• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tafsir Ayat Ayat Tentang Alam Semesta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tafsir Ayat Ayat Tentang Alam Semesta"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Tafsir tentang Ayat-ayat Alam Semesta

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Tafsir

Dosen Pengampu : Mundir, M. Ag

Disusun Oleh :

Farokhi Romadhon (124211043) Febryan Hidayat (124211045)

Prodi Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

I. PENDAHULUAN

Al-qur’an merupakan kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril secara berangsur-angsur dan Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang sangatlah sempurna dimana didalamnya banyak mengandung ajaran serta ilmu-ilmu yang sangatlah kompleks.

Dan diantara objek kajian keilmuan yang terdapat dalam Al-Qu’an yakni adalah meliputi segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, karena kitab suci Al-Qur’an dalam berbagai ayatnya mengingatkan kepada manusia agar menggunakan indera dan intelektual kita untuk memperhatikan, merenungkan dan memikirkan tentang ciptaan Allah SWT agar kita mendapatkan ilmu yang benar yang dapat membawa kita semakin dekat dengan Allah SWT.

Maka dari itu dalam makalah ini akan membahas beberapa ayat yang berkenaan dengan materi alam semesta yang terdapat dalam Al-Qur’an dan diantara ayat tersebut adalah Surat Al-Baqarah ayat 29 dan 164.

II. Rumusan Masalah

1. Tafsir Surat Al-Baqoroh ayat 29

2.Tafsir Surat Al-Baqoroh ayat 164 III. Pembahasan

1. Tafsir Surat Al-Baqoroh ayat 29

Ath-thabari: Musa bin Harun menceritakan kepadaku, ia berkata: Amru bin Hammad menceritakan kepada kami, ia berkata: Asbath menceritakan kepada kami dari As-Suddi tentang khabar yang dituturkannya (diriwayatkannya) -dari Abu Malik dan Abu Shalih dari Ibnu Abbas- dan dari Murrah Al-Hamdani dari Ibnu Mas’ud-dan dari beberapa orang sahabat nabi shalallahu alahi wasalam:









































29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia Maha mengetahui segala sesuatu.

(3)

menciptakan bumi di atas ikan paus (yaitu Nun yang di sebutkan Allah dalam Al-Qur’an)

     

1. Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,

Ikan tersebut berada dalam air, sedang airnya berada di atas (punggung) batu besar halus, batu tersebut di atas punggung malaikat dan malaikat berada di atas batu besar sedangkan batu besarnya berada dalam angin yaitu batu yang disebutkan Luqman, yang tidak berada di langit dan tidak pula di bumi. Ikan paus bergerak-gerak hingga bumi bergoyang hingga bumi goncang, lalu Allah menancapkan gunung-gunung di atasnya hingga ia diam. Karena itulah gunung-gunung membanggakan diri pada bumi. Itulah firman Allah subhanahu wa ta’ala

        

  

15. Dan dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,

Allah menciptakan gunung-gunung di atas bumi dan makanan-makanan bagi penghuninya dan pohon-phon dan segala yang layak di atasnya pada dua hari yaitu: Selasa dan Rabu. Itulah ketika Dia berfirman:

        

        

       

      

9. Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam". 10. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.

Ia berkata: Allah menumbuhkan pohon-pohonya.  (Dan Dia menentukan padanya kadar-makanan-makanan [penghuni] nya). Ia berkata: makanan-makanan bagi penghuninya.

 (Dalam empat masa [penjelasan itu sebagai jawaban] bagi

orang-orang yang bertanya). Ia berkata: katakanlah kepada orang-orang yang bertanya kepadamu demikianlah ketetapan-Nya.

(4)

Al-Baihaqi mengeluarkan dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: “Jarak antara langit dan bumi lima ratus tahun, jarak antara langit pertama dan kedua lima ratus tahun, dan jarak antara setiap langit adalah lima ratus tahun, jarak antara langit dan kursi Allah lima ratus tahun, antara kursi Allah dan air, jaraknya lima ratus tahun, dan ‘Arsy Allah itu ada di atas air dan Allah ada di atas ‘Arsy. Dia mengetahui segala apa yang kalian lakukan.” 1

maknanya ikhtara’a wa awjada ba’dal ’adam (menciptakan dan

meniadakan setelah tiada), dikatakan pada manusia “”, keika dia mengadakan sesuatu, ibnu kaisan berkata: “, maknanya, Dia menjadikan demi kalian”.ada juga yang mengatakan bahwa maknanya segala yang ada di bumi diberikan sebagai nikmat atas kalian, maka itu semua untuk kalian. Ada lagi yang mengatakan bahwa itu adalah bukti ke-Esaan dan anjuran untuk direnungkan.

Al-Qurthubi berkata: “inilah yang benar namun boleh juga di artikan bahwa mereka mmbutuhkan segala sesuatu itu”. 2

Dalam Tafsir Rahmat, di jelaskan bahwa dunia dijadikan untuk umat manusia yang tidak terkecuali umat islam di dalamnya, maka untuk merekalah yang terutama iman dan takwanya. Ilmu dan teknologi untuk memanfaatkan nikmat di muka bumi ini harus di tingkatkan. Umat islam harus melopori kemajuan di dunia ini sebagaimana yang sudah di buktikan dalam sejarahnya. Mereka dahulu menjadi guru barat, sehingga sekarang sudah saatnya umat islam bangkit kembali. 3

Dalam tafsir Abdullah Yusuf Ali, di jelaskan bahwa kedalaman dan keluasan ruang angkasa di atas dan di sekeliling kita yang tak terduga akan sangat membingungkan kita. Itu adalah sebagian rencana-Nya yang begitu teratur dan sempurna karena ilmu-Nya Maha Luas. 4

Sayyid Quthub menafsiri ayat di atas sebagai berikut: “setelah perjalanan panjang luas yang di uraikan oleh ayat-ayat yang lalu -dari asal kejadian hingga kebangkitan-ayat-ayat berikutnya mengajak manusia keperjalanan panjang yang lain menuju kedalam alam raya dan lembaran-lembarannya yang terhampar dan terlihat oleh pandangan mata. Disini, sudah di uraikan kisah kejadian alam raya setelah sebelumnya di uraikan kisah kejadian manusia. Ayat-ayat ini mengarahkan pandangan mata kepala dan mata hati ke arah rahasia-rahasia alam yang terpendam

1 Muhammad Ahmad Isawi, Tafsir Ibnu Mas'ud, (Jakarta Selatan: Pustaka Azam, 2009) hal 166-173 2 Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi 1, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010) hal 448

3 H Oemar Bakry, Tafsir Rahmat, (Jakarta: PT Mutiara, 1982) hal 13

4 Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya Juz 11-15, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993)

(5)

serta fenomenanya yang tampak: seperti malam yang selalu mengejar siang di planet yang beredar ini; demikian juga pada matahari, bulan, dan bintang-bintang di angkasa yang tunduk pada kehendak Allah, kepada angin yang bertiup di udara, awan yang berpindahan dari satu tempat ketempat yang lain sehingga hujan turun dan menyuburkan tanah yang gersang. Semua ini untuk mengajak manusia tunduk dan taat kepada Allah yang mengatur alam raya dan menetapkan hukum-hukum-Nya.” 5

164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Ibnu Al-Jauzi: Sebab turunnya adalah...: Bahwa orang-orang Musyrik berkata kepada Nabi Muhammad shalallahu alahi wasalam, “jadikanlah bukit Shafa sebagai emas jika memang kamu benar”. Maka turunlah ayat ini, demikianlah yang diriwayatkan oleh As-Suddi dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas. 6

Menurut Imam Syafi’i dalam tafsirnya menjelaskan, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam berbagai ayat dan tidak pernah menyebutkan satu sujud pun tanpa menyebutkan matahari dan bulan, Dia memerintahkan makhluk-Nya untuk tidak bersujud kepada keduanya dan memerintahkan untuk bersujud hanya kepada-Nya. Perintah untuk bersujud kepada-Nya diiringi penyebutan matahari dan bulan itu mengandung pengertian bahwa sholat diperintahkan pada saat yang berkaitan dengan peristiwa pergerakan matahari dan bulan. Di artikan pula bahwa larangan bersujud kepada keduanya sama dengan larangan untuk menyembah pada selain Dia. Dengan demikian, sunnah rasulullah mengisyaratkan bahwa sholat gerhana matahari dan bulan didirikan hanya untuk Allah subhanahu wa ta’ala.

(6)

Hal tersebut mengandung dua pengertian. Pertama sholat didirikan pada saat gerhana matahari dam bulan, tidak ada perselisihan pendapat dalam hal itu. Kedua tidak ada perintah untuk mendirikan sholat pada saat terjadi peristiwa tanda-tanda alam selain kedua peristiwa itu. Karena Allah subhanahu wa ta’ala tidak pernah memerintahkan sholat dalam suatu tanda-tanda alam lainnya. Sholat, dalam keadaan apapun merupakan bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala sekaligus keberuntungan bagi orang yang mendirikannya.

Beliau menambahi sholat saat terjadi gerhana matahari dan bulan didirikan secara berjama’ah. Tidak ada sholat khusus lain yang dilakukan pada saat terjadi peristiwa tanda-tanda alam lainnya. 7

Al-Qurtubi berkata dalam kitabnya: "Siang itu dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, seperti yang diriwayatkan Ibnu Faris dalam Al-Mujmal. Yang diperkuat oleh riwayat yang disebutkan dalam shahih muslim dari Adiy bin Hatim, ia berkata: 'ketika turun ayat Al-Baqoroh ayat 187, aku berkata pada Rasul: aku telah meletakkan sehelai benang putih dan benang hitam di bawah bantalku agar aku dapat membedakan antara siang dan malam'. Lalu Rasul bersabda: 'Bantal kamu (berguna untuk tidur menjadi) pangjang, yang dimaksud dengan ayat ini adalah genapnya malam dan terangnya siang.' (HR Muslim)" 8

IV. KESIMPULAN

‘Arsy Allah subhanahu wa ta’ala di atas air dan dia belum menciptakan apapun (selain yang telah diciptakannya sebelum air). Ketika Dia hendak menciptakan makhluk, Dia mengeluarkan asap dari dalam air dan asap tersebut naik di atas air hingga meninggi, maka ia di namakan langit. Kemudian air tersebut kering dan dijadikan-Nya satu bumi, kemudian Dia membelahnya dan menjadikannya tujuh bumi dalam dua hari yaitu pada hari ahad dan hari senin. Dia menciptakan bumi di atas ikan paus (yaitu Nun yang di sebutkan Allah dalam Al-Qur’an)

Siang itu dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, seperti yang diriwayatkan Ibnu Faris dalam Al-Mujmal. Yang diperkuat oleh riwayat yang disebutkan dalam shahih muslim dari Adiy bin Hatim, ia berkata: 'ketika turun ayat Al-Baqoroh ayat 187, aku berkata pada Rasul: aku telah meletakkan sehelai benang putih dan benang hitam di bawah bantalku agar aku dapat membedakan antara siang dan malam'. Lalu Rasul bersabda: 'Bantal kamu (berguna untuk tidur menjadi) pangjang,

7 Saikh Ahmad bin Mustofa al-Farran, Tafsir Imam Syafi’i, surat Al-Fatihah sampai Ali Imron,

(Jakarta Timur: Al-Mahiro. 2008) hal 234

(7)

yang dimaksud dengan ayat ini adalah genapnya malam dan terangnya siang.' (HR Muslim)

V. PENUTUP

Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan maupun isinya. Karena sesungguhnya kesempurnaan adalah hanya milik Allah. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah referensi pengetahuan kita, terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Isawi, Muhammad Ahmad. Tafsir Ibnu Mas'ud. Jakarta Selatan. Pustaka Azzam. 2009. Bakry, H Oemar. Tafsir Rahmat. Jakarta. PT Mutiara. 1982.

Ali, Abdullah Yusuf. Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, Juz 1-15. Jakarta. Pustaka Firdaus. 1993.

Syaikh Ahmad bin Mustofa al-Farran. Tafsir Imam Syafi’i, surat Al-Fatihah sampai Ali Imron. Jakarta Timur. Al-Mahiro. 2008. Shihab, M Quraish. Tafsir Al Misbah Vol 1. Ciputat. Lentera Hati. 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Al- Qur‟an sebagai kitab suci ( kitâbun muthahharah) maupun sebagai pedoman hidup (hudan linnas) sangat menghargai adanya pluralitas. Pluralitas oleh al- Qur‟an

Dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 2 membahas tentang Allah yang mengutus seorang Rasul, dari kalangan yang ummi atau buta huruf untuk membacakan ayat-ayatNya

Syī‟ah Iṡnā „Asyariyyah sama halnya dengan kelompok yang lain, bahwa yang menjadi sumber dasar dan pegangan agama Islam adalah kitab suci al-Qur‟an. Al-Qur‟an

Studi Tentang Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an al-Karim. Studi al-Qur‟an

Selain kedua komunitas beragama, Yahudi dan Nasrani, yang banyak mengihiasi lembar ayat-ayat al-Qur’an masih terdapat umat-umat lain yang juga disebut dalam kitab suci umat

“Dalam memahami al - Qur‟an ketika saya ingin mengetahui suatu permasalahan dalam al- Qur‟an yaitu melalui tafsir secara lan gsung, kitab tafsir yang sering saya

Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu mukjizat kerasulannya. Al- Qur‟an merupakan

Al-Qur‟an sebagai kitab suci (kitâbun muthahharah) maupun sebagai pedoman hidup (hudan linnas) sangat menghargai adanya pluralitas. Pluralitas oleh al-Qur‟an