menentu.

Jadwal produksi sudah direncanakan jauh hari namun saat hari produksi tiba cuaca tidak mendukung. Kendala ini dialami penulis beberapa kali. Solusi untuk masalah ini penulis dan crew selalu siap setiap hari dan waktu dari pagi hingga sore saat cuaca mendukung. Kendala cuaca berawan juga dialami saat proses pengambilan gambar pagi hari di daerah pegunungan.

b. Proses produksi di Kerajinan Kayu juga mengalami kendala. Saat pertama kali tiba di lokasi, para pengrajin sedang membuat bagian-bagian dari kendaraan saja dan tidak ada bentuk yang menyerupai kendaraan, sehingga jika penulis mengambil gambar video saat itu tidak akan mendapat gambar yang baik. Penulis mengunjungi lokasi kerajinan kayu dua hari sekali untuk melihat apakah proses perakitan sudah dimulai. Hingga pada akhirnya setelah dua minggu proses perakitan dimulai. Penulis tidak mendapatkan gambar perakitan kendaraan yang telah selesai karena proses tersebut memakan waktu lebih dari dua bulan. Namun penulis sudah mendapatkan gambar saat merakit beberapa bagian sehingga sudah terbentuk rangkaian kendaraan.

c. Kendala pencahayaan juga dialami oleh penulis. Saat melakukan produksi di tempat

indoor terjadi hujan deras dan kondisi ruangan minim cahaya. Penulis sudah membawa lampu untuk pencahayaan namun ternyata masih kurang baik. Hal ini dapat diatasi

dalam proses editing untuk memperkuat cahaya dalam video.

(32)

Kendalanya pada saat proses rendering yang memakan waktu 5 sampai 6 jam. Hal ini menjadi masalah ketika video ingin dilihat hasil akhirnya namun belum final rendering. Kendala ini dapat diatas dengan menggunakan format yang lebih ringan saat rendering

video yaitu dengan format HD 1280x720p yang memakan waktu rendering video 2 jam.

Demikianlah pemaparan dan analisa dari proses pembuatan TA Video Promosi Pariwisata Kabupaten Boyolali dengan durasi kurang lebih 3,5 menit. Adapun masukan

Gambar

gambar, penulis membuat beberapa alat seperti slider dan stabilizer kamera agar
Gambar 2
Gambar 6 Proses Penyusunan Video
Proses Gambar 8 Editing Typography
+7

Referensi

Dokumen terkait

karakteristik katalis Ni/zeolit dapat diketahui dari analisis kristalinitas puncak-puncak zeolit dan Ni dalam difraktogram XRD, struktur morfologi SEM, serta

Perbuatan yang dilarang dalam Pasal 156a KUHP adalah perbuatan, perasaan yang bersifat permusuhan, menyalahgunakan agama dan melakukan penodaan terhadap agama yang

bn\g?" Air BfT h@ng palembang, program penirrgkatan Produksi Hasil Petern akan, Kegsatan p embaigunan saraia dan Pr asay ana Pembibitan Ternak.

terlihat di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik dapat dijelaskan bahwa pada dahulunya pola permukiman yang terjadi berbentuk linier, dimana rumah gadang

Ia berasaskan dasar dan epsitemologi (falsafah, pendekatan, metodologi dan tafsiran) yang dilakukan oleh sarjana penjajah kolonial British tentang masyarakat tanah jajahan.. Lebih

Sub DAS Paninggahan dengan luas wilayah 11.704,29 ha adalah Sub DAS cukup luas pada daerah tangkapan air (DTA) Danau Singkarak yang merupakan bagian dari hulu DAS

Untuk mencapai tujuan penelitian ini metode yang dipakai adalah wawancara, observasi dan dokumentasi, sehingga didapatkan hasil permasalahan penurunan kinerja sistem irigasi

Dimana jika Anda benar didalam mendaftarkan diri bersama agen bola piala dunia 2018 Terpercaya Tersebut maka Anda akan memperoleh keseruan sata bertaruh dan sekaligus juga