• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asfiksia Neonatorum Pada Ibu yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Medan Tahun 2010 -2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asfiksia Neonatorum Pada Ibu yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Medan Tahun 2010 -2012"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelahiran dan kematian merupakan suatu siklus kehidupan yang silih berganti, dimana kelahiran bayi adalah suatu kejadian yang membahagiakan, akan tetapi lain halnya dengan kematian yang merupakan suatu kejadian yang sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3. Fenomena itu terdiri dari : 2/3 kematian bayi (berusia 0-1 tahun) terjadi pada umur kurang dari satu bulan (Neonatal), 2/3 kematian neonatal terjadi kurang dari seminggu (neonatal dini), dan 2/3 kematian pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama kelahiran (Kokom.K, 2003). Penurunan angka kematian perinatal berlangsung lebih lamban, sebabnya ialah karena kesehatan serta keselamatan janin dalam uterus sangat tergantung dari keadaan dan kesempurnaan bekerjanya sistem dalam tubuh ibu yang mempunyai fungsi untuk menumbuhkan hasil konsepsi ari mudigah menjadi janin cukup bulan (Prawirohardjo, 2008.hal.10).

Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa setiap tahunnya dari 120 juta bayi yang lahir didunia secara global , empat juta diantaranya (3,3%) bayi lahir mati (stillbirth) dan empat juta lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut). Kira-kira Sebanyak 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi lahir tersebut mengalami asphyxia neonatorum dan hampir satu juta (27,78%) bayi ini meninggal. Sebanyak 98% dari kematian bayi terjadi di Negara-negara berkembang (Kosim, MS, 2005)

(2)

sebesar 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal. Adapun kematian bayi baru lahir di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah asfiksia yaitu sebesar 27% (Depkes. RI, 2008:145)

Angka kematian bayi di Indonesia berbeda-beda di setiap provinsi. Di Jawa Timur angka kematian bayi mencapai 33 per 1.000 kelahiran hidup yang sebagian besar disebabkan oleh asfiksia sebesar 28% (Badan Pusat Statistik, 2008 dalam. Di provinsi sumatera utara kematian bayi sangat tinggi yaitu mencapa > 49 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2008).

Insiden asfiksia neonatorum di negara berkembang lebih tinggi dari pada di negara maju. Berdasarkan klasifikasi asfiksia di negara berkembang lebih kurang 4 juta bayi baru lahir menderita asfiksia sedang dan berat, dari jumlah tersebut 20% diantaranya meninggal. Di Indonesia angka kejadian asfiksia kurang lebih 40 per 1.000 kelahiran hidup. Secara keseluruhan 110 neonatus meninggal setiap tahun karena asfiksia (Cunningham, leveno, bloom, et al, 2005).

Kematian bayi baru lahir masih tinggi hal ini mungkin erat kaitannya dengan komplikasi obstetric dan status kesehatan ibu yang rendah selama kehamilan dan persalinan, sebab kematian neonatal utama pada asphyxia neonatorum sebanyak 2,7 % setelah BBLR sebanyak 29 % (Depkes RI, 2005).

Asfiksia neonatorum ini sebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor –faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.

(3)

hi terjadinya asfiksia neonatorum akibat terjadinya prolapsus funiculli yaitu tali pusat tertekan diantara kepala bayi dan panggul sehingga terjadi kompresi yang menyebabkan ancaman penghentian pefusi fetoplasenta. Infeksi, atonia uteri, perdarahan post partum, asfiksia dan Intra Uterine Fetal Dead (IUFD) merupakan ancaman apabila ketuban pecah dini tidak segera ditangani (Depkes RI, 2003.hal.108).

Insidensi ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Pada kehamilan kurang dari 37 minggu sebanyak 2-4%, sedangkan pada kehamilan Aterm 8-10%, maka sebahagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan Aterm (Rukiyah dan yulianti, 2010.hal 232) .

Di Rumah Sakit Umum Swadana Sumedang angka morbiditas ibu dengan ketuban pecah dini mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Insidensi ketuban pecah dini berkisar 4,5% sampai dengan 7,6% dari seluruh kehamilan (Setiana, A. 2009). Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga memudahkan terjadinya infeksi, hal ini tentu akan meningkatkan kejadian infeksi maternal dan infeksi neonatal yang akan berujung menjadi asfiksia neonatorum (Manuaba, 2007.hal.230).

(4)

Fase laten pada KPD merupakan lamanya waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi proses persalinan. Semakin panjang fase laten, semakin besar kemungkinan terjadinya infeksi yang berasal dari traktus urogenital bawah (Manuaba, 2007 hal 118). Semakin panjangnya fase laten juga akan mengakibatkan terjadinya hipoksia hingga fetal distress dan berlanjut menjadi asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir (Manuaba, 2011). KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih 12 jam sebelum waktunya melahirkan, yang mempunyai peranan penting terhadap timbulnya infeksi yang akan berujung menjadi asfiksia neonatorum (Rukiyah dan Yulianti, 2010.hal.230).

Untuk pengelolaan KPD masih merupakan masalah yang kontroversial dalam kebidanan. KPD dengan usia kehamilan cukup bulan akan berhadapan dengan dua masalah, yaitu segera mengakhiri persalinan dengan menaikkan proporsi seksio sesarea dalam proses persalianan yang akan menaikkan terjadinya infeksi. Sedangkan KPD yang kehamilan kurang bulan kehamillannya akan segera diakhiri harus dapat dipastikan bahwa bayi yang akan lahir akan mampu mengatasi masalah-masalah yang akan terjadi pada kehidupan di luar rahim (Mochtar, 1998). Pada penelitian ini akan diselidiki faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian afiksia neo natorum yang nantinya ditentukan dengan nilai APGAR pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini.

Nilai Apgar adalah salah satu cara untuk menilai kondisi post natal. Patokan klinis untuk menilai keadaan bayi baru lahir 1, 5, dan 10 menit yang meliputi beberapa aspek penilaian yaitu frekuensi jantung, usaha bernafas, tonus otot, refleks dan warna kulit (Mochtar, 2011).

(5)

ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum dr. Pringadi medan periode januari 2010-desember 2012

B. Perumusan Masalah

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asfiksia Neonatorum Pada Ibu Yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Medan Periode Januari 2010-Desember 2012

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum dr. Pringadi Medan Tahun januari 2010-desember 2012

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi frekuensi kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir dari ibu dengan ketuban pecah dini di RSU dr. Pringadi Medan

b. Mengidentifikasi frekuensi kejadian usia kehamilan pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini terhadap asfiksia neonatorum di RSU dr. Pirngadi Medan.

c. Mengidentifikasi frekuensi kejadian lamanya ketuban pecah dini terhadap asfiksia neonatorum di RSU dr.Pringadi Medan.

(6)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang ketuban pecah dini dan asfiksia sekaligus dapat mengaplikasikan teori yang sudah di dapat di bangku kuliah khususnya metodologi penelitian.

2. Manfaat bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan bukti empirik bahwa terdapat hubungan antara lamanya ketuban pecah dini dengan komplikasi terhadap bayi baru lahir yang mungkin terjadi, sehingga hasil penelitian diharapkan bisa digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam penanganan penderita ketuban pecah dini secara tepat, untuk mencegah dan meminimalkan komplikasi ketuban pecah ini terhadap ibu dan neonatus. Selain itu dapat diketahui waktu untuk timbulnya komplikasi ketuban pecah dini terhadap bayi.

3. Manfaat bagi wanita hamil

Referensi

Dokumen terkait

Algoritma yang akan dipergunakan untuk mencari lintasan terpendek dalam hal ini adalah algoritma Greedy dan algoritma Dijkstra, algoritma Dijkstra merupakan algoritma yang

Allah telah berfirman dalam QS Al Baqarah 2:123, “Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikit pun dan tidak

Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki pengaruh yang negatif terhadap Net Interest Margin (NIM), jadi apabila Beban Operasional dan Pendapatan

Tabel 5.8 Faktor teknologi dalam penelitian Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian MPASI pada Bayi Usia 0-12 Bulan Berdasarkan Teori

Menggunakan utilitas client mysql dalam mode batch menyediakan pada Anda jalan untuk mengeksekusi pernyataan-pernyataan dalam file dari shell command prompt, tanpa harus

LPP TVRI dan LPS yang menyelenggarakan Penyiaran Multipleksing melalui Sistem Terestrial hanya dapat menyalurkan program siaran dari lembaga penyiaran penyelenggara

Pendidikan di Jurusan Sosiologi, dimaksudkan untuk menghasilkan ahli-ahli ilmu sosial, khususnya Sosiologi yang peka dan tanggap terhadap perubahan dan perkembangan

• Pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua buah titik di lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat berdiri