BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Bank
Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10
november 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah
“badan usaha yang menghimpundana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak” (Kasmir, 2002).
Bank merupakan tempat dimana orang yang mempunyai kelebihan
dana untuk menyimpan uang dan tempat dimana orang-orang yang
membutuhkan dan kekurangan dana untuk meminjam. Dana yang diperoleh
bank dalam simpanan disalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada
masyarakat yang memerlukannya. Bank akan memperoleh keuntungan dari
selisih bunga yang diberikan kepada masyarakat.
Fungsi-fungsi perbankan tersebut, antara lain :
1. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai
lembaga penghimpun dan penyalur dana.
2. Pelaksana kebijakan moneter.
4. Lembaga yang ikut mendorong pertumbuhan dan pemerataan
pendapatan.
2.1.2 Profitabilitas
Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Rentabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan
aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas diukur
dengan ROA yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya, 2009 :
119).
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30DPNP tanggal 14
Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba
sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah
laba bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak. Total aset yang
digunakan untuk mengukur ROA adalah jumlah keseluruhan dari aset yang
dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA menunjukkan
kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return)
semakin besar. Analisis rasio profitabilitas ini menggunakan ROA. Alasan
penggunaan ROA dikarenakan BI sebagai Pembina dan pengawas
perbankan yang lebih mementingkan aset yang dananya berasal dari
masyarakat. Disamping itu ROA merupakan metode pengukuran yang
ROA dapat mencerminkan hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan
terutama perbankan:
ROA = EBT x 100% TA
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar
ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan
asset.
Perhitungan ROA terdiri dari :
1) ROA
ROA adalah return on asset atau hasil pengembalian dari asset.
2) EBT
EBT adalah laba perusahaan (bank) sebelum dikurangi pajak
3) Total aktiva
Merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank, terdiri dari:
a) Aktiva lancar
b) Aktiva tetap
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka standar ROA yang baik
adalah sekitar 1,5 persen.
2.1.3 Kredit
Menurut Kasmir (2010 : 73) pembiayaan atau kredit adalah
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil”.
Berdasarkan pengertian diatas maka kredit merupakan suatu bentuk
usaha yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh keuntungan atau profit
dari selisih bunga yang diberikan kepada masyarakat. Dalam hal ini
tentunya ada kendala, setiap usaha pasti ada risiko dalam menjalaninya.
Dalam menjalankan usaha didalamnya pasti terdapat risiko. Terutama
perbankan dalam melakukan pemberian kredit.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas
kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2010 : 74):
1. Kepercayaan
Yang merupakan suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa
kredit yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa
akan benarbenar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu
dimasa yang akan datang.
2. Waktu
Yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan
pemberian kredit dan pelunasannya. Pada saat pelunasan kredit yang
telah disepakati jarak atau jangka waktunya bisa berbentuk jangka
pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
Yang menyatakan adanya risiko yang mungkin muncul sepanjang
jarak antara saat memberikan dan pelunasannya. Semakin panjang
masa kredit maka semakin besar risiko yang menjadi tanggungan
bank, demikian juga sebaliknya. Risiko ini ada yang di sengaja
maupun tidak disengaja.
4. Kesepakatan
Yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur terdapat suatu
persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian dimana masing
masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.
5. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa
tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk
bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.
2.1.4 Pemberian Kredit
Pemberian kredit merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat
dilakukan oleh sebuah bank. Pemberian kredit biasanya dilakukan oleh bank
dalam hal menyalurkan dananya kepada masyarakat untuk masyarakat yang
kekurangan dana. Termasuk kredit dalam kerangka pembiayaan bersama
atau kredit dalam proses penyelamatan.
Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menilai likuiditas suatu
bank dengan cara membagi jumlah kredit dengan jumlah dana. Loan to
Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat.
Loan to Deposit Ratio menunjukkan kemampuan bank didalam
menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh
bank maupun dana yang dikumpulkan dari masyarakat (Achmad dan
Kusuno, 2003).
Menurut Dendawijaya (2005) Loan to Deposit Ratio (LDR)
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Jika bank dapat menyalurkan
seluruh dana yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini
terkait resiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau
pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya.
Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan
terkena resiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan,
batas minimum pinjaman yang diberikan bank adalah 80%
dan maksimum 110%. Rumus Loan to Deposit Ratio sebagai berikut:
LDR = Kredit x 100% Dana Pihak Ketiga
2.1.4.1 Sumber Dana Pemberian kredit
Pertumbuhan bank dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
menghimpun dana dari masyarakat. Bagi bank dana merupakan
persoalan utama, tanpa dana bank tidak dapat menjalankan kegiatan
sebuah bank sebagai lembaga keuangan, dana merupakan darah dalam
tubuh badan usaha dan persoalan paling utama. Tanpa dana bank
tidak dapat berbuat apa-apa, artinya tidak dapat berfungsi sama
sekali”. Disamping itu, adapun dana-dana bank yang digunakan sebagai alat operasional suatu bank bersumber dari dana-dana sebagai
berikut (Lukman Dendawijaya, 2009 : 46) :
1. Dana Pihak Kesatu (Dana dari modal bank sendiri)
2. Dana Pihak Kedua (Dana pinjaman dari pihak luar)
3. Dana Pihak Ketiga (Dana dari masyarakat)
Adapun penjelasan mengenai sumber - sumber dana bank
secara lebih rinci, yaitu sebagai berikut :
1. Dana pihak kesatu (dana dari modal bank sendiri)
Dana dari bank sendiri adalah dana yang berasal dari pemilik bank
atau para pemegang saham, baik para pemegang saham pendiri (yang
pertama kalinya ikut mendirikan bank tersebut) maupun pihak
pemegang saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu
kemudian, termasuk para pemegang saham publik (jika mislanya bank
tersebut sudah go public atau merupakan suatu badan usaha terbuka).
Dana modal sendiri terdiri atas beberapa bagian (pos), yaitu sebagai
berikut:
a. Modal disetor, adalah uang yang disetor secara efektif oleh
pemegang saham pada saat bank didirikan. Pada umunya,
saham) dipergunakan bank untuk penyediaan sarana perkantoran
seperti tanah atau gedung, peralatan kantor, dan promosi untuk
menarik minat masyarakat.
b. Agio saham, adalah nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan
oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan nilai nominal
saham.
c. Cadangan-cadangan, adalah sebagian laba bank yang disisihkan
dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang
digunakan untuk menutup kemungkinan timbulnya risiko di
kemudian hari.
d. Laba ditahan, adalah laba milik para pemegang saham yang
diputuskan oleh mereka sendiri melalui rapat umum pemegang
saham untuk tidak dibagikan sebagai deviden, tetapi
dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk operasional bank.
2. Dana pihak kedua (dana pinjaman dari pihak luar)
Dana dari pihak kedua adalah dana-dana pinjaman yang berasal
dari pihak luar, yaitu terdiri atas dana-dana sebagai berikut:
a. Call Money, adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman
antar bank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan mendesak
yang diperlukan oleh bank, jangka waktu call money biasanya
tidak lama, yaitu sekitar satu minggu, satu bulan, dan bahkan
b. Pinjaman biasa antar bank, adalah pinjaman dari bank lain yang
berupa pinjaman biasa dengan jangka waktu relatif lebih lama.
Pinjaman ini umumnya terjadi jika antar bank peminjam dan
bank memberikan pinjaman kerja sama dalam bantuan keuangan
dengan persyartan-persyaratan tertentu yang disepakati kedua
belah pihak, jangka waktunya bersifat menengah atau panjang
dengan tingkat bunga relatif lebih lunak.
c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), pinjaman
dari LKBB lebih banyak berbentuk surat berharga yang dapat
diperjualbelikan dalam pasar uang sebelum jatuh tempo
daripada berbentuk kredit. Pinjaman dari Bank Sentral (BI),
adalah pinjaman yang diberikan Bank Indonesia kepada bank
untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong
berprioritas tinggi, seperti kredit-kredit program, misalnya kredit
investasi pada sektor-sektor ekonomi harus ditunjang sesuai
dengan petunjuk pemerintah.
3. Dana pihak ketiga (dana dari masyarakat)
Bank bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
bertindak selaku perantara bagi keuangan masyarakat. Oleh karena itu,
bank harus selalu berada ditengah masyarakat agar arus uang dari
masyarakat yang kelebihan dana dapat ditampung dan disalurkan
kembali kepada masyarakat. Kepercayaan masyarakat akan
menyelesaikan permasalahan-permasalahan keuangan dengan
sebaik-baiknya merupakan suatu keadaan yang diharapkan oleh semua bank.
Untuk itu, bank selalu berusaha memberikan pelayanan (service) yang
memuaskan masyarakat.
Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan
sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa
mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank). Dana
dari masyarakat terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagi berikut :
a. Giro, adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,
bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan.
b. Deposito atau simpanan berjangka, adalah simpanan pihak
ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam
jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian.
c. Tabungan, adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.
Semua bank diperkenankan untuk mengembangkan sendiri berbagai
jeniis tabungan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa perlu
adanya persetujuan dari bank sentral (Bank Indonesia).
Selain tiga macam bentuk dana dari pihak ketiga tersebut, masih
terdapat beberapa macam dana dari pihak ketiga yang diterima bank.
uang titipan, transfer, setoran jaminan Letter of Credit (dalam maupun
luar negeri).
2.1.5 Resiko Kredit
Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan
bagi pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannya ternyata menjadi
kredit bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur
memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok kredit
beserta bunga bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam
perjanjian kredit (Dendawijaya, 2009 : 82).
Secara umum diartikan sebagai bentuk-bentuk peristiwa yang
mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau sebuah institusi
untuk mencapai tujuannya. Risiko kredit merupakan risiko kerugian yang
diakibatkan oleh kegagalan atau default debitur yang tidak dapat
diperkirakan.
Menurut Ktut Silvanita (2009 : 28), Risiko kredit adalah risiko
pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak, seperti penundaan,
pengurangan pembayaran suku bunga dan/atau pinjaman pokoknya, dan
tidak membayar pinjaman sama sekali. Risiko kredit sering direfleksikan
dengan Non Performing Loan (NPL). NPL merupakan persentase jumlah
kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet)
terhadap total kredit yang disalurkan bank semakin kecil pula risiko kredit
yang ditanggung oleh pihak bank. Bank dalam melakukan kredit harus
kewajibannya. Dendawijaya (2009 : 82) menyatakan bahwa, implikasi bagi
pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah dapat berupa
sebagai berikut:
1) Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari
kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan
berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.
2) Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR
(Bad Debt Ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan
terjadinya situasi yang memburuk.
3) Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif
yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada
akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat
berpengaruh terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio).
4) Menurunnya tingkat kesehatan bank. Menurut Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 perhitungan
Non Performing Loan adalah sebagai berikut:
NPL = Kredit Macet x 100%
Total Kredit
Perhitungan NPL terdiri dari :
1. NPL= Non performing loan , rasio risiko kredit
2. KM = Kredit macet ( Kredit yang tidak dapat ditagih)
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai tingkat profitabilitas telah dilakukan sebelumnya oleh
beberapa peneliti terdahulu yang menghasilkan temuan yang bermacam-macam
dengan berbagai variabel. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1 Listio Juni Harty Lumbanga ol (2014) Pengaruh Risiko Kredit dan Tingkat Kecukupan Modal Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan 2012
Variabel Dependen : Tingkat
Profitabilitas
Variabel Independen :
Pengaruh Risiko Kredit dan Tingkat Kecukupan Modal
Hasil dari penelitian ini adalah variabel risiko kredit (NPL) dan tingkat kecukupan modal (CAR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA).
2 Melina (2014) Analisis Pengaruh Risiko Kredit Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada PT.BANK NEGARA INDONESIA,T bk Pekanbaru
Variabel Dependen : Tingkat Profitabilitas Variabel Independen : Analisis Pengaruh Risiko Kredit
Hasil dari penelitian ini adalah pengaruh risiko kredit terhadap
profitabilitas memiliki pengaruh yang besar artinya profitabilitas pada PT. Bank Negara
3 Fitri Kania (2013) Pengaruh Intensifitas Pemberian Kredit Konsumsi dan Tingkat Non Performing Loan Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Pada Perbankan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel Dependen : Tingkat profitabilitas Variable Independen : Pengaruh Intensifitas Pemberian Kredit Konsumsi dan Tingkat Non Performing Loan
Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan secara parsial intensifitas pemberian kredit konsumsi dan non performing loan
berpengaruh terhadap profitabilitas bank
4 Fifit
Syaiful Fitri (2013) Pengaruh Resiko Kredit dan Tingkat Kecukupan Modal Terhadap Tingkat Profitabilitas pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel Dependen : Tingkat
Profitabilitas
Variabel Independen : Pengaruh Resiko Kredit dan Tingkat Kecukupan Modal
Hasil dari penelitian ini adala risiko kredit yang diukur dengan Non Performing Loan (NPL) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006-2010. Tingkat kecukupan modal yang diukur dengan
Capital Adequacy Ratio
(CAR) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006-2010.h 5 Yoli Lara
Sukma (2013)
Pengaruh Dana Pihak
Ketiga,Kecukup an Modal dan Resiko Kredit Terhadap Profitabilitas
Variable Dependen : Tingkat
Profitabilitas
Variable Independen : Pengaruh Dana Pihak
Ketiga,Kecukupan Modal dan Resiko Kredit
Hasil dari penelitian ini adalah Dana pihak ketiga tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan. Kecukupan modal yang diukur dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan. Risiko Kredit yang diukur dengan Non Performing Loan berpengaruh
2.3 Hubungan Antar Variabel
2.3.1 Hubungan Pemberian Kredit dengan Tingkat Profitabilitas
Pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan bank dalam
memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Pada sebagian bank pemberian
kredit merupakan bisnis terbesar dan sumber pendapatan terbesar. Maka
menurut Kasmir (2010:71-72) : ”Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntunganbank. Jika bank tidak mampu menyalurkan
kredit, sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak, akan
menyebabkan bank tersebut rugi”. Jadi, kontribusi terbesar sebagai sumber
penghasilan sebuah usaha bank berasal dari penyaluran kredit. Semakin
besar aktivitas pembangunan serta semakin tnggi pertumbuhan ekonomi,
semakin besar pula peranan yang dilakukan oleh bank, baik dari segi
pengerahan dana maupun dari segi arah dan volume kredit yang
diberikan/disalurkan, Rivai, dkk. (2007:437).
perusahaan perbankan, yang berarti semakin tinggi Non Performing Loan maka profitabilitas akan semakin rendah.
6 Dinni
Fitrianni Lestari (2014)
Pengaruh Tingkat Pengembalian kredit Terhadap Tingkat Profitabilitas pada PT. Bank OCBC NISP Tbk
Variabel Dependen : Tingkat
Profitabilitas
Variabel independen: Pengaruh Tingkat Pengembalian kredit
Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa tingkat
Menurut penelitian Rosidah (2009), bahwa semakin besar penyaluran
kredit maka semakin besar pula laba yang akan menyebabkan naiknya nilai
returnon asset, yaitu profitabilitas.
2.3.2 Hubungan Risiko Kredit dengan Tingkat Profitabilitas
Dalam melakukan pemberian kredit pada suatu bank maka
didalamnya tidak jauh dari risiko yang dihadapinya. Risiko kredit yang di
hadapi oleh bank cukup besar karena mengingat bahwa perkreditan
merupakan penghasilan terbesar bagi sebagian besar bank.
Menurut Kasmir (2010 : 103) : “Dalam rangka meningkatkan perolehan laba, perbankan perlu mengetahui risiko-risiko yang akan
dihadapinya. Risiko ini merupakan kondisi dan situasi yang akan dihadapi
di masa yang akan datang yang sangat besar pengaruhnya terhadap
perolehan laba bank”.
Dalam hal ini adalah risiko kredit. Menurut Astuty (2007), bahwa jika
risiko usaha berpengaruh terhadap return, maka secara logis risiko-risiko
usaha bank juga berpengaruh terhadap bank return, dalam hal ini adalah
profitabilitas bank. Risiko usaha bank tersebut yaitu risiko kredit. Maka
apabila risiko kredit tersebut tidak dapat dikelola dengan baik oleh bank,
maka akan mempengaruhi bank dalam memperoleh keuntungan
(profitabilitas). Diantara risiko-risiko yang terdapat dalam bisnis perbankan,
pada umumnya risiko kredit yang paling penting, karena ketidakampuan
memenuhi kewajiban sebagian nasabah inti dapat mengakibatkan
2.3.3 Hubungan Pemberian Kredit dan Risiko Kredit Terhadap Tingkat Profitabilitas
Bank merupakan suatu badan yang berfungsi untuk menghimpun dana
dan menyalurkan dana yang berasal dari masyarakat guna untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak dalam bentuk pinjaman atau
dengan pemberian kredit. Hal ini berdasarkan pada pendapat Kasmir (2010 :
71) : “Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit/pembiayaan. Bahkan kegiatan bank sebagai lembaga
keuangan pemberian kredit/pembiayaan merupakan kegiatan utamanya.
Besarnya jumlah kredit/pembiayaan yang diberikan akan membuat risiko
kredit/pembiayaan semakin besar, dan akan menentukan keuntungan bank.
Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit/pembiayaan sementara dana
yang terhimpun dari simpanan banyak maka akan menyebabkan bank
tersebut rugi”. Berdasarkan hal tersebut pemberian kredit yaitu kegiatan
yang dilakukan oleh bank dalam hal kemampuan untuk menyalurkan dana
kepada masyarakat guna memperoleh keuntungan yang berasal dari selisih
bunga yang didapat. Risiko kredit akan terjadi apabila nasabah tidak dapat
mengembalikan kredit dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Apabila
tidak dapat mengembalikan kredit tersebut maka akan menimbulkan
kerugian bagi bank, maka dana tersebut tidak dapat disalurkan kembali
kepada masyarakat. Hal ini akan berdampak mempengaruhi tingkat
2.4 Kerangka Konseptual
Profitabilitas merupakan tujuan utama dari sebuah perusahaan. Profitabilitas
sangat memegang peranan yang sangat penting untuk masa depan perusahaan,
oleh karena itu perusahaan harus memiliki profitabilitas yang baik untuk
menjamin masa depan perusahaan. Profitabilitas perbankan diukur dengan ROA.
ROA diukur dengan membandingkat laba sebelum pajak dengan total aktiva.
Kemudian terdapat faktor yang mungkin mempengaruhi tingkat profitabilitas
diantaranya adalah pemberian kredit (LDR) dan risiko kredit (NPL). Risiko kredit
yang diproksikan dengan non performing loan (NPL) berpengaruh negatif
terhadap tingkat profitabilitas bank yang diproksikan dengan Return on Assets
(ROA). Sehingga semakin besar NPL maka akan mengakibatkan penurunan ROA
yang juga berarti tingkat profitabilitasnya menurun. Begitu pula sebaliknya, jika
non performing loan (NPL) turun, maka return on asset (ROA) akan semakin
meningkat sehingga tingkat profitabilitas dikatakan semakin baik. Berdasarkan
uraian diatas maka dapat diambil hipotesis bahwa risiko kredit (NPL) berpengaruh
negatif terhadap tingkat profitabilitas (ROA).
Dari uraian di atas maka yang menjadi variabel bebas (independent
variable) dalam penelitian ini adalah Pemberian kredit yang diproksikan dengan
Loan Deposit Ratio (LDR) dan Risiko kredit yang diproksikan dengan Non
Performing Loan (NPL) Dan Tingkat Profitabilitas yang diproksikan dengan
Return on Assets (ROA) yang merupakan variabel terikat (dependent variable).
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara yang digunakan
sebelum dilakukannya penelitian dalam hal pendugaannya menggunakan statistika
untuk menganalisisnya. Menurut Sugiyono (2008:64) pengertian hipotesis adalah
sebagai berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat.”
Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis seperti penelitian eksploratif
dan deskriptif tidak memerlukan hipotesis. Tetapi melalui penelitian eksploratif
dan deskriptif justru akan menemukan hipotesis. Hipotesis dari penelitian ini
adalah :
Pemberian Kredit (X1)
Variabel Independen
Resiko Kredit (X2)
Variabel Independen
Tingkat Profitabilitas (Y)
1. Pemberian Kredit berpengaruh signifikan terhadap tingkat
profitabilitas pada PT. BPR NBP 20 Delitua.
2. Resiko Kredit berpengaruh signifikan terhadap tingkat
profitabilitas pada PT. BPR NBP 20 Delitua.
3. Pemberian Kredit dan Resiko Kredit secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap tingkat profitabilitas pada PT. BPR NBP 20