• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN METAKOGNITIF DAN HASIL BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN METAKOGNITIF DAN HASIL BELAJAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN METAKOGNITIF DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DENGAN MENERAPKAN JURNAL BELAJAR DAN MODEL PEMBELAJARAN

THINK PAIR SHARE MATAPELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN DI

SMKN 2 MALANG

Tri Maryati

Drs. Sujono, M.T Drs. Slamet Wibawanto, M.T.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Universitas Negeri Malang

Artikel ini telah disetujui oleh Pembimbing Skripsi.

Malang, 13 Mei 2013 Pembimbing I

Drs. Sujono, M.T.

NIP 19510505 198201 1 001

Malang, 13 Mei 2013

Pembimbing II

Drs. Slamet Wibawanto, M.T.

(2)

PERBEDAAN METAKOGNITIF DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DENGAN MENERAPKAN JURNAL BELAJAR DAN MODEL PEMBELAJARAN

THINK PAIR SHARE MATAPELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN DI

SMK NEGERI 2 MALANG

Tri Maryati

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika,

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang E-mail : tri_marya56@yahoo.co.id

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan keterampilan, kesadaran, metakognitif dan hasil belajar siswa di SMK Negeri 2 Malang pada mata pelajaran kompetensi kejuruan yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran think pair share dengan menerapkan jurnal belajardan model pembelajaran think pair share. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasy experimental design) dengan pola pretest-posttest control group design.

Variabel bebas adalah model pembelajaran dan variabel terikat adalah keterampilan, kesadaran, metakognitif dan hasil belajar siswa. Populasi adalah seluruh siswa kelas X. Penentuan sampel menggunakan teknik sampling pertimbangan (purposive sampling) sehingga diperoleh kelas X TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X TKJ 2 sebagai kelas kontrol. 2 kelas tersebut homogen dilihat dari nilai tugas dan ulangan harian sebelumnya serta pertimbangan dari guru kelasnya. Hasil dalam penelitian ini adalah : 1) terdapat perbedaan keterampilan metakognitif yang signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran think pair share dengan

menerapkan jurnal belajar dan think pair share; 2) tidak terdapat perbedaan kesadaran

metakognitif yang signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran think pair share

dengan menerapkan jurnal belajar dan think pair share; 3) terdapat perbedaan metakognitif yang signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran think pair share dengan

menerapkan jurnal belajar dan think pair share; 4) terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran think pair share dengan menerapkan jurnal belajar dan think pair share.

Kata Kunci: Metakognitif, Hasil Belajar, Think Pair Share, Jurnal Belajar, SMK Negeri 2 Malang

ABSTRACT : This study aims to determine differences in skills, awareness, metacognitive and learning outcomes of students in SMK Negeri 2 Malang on vocational competence subjects treated with a think pair share learning model by applying the journal learning and learning models think pair share.This study uses a quasi-experimental design (Quasy experimental design) with the pattern of pretest-posttest control group design. The independent variable is the learning model and the dependent variable is the skill, awareness, metacognitive and student learning outcomes. Population is all students in grade X. The samples using judgment sampling technique (purposive sampling) in order to obtain TKJ X class as class 1 and class X experiments TKJ 2 as the control class. The second class of homogeneous seen from the previous tasks and daily tests of judgment and class teacher. The results in this study are: 1) there is a significant difference between the metacognitive skills of students who are taught to think pair share learning model on journal learning and think pair share, 2) there are no significant differences in metacognitive awareness among the students who are taught to think pair share learning model on journal learning and think pair share, 3) there are significant differences in metacognitive between students who are taught to think pair share learning model on journal learning and think pair share, 4) there are significant differences in learning outcomes between students who are taught to think pair share learning model on journal learning and think pair share.

(3)

Menurut Syaiful (2011) bahwa metakognitif adalah kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri. Sedangkan kesadaran berpikir adalah kesadaran seseorang tentang apa yang diketahui dan apa yang akan dilakukan. Kemudian menurut Desmita (2009) metakognitif merupakan

kemampuan di mana individu berdiri di luar kepalanya dan mencoba untuk memahami cara ia berpikir atau memahami proses kognitif yang dilakukannya dengan melibatkan komponen-komponen perencanaan planning), pengontrolan monitoring), dan evaluasi (self-evaluation).

Kompetisi dalam dunia kerja mengharapkan lulusan yang

berkompeten baik dari kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu pentingnya mengukur keterampilan dan kesadaran metakognitif untuk mengetahui tingkat kemandirian siswa dalam

merencanakan, memonitoring dan mengevaluasi pekerjaan sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan siswa bekerjasama dalam belajar bagaimana merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi.

Dalam Arikunto (2012) bahwa prinsip dalam pendidikan adalah tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi. Pentingnya menulis jurnal belajar sebagai rekaman refleksi sesaat setelah kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan kenyataan diatas, dalam penelitian ini diterapkan kolaborasi model pembelajaran think pair share

dengan menerapkan jurnal belajar.TPS merupakan suatu model yang

memfokuskan siswa dalam berdiskusi dalam memecahkan permasalahan. Jurnal belajar merupakan kegiatan siswa menuliskan kesan pelajaran, apa yang dipahami, apa yang belum

dipahami dan alasannya, cara mengatasi serta cara pengayaan sebagai wadah refleksi diri terhadap proses

pembelajaran.

METODE

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi

eksperimental) dengan desain pretest-posttest control group design karena tidak dilakukan random pada kelas eksperimen dan kelas kontrol (Sugiyono, 2009:78). Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan model think pair share dengan menerapkan jurnal belajar, sedangkan pada kelas kontrol diberikan perlakuan model think pair share. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa digunakan pre- test. Untuk mengetahui metakognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dari nilai kesadaran dan keterampilan metakognitif selanjutnya diuji prasyarat. Untuk mengetahui hasil belajar pada standar kompetensi mendiagnosis

permasalahan pengoperasian PC dan peripheral untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dari nilai diskusi, nilai praktikum, nilai afektif dan nilai post-test selanjutnya diuji prasyarat. Uji beda rata digunakan untuk mengetahui perbedaan

(4)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X TKJ SMK Negeri 2 Malang semester genap tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling pertimbangan (purposive sampling). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelas X TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X TKJ 2 sebagai kelas kontrol yang masing-masing berjumlah 37 siswa.

HASIL PENELITIAN

Data Kemampuan Awal Siswa

Data ini merupakan kemampuan siswa sebelum diberi perlakuan yang diperoleh dari nilai pre test. Data kemampuan awal siswa dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji

normalitas kemampuan awal siswa menggunakan SPSS 19 diketahui bahwa nilai Asymp Sig. (2-tailed) pada kelas eksperimen 0,072 (0,072 > 0,05) dan pada kelas kontrol 0,644 (0,644 > 0,05) maka data kemampuan awal kedua kelas terdistribusi normal.

Hasil uji homogenitas kemampuan awal siswa diperoleh nilai Sig. 0,121(0,121 > 0,05) maka data kemampuan awal kedua kelas homogen.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai

kemampuan yang setara.

Keterampilan Metakognitif Siswa Kemudian nilai rerata

keterampilan metakognitif pada kelas eksperimen (80,71) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (67,84). Grafik perbedaan keterampilan metakognitif kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Grafik Perbedaan Keterampilan Metakognitif pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Hasil uji normalitas dari data keterampilan metakognitif diperoleh Asymp. Sig (2-tailed) pada kelas eksperimen 0.502 (0,502 > 0,05) dan pada kelas kontrol 0,975 (0,975 > 0,05). Sehingga data keterampilan

metakognitif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas dari data keterampilan metakogntif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Sig. 0,341 (0,341 > 0,05) maka data tersebut homogen. Hasil uji hipotesis (uji-t) keterampilan metakognitif siswa menunjukkan Sig. (2-tailed) 0,00 (0,00 < 0,05) sehingga terdapat perbedaan keterampilan metakognitif siswa kelas eksperimen dengan nilai rata

keterampilan metakognitif lebih tinggi daripada kelas kontrol.

(5)

Gambar 1.2 Grafik Perbedaan Kesadaran Metakognitif pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Hasil uji normalitas dari data kesadaran metakognitif diperoleh Asymp. Sig (2-tailed) pada kelas eksperimen 0.429 (0,429 > 0,05) dan pada kelas kontrol 0,718 (0,718 > 0,05). Sehingga data kesadaran metakognitif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas dari data kesadaran metakogntif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Sig. 0,069 (0,069 > 0,05) maka data tersebut homogen. Hasil uji hipotesis (uji-t) kesadaran metakognitif siswa menunjukkan Sig. (2-tailed) 0,057 (0,057 > 0,05) sehingga terdapat tidak terdapat perbedaan kesadaran

metakognitif siswa kelas eksperimen dengan nilai rata kesadaran

metakognitif lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Metakognitif Siswa

Nilai metakognitif siswa diperoleh dari nilai kesadaran

metakognitif (50%) dan keterampilan metakognitif (50%) setelah diberi perlakuan. Sehingga nilai rerata metakognitif pada kelas eksperimen (75,76) lebih tinggi dari kelas kontrol

(66,80). Grafik perbedaan metakognitif pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat dilihat pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Grafik Perbedaan Metakognitif pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Hasil uji normalitas dari data metakognitif diperoleh Asymp. Sig (2-tailed) pada kelas eksperimen 0.442 (0,442 > 0,05) dan pada kelas kontrol 0,973(0,973 > 0,05). Sehingga data metakognitif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas dari data metakogntif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Sig. 0,293 (0,293 > 0,05) maka data tersebut homogen. Hasil uji hipotesis (uji-t) metakognitif siswa menunjukkan Sig. (2-tailed) 0,00 (0,00 < 0,05) sehingga terdapat

perbedaan metakognitif siswa kelas eksperimen dengan nilai rata

metakognitif lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa

(6)

kelas eksperimen (92,32) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (91,37); Nilai rerata praktikum pada kelas eksperimen (89,14) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (87,05); nilai rerata afektif pada kelas eksperimen (78,72) kurang dari pada kelas kontrol (79,87); nilai rerata post-test pada kelas eksperimen (81,14) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (71,68). Sehingga rerata hasil belajar pada kelas eksperimen (84,87) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (81,44). Grafik perbedaan hasil belajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Gambar 1.4 Grafik Perbedaan Hasil Belajar pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Hasil uji normalitas dari data hasil belajar diperoleh Asymp. Sig (2-tailed) pada kelas eksperimen 0.936 (0,936 > 0,05) dan pada kelas kontrol 0,851(0,851 > 0,05). Sehingga data hasil belajar kedua kelas terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas dari data hasil belajar siswa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Sig. 0,816 (0,816 > 0,05) maka data tersebut homogen.Uji hipotesis (uji-t) hasil belajar menunjukkan Sig. (2-tailed) 0,00 (0,00 < 0,05) maka terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas

eksperimen dengan nilai rata hasil belajar lebih tinggi daripada kelas kontrol.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan analisis uji normalitas, homogenitas dan uji hipotesis menunjukkan bahwa : Perbedaan Keterampilan

Metakognitif

Adanya perbedaan karena jurnal belajar sebagai pembeda antara pelakuan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jurnal belajar sebagai wadah pembelajaran merupakan penerapan salah satu strategi metakognitif yaitu monitoring dan refleksi. Kesimpulan ini sejalan dengan teori Blakey dan Spence (2000) dalam Puryanto (2010) bahwa keterampilan metakognitif dapat meningkat jika di dukung dengan perilaku metakognitif yaitu :

mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui siswa, membicarakan berpikir untuk merencanakan & memecahkan

masalah, membiasakan membuat jurnal belajar, membuat perencanaan & pengaturan diri sendiri, penguraian kembali proses berpikir, dan membuat evaluasi diri.

(7)

menunjukkan bahwa pembiasaan penerapan menulis jurnal belajar sebaiknya lebih dari 4 kali pertemuan. 2) Membuat evaluasi diri adalah syarat untuk meningkatkan kesadaran

metakognitif. Dalam membuat evaluasi diri perlu adanya hubungan antara evaluasi diri siswa dan tanggapan dari guru. Dalam penelitian ini keterlibatan guru masih kurang dalam memberi tanggapan terhadap evaluasi diri siswa. Keterbatasan guru dalam memberi umpan balik pada hasil evaluasi diri siswa menyebabkan evaluasi diri siswa tidak maksimal. Umpan balik guru sebaiknya dilakukan secara periodik, dimana jika hari ini siswa menulis jurnal belajar maka keesokkan hari sudah mendapatkan jurnal belajarnya beserta umpan balik guru terhadap perkembangan belajar pada pelajaran hari itu . Sehingga siswa dapat

melakukan evaluasi di rumah terhadap pembelajarannya. Jadi, siswa dapat lebih baik dalam menerima pelajaran berikutnya. 3)Berdasarkan hasil penelitian nilai kesadaran kelas eksperimen sedikit lebih unggul jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Namun ketika dilakukan uji-t

menunjukkan tidak ada perbedaan. 4) Model pembelajaran think pair share kurang mendorong siswa dalam

merencanakan tugas dan memecahkan masalah seperti model pembelajaran project based learning sehingga kesadaran metakognitif hanya sedikit meningkat.

Perbedaan Metakognitif

Adanya perbedaan ini terjadi karena jurnal belajar sebagai pembeda antara perlakuan yang diberikan pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran think pair share dengan menerapkan jurnal belajar dan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran think pair share. Temuan dalam penelitian yang mendukung yaitu sebagai berikut :

a) Model pembelajaran think pair share dengan menerapkan jurnal belajar, siswa diberikan kesempatan untuk berpikir pada 4 tahap yaitu : 1) Think

Pada tahap ini siswa berfikir dalam merencanakan pengerjaan tugas sehingga komponen kesadaran

metakognitif yaitu Regulation of Cognition pada indikator planning mulai bekerja. Selanjutnya komponen kesadaran metakognitif yaitu

Knowledge of Cognition pada indikator Declarative Knowledge mulai bekerja dimana siswa mendeklarasikan 3 faktor yaitu faktor dirinya sendiri, faktor tugas yang akan dikerjakan, dan faktor strategi yang dapat dilakukan untuk mengerjakan tugas. Selanjutnya siswa telah secara mandiri memikirkan cara pengerjaan untuk menyelesaikannya sehingga komponen metakognitif yaitu Knowledge of Cognition pada indikator procedural knowledge telah mulai bekerja.

2) Pair

Pada tahap ini siswa saling bertukar pikiran dengan teman

pasangannya untuk saling melengkapi atau memonitor diri terhadap argumen masing-masing. Sehingga komponen kesadaran metakognitif yaitu

(8)

strategies, comprehension monitoring, dan debugging strategies telah mulai bekerja pada tahap berpasangan.

Perencanaan (planning) di atur kembali setelah sebelumnya masing-masing siswa telah merencanakan pengerjaan dengan strategi pengerjaan masing-masing, sehingga pada tahap ini terjadi pengaturan strategi pengerjaan dari 2 orang sehingga terjadi pertukaran pendapat yang menghasilkan 1 strategi yang disepakati oleh 2 orang

(information management strategies). Selanjutnya comprehension monitoring dilakukan pada saat mengerjakan tugas dengan strategi yang telah disepakati bersama (debugging strategies) kemudian siswa melakukan self monitoring untuk memantau kinerja apakah masih dalam koridor

perencanaannya apa tidak dan jika memang tidak sesuai maka tindakan yang akan dilakukan selanjutnya bagaimana (Knowledge of Cognition pada indikator conditional knowledge). 3) Share

Pada tahap ini siswa melakukan presentasi terhadap hasil kerja yang dilakukan perkelompok dalam kelas yang kemudian ditanggapi oleh teman-temannya dari kelompok yang lain sehingga siswa dapat mengevaluasi hasil pemikiran mereka dalam mendapatkan jawaban atau solusi terbaik dalam pelaksanaan tugas yang diberikan (Regulation of Cognition pada indikator Evaluation).

4) Learning of Journal

Pada saat menulis jurnal belajar maka siswa telah melakukan salah satu komponen keterampilan metakognitif yaitu evaluasi. Dengan menuliskan

komponen-komponen dalam jurnal belajar siswa telah merefleksikan kesadaran metakognitifnya sendiri.

Berikut ini adalah komponen-komponen dalam jurnal belajar beserta hubungannya terhadap mendukung kesadaran metakognitif siswa. 1) Kesan terhadap pelajaran. Siswa melakukan evaluasi (Regulation of Cognition pada indikator Evaluation) terhadap

komponen kesadaran metakognitif yaitu Knowledge of Cognition pada indikator declarative knowledge dimana siswa melakukan evaluasi terhadap diri sendiri dan juga terhadap orang lain.(2) Materi yang telah dipahami.Siswa melakukan evaluasi (Regulation of Cognition pada indikator Evaluation) terhadap pengetahuan yang telah diperoleh dengan strategi yang telah berhasil dilakukan pada penyelesaian tugasnya (Knowledge of Cognition pada indikator procedural dan

conditional knowledge).(3) Materi yang belum di pahami. Siswa melakukan monitoring dan mengevaluasi

(Regulation of Cognition pada indikator comprehension monitoring, debugging strategies dan evaluation) terhadap pengetahuan yang telah diperoleh dengan strategi yang belum berhasil dilakukan pada penyelesaian tugasnya (regulation of Cognition pada indikator procedural dan conditional

knowledge).(4) Cara mengatasi. Siswa melakukan pengaturan strategi

(9)

indikator planning) untuk dapat mendapatkan hasil yang lebih baik untuk pertemuan selanjutnya. Sehingga dengan menuliskan

komponen-komponen jurnal belajar siswa akan bertambah pengetahuannya terkait kesadaran metakognitif yaitu

Knowledge of Cognition pada indikator declarative knowledge, procedural knowledge, dan conditional knowledge. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa model pembelajaran think pair share dengan menerapkan jurnal belajar pada kelas eksperimen terbukti lebih unggul mendukung optimalisasi keterampilan, metakognitif dan hasil belajar siswa jika

dibandingkan dengan model

pembelajaran think pair share pada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada jurnal belajar memberikan kesempatan yang lebih besar pada siswa untuk memonitor proses belajarnya (kesadaran metakognitif) dan merancang pemikirannya yang akan dilakukan untuk mengerjakan tugas yang tingkat kesulitannya hampir sama atau lebih sulit selanjutnya

(keterampilan metakognitif). Sehingga siswa dapat menyadari kemampuan dirinya sendiri dan mengevaluasi ketercapaian tujuan belajar yang diharapkan (kesadaran metakognitif). Perbedaan Hasil Belajar

Terdapat perbedaan ini terjadi karena adanya pembeda perlakuan yang diberikan kepada kedua kelas selama penelitian dilaksanakan yaitu model pembelajaran think pair share dengan menerapkan jurnal belajar diterapkan pada kelas eksperimen dan model pembelajaran think pair share

diterapkan pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, guru melatih siswa untuk melakukan aktivitas

metakognitif, yaitu : merancang apa yang hendak dipelajari, memantau kemajuan proses belajar dan

mengevaluasi apa yang telah dipelajari dengan menggunakan jurnal belajar sehingga hasil belajar yang luar biasa dapat dicapai oleh peserta didik (Sapa’at, 2008). Selanjutnya menurut Coutinho (2007) terdapat hubungan positif antara prestasi belajar dengan metakognitif. Prestasi belajar siswa yang memiliki tingkat metakognitif tinggi akan lebih baik jika

dibandingkan dengan siswa yang memiliki tingkat metakognitif rendah. Siswa yang memiliki prestasi akademik rendah dapat diperbaiki melalui strategi metakognitif. Hubungan antara prestasi belajar dengan metakognitif dapat dilihat pada Gambar 1.5.

Gambar 1.5 Hubungan Antara Metakognisi dan Prestasi Akademik

(Sumber: Coutinho, 2007:41)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, adapun saran yang dapat disampaikan peneliti adalah: 1. Terdapat perbedaan keterampilan

(10)

pembelajaran think pair share dengan menerapkan jurnal belajar dan model pembelajaran think pair share di SMK Negeri 2 Malang. 2. Tidak terdapat perbedaan kesadaran

metakognitif yang signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran think pair share dengan menerapkan jurnal belajar dan model pembelajaran think pair share di SMK Negeri 2 Malang. 3. Terdapat perbedaan metakognitif

yang signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran think pair share dengan menerapkan jurnal belajar dan model

pembelajaran think pair share di SMK Negeri 2 Malang.

4. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran think pair share dengan menerapkan jurnal belajar dan model

pembelajaran think pair share di SMK Negeri 2 Malang.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Guru dapat menggunakan model pembelajaran think pair share dengan menerapkan jurnal belajar. Karena ini telah terbukti

keberhasilannya dalam meningkatkan hasil belajar, keterampilan dan metakognitif siswa.

2. Sebaiknya perlu pembiasaan menulis jurnal belajar agar dapat meningkatkan kesadaran

metakognitif siswa.

3. Model pembelajaran think pair share dengan menerapkan jurnal belajar sebaiknya dikembangkan lagi untuk materi dan pokok

bahasan yang berbeda pada jenjang setara maupun pada jenjang

pendidikan yang berbeda. Sehingga kebiasaaan merefleksikan proses belajar menjadi kebiasaan. 4. Sebaiknya guru dalam

menggunakan model pembelajaran kooperatif variasi yang lain namun tetap dengan strategi metakognitif. 5. Sebaiknya jurnal belajar siswa

langsung mendapatkan tanggapan dari guru. Karena dapat menjadi acuan untuk pelajaran pada pertemuan selanjutnya. Kemudian ini akan lebih baik jika bisa di publikasikan dalam sebuah blog atau website, karena dimungkinkan jurnal belajar siswa akan hilang jika di kembalikan kepada siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Desmita.2009a. Psikologi

Perkembangan Peserta Didik Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Puryanto, Edi. 2010. Peningkatan

Kemampuan Membaca Ekstensif dengan Strategi Metakognitif Siswa Kelas VII SMP Maarif 1

Jatinegara-Tegal. Tesis. Malang : Program Pascasarjana UM

(11)

Supa’at, Asep. 2008. Teaching skill - Metakognitif (Belajar Bagaimana untuk Belajar)(Online),

(http://teachersguideonline.blogspo

t.com/2008_09_01_archive.htm,

diakses 27 Desember 2012).

Gambar

Gambar 1.1 Grafik Perbedaan Keterampilan Metakognitif pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 1.2 Grafik Perbedaan Kesadaran Metakognitif pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 1.4 Grafik Perbedaan Hasil Belajar pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 1.5 Hubungan Antara Metakognisi dan Prestasi Akademik

Referensi

Dokumen terkait

Partisipasi masyarakat Desa Bengkala menjadi faktor penting mengapa Desa Bengkala dapat sukses melakukan pemenuhan hak politik dalam pemilu bagi penyandang

Selanjutnya, trait kepribadian The Big Five yang terdiri dari Extraversion, Agreeableness, Openness, Conscientiousness dan Neuroticism tersebut akan diukur dengan

Dari kedua gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa gabah padi yang ditempatkan di dalam pengering rumah kaca dapat memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan

Jumlah Saham yang ditawarkan 726.000.000 Saham Biasa Atas Nama Seri B dengan Nilai Nominal Rp.. HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU (HMETD) PT MULTISTARDA ARAH SARANA Tbk

Pada komponen hasil (Tabel 5) bobot brangkasan kering varietas Keller menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada varietas Numbu, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Wray;

Hubungan antara grafik sensitivitas yang dihasilkan dari eksperimen dan hukum Beer-Lambert ini memungkinkan nanopartikel perak termodifikasi asam asetat 0,1% ini

Pencapaian Vision 4, 000 Peacekeepers akan memberikan dampak positif dalam memperkuat peran strategis Indonesia di berbagai fora multilateral, khususnya PBB ,

Dengan pertimbangan dan permasalahan di atas, oleh karena itu penyusun memutuskan untuk membuat Aplikasi Pendataan Pada SMA Negeri 1 Amfoang Utara, yang membahas