• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERUBAHAN ARAHAN POLA RUANG KAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERUBAHAN ARAHAN POLA RUANG KAB"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERUBAHAN ARAHAN POLA RUANG KAB. BADUNG DARI RENCANA DETAIL TATA

RUANG KECAMATAN 2002 2011 MENJADI RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2013 2033

BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

STUDI KASUS DESA SIBANG GEDE KEC. ABIANSEMAL

TUGAS MATRIKULASI PENULISAN AKADEMIK

Oleh :

Muhammad Nur Sadewo NIM : 21040116410050

Kantor Pertanahan Kabupaten Badung

FAKULTAS TEKNIK

MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

ANALISIS PERUBAHAN ARAHAN POLA RUANG KAB. BADUNG DARI RENCANA DETAIL TATA RUANG KECAMATAN 2002 2011 MENJADI RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2013 2033 BERBASIS SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS

STUDI KASUS DESA SIBANG GEDE KEC. ABIANSEMAL

Perencanaan tata ruang pada suatu daerah menjadi suatu hal yang harus ditetapkan secara rinci dan komprehensif disesuaikan dengan kemampuan lahan dan kebutuhan lahan yang ada. Kabupaten Badung merupakan daerah yang memiliki perkembangan yang sangat pesat di Provinsi Bali. Kunjungan pariwisata yang meningkat setiap tahunnya mau tidak mau memberikan efek terhadap kebutuhan lahan untuk akomodasi pariwisata maupun untuk perumahan. Pergeseran minat wisatawan yang lebih memilih untuk tinggal pada penginapan yang memiliki view alami seperti sawah, sungai dan pengunungan menimbulkan perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke arah non pertanian terutama akomodasi pariwisata yang signifikan. Penataan ruang menjadi kunci dari dikatakan permasalahan tersebut. Dalam UU No 26 Tahun 2007 dijelaskan bahwa penataan ruang merupakan suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Proses perencanaan harus dilanjutkan dengan realisasi pemanfaatan ruang yang sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dan adanya kendali dalam rangka pemanfaatan ruang tersebut.

Penataan ruang dikabupaten badung dituangkan dalam Perda No. 26 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung (RTRW) Tahun 2013 2033 yang memperbaharui Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan (RDTR Kecamatan) sebelumnya yang berlaku pada Tahun 2002 2011 dalam hal ini Keputusan Bupati No. 1045 Tahun 2002 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Abiansemal Tahun 2002 - 2011. Distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya disebut dengan Pola Ruang (UU No. 26 Tahun 2007), merupakan landasan dalam mengatur penggunaan ruang diwilayah Kabupaten Badung. Izin terkait perubahan penggunaan baik pertimbangan teknis pertanahan izin perubahan penggunaan tanah (PTP IPPT) yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) maupun izin mendirikan bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Badung mengacu kepada pola ruang yang telah ditetapkan pada RTRW Kabupaten Badung tersebut.

(3)

merupakan kawasan perumahan (sesuai dengan RDTR Kecamatan dalam hal ini untuk sertifikat yang telah terbit sebelum berlakunya RTRW Kabupaten Badung 2013 2033).

Secara sekilas karena belum dilakukan analisis lebih lanjut, terdapat perubahan pola ruang yang cukup signifikan terutama di Desa Sibang Gede Kecamatan Abiansemal dari kawasan peruntukan perumahan menjadi kawasan budidaya tanaman hortikultura dan perkebunan. Hail inilah yang menjadikan Desa Sibang Gede sebagai lokasi studi kasus dalam tulisan ini. Desa Sibang Gede merupakan desa dengan luasan terbesar dari total 18 desa di Kecamatan Abiansemal. Desa Sibang Gede memiliki luas 10.68 km²dengan penggunaan tanah

sawah dengan luas 331 Ha, Tegal/Huma dengan luas 328,3 Ha, Pekarangan dengan luas 168 Ha, Tanah Peerkebunan 225 Ha dan lainnya memiliki luas 16,1 Ha. Dari sisi kependudukan Desa Sibang Gede memiliki jumlah penduduk 6.477 Jiwa dengan kepadatan 606/ km² (Kecamatan Abiansemal Dalam Angka Tahun 2016).

Tejadinya perubahan pola ruang dari kawasan peruntukan perumahan menjadi kawasan budidaya tanaman hortikulura dan perkebunan dapat menimbulkan ketidakpastian hukum dan merugikan hak keperdataan masyarakat. Hal yang dapat terlihat jelas yaitu tidak dapat izin mendirikan bangunan, kemudian dari sisi pertanahan tidak dapat diperjualbelikan dengan calon pembeli dari luar kecamatan karena termasuk dalam tanah absentee, selanjutnya tidak dapat dilekati hak tanggungan karena persyaratan kawasan dan IMB yang tidak mendukung. Hal inilah kemudian menjadi pertanyaan bagi penulis bagaimana komposisi pola ruang, baik pada RDTR Kecamatan maupun RTRW Kabupaten dan seberapa luas perubahan yang terjadi terutama di Desa Sibang Gede sebagai lokasi studi.

Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan untuk melakukan analisis antara pola ruang RDTR Kecamatan dan RTRW Kabupaten sehingga dapat diketahui secara spasial perubahan pola ruang yang terjadi dan luasannya. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi sehingga sistemnya dapat menjawab pertanyaan spasial (berikut pemodelannya) maupun non-spasial, serta memiliki kemampuan analisis spasial dan analisis non-spasial (Prahasta (2002) dalam Sadewo, 2011). Pada proses analisis menggunakan Overlay atau tumpang susun data antara data RDTR Kecamatan dan RTRW Kabupaten, batas administrasi desa menjadi penting dalam prosesoverlayuntuk mendapatkan RDTR Kecamatan maupun RTRW Kabupaten dalam batasan administrasi Desa Sibang Gede yang sama. Selanjutnya dilakukan proses overlay

kembali antara kedua data tersebut yang berbentuk shapefile (.shp) untuk mendapatkan perubahan pola ruang yang terjadi, yang selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui luas pada tiap tiap perubahannya.

(4)

budidaya tanaman pangan/ kawasan pertanian lahan basah. Dari perhitungan luas pada arahan pola ruang RDTR kecamatan memiliki luas kawasan perumahan 183.56 Ha, sedangkan kawasan peruntukan permukiman pada RTRW Kabupaten hanya memiliki luas 97.99 Ha. Terjadi penurunan luas pola ruang kawasan perumahan sebesar 85.57 Ha yang berubah menjadi kawasan pola ruang lainnya.

(a) (b)

Gambar 1. Pola ruang Desa Sibang Gede berdasarkan RDTR Kecamatan Abiansemal 2002 2011 (a) dan pola ruang Desa Sibang Gede berdasarkan RTRW Kabupaten Badung 2013 2033 (b)

Analisis perubahan pola ruang di Desa Sibang Gede dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu pertama, perubahan pola ruang dari pertanian menjadi non pertanian (perumahan, perdagangan dan jasa), dimana ini merupakan sesuatu perubahan yang wajar dikarenakan perkembangan kota dan kebutuhan lahan yang lebih besar sesuai dengan perkembangan jumlah penduduk. Hasil perhitungan menunjukkan terjadi perubahan pola ruang pertanian menjadi non pertanian dengan luas 10.83 Ha dengan didominasi oleh perubahan pola ruang dari kawasan pertanian lahan kering dan pertanian lahan basah menjadi kawasan peruntukan permukiman. Yang kedua yaitu perubahan pola ruang dari non pertanian menjadi pertanian, dimana hal ini dianggap tidak wajar karena dapat merugikan hak keperdataan masyarakat. Hasil perhitungan menunjukkan perubahan pola ruang dari non pertanian menjadi pertanian memiliki luasan yang cukup besar yaitu 91.94 Ha atau 16.1 % dari luas Desa Sibang Gede. Perubahan pola ruang dari non pertanian menjadi pertanian didominasi oleh perubahan dari sebelumnya kawasan perumahan menjadi kawasan budidaya tanaman hortikultura dan perkebunan dengan luas 90.63 Ha. Yang ketiga yaitu pola ruang yang sama atau sesuai antara pola ruang RDTR Kecamatan dengan RTRW Kabupaten dengan luasan tertinggi yaitu 469.54 Ha (82%), dimana pola ruang kawasan lahan basah tetap menjadi kawasan budidaya tanaman pangan memiliki luas yang tertinggi yaitu 308.44 Ha.

(5)
(6)

DAFTAR PUSTAKA

Kabupaten Badung. 2013. Peraturan Daerah No. 26 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung. Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2013 No. 26. Sekretaris Daerah. Badung.

Kecamatan Abiansemal Dalam Angka Tahun 2016.BPS Kabupaten Badung, 2016.

Muta ali, Luthfi. 2013.Penataan Ruang Wilayah dan Kota (Tinjauan Normatif dan Teknis). Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) UGM.

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Lembaran Negara RI Tahun 2007 No. 68. Sekretariat Negara. Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Pola ruang Desa Sibang Gede berdasarkan RDTR Kecamatan Abiansemal 2002 � 2011 (a) dan

Referensi

Dokumen terkait

Narasumber berikutnya mengatakan bahwa sudah terlihat kegiatan Front Pembela Islam FPI di Banda Aceh salah satunya soal Palestina, soal kecaman terhadap Donal trump dan soal LGBT

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dirumuskan masalah penelitian yaitu, apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei melalui kuesioner.Pada penelitian tingkat pengetahuan ini peneliti menemukan hasil dimana

Prosedur pelaksanaan teknik tersebut adalah setelah data terkumpul maka data direduksi, artinya proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan

susu ibu bersalin terhadap kontrraksi uterus ibu bersalin kala III berdasarkan hasil uji disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara kontraksi dengan oerangsangan

Seperti jumlah armada pengangkutan sampah yang masih kurang seimbang dengan volume sampah yang dihasilkan, cuaca yang seringkali tidak mendukung sehingga

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase nilai hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah CAD kompetensi menggambar 3

12 adalah rumusan faktor-faktor penentu calon mahasiswa dalam memilih jurusan dan universitas, yang diharapkan dapat membantu para praktisi Humas dan marketing untuk menyusun