• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kualitas Jawaban Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Operasi Hitung Pecahan Bentuk Aljabar Berdasarkan Taksonomi Solo T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kualitas Jawaban Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Operasi Hitung Pecahan Bentuk Aljabar Berdasarkan Taksonomi Solo T1 Full text"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM

MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK

ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

JURNAL

Disusun untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Yonatan Supra Tri Gumilar 202013045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

6

ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM

MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

Yonatan Supra Tri Gumilar1) Tri Nova Hasti Yunianta2) [email protected]),[email protected] 2)

Program Studi S1 Pendidikan Matematika 1),2) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga, Indonesia

ABSTRAK

Taksonomi SOLO dikategorikan menjadi lima tingkatan yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Taksonomi SOLO merupakan suatu alat evaluasi tentang kualitas jawaban siswa terhadap suatu tugas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas jawaban siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal operasi hitung pecahan bentuk aljabar berdasarkan Taksonomi SOLO. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah 3 siswa kelas VIII SMP Kristen Lentera Ambarawa yang dikategorikan berdasarkan perbedaan kemampuan matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pemerikasaan keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu peneliti, kisi-kisi soal tes, soal tes, dan pedoman wawancara. Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pra lapangan, pelaksanaan penelitian, dan pembuatan laporan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas jawaban subjek berkemampuan tinggi berada pada level unistruktural sampai relasional, subjek berkemampuan sedang berada pada level unistruktural sampai multistruktural, dan subjek berkemampuan rendah hanya sampai pada level unistruktural saja. Semua subjek tidak dapat mencapai pada level abstrak diperluas maka seorang pendidik perlu menekankan kembali soal operasi hitung pecahan bentuk aljabar ke dalam bentuk soal cerita terutama pada mengubah soal cerita kedalam bentuk matematikanya.

Kata Kunci: operasi hitung pecahan bentuk aljabar, Taksonomi SOLO, kualitas jawaban

PENDAHULUAN

Menurut Tampomas (2006: 100), aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dapat

(7)

7

Berdasarkan hasil wawancara 3 siswa SMP kelas VIII pada tanggal 14 September 2016, aljabar merupakan salah satu materi pada matematika yang sulit untuk di mengerti. Siswa merasa tidak paham saat di kelas VII karena belum dapat beradaptasi dengan materi matematika bab aljabar. Siswa merasa kesulitan karena ada variabel dan notasi perkalian tidak ditulis pada bab aljabar. Kesulitan-kesulitan siswa terutama pada materi operasi hitung pecahan bentuk aljabar saat duduk di bangku kelas VIII. Hal ini di dukung oleh pendapat Fitria (2014: 2) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab kesulitan tersebut adalah sifat objek matematika yang abstrak.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas VIII SMP Kristen Lentera Ambarawa sebagai narasumber pada tanggal 14 September 2016 yang mengatakan

bahwa siswa mengalami kesulitan pada operasi hitung pecahan bentuk aljabar karena siswa

sering melupakan konsep operasi hitung dalam pecahan. Misalkan pada soal

�+ � = ... , siswa

melupakan konsep penjumlahan dalam pecahan yang seharusnya menyamakan penyebut

terlebih dahulu. Siswa cenderung menjawab

�+ �= 6�2. Senada dengan hasil wawancara terhadap siswa, bahwa siswa kesulitan pada materi operasi hitung pecahan bentuk aljabar. Hal ini mengakibatkan siswa tidak dapat menjawab dengan benar saat mengerjakan soal-soal operasi hitung pecahan bentuk aljabar. Jawaban siswa tersebut dapat dianalisis kembali untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal operasi hitung pecahan aljabar berdasarkan taksonomi SOLO.

Menurut Kuswana (2012: 98), salah satu alternatif untuk mengidentifikasi tingkat kompleksitas pemahaman siswa tentang subjek melalui tingkat respons adalah taksonomi SOLO. Berdasarkan tingkatannya taksonomi SOLO dikategorikan menjadi lima tingkatan yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Taksonomi SOLO dianggap cocok dalam penelitian ini karena taksonomi SOLO sebagai suatu alat evaluasi tentang kualitas jawaban siswa terhadap suatu tugas.

(8)

8

tersebut; 5) abstrak diperluas, memiliki ciri-ciri dapat berpikir secara induktif maupun deduktif serta dapat mengadakan atau melihat hubungan, membuat hipotesis, menarik kesimpulan dan menerapkannya pada situasi lain.

Berdasarkan penelitian Puspitasari (2016: 9) tentang kesalahan siswa SMP menyelesaikan soal aljabar ditinjau dari taksonomi SOLO di SMP Negeri 1 Sambi menunjukkan kesalahan yang dilakukan siswa paling dominan berada di level unistructural.

Jenis kesalahan pada level unistructural meliputi kesalahan konsep dan kesalahan prinsip. Penyebab kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada level unistructural adalah kemampuan siswa yang rendah dalam menafsirkan data, lemahnya daya ingat siswa, sikap tergesa-gesa siswa dalam mengerjakan soal, lemahnya siswa dalam memahami konsep metode substitusi dan lemahnya kemampuan siswa menerjemahkan soal ke dalam model matematika. Penelitian tersebut belum memberikan alternatif solusi sehingga masih layak untuk dilakukan.

Berdasarkan latar belakang di atas, dipandang perlu untuk mendeskripsikan kualitas jawaban siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal operasi hitung pecahan bentuk aljabar berdasarkan Taksonomi SOLO. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam langkah pembelajaran dan penekanan materi operasi hitung pecahan bentuk aljabar yang dirasa

sulit bagi siswa dilihat dari kualitas jawaban siswa berdasarkan Taksonomi SOLO.

Taksonomi SOLO

Menurut Kuswana (2012: 94), taksonomi yang dirancang Biggs dan Collis (1982) merupakan cara sistematis dalam menggambarkan bagaimana kinerja pembelajaran dapat tumbuh mulai dari kompleksitas sampai tingkat abstraksi, ketika menguasai banyak informasi yang diterima, khususnya semacam tugas yang dilakukan di sekolah.

(9)

9

luput/kehilangan, seperti makna untuk keseluruhan informasi; 4) relational, siswa mampu menghargai makna dari hubungan bagian dengan keseluruhan informasi; 5) ringkasan abstrak diperluas (extended abstract), siswa membuat hubungan-hubungan tidak hanya di dalam bidang hal yang diberikan, juga ada yang datang dari luar atau memapu menggeneralisasi dan memindahkan prinsip maupun gagasan-gagasan yang spesifik.

Materi operasi hitung pecahan bentuk aljabar yaitu penjumlahan dan pengurangan pecahan aljabar, dan perkalian, pembagian, serta perpangkatan pecahan aljabar. Biggs dan Collis (Pittalis, 2003) mengemukakan indikator berdasarkan taksonomi SOLO yang disesuaikan

dengan materi operasi hitung pecahan aljabar.

Tabel 1. Indikator Pencapaian Berdasarkan Taksonomi SOLO

METODE PENELITIAN

Level Taksonomi SOLO Tahap Aktivitas yang dilakukan siswa

Prastruktural Data salah atau proses yang digunakan dengan cara sederhana yang mengarah ke kesimpulan tidak relevan.

1. Menulis kembali isi soal

2. Menuliskan jawaban yang tidak memiliki makna.

Unistruktural Sebuah proses tunggal atau konsep yang diterapkan atau menggunakan satu konsep yang ada pada soal.

2. Belum dapat menyelesaikan soal

Multistruktural Proses dan konsep yang digunakan pada satu atau lebih item data, tapi tanpa sintesis informasi atau kesimpulan menengah. Ini mungkin menunjukkan kinerja kognitif bawah yang diperlukan untuk solusi menyelesaikan masalah.

1. Menuliskan dua penggal informasi atau menggunakan dua konsep yang ada pada soal. 2. Belum mampu menggabungkan

informasi yang di dapat dari soal untuk menyelesaikan soal. 3. Belum dapat menyelesaikan soal.

Relasional Respon yang ditandai dengan sintesis informasi, proses dan hasil.

1. Menuliskan dua penggal informasi atau lebih yang ada pada soal.

2. Dapat menyelesaikan soal dengan tepat.

Abstrak Diperluas Tanggapan secara struktural mirip dengan yang relasional, tetapi konsep data proses yang diambil dari luar domain pengetahuan yang diasumsikan dalam pertanyaan.

1. Dapat menyelesaikan soal dengan tepat.

(10)

10

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan 3 orang subjek yang diambil berdasarkan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII karena telah mempelajari materi aljabar pada semester 1. Perbedaan kemampuan matematika siswa diukur berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian dan ulangan akhir semester. Subyek ditentukan dengan cara mengklasifikasikan pada kemampuan matematika siswa. Pembagian kemampuan matematika dilakukan dengan cara membagi jumlah siswa menjadi lima kategori yaitu 20% tinggi, 20% agak tinggi, 20% sedang, 20% agak rendah, dan 20% rendah. Satu subjek diambil dari kategori tinggi, satu

subjek diambil dari kategori sedang, dan satu subjek diambil dari kategori rendah. Penentuan subjek ditunjukkan pada Tabel 2.

Data yang dikumpulkan berupa tulisan-tulisan, gambar-gambar, dokumentasi, ataupun rangkaian kata-kata. Penelitian ini dilakukan dengan memberi tugas tentang operasi aljabar. Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011: 124).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) metode tes, digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok; 2) wawancara untuk mengetahui penyebab kesalahan siswa; 3) observasi untuk memperoleh gambaran tentang pembelajaran di kelas; 4) dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang sekolah yang digunakan untuk penelitian, identitas siswa dan hasil pekerjaan siswa dan dokumentasi pelaksanaan penelitian.

Teknik pemerikasaan keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2010: 127). Teknik ini dilakukan dengan mengkomunikasikan data yang telah diperoleh dari peneliti pada dosen pembimbing, peneliti pada guru yang mengajar matematika di kelas, dan dari dosen

(11)

11

menggunakan bahan referensi. Bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti (Sugiyono, 2010: 128). Bahan referensi yang digunakan dalam penelitian ini berupa rekaman hasil wawancara.

Menurut Miles and Huberman (2009) terdapat 3 alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan: 1) reduksi data yaitu data yang diperoleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk laporan atau uraian yang rinci, kemudian disederhanakan dan difokuskan kepada hal yang penting dan dilakukan kategorisasi yang sesuai dengan fokus masalah; 2) penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan memberikan kemungkinan-kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan; 3) penarikan kesimpulan / verifikasi merupakan proses pengambilan intisari dan makna dari sajian data yang telah terorganisir

dalam bentuk pertanyaan yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian yang bermakna kemudian membuat kesimpulan.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1) peneliti; 2) kisi-kisi soal tes; 3) soal tes; dan 4) pedoman wawancara. Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pra lapangan, pelaksanaan penelitian, pembuatan laporan penelitian.

HASIL DAN ANALISIS HASIL

Peneliti menyusun instrumen penelitian berupa soal tes operasi hitung pecahan bentuk aljabar yang diuji terlebih dahulu validitasnya dengan bantuan 3 validator yaitu 2 Dosen Pendidikan Matematika dan 1 Guru Matematika SMP. Soal yang diberikan adalah soal berbentuk superitem sebanyak 4 soal operasi hitung pecahan bentuk aljabar yang sudah diklasifikasikan berdasarkan level pada Taksonomi SOLO. Adapun analisis kualitas jawaban subjek berdasarkan taksonomi SOLO adalah sebagai berikut.

1. Kualitas jawaban tertulis Subjek CK berkemampuan matematika tinggi a. Unistruktural

(12)

12

Gambar 1. Jawaban Nomor 1 Subjek CK

Pada soal nomor 1a dan 1b, subjek CK mengerjakan penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar dengan menyamakan penyebut terlebih dahulu. Pada soal nomor 1c, subjek CK megkalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Subjek CK telah melewati pada level unistruktural.

b. Multistruktural

Subjek CK menggunakan dua penggal informasi atau dua konsep pada soal level multistruktural. Kualitas jawaban subjek CK pada nomor 2 sesuai dengan indikator multistruktural pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 2 subjek CK dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Jawaban Nomor 1 Subjek CK

Pada soal nomor 2a tentang operasi hitung pembagian pecahan bentuk aljabar, subjek CK membalikkan pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang. Langkah pengerjaan selanjutnya yang dikerjakan adalah dengan mengkalikan pembilang dengan

(13)

13

dengan cara memfaktorkan terlebih dahulu � − 1 kemudian menyamakan penyebutnya.

Berdasarkan kualitas jawaban diatas, maka Subjek CK telah melewati pada level multistruktural.

c. Relasional

Subjek CK menggunakan lebih dari dua penggal informasi atau lebih dari dua konsep pada soal level relasional. Kualitas jawaban subjek CK pada nomor 3a sesuai dengan indikator level Relasional pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 3a subjek CK dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Jawaban Nomor 3a Subjek CK

Subjek CK pada soal relasional nomor 3a mampu memahami soal dengan benar namun tidak dapat menjawab dengan benar hasil akhirnya. Pada nomor 3a, Subjek CK mengerjakan terlebih dahulu pembagian pecahan aljabar kemudian mengerjakan penjumlahan pecahan. Subjek CK menggunakan beberapa konsep yang telah dipelajari sebelumnya yaitu konsep operasi hitung, konsep pembagian pecahan, dan konsep penjumlahan pecahan.

(14)

14

Gambar 4. Jawaban Nomor 3b Subjek CK

Subjek CK pada soal relasional no 3b mampu memahami soal dengan benar namun tidak menyederhanakan hasil akhir jawaban nomor 3b. Pada soal nomor 3b, Subjek CK mengerjakan pembagian pecahan aljabar dengan membalikkan pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang. Subjek CK menggunakan beberapa konsep yang telah dipelajari sebelumnya yaitu konsep konsep pembagian pecahan, konsep perkalian pecahan, konsep penyederhanaan pecahan, dan konsep pemfaktoran aljabar. Berdasarkan kualitas jawaban diatas, maka Subjek CK telah melewati pada level Relasional.

d. Abstrak Diperluas

Pada level ini subjek CK tidak dapat menjawab soal dengan benar dan hanya menuliskan yang diketahui saja. Subjek CK tidak dapat mengubah soal cerita kedalam bentuk matematika. Pada level ini kualitas jawaban subjek CK tidak sesuai dengan indikator pada level abstrak diperluas.

Berdasarkan hasil deskripsi jawaban subjek CK berkemampuan tinggi maka kualitas jawaban subjek CK pada level Taksonomi SOLO yang dicapai adalah Relasional.

2. Kualitas jawaban tertulis Subjek JA berkemampuan matematika sedang a. Unistruktural

(15)

15

Gambar 5. Jawaban Nomor 1 Subjek JA

Pada soal nomor 1a dan 1b, subjek JA tidak dapat mengerjakan penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar. Pada soal nomor 1c, subjek JA mengkalikan pembilang

dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Subjek JA dapat mengerjakan salah satu soal level unistruktural yaitu perkalian pecahan bentuk aljabar maka Subjek JA telah melewati pada level unistruktural.

b. Multistruktural

Subjek JA menggunakan dua penggal informasi atau dua konsep pada soal level multistruktural. Kualitas jawaban subjek JA pada nomor 2a sesuai dengan indikator multistruktural pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 2 subjek JA dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Jawaban Nomor 2 Subjek JA

Pada soal nomor 2a tentang operasi hitung pembagian pecahan bentuk aljabar, subjek JA

membalikkan pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang. Langkah pengerjaan selanjutnya yang dikerjakan oleh subjek JA adalah dengan mengkalikan pembilang

(16)

16

dahulu � − 1 namun tidak dapat menyamakan penyebut. Berdasarkan kualitas jawaban

diatas, maka Subjek JA dapat mengerjakan salah satu soal level multistruktural yaitu pembagian pecahan bentuk aljabar maka subjek JA telah melewati pada level multistruktural. c. Relasional

Pada level ini subjek JA tidak dapat menjawab soal dengan benar. Pada level ini kualitas jawaban subjek JA tidak sesuai dengan indikator pada level relasional. Jawaban tertulis nomor 3 subjek JA dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Jawaban Nomor 3 Subjek JA

Pada nomor 3a, subjek JA mengerjakan pembagian pecahan terlebih dahulu dengan membalikkan pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang dengan operasi pembagian yang berubah menjadi perkalian. Akan tetapi, subjek JA tidak dapat mengerjakan penjumlahan pecahan aljabar. Subjek JA kesulitan dalam menyamakan penyebut. Hal yang

sama juga terjadi pada nomor 3b, subjek JA mengerjakan pembagian pecahan terlebih dahulu dengan membalikkan pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang dengan

operasi pembagian yang berubah menjadi perkalian. Akan tetapi, subjek JA tidak bisa mengerjakan pada langkah selanjutnya yaitu tidak dapat memfaktorkan dan menyederhanakan bentuk aljabar. Berdasarkan kualitas jawaban diatas, maka Subjek JA tidak dapat melewati pada level Relasional.

d. Abstrak Diperluas

(17)

17

Berdasarkan hasil deskripsi jawaban subjek JA berkemampuan sedang maka kualitas jawaban subjek JA pada level Taksonomi SOLO yang dicapai adalah Multistruktural.

3. Kualitas jawaban tertulis Subjek TD berkemampuan matematika rendah a. Unistruktural

Subjek TD menggunakan satu penggal informasi atau satu konsep pada soal level unistruktural. Kualitas jawaban subjek TD pada nomor 1a dan 1b sudah sesuai dengan indikator unistruktural pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 1a dan 1b subjek TD dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Jawaban Nomor 1a dan 1b Subjek TD

Pada soal nomor 1a dan 1b, subjek TD mengerjakan penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar dengan menyamakan penyebut terlebih dahulu. Subjek TD menggunakan konsep yang telah dipelajari sebelumnya yaitu konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan. Berbeda pada soal 1c, kualitas jawaban subjek TD belum sesuai dengan indikator unistruktural pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 1c subjek TD dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Jawaban Nomor 1c Subjek TD

(18)

18

penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar maka Subjek TD telah melewati pada level unistruktural.

b. Multistruktural

Pada level ini subjek TD tidak dapat menjawab soal dengan benar. Pada level ini kualitas jawaban subjek TD tidak sesuai dengan indikator level multistruktural pada Taksonomi SOLO. Jawaban tertulis nomor 2 subjek TD dapat dilihat pada pada Gambar 10.

Gambar 10. Jawaban Nomor 2 Subjek TD

Pada nomor 2a dan 2b, subjek TD tidak mampu mengerjakan soal pada level multistruktural. Terlihat pada jawaban nomor 2a, bahwa subjek TD tidak mampu memahami soal dengan benar dan tidak memahami konsep pembagian pecahan. Hal serupa juga terjadi pada soal nomor 2b, bahwa subjek TD kesulitan menyamakan penyebut. Berdasarkan kualitas jawaban diatas, maka Subjek TD tidak dapat melewati pada level multistruktural.

c. Relasional

(19)

19

Gambar 11. Jawaban Nomor 3a Subjek TD

Pada nomor 3a, jawaban subjek TD tidak memiliki makna dan mengerjakan diluar konsep yang telah ada. Hal serupa juga terjadi pada nomor 3b, subjek TD tidak dapat mengerjakan soal dengan benar dan memberikan jawaban diluar konsep yang sudah ada. Jawaban tertulis nomor 3b subjek TD dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Jawaban Nomor 3b Subjek TD

Berdasarkan kualitas jawaban diatas, maka Subjek TD tidak dapat melewati pada level Relasional.

d. Abstrak Diperluas

Pada level ini subjek TD tidak dapat menjawab soal dengan benar dan hanya menuliskan yang diketahui saja. Subjek TD tidak dapat mengubah soal cerita kedalam bentuk matematika.

(20)

20

Berdasarkan hasil deskripsi jawaban subjek TD berkemampuan rendah maka kualitas jawaban subjek TD pada level Taksonomi SOLO yang dicapai adalah Unistruktural.

PEMBAHASAN

Pada level prastruktural menunjukkan bahwa siswa belum memahami soal yang diberikan sehingga cenderung tidak memberikan jawaban atau siswa memberikan jawaban yang tidak memiliki makna. Dari hasil analisis kualitas jawaban di atas, semua subjek telah memenuhi indikator pada level prastruktural ini. Subjek berkemampuan matematika rendah dapat

menjawab soal dengan benar dan tepat pada soal penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar. Hal ini menunjukkan bahwa subjek berkemampuan rendahpun dapat melewati

level prastruktural.

Pada level unistruktural menunjukkan bahwa hasil analisis kualitas jawaban subjek berkemampuan matematika rendah dapat mengerjakan soal pada level unistruktural dengan benar dan tepat pada soal penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar, akan tetapi tidak dapat menyelesaikan soal perkalian pecahan bentuk aljabar. Hal ini ditunjukkan dari hasil tes dan wawancara bahwa subjek berkemampuan rendah menyelesaikan soal unistruktural dengan sepenggal informasi yaitu konsep penyamaan penyebut. Berbeda dengan subjek berkemampuan sedang, pada level unistruktural subjek berkemampuan sedang dapat mengerjakan soal perkalian pecahan bentuk aljabar dengan benar dan tepat, akan tetapi subjek berkemampuan sedang tidak dapat mengerjakan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar. Subjek berkemampuan sedang menggunakan sepenggal informasi yaitu konsep perkalian pecahan bentuk aljabar. Sedangkan subjek berkemampuan tinggi mampu mengerjakan semua soal pada level unistruktural dengan benar dan tepat. Subjek berkemampuan tinggi menggunakan sepenggal informasi pada soal penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar yaitu konsep penyamaan penyebut sedangkan pada soal perkalian pecahan bentuk aljabar menggunakan sepenggal informasi yaitu konsep perkalian pecahan bentuk aljabar.

Pada level multisturktural menunjukkan bahwa hasil analisis kualitas jawaban subjek

(21)

21

menggunakan dua penggal informasi yaitu konsep pembagian dan perkalian pecahan bentuk aljabar. Hal serupa juga ditunjukkan oleh subjek berkemampuan tinggi. Kualitas jawaban subjek berkemampuan tinggi telah sesuai dengan indikator pada level multistrukural pada Taksonomi SOLO. Pada level ini subjek berkemampuan tinggi dapat menyelesaikan soal dengan benar dan tepat. Pada soal pembagian pecahan aljabar, subjek berkemampuan tinggi mampu menyelesaikan dengan konsep pembagian dan perkalian pecahan bentuk aljabar. Pada soal penjumlahan pecahan bentuk aljabar, subjek menggunakan konsep penyamaan penyebut dan pemfaktoran.

Pada level relasional menunjukkan bahwa hasil analisis kualitas jawaban subjek berkemampuan rendah dan sedang tidak dapat menjawab dengan benar dan tepat. Kedua subjek

cenderung memberikan jawaban yang tidak bermakna. Kualitas jawaban subjek berkemampuan rendah dan sedang tidak sesuai dengan indikator level relasional pada Taksonomi SOLO. Berbeda dengan subjek berkemampuan tinggi, kualitas jawaban subjek berkemampuan tinggi sesuai dengan indikator level relasional pada Taksonomi SOLO. Pada soal no 3a, subjek berkemampuan tinggi dapat mengerjakan operasi hitung pecahan bentuk aljabar dengan menyelesaikan operasi pembagian pecahan aljabar terlebih dahulu kemudian mengerjakan penjumlahan pecahan. Subjek berkemampuan tinggi menggunakan beberapa informasi berupa konsep pembagian pecahan aljabar, perkalian pecahan aljabar, dan penjumlahan pecahan aljabar. Pada soal no 3b level ini subjek berkemampuan tinggi dapat mengerjakan operasi hitung pecahan bentuk aljabar. Subjek berkemampuan tinggi mengerjakan pembagian pecahan aljabar dengan membalikkan pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang. Subjek berkemampuan tinggi menggunakan beberapa konsep yang telah dipelajari sebelumnya yaitu konsep konsep pembagian pecahan, konsep perkalian pecahan, konsep penyederhanaan pecahan, dan konsep pemfaktoran aljabar.

Pada level abstrak diperluas menunjukkan hasil analisis kualitas jawaban semua subjek berbeda kemampuan tidak dapat mencapai pada level abstrak diperluas pada Taksonomi SOLO. Jawaban semua subjek cenderung hanya menuliskan yang diketahui saja. Semua subjek cenderung kesulitan dalam mengubah soal cerita kedalam bentuk matematika. Semua subjek

tidak dapat memahami pada soal level abstrak diperluas ini.

PENUTUP

(22)

22

berdasarkan Taksonomi SOLO pada subjek berkemampuan tinggi hanya berada pada level unistruktural sampai relasional. Berbeda dengan subjek berkemampuan sedang, kualitas jawaban subjek berkemampuan sedang hanya berada pada level unistruktural sampai multistruktural. Pada subjek berkemampuan rendah, kualitas jawaban subjek berkemampuan rendah hanya berada pada level unistruktural.

Semua subjek berbeda kemampuan tidak dapat menyelesaikan soal pada level abstrak diperluas. Semua subjek tidak dapat memahami soal dalam bentuk soal cerita maka seorang pendidik perlu menekankan kembali soal operasi hitung pecahan bentuk aljabar ke dalam

bentuk soal cerita terutama pada mengubah soal cerita kedalam bentuk matematikanya.

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M. 2002. Pengembangan Item Tes dan Interpretasi Respon Mahasiswa dalam

Pembelajaran Geometri Analit Berpandu pada Taksonomi SOLO. Jurnal pendidikan dan

Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, 36(4). Tersedia

dihttp://pasca.undiksha.ac.id/images/img_item/643.doc [ diakses 26 Januari 2017]. Kuswana, Wowo Sunaryo. 2012. Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia

Manibuy, Ronald., Mardiyana & D. R Sari Saputro. 2014. “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Kuadrat berdasarkan TAKSONOMI SOLO pada Kelas X SMA Negeri 1 Plus di Kabupaten Nabire-Papua.” Jurnal Elektronik Pembelajaran

Matematika 2 (9): 933- 946.

Diakses dari : http://www.e-journal.com/2015/03/analisis-kesalahan-siswa-dalam.html (1 Januari 2017 )

Moleong, Lexy, J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Musfiqon. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Presentasi Pustakaraya

Puspitasari, Nandya. 2016. Kesalahan Siswa SMP Menyelesaikan Soal Aljabar Ditinjau dari Taksonomi Solo di SMP Negeri 1 Sambi. Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pittalis, Marios. 2003.Students’ Ability In Solving Proportional Problems. University Of Cyprus

Putri, Dyta Aprilia Kurnia. 2014. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal yang Berhubungan dengan Konstruksi Statis Tertentu Berdasarkan Taksonomi Solo Plus pada Kelas X Tgb Smk Negeri 3 Surabaya.Surabaya:Universitas Negeri Surabaya

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Gambar

Tabel 1. Level Taksonomi SOLO Indikator Pencapaian Berdasarkan Taksonomi SOLO Tahap Aktivitas yang dilakukan siswa
Gambar 1. Jawaban Nomor 1 Subjek CK
Gambar 3.
Gambar 4.  Jawaban Nomor 3b Subjek CK
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sinergi itu sendiri diharapkan akan memperkuat pembangunan ekonomi secara sistematik maupun pembangunan Sistem Hukum Nasional , sehingga pada gilirannya

Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk

Penghitungan menurut pendekatan ini adalah hitungan bagi hasil yang berdasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi dengan biaya usaha

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap capaian hasil belajar ditinjau dari motif berprestasi

2) Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula. 3) Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya

Setelah diketahui tentang definisi belajar dan faktor-faktor mempengaruhinya, selanjutnya mengenai pengertian mengajar. Pengertian mengajar bermacam ragam tergantung

a. Subyek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VIII MTs Ma’arif Karangan Trenggalek. Siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII

Ekonomi membahas individu dan masyarakat dalam membuat pilihan, dengan atau tanpa menggunakan uang , dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas tetapi dapat digunakan