NAMA : NERIS ANISTI
NIM : F1C009046
MATA KULIAH MANAJEMEN MEDIA MASSA
Menyoal Konglomerasi Media
Media bisa jadi pembentuk dan cermin perubahan, bisa jadi hanya sebagai kurir perubahan.
Media massa di tengah masyarakat diakui memiliki sumber kekuatan. Ia bisa menjadi alat kontrol kekuasaan yang berada di dalam masyarakat hierarkis. Secara otomatis, media menjadi alat manajemen masyarakat. Disamping itu, media menjadi sebuah inovasi yang dapat difungsikan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.
Dalam perkembangan media massa, media memiliki fungsi sekaligus tujuan. Lima fungsi utama media yaitu memberi informasi, korelasi, kesinambungan, hiburan, sekaligus sebagai sarana mobilisasi.
Sekilas, media massa memang menjadi saluran yang tepat dalam proses perubahan sosial. Namun ada salah satu faktor penentu yang dapat menjadikan media sebagai pedang bermata dua. Konglomerasi. Dia dapat membuat media massa membangun, tapi di sisi lain media massa juga sangat berpotensi merusak.
Pada dasarnya, masyarakat kita dibentuk oleh berbagai kekuatan ekonomi. Baik yang bersumber dari suatu kelompok maupun dari ketegangan tarik menarik antarkelompok. Tentu saja kelompok-kelompok ekonomi tersebut memiliki kepentingan di tengah masyarakat. Melalui berbagai cara kelompok ekonomi tersebut mengeruk keuntungan, salah satunya melalui media massa.
Dalam buku Teori Komunikasi Massa Denis McQuail, dijelaskan bahwa para orang Marxis menginterpretasikan masyarakat kapitalis sebagai masyarakat yang didominasi oleh suatu kelas. Media massa pun menjadi arena bertarung berbagai ideologi bagi mayoritas pandangan kelas sosial tertentu. Kekuasaan yang sebenarnya semakin banyak bertumpu pada model monopoli.
Institusi media pada akhirnya dipandang sebagai bagian dari sistem ekonomi yang juga bertalian erat dengan sistem politik. Konglomerasi media pun terjadi. Media massa menjadi alat kepentingan ekonomi yang juga merupakan para pemilik dan penentu kebijakan atas masyarakat. Kondisi semacam ini merupakan efek murni dari berkurangnya jumlah sumber media independen, terciptanya konsentrasi pada pasar bebas, serta muncul sikap masa bodoh pada calon khalayak pada sektor kecil.
Aliran Frankfurt juga turut menganalisis kondisi ini. Menurutnya, ideologi kelas dominan digunakan untuk mempertahankan kekuatan ekonomi melalui proses subversi dan asimilasi kelas pekerja. Budaya massa yang komersial dan universal pun menjadi sarana utama yang menunjang tercapainya keberhasilan monopoli modal tersebut.
Secara keseluruhan, sistem produksi barang, jasa, dan ide yang diselenggarakan secara massal membuka kemungkinan diterimanya sebagian atau seluruh sistem kapitalisme dengan ketergantungannya pada rasionalitas teknologi, konsumerisme, kesenangan jangka pendek, dan mitos “tanpa kelas”. Segala hal yang dapat menjadi konten informasi di dalam media pun menjadi komoditas.
Beritasatu.com, Contoh Konglomerasi Media yang Lain
Di Indonesia, pemilik media adalah pemilik modal sekaligus pemilik kekuasaan. Sebut saja Aburizal Bakrie, Surya Paloh, dan Hary Tanoesudibyo. Namun ada satu media lagi yang pemiliknya juga politisi partai ; Beritasatu Media.
Group. Nama "BeritaSatu" kemudian menjadi merek dagang baru untuk kelompok media ini. Pada tanggal 3 September 2011, BeritaSatu Media meluncurkan BeritaSatu TV.
Dalam perkembangannya, BeritaSatu memproduksi majalah Investor, Globe Asia, The Peak, Campus Asia, Student Globe, Kemang Buzz, dan Campus Life. Berita Satu Media juga memiliki situs online BeritaSatu.com, serta merambah dunia televisi dan radio dengan nama BeritaSatu TV dan BeritaSatu FM.
Adalah Theo L. Sambuaga, sang presiden direktur BeritaSatu Media Holdings. Pada Kabinet Reformasi Pembangunan, ia adalah anggota DPR dan mantan Menteri Negara Perumahan Rakyat dan Permukiman Indonesia. Dari keruntuhan Orde Baru, Theo menjabat sebagai DPP Partai Golkar sekaligus Ketua Pengurus Pusat Badan Informasi Komunikasi (BIK) Partai Golkar.
Tampaknya BeritaSatu Media Holding tidak terlepas dari kepentingan Golkar. Meskipun tidak sekentara media lain, namun politik keredaksiannya memiliki arahan sesuai dengan nilai-nilai yang dibawa Golkar. Begitu pula dengan pemilihan berita yang diangkat. Misalnya lead di salah satu beritanya menyebutkan
Tim ilmuwan dari Rusia menyatakan, lumpur Lapindo diakibatkan oleh aktifnya gunung lumpur dan bukan oleh aktivitas pengeboran.
Hal ini menunjukkan keberpihakan BeritaSatu dalam suatu kasus. Theo L. Sambuaga, adalah seorang partner dari Aburizal Bakrie. Sudah pasti ia mendukung kepentingan partnernya (disamping membawa kepentingannya sendiri).
