• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI BILANGAN DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP DI KOTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014 2015 | Astutik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI BILANGAN DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP DI KOTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014 2015 | Astutik"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER

(NHT)

DAN TIPE

THINK PAIR SHARE

(TPS) DENGAN

PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI BILANGAN

DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP DI

KOTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

Dian Dwi Astutik1, Budiyono2, Budi Usodo3

1,2,3Prodi Magister Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract: The objectives of research were to find out: (1) which one gives better in

mathematics achievement, cooperative learning model of Numbered Heads Together (NHT) or Think Pair Share (TPS) type or clasical learning model. (2) which one gives better in mathematics achievement, students who have high, medium, or low self-directed learning. (3) which one gives better in mathematics achievement, cooperative learning model of Numbered Heads Together (NHT), Think Pair Share (TPS) type or clasical learning model, in each of self-directed learning. (4) which one better mathematics achievement among students who have high, medium, or low self-directed learning, on each learning models. This research was quasi experimental research with 3 x 3 factorial design. The population of research was all of the VII graders of Junior High Schools in Surakarta City. The sample was taken using stratified cluster random sampling. The sample of research consisted of 273 students: 96 students for the experiment I, 93 students for experiment II and 84 students for experiment III. The instruments used for collecting data were mathematics learning achievement test and student learning style questionnaire. Testing of hypothesis used unbalanced two-ways analysis of variance using significance level of α = 0,05. Based on hypothesis test, the conclusions were as follows. (1) Students who taught by cooperative learning model of NHT type have better mathematics achievement than students who teach by cooperative learning model of TPS type and classical learning model. On the other side, students who teach by cooperative learning model of TPS type produced the same mathematics achievement as using classical learning model. (2) Students with high self-directed learning had mathematics achievement better than students with medium or low directed learning, while students with medium directed learning produced the same mathematics achievement as with low self-directed learning. (3) In aech category high, medium and low self-self-directed learning, students who taught by cooperative learning model of NHT type have better mathematics achievement than students who teach by cooperative learning model of TPS type and classical learning model. On the other side, students who taught by cooperative learning model of TPS type have better mathematics achievement than classical learning model. (4) On each model of learning, cooperative learning model of NHT type, TPS type and classical learning model, students with high self-directed learning had mathematics achievement better than students with medium or low self-directed learning, while students with medium self-self-directed learning had mathematics achievement better than students with low self-directed learning.

Keywords: Cooperative Learning of NHT, TPS, Self-Directed Learning, Mathematics

Achievement.

PENDAHULUAN

Matematika sebagai ilmu dasar (basic of science) yang berkembang pesat, baik

materi maupun kegunaanya di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun ironisnya

kualitas pendidikan matematika di Indonesia masih rendah. Pada pemeringkatan

(2)

matematika siswa Indonesia sangat rendah. Indonesia menempati peringkat ke-61 dari 65

negara peserta pemeringkatan Negara di dunia. Berdasarkan data UNESCO mutu

pendidikan matematika di Indonesia pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Data

lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari

hasil survey Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for

Education in Statistic, 2013) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, dimana

Indonesia mendapat peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay.

Kesulitan siswa dalam belajar matematika bukan masalah baru. Masalah klasik

dalam pembelajaran matematika di Indonesia ialah masih rendahnya prestasi belajar

matematika siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan prestasi belajar pada rata-rata nilai

Ujian Nasional matematika sejak beberapa tahun yang lalu rendah, yakni kurang dari 6

untuk SD, kurang dari 5 untuk SMP, kurang dari 5 untuk SMA, makin ke atas makin

rendah. Berdasarkan daftar daya serap matematika UN SMP di Kota Surakarta tahun

2012/2013, menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal

tentang bilangan.

Saat pembelajaran matematika, siswa yang memiliki kemandirian belajar dan

kemampuan awal kurang cenderung akan pasif sehingga didominasi siswa yang lebih

pintar, aktif atau siswa yang memiliki semangat belajar tinggi. Guru juga masih terbiasa

memberikan pembelajaran terpusat pada guru sehingga suasana pembelajaran cenderung

membosankan. Sebagian penyebab dimungkinkan karena penerapan strategi

pembelajaran yang kurang aktif, kreatif, variatif dan menarik.

Proses pembelajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses

pembelajaran yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan siswa

yang tidak hanya menekankan pada apa yang dipelajari tetapi menekankan bagaimana

siswa harus belajar (Trianto, 2010: 13). Pandangan ini menuntut peran aktif siswa dalam

membangun pemahaman dan menguasai konsep. Salah satu model pembelajaran yang

berlandaskan pada pandangan konstruktivisme adalah model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif menyediakan kesempatan pada siswa untuk menggembangkan

kemampuan interaksi dalam kelompok dan bekerja dengan orang lain, dimana

kemampuan ini sangat dibutuhkan di dunia sekarang. Berdasarkan penelitian Padya

(2011) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat memberikan

pencapaian akademik yang maksimal terhadap siswanya. Dua tipe pembelajaran koopertif

yang menarik adalah tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS).

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan

jenis pembelajaan kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

(3)

(NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih

banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek

pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2011: 62).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT menunjukkan bahwa model pembelajaran tersebut memberikan

efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Maheady et al. (2006) menunjukkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran yang efektif dan

efisien, serta dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran.

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi

adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa. TPS pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya

di Universitas Maryland, menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS) merupakan suatu

cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi

bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas

secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih

banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu (Trianto, 2011: 61).

Pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan pendekatan saintifik.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mongonstruk konsep, hukum atau prinsip

melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data

dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta

didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,

bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi

searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta

diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber

melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar selain model pembelajaran adalah

kemandirian belajar siswa. Menurut Umar Tirtaraharja dan La Sulo (2005: 50)

kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih

didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari

pembelajar. Konsep dasar kemandirian dalam belajar membawa implikasi kepada konsep

(4)

kegiatan pembelajaran, setiap siswa selalu diarahkan agar menjadi siswa yang mandiri.

Siswa yang belajar secara mandiri akan berusaha sendiri terlebih dahulu untuk

mempelajari serta memahami isi pelajaran melalui media cetak atau buku pelajaran. Jika

siswa mendapat kesulitan, maka siswa tersebut bertanya atau mendiskusikan dengan

teman, guru, atau pihak lain yang sekiranya berkompeten dalam mengatasi kesulitan

tersebut. siswa yang mandiri mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkan serta

mempunyai inisiatif sendiri dan mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan

yang diperolehnya.

Permasalahan tersebut menarik peneliti untuk mencoba membandingkan

manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dan tipe TPS dengan pendekatan saintifik pada materi bilangan

siswa SMP kelas VII di Kota Surakarta tahun ajaran 2014/2015. Selain model

pembelajaran, hal yang tidak kalah penting ialah melihat kamandirian belajar siswa,

karena matematika adalah ilmu dasar dimana untuk memahami materi sekarang

diperlukan pemahaman materi sebelumnya yang harus dimiliki oleh masing-masing

siswa.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: 1) manakah yang menghasilkan

prestasi belajar matematika yang lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dengan pendekatan saintifik, model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan

pendekatan saintifik atau pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. 2) manakah

yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa yang mempunyai

kemandirian belajar tinggi, sedang dan rendah. 3) manakah yang menghasilkan prestasi

belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran NHT dengan pendekatan

saintifik, model pembelajaran TPS dengan pendekatan saintifik atau dengan pembelajaran

klasikal dengan pendekatan saintifik pada masing-masing kategori kemandirian belajar.

4) manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa

dengan kemandirian belajar tinggi, sedang atau rendah pada masing-masing model

pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 dengan

jenis penelitian eksperimental semu. Adapun desain faktorial pada penelitian ini

(5)

Tabel 1. RancanganPenelitian

dengan (ab) ij adalah nilai prestasi belajar dengan model pembelajaran ke-i dan kriteria

kemandirian belajar siswa ke-j, dengan i = 1,2,3 dan j = 1,2,3.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP di Kota

Surakarta. Sampel yang digunakan adalah siswa dari 3 sekolah di Kota Surakarta.

Sekolah tersebut adalah SMP N 7 Surakarta untuk kategori tinggi, SMP N 17 Surakarta

untuk kategori sedang, dan SMP Muhammadiyah 4 Surakarta untuk kategori rendah.

Masing-masing sekolah diambil 3 kelas, yaitu 1 kelas eksperimen I, 1 kelas eksperimen II

dan 1 kelas eksperimen III.

Penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu model pembelajaran dan

kemandirian belajar siswa dan satu variabel terikat yaitu prestasi belajar matematika.

Untuk mengumpulkan data digunakan metode dokumentasi, metode angket dan metode

tes. Metode dokumentasi dalam penelitian ini untuk memperoleh data nama siswa dan

nilai rerata Ujian Nasional matematika peserta didik tahun pelajaran 2012/2013 yang

digunakan untuk mengetahui keadaan prestasi sekolah. Metode angket digunakan untuk

memperoleh data mengenai tingkat kemandirian belajar peserta didik pada kelas yang

akan dijadikan objek penelitian. Angket uji coba memuat 40 butir soal, sedangkan angket

yang digunakan untuk penelitian sebanyak 30 butir soal. Sedangkan metode tes meliputi

tes kemampuan awal dan tes prestasi belajar matematika. Tes kemampuan awal dengan

materi matematika kelas VI SD yang terdiri dari 30 butir soal tes yang diujicobakan dan

25 butir soal yang digunakan untuk uji keseimbangan yakni menguji kesamaan rerata

kemampuan awal matematika peserta didik kelas eksperimen I, II, dan III sebelum

dikenai perlakuan. Tes prestasi belajar matematika digunakan untuk memperoleh data

prestasi belajar matematika materi bilangan setelah dikenai perlakuan. Data yang

diperoleh melalui tes prestasi belajar matematika ini dianalisis dan digunakan untuk

melakukan uji hipotesis penelitian. Tes prestasi tersebut terdiri dari 35 butir soal uji coba

dan 30 butir soal untuk penelitian.

Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

(6)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji keseimbangan dilakukan untuk menguji kesamaan rerata kemampuan awal

matematika peserta didik kelas eksperimen I, eksperimen II dan kelas eksperimen III.

Hasil uji prasyarat, yakni uji normalitas populasi dan uji homogenitas variansi populasi

menyimpulkan bahwa sampel pada kelas eksperimen I, eksperimen II dan kelas

eksperimen III berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan populasi-populasi

tersebut mempunyai variansi yang sama (homogen).

Dengan taraf signifikansi 0,05, hasil uji keseimbangan menggunakan anava satu

jalan terhadap data kemampuan awal matematika peserta didik disajikan dalam tabel

berikut.

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Keseimbangan Terhadap Data Kemampuan Awal

Matematika Peserta Didik

Sumber JK dk RK Fobs Ftabel Kep. Uji

Kelas (A) 0,147 2 0,073 0,039 3,029

H

0

diterima

Galat 502,932 270 1,863 - -

Total 503,079 272 - - -

Dari tabel 2. diperoleh simpulan bahwa populasi pada kelas eksperimen I,

eksperimen II dan kelas eksperimen III mempunyai kemampuan awal matematika yang

sama.

Hasil perhitungan uji hipotesis penelitian menggunakan analisis variansi dua

jalan dengan sel tak sama disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Analisis Variansi Dua Jalan

Sumber JK dk RK Fhitung Ftabel Kep. Uji

Model

Pembelajaran (A)

24,4364 2 12,2182 5,447 3,030 H0A ditolak

Kemandirian Belajar (B)

87,4474 2 43,7237 19,494 3,030 H0B ditolak

Interaksi (AB) 7,6679 4 1,9170 0,855 2,406 H0AB diterima

Galat 592,1356 264 2,2429 - - - Total 711,6874 272 - - - -

Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan sebagai berikut. (a)

Terdapat perbedaan

pengaruh antar masing-masing kategori model pembelajaran terhadap prestasi

belajar matematika

, (b)

Terdapat perbedaan pengaruh antar masing-masing

kategori kemandirian belajar terhadap prestasi belajar matematika

, (c)

Tidak

terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemandirian belajar

peserta didik terhadap prestasi belajar matematika

.

(7)

marginal dan rerata masing-masing sel yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rerata Marginal dan Rerata Tiap Sel Model

Scheffe untuk mengetahui manakah yang secara signifikan mempunyai rerata yang

berbeda. Berikut disajikan rangkuman perhitungan uji lanjut rerata antar baris dalam

Tabel 5.

Tabel 5. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Baris

H0 Fhit 2.F(0,05;2;264) DK Keputusan Uji

μ1. = μ2. 6,626 6,060 { F | F > 6,060 } H0 ditolak

μ1. = μ3. 9,638 6,060 { F | F > 6,060 } H0 ditolak

μ2. = μ3. 0,352 6,060 { F | F > 6,060 } H0 diterima

Berdasarkan Tabel 5 dan rerata marginal pada Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar peserta didik yang diberi model pembelajaran NHT lebih baik dari peserta

didik yang diberi model pembelajaran TPS dan klasikal. Sedangkan prestasi belajar

peserta didik yang diberi model pembelajaran TPS sama dengan peserta didik yang diberi

model pembelajaran klasikal. Sesuai dengan hasil penelitian Huda (2013) menyatakan

NHT merupakan varian dari diskusi kelompok dengan memanggil salah satu nomor

kepala untuk mengutarakan pendapat sehingga peserta didik lebih aktif. Didukung oleh

Robertus Margana (2009) menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

labih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil perhitungan anava diperoleh H0B ditolak. Terdapat 3 tingkat

kemandirian belajar, maka perlu dilakukan uji lanjut anava dengan metode Scheffe untuk

mengetahui manakah yang secara signifikan mempunyai rerata yang berbeda. Berikut

disajikan rangkuman perhitungan uji lanjut rerata antar kolom dalam Tabel 6.

Tabel 6. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Kolom

H0 Fhit 2.F(0,05;2;264) DK Keputusan Uji

μ.1= μ.2 14,265 6,060 { F | F > 6,060} H0 ditolak

μ.1= μ.3 34,926 6,060 { F | F > 6,060} H0 ditolak

(8)

Berdasarkan Tabel 6 dan rerata marginal pada Tabel 4, dapat disimpulkan peserta

didik yang memiliki kemandirian belajar tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik

dari peserta didik yang memiliki kemandirian belajar sedang dan rendah. Sedangkan

peserta didik yang memiliki kemandirian belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang

sama dengan peserta didik yang memiliki kemandirian belajar rendah. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Muhammad Gazali (2013) dengan hasil

penelitian bahwa peserta didik dengan kategori kemandirian belajar tinggi memiliki

prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik dengan kategori

kemandirian belajar sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kategori kemandirian

belajar sedang dan peserta didik dengan katergori kemandirian belajar rendah memiliki

prestasi belajar yang sama baiknya.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan

sebagai berikut. 1) Prestasi belajar peserta didik pada model pembelajaran NHT dengan

pendekatan saintifik lebih baik daripada prestasi belajar peserta didik pada model

pembelajaran TPS dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran klasikal dengan

pendekatan saintifik. Sedangkan prestasi belajar peserta didik pada model pembelajaran

TPS dengan pendekatan saintifik sama baiknya dengan prestasi belajar peserta didik pada

model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. 2) Prestasi belajar peserta didik

yang memiliki kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar peserta

didik yang memiliki kemandirian sedang dan rendah. Sedangkan prestasi belajar peserta

didik yang memiliki kemandirian belajar sedang sama baiknya dengan prestasi belajar

peserta didik yang memiliki kemandirian belajar rendah. 3) Pada kategori kemandirian

belajar tinggi, sedang maupun rendah prestasi belajar peserta didik yang diberi model

NHT dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada peserta didik yang diberi model

pembelajaran TPS dengan pendekatan saintifik dan peserta didik yang diberi model

pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Selain itu, prestasi belajar peserta

didik yang diberi model TPS dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada peserta

didik yang diberi model pembelajaran klasikal. 4) Pada setiap model pembelajaran, baik

model pembelajaran NHT dengan pendekatan saintifik, model pembelajaran TPS dengan

pendekatan saintifik maupun pada model pembelajaran klasikal dengan pendekatan

saintifik, prestasi belajar peserta didik dengan kemandirian belajar tinggi lebih baik

daripada peserta didik yang memiliki kemandirian belajar sedang dan rendah. Selain itu,

prestasi belajar peserta didik dengan kemandirian belajar sedang lebih baik daripada

(9)

Adapun saran dari hasil penelitian ini bagi para pendidik sebaiknya guru

menerapkan model pembelajaran NHT untuk materi bilangan karena pada setiap

tingkatan kemandirian belajar terbukti NHT memberikan prestasi yang lebih baik

daripada model pembelajaran TPS dan klasikal. Kepada kepala sekolah diharapkan

kepala sekolah menyarankan kepada guru matematika khususnya dan guru mata pelajaran

lainnya memilih model pembelajaran yang sesuai untuk memperoleh hasil yang lebih

baik, misalnya model pembelajaran NHT. Bagi peneliti, penulis berharap agar para

peneliti atau calon peneliti dapat meneruskan atau mengembangkan penelitian ini untuk

variabel-variabel yang sejenis yang masih banyak jumlahnya, untuk meningkatkan

prestasi belajar matematika peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Huda M. 2013. cooperative learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maheady, L., Michielli-Pendl, J., Harper, G. F., & Mallette, B. 2006. The Effects of Numbered Heads Together with and Without an Incentive Package on the

Science Test Performance of a Diverse Group of Sixth Graders. Journal of

Behavioral Education, Vol. 15, No.1, March 2006, pp.25-39.

Muhammad Gazali. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team

Assisted Individualization Guide Note Taking (TAI GNT) Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa. Surakarta: Tesis UNS. Tidak dipublikasikan.

Padya, S. 2011. Interactive Effect Co-operative Learning Model and Learning Goals of

Students on Academic Achievement of Students in Mathematics. Meviana

International Journal of Educationb (MIJE). 1(2). 27-34. http://mije.mevlana.edu.tr/archieve/issue_1_2/3.mije_11_04.pdf.

Robertus Margana. 2009. Eksperimentasi Metode pembelajaran kooperatif Tipe

Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X SMA Negeri Di Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajran Inovatif-Progresif; Landasan dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Medi Group.

Trianto. 2011. Model-model Pembelajaan Inovatif Beorientasi Konstruktivistik. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Gambar

Tabel 1. RancanganPenelitian Kemandirian Belajar (B)
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Keseimbangan Terhadap Data Kemampuan Awal Matematika Peserta Didik
Tabel  4. Rerata Marginal dan Rerata Tiap Sel Kemandirian Belajar ) Sedang (b) Rendah (b

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi atau cara lainnya tanpa izin dari

Sementara itu, terdapat 116 kata yang mengandung sound symbolism , dalam 45 lagu bermain anak-anak, yang terdiri dari 55 kata yang mengandung imitative sound

Hasil Penelitian Menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan praktik kerja industri siswa kelas XI Jurusan TPHP SMKN 4 Garut berada pada kategori baik; (2) Kesiapan kerja

Dari seluruh masker wajah minyak biji buah anggur pemulihan kulit yang paling baik pada masker wajah minyak biji buah anggur pada konsentrasi 10% karena mampu menurunkan

Variabel bebas Variabel terikat Parameter Alginat memiliki sifat mukoadhesi f yang memberikan sifat sitoprotektif mukosa lambung dari zat-zat Untuk mengetahui efek

(Direktur PUSHAM UII Yogyakarta), ― Upaya Litigasi & Non Litigasi Atas Pelanggaran Hak Ekosob Di Indonesia ‖, Makalah pada WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan belajar; baik yang disadari, tidak disadari, bersifat fisiologis,

Among the male transgressors who can be put under this category was Mono (40 years old) who was reported of conducting frequent and long- period of sexual molestation