• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Televisi Terhadap Perilaku Menyimpang Remaja (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandar Kelurahan Perdagangan I Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Media Televisi Terhadap Perilaku Menyimpang Remaja (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandar Kelurahan Perdagangan I Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun)"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Televisi

Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya

tarik yang kuat disebabkan adanya unsur-unsur kata, musik dan sound efect juga mempunyai keunggulang lain yaitu unsur visual yaitu berupa gambar yang hidup dapat menimbulkan kesan

yang mendalam bagi pemirsanya(Dewi, 2004:9). Dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak

dengan jalan menggugah emosi dan pikiran pemirsanya, televisi lebih memiliki kemampuan

menonjol dibandingkan dengan media massa lainnya.

Televisi merupakan sebuah alat untuk menyiarkan gambar suara, karena itu tidak terdapat

kontak langsung antara sesama manusia, televisi secara teoritis dapat membawa penyiaran

program yang tidak terbatas. Sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa, televisi

mempunyai fungsi sebagai media informasi karena memiliki kekuatan yang ampuh

menyampaikan pesan yang seolah-olah dialami sendiri dengan jangkauan yang luas dalam waktu

bersamaan. Media bukan sekedar mengubah atau memperkuat opini, sikap dan perilaku,

melainkan telah menjadi salah satu agen sosialisasi dalam menciptakan dan membentuk sikap,

nilai, perilaku dan persepsi kita mengenai realitas sosial (Winarso, 2005:171).

A. Karakteristik Televisi

Didalam buku Elvinaro (2007:137-139) terdapat tiga macam karakteristik televisi, yaitu :

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran lainnya, yakni dapat

didengar sekaligus dilihat. Jadi apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik

(2)

televisi disebut sebagai media massa elektronik audiovisual. Namun demikian, tidak berarti

gambar lebih penting dari kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.

2. Berpikir Dalam Gambar

Ada dua tahap yang dilakukan proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi

(visualization) yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua, penggambaran (picturization) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

3. Pengoperasian Lebih Kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran jauh lebih kompleks,

dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk

mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.

B. Kekuatan dan Kelemahan Televisi

Menurut skomis (1985) kekuatan televisi salah satunya adalah memberikan gambaran

bila dibandingkan dengan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku dan

sebagainya), televisi tampaknya memberikan sifat yang istimewa. Ia merupakan gabungan dari

media dengan dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan bahkan

gabungan antara ketiga unsur tersebut.

Ada 4 kekuatan televisi, yaitu :

1. Menguasai jarak dan waktu, karena teknologi televisi menggunakan elektromagnetik,

kabel-kabel dan fiber yang dipancarkan transmisi melalui satelit.

(3)

3. Daya rangsang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan

suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif).

4. Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis.

Sedangkan kelemahan televisi, yaitu:

1. Media televisi terikat waktu tontonan.

2. Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan

vulgar.

3. Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa. Bersifat

“transitory”, karena sifat ini membuat isi pesannya tidak dapat dimemori oleh

pemirsanya. Lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk

kliping (Syahputra, 2006:70).

2.1.1. Sejarah Televisi 1. Sejarah Televisi Dunia

1. 1831 : Joseph Henry dan Michael Faraday melakukan penelitian

elektromagnetik.

2. 1862 : Abbe Giovanna Casseli menemukan “pantelegraph”, alat pertama

yang mampu mentransmisikan gambar melalui kawat.

3. 1876 : George Carey menciptakan “selenium camera”, semacam sinar

katoda yang memungkinkan orang “melihat dengan elektrik”.

4. 1880 : Bell dan Edison berteori bahwa perangkat telepon selain suara

juga dapat mengirim gambar, Bell menciptakan photophone untuk mengirim suara dan gambar.

(4)

kawat yang melingkar dengan resolusi 18 garis.

6. 1900 : Dalam kongres elektrik dunia di Paris, Ilmuwan Rusia

Constantin Perskyi pertama kali menggunakan kata “televisi”.

7. 1906 : Lee de Forest menemukan “audion”, tabung kedap udara yang

berfungsi untuk menguatkan sinyal.

8. 1907 : Campbell Swintin dan Boris Rosing menggunakan tabung sinar

katoda untuk mengirim gambar.

9. 1923 : Vladmir Zworkyn mematenkan temuannya berupa tabung

kamera televisi. Temuan yang merupakan pengembangan ide

Swintin ini memungkinkan menampilkan gambar lebih baik.

10.1924-1925 : Charles Jenkins (AS) dan John Baird (Skotlandia)

mendemostrasikan transmisi mekanik gambar melalui

sirkuit kabel, yang menghasilkan siluet.

11.1926 : John Baird mengoperasikan sistem resolusi gambar 30

baris per detik.

12.1927 : Bell Telephone dan Departemen Perdagangan AS memancarkan

siaran jarak jauh pertama, dari Washington DC ke New York.

13.1928 : The Federal Radio Commission menerbitkan lisensi penyiaran televisi pertama kepada Charles Jenkins.

14.1929 : Vladimir Zworkyn mendemontrasikan sistem elektronik yang

bisa menerima sekaligus mengirim gambar, pada tahun yang

(5)

16.1936 : Sedikitnya 200 ribu pesawat televisi digunakan di seluruh dunia.

17.1937 : CBS mulai mengembangkan televisi, begitu juga BBC London.

18.1939 : Vladimir Zworkyn dan RCA melakukan uji coba siaran dari

gedung Empire State Building, New York World.

19.1940 : Peter Goldmark menemukan pesawat televisi berwarna dengan

resolusi 343.

20.1948 : Televisi kabel diperkenalkan di Pennsylvania, dan dipatenkan atas

nama Louis W. Parker. Saat itu ada 1 juta pesawat televisi di

seluruh AS.

21.1956 : Siaran penyiaran video diperkenalkan.

22.1956 : Robert Adler menemukan remote control.

23.1962 : AT&T meluncurkan Telstar, satelit relay pertama.

24.1973 : Ilmuwan May dan Smith melakukan eksperimen selenium dan

cahaya. Uji coba ini penting bagi penemuan teknologi transfer

gambar melalui sinyal elektronik.

25.1967 : Sebagian besar stasiun televisi mengadopsi teknologi siaran

berwarna.

26.1976 : Sony memperkenalkan betamax, perekam video rumah pertama. 27.1978 : PBS menjadi stasiun pertama yang menyiarkan seluruh program

melalui satelit.

28.1981 : NHK memperkenalkan HDTV dengan resolusi 1.125 baris.

29.1982 : Dolby Surround Sound diluncurkan ke pasar.

(6)

31.1996 : Triliunan pesawat televisi beredar di seluruh dunia.

Penyiaran televisi ke rumah pertama dilakukan pada tahun 1928 secara terbatas ke rumah

tiga orang eksekutif general electric, menggunakan alat yang sangat sederhana (Mufid, 2005:29).

2. Sejarah Televisi di Indonesia

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung

upacara hari ulang tahun Kemerdekaan Indonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus 1962.Siaran

langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24

Agustus 1962 pukul 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian

Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno.

Pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha

Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi swasta pertama di

Indonesia, disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar, ANTV dan TPI.

Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan industri media massa

khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin

bertambah.

Televisi merupakan salah satu medium bagi para pemasang iklan di Indonesia.Media

televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi dan padat sumber daya

manusia.Namun sayangnya kemunculan berbagai stasiun televisi di Indonesia tidak diimbangi

dengan tersedianya sumber daya manusia yang memadai.Pada umumnya, televisi dibangun tanpa

pengetahuan pertelevisian yang memadai dan hanya berdasarkan semangat dan modal yang besar

(7)

TABEL 1 AKSES TELEVISI

Akses Nasional Stasiun Televisi 2003*

Stasiun RCTI SCTV IVM TPI ANTV METRO

TV

TRANS

TV

LATIVI GLOBAL TV TV7

Jumlah

Transmitter

47 32 23 15 11 51 10 8 6 10

Penonton 46% 43% 42% 35% 30% 16% 20% 21% 15% 21%

*Dari Total Populasi Indonesia

Sumber: Media Scence, 2003-2004

2.1.2. Stasiun Televisi di Indonesia

Untuk dapat mendirikan stasiun penyiaran, individu atau lembaga harus memiliki surat izin

(lisensi) yang merupakan hak untuk menjalankan stasiun penyiaran. Di Indonesia, surat izin ini

berlaku selama lima tahun untuk stasiun penyiaran radio dan sepuluh tahun untuk stasiun

penyiaran televisi dan masing-maasing dapat diperpanjang.

Untuk mendapatkan surat izin penyiaran di Indonesia, individu atau korporasi harus

mengajukan surat permohonan dengan mencantumkan nama, visi, misi dan format siaran yang

akan diselenggarakan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) serta memenuhi persyaratan

lainnya. Izin penyiaran diberikan setelah melalui beberapa tahap yaitu :

a. Masukan dan hasil evaluasi dengar pendapat antara pemohon dan KPI ;

b. Rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dari KPI ;

c. Hasil kesepakatan dalam forum rapat bersama yang diadakan khusus untuk perizinan

antara KPI dan pemerintah; dan

(8)

Atas dasar hasil kesepakatan tersebut diatas, maka izin penyelenggaraan penyiaran ini

diberikan oleh Negara melalui KPI. Izin harus sudah diterbitkan paling lambat 30 hari setelah

ada kesepakatan dari forum rapat bersama sebagaimana ketentuan butir “C”. Sebelum

memperoleh izin tetap, stasiun penyiaran harus melalui masa uji coba siaran selama enam bulan

untuk radio dan satu tahun untuk televisi. Jika stasiun penyiarannya tidak dapat lulus masa uji

coba siaran yang ditetapkan, maka izin penyiarannya dapat dicabut (Morissan, 2008 : 90-91).

Stasiun penyiaran nasional adalah stasiun radio atau televisi yang menyiarkan programnya ke

sebagian besar wilayah Negara dari hanya satu stasiun penyiaran saja. Di Indonesia, hingga

tahun 2014, terdapat puluhan stasiun televisi, diantaranya :

1. TVRI

2. RCTI

3. SCTV

4. MNC TV

5. ANTARA TV

6. ANTV

7. Metro TV

8. Trans Corp (Trans TV dan Trans 7)

9. TV One

10.Global TV

11.Indosiar

12.NET TV

13.Spacetoon

(9)

15.Rajawali TV

16.Kompas TV

17.iNews TV

18. Da‟i TV

19.MNC Bussiness

20.MNC News

21.Bloomberg TV Indonesia

22.Berita Satu TV

23. Da‟i TV (http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_stasiun_televisi_di_Indonesia, diakses pada

tanggal 5 Juni 2015 pukul 12:46 WIB).

2.1.3. Jenis Program

Adapun yang tergolong dalam jenis program televisi berdasarkan jenisnya, yaitu :

1. Program Informasi

Manusia pada dasarnya memiliki sifat ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang

terjadi di tengah masyarakat. Programmer dapat mengeksplorasi rasa ingin tahu orang ini untuk menarik sebanyak mungkin audien.Program informasi di televisi, sesuai dengan namanya,

memberikan banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap sesuatu

hal.Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan

pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien.Daya tarik program ini adalah informasi, dan

informasi itulah yang “dijual” kepada audien.Dengan demikian, program informasi tidak hanya

(10)

orang terkenal atau dengan siapa saja.Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar,

yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).

BERITA KERAS. Berita keras atau hard news adalah segala informasi penting dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus

segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya.Peran televisi sebagai

sumber utama hard news bagi masyarakat cenderung untuk terus meningkat.Media penyiaran adalah media yang paling cepat dalam menyiarkan berita kepada masyarakat.

Berita keras disajikan dalam suatu program berita yang berdurasi mulai dari beberapa

menit saja (misalnya breaking news) hingga program berita yang berdurasi 3o menit, bahkan satu jam. Suatu program berita terdiri atas sejumlah berita keras atau dengan kata

lain suatu program berita merupakan kumpulan dari berita keras. Dalam hal ini berita keras

dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk berita, yaitu :straight news, features dan

infotainment.

a. Straight news berarti berita “langsung” (straight), maksudnya suatu berita yang singkat (tidak detail) dengan hanya menyajikan informasi terpenting saja yang

mencakup 5W+1H (who, what, where, when, why dan how) terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. Berita jenis ini sangat terikat waktu (deadline) karena informasinya sangat cepat basi jika terlambat disampaikan kepada audien.

b. Features ialah program berita yang menampilkan berita-berita ringan misalnya informasi mengenai tempat makan yang enak atau tempat liburan yang menarik.

Dengan demikian, feature adalah berita ringan namun menarik. Pengertian “menarik”

disini adalah informasi yang lucu, unik, aneh, menimbulkan kekaguman, dan

(11)

c. Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity), dan karena sebagian besar dari mereka bekerja pada industri hiburan, seperti pemain film/sinetron, penyanyi dan

sebagainya.Infotainment adalah salah satu bentuk berita keras karena memuat informasi yang harus segera ditayangkan.

BERITA LUNAK. Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan.Berita yang masuk kategori ini ditayangkan pada satu program tersendiri

diluar program berita.Program yang masuk ke dalam kategori berita lunak ini adalah

current affair, magazine, dokumenter dan talk show.

a. Current affair adalah program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam.

Dengan demikian, current affair cukup terikat dengan waktu dalam hal penayangannya namun tidak seketat hard news, batasannya adalah bahwa selama isu yang dibahas masih mendapat perhatian khalayak, maka current affair dapat disajikan, misalnya gempa bumi dan Tsunami.

b. Magazine adalah program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam atau dengan kata lainmagazine adalah feature dengan durasi yang lebih panjang.Magazine lebih menekankan pada aspek menarik suatu informasi daripada aspek pentingnya. Suatu program magazine dengan durasi 30 menit atau satu jam dapat terdiri atas hanya satu topik atau beberapa topik.

(12)

menceritakan mengenai suatu tempat, kehidupan atau sejarah suatu masyarakat

(contohnya suku terasing) atau kehidupan hewan di padang rumput dan sebagainya.

d. Talk show atau perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa

acara (host). Mereka yang diundang adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan atau mereka yang ahli

dalam masalah yang tengah dibahas.

TABEL 2

PERBEDAAN HARD NEWS DAN SOFT NEWS

Hard News Soft News

Harus ada peristiwa terlebih dahulu Tidak mesti ada peristiwa terlebih

dahulu

Peristiwa harus aktual (baru

terjadi)

Tidak mesti actual

Harus segera disiarkan Tidak bersifat segera (timeless)

Mengutamakan informasi

terpenting saja

Menekankan pada detail

Tidak menekankan sisi human interest

Sangat menekankan segi human interest

Laporan tidak mendalam (singkat) Laporan bersifat mendalam

Teknik penulisan piramida tegak Teknik penulisan piramida terbalik

(13)

2. Program Hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam

bentuk musik, lagu, cerita dan permainan.Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah

drama, permainan (game), musik dan pertunjukan.

DRAMA adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang

melibatkan konflik dan emosi.Dengan demikian, program drama biasanya menampilkan

sejumlah pemain yang memerankan tokoh tertentu. Suatu drama akan mengikuti

kehidupan atau petualangan para tokohnya. Program televisi yang termasuk dalam

program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film.

a. Sinetrondinegara lain disebut dengan opera sabun (soap opera atau daytime serial), namun di Indonesia lebih populer dengan sebutan sinetron. Telenovela merupakan

istilah yang digunakan televisi Indonesia untuk sinetron yang berasal dari Amerika

Latin. Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara

bersamaan. Penayangan sinetron biasanya terbagi dalam beberapa episode. Sinetron

yang memiliki episode terbatas disebut dengan miniseri.

b. Film sering ditayangkan di televisi sebagai salah satu jenis program yang masuk dalam kelompok atau kategori drama. Adapun yang dimaksud film disini adalah film

layar lebar yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan film. Karena tujuan

pembuatannya adalah untuk layar lebar (theater), maka biasanya film baru bisa ditayangkan di televisi setelah terlebih dahulu dipertunjukkan di bioskop atau bahkan

(14)

PERMAINAN (game show) merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk

mendapatkan sesuatu. Program permainan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Quiz show merupakan bentuk program permainan yang paling sederhana dimana sejumlah peserta saling bersaing utnuk menjawab sejumlah pertanyaan. Quiz

merupakan permainan yang menekankan pada kemampuan intelektualitas.

b. Ketangkasan. Peserta dalam permainan ini harus menunjukkan kemampuan fisik atau ketangkasannya untuk melewati suatu halangan atau rintangan atau melakukan

suatu permainan yang membutuhkan perhitungan dan strategis. Permainan ini

terkadang juga menguji pengetahuan umum peserta.

c. Reality show menyajikan suatu situasi seperti konflik, persaingan atau hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya. Dengan kata lain, program ini mencoba

menyajikan suatu keadaan yang nyata dengan cara yang sealamiah mungkin tanpa

rekayasa. Namun pada dasarnya reality show tetap merupakan permainan (game). Popularitas program reality show sangat menonjol belakangan ini, bahkan beberapa program yang sebenarnya tidak realistis pun ikut-ikutan menggunakan nama atau

jargon reality show untuk mendongkrak daya jualnya. Terdapat beberapa bentuk reality show, yaitu :

1. Hidden camera atau kamera tersembunyi merupakan program yang paling realistis yang menunjukkan situasi yang dihadapi seseorang secara apa adanya.

(15)

minggu untuk memenangkan perlombaan, permainan, atau pertanyaan.

Pemenangnya adalah peserta yang paling akhir bertahan.

3. Realitionship show. Seorang kontestan harus memilih satu orang dari jumlah orang yang berminta untuk menjadi pasangannya. Para peminat harus bersaing

untuk merebut perhatian kontestan agar tidak tersingkir dalam permainan.

4. Fly on the wall yaitu program yang memperlihatkan kehidupan sehari-hari dari seseorang (biasanya orang terkenal) mulai dari kegiatan pribadi hingga aktivitas

profesionalnya. Dalam hal ini, kamera membuntuti kemana saja orang

bersangkutan pergi.

5. Mistik yaitu program yang terkait dengan hal-hal supranatural menyajikan tayangan yang terkait dengan dunia gaib, paranormal, klenik, praktik spiritual

magis, mistik, kontak dengan roh dan lain-lain. Program mistik merupakan

program paling diragukan realitasnya.

MUSIK.Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu video klip atau konser.Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun didalam studio (indoor).Program musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik audien.Tidak saja dari kualitas suara namun juga

berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik.

Dengan demikian, menurut Vane-Gross, programmer yang ingin menyajikan acara musik harus mempertimbangkan beberapa hal agar acara itu bisa mendapatkan

(16)

1. Pemilihan artis yang memiliki daya tarik demografis yang besar, misalnya artis

yang memiliki banyak penggemar pria atau artis yang banyak digandrungi para

wanita, kelompok remaja, kalangan orang tua.

2. Pengambilan gambar yang menarik secara visual. Televisi harus menampilkan

sebanyak mungkin gambar pendukung dan tidak membiarkan suatu pengambilan

gambar (sekuen) yang terlalu lama.

PERTUNJUKAN adalah program yang menampilkan kemampuan seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio maupun diluar studio, di dalam ruangan

(indoor) ataupun di luar ruangan (outdoor). Jika mereka yang tampil adalah para musisi, maka pertunjukan itu menjadi pertunjukan musik atau jika yang tampil adalah juru

masak, maka pertunjukan itu menjadi pertunjukan memasak, begitu pula dengan

pertunjukan lawak, sulap, lenong, wayang, ceramah agama, dan sebagainya. Dapat

dikatakan program pertunjukan adalah jenis program yang paling banyak diproduksi

sendiri oleh stasiun televisi.

2.1.4. Jam Tayang Televisi dan Ketersediaan Audien TABEL 3

PEMBAGIAN JAM TAYANG WAKTU SIARAN DAN KETERSEDIAAN AUDIEN

Bagian Hari Audien Tersedia

Pagi Hari

(06.00 - 09.00)

Anak-anak, ibu rumah tangga, pensiunan,

pelajar dan karyawan yang akan berangkat ke

kantor.

(17)

(09.00 – 12.00) pensiunan, dan karyawan yang bertugas secara

giliran (shift).

Siang hari

(12.00 – 16.00)

Karyawan yang makan siang di rumah, pelajar

yang pulang dari sekolah.

Sore Hari (Early Fringe) (16.00 – 18.00)

Karyawan yang pulang dari tempat kerja,

anak-anak dan remaja.

Awal Malam (Early Evening) (18.00 – 19.00)

Hampir sebagian besar audien sudah berada di

rumah.

Jelang Waktu Utama (Prime Acces) (19.00 – 20.00)

Seluruh audien tersedia menonton TV pada

waktu ini.

Waktu Utama (Prime Time) (20.00 – 23.00)

Seluruh audien tersedia pada waktu ini

utamanya antara pukul 20.00 21.00. namun

setelah itu, audien mulai berkurang utamanya

audien anak-anak, para pensiunan dan mereka.

Jelang Tengah Malam (Late Fringe) (23.00 – 23.30)

Umumnya orang dewasa.

Akhir Malam (Late Night) (23.30 – 02.00)

Orang dewasa, termasuk karyawan yang

(18)

2.2. Remaja

2.2.1. Pengertian Remaja

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin

adolescence yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan

lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini didukung oleh Piaget yang mengatakan

bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam

masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat

orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat

dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.

Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi

intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu

mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang

paling menonjol dari semua periode perkembangan (Shaw dan Costanzo, 1985).

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk

golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan

orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali

dikenal dengan fase “mencarijari diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu

menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks, dkk,

1989). Namun, yang perlu ditekankan disini adalah bahwa fase remaja merupakan fase

perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif,

(19)

Perkembangan intelektual yang terus-menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berpikir

operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berpikir secara lebih abstrak,

menguji hipotesis, dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekadar

melihat apa adanya. Kemampuan intelektual seperti ini yang membedakan fase remaja dari

fase-fase sebelumnya (Shaw dan Costanzo, 1985).

2.2.2. Profil Remaja Indonesia

Menurut Prof. Dr. Sarlito W. S., batasan usia remaja Indonesia antara 11-24 tahun dan

belum menikah, dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai

tampak.

2. Di banyak masyarakat Indonesia, usia11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut

adat atau agama.

3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan psikologis;

identitas diri (Erikson), fase genital (Freud), puncak perkembangan kognitif (Piaget) &

moral (Kohlberg).

4. Batas usia24 tahun merupakan batas maksimal yaitu untuk memberikan peluang bagi

mereka mempunyai hak-hak yang penuh sebagai orang dewasa.

Dalam defenisi diatas status perkawinan sangat menentukan, seorang yang sudah menikah

pada usia berapa pun diperlakukan dewasa (Sarwono, 2000:14).

2.2.3. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Sikap Remaja Terhadap Pendidikan

(20)

2) Sikap orang tua: menganggap pendidikan sebagai batu loncatan ke arah mobilitas sosial

atau hanya sebagai suatu kewajiban karena diharuskan oleh hukum.

3) Nilai-nilai, yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan akademis.

4) Relevansi atau nilai praktis dari berbagai mata pelajaran.

5) Sikap terhadap guru-guru, pegawai tata usaha, dan kebijaksanaan akademis serta disiplin.

6) Keberhasilan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler.

7) Derajat dukungan sosial diantara teman-teman sekelas.

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Pada Remaja

Kelalaian orang tua dalam mendidik memberikan ajaran dan bimbingan tentang

nilai-nilai agama. Perilaku menyimpang remaja, antara lain :

1) Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memerhatikan

nilai-nilai moral).

2) Beredarnya film-film atau bacaan-bacaan porno.

3) Kurang dapat memanfaatkan waktu luang.

4) Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok.

5) Hidup menganggur.

6) Kehidupan ekonomi keluarga yang morat-morit (miskin/fakir).

7) Diperjualbelikannya minuman keras/obat-obatan terlarang secara bebas.

8) Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol.

9) Perceraian orang tua.

(21)

11)Sikap perlakuan orang tua yang buruk terhadap anak.

2.2.5. Ciri-Ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan.Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat

baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja:

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal

sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial,

peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang

berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang

ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti

anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab. Kemandirian dan

tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan tampak jelas pada

remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.

2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang

perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka

sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem

sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi

badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama

masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak

digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan

(22)

untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting.

Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi

berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan

lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak

menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.

5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi disisi lain mereka takut akan

tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka

sendiri untuk memikul tanggung jawab ini.

2.2.6. Masa Usia Sekolah Menengah

Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja merupakan masa

yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khas dan peranannya yang menentukan dalam

kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi

beberapa masa, yaitu :

1. Masa praremaja (remaja awal)

Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relative singkat. Masa ini

ditandai oleh sifat-sifat negatif pada si remaja sehingga sering kali masa ini disebut masa

negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, dan pesimistis.

Secara garis besar sifat-sifat negatif ini dapat diringkas, yaitu :

a. Negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun mental.

b. Negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dalam masyarakat (negatif

(23)

2. Masa remaja (remaja madya)

Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan

adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut

merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat

dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut

masa merindu puja (mendewa-dewakan), yaitu sebagai gejala remaja.

Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita hidup ini dapat dipandang

sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan nilai-nilai kehidupan ini antara lain :

a. Karena tiadanya pedoman, si remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas

dipuja walaupun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan

sering kali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak

mengetahui apa yang diinginkannya.

b. Objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang

mendukung nilai-nilai tertentu (jadi personifikasi nilai-nilai). Pada anak laki-laki sering

aktif meniru, adapun anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi dan memujanya

dalam khayalan.

3. Masa remaja akhir

Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah

masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu

menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa.

(24)

Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu ialah masa (fase) remaja.Masa ini

merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan

merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat

(Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996).

Masa remaja ditandai dengan :

1. Berkembangnya sikap dependen kepada orang tua kea rah independen.

2. Minat seksualitas.

3. Kecenderungan untuk merenung atau memerhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan

isu-isu moral.

William Kay, mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut :

1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai

otoritas.

3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan

teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok.

4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.

6. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup.

7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

Dalam membahas tujuan tugas perkembangan remaja, Pikunas (1976) mengemukakan

pendapat Luella Cole yang mengklarifikasikannya ke dalam sembilan kategori, yaitu :

(25)

2. Pemantapan minat-minat hetero seksual

3. Kematangan sosial

4. Emansipasi dari control keluarga

5. Kematangan intelektual

6. Memilih pekerjaan

7. Menggunakan waktu senggang secara tepat

8. Memiliki filsafat hidup

9. Identitas diri

2.2.8. Kenakalan Remaja Sebagai Perilaku Menyimpang dari Remaja

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak

sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Beberapa ahli mengatakan :

a) Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak

cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada

ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu

kelainan dan disebut “kenakalan”.

b) Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja

adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma

sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

c) Singgih D. Gunarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja

digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1)

(26)

yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan

hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang

dewasa.

Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga

tingkatan ;

1. Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari

rumah tanpa pamit .

2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil

tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.

3. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah,

pergaulan bebas, pemerkosaan, dan lain-lain. Kategori di atas yang dijadikan ukuran

kenakalan remaja dalam penelitian.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan

dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soekanto, 1985 : 73). dalam bukunya “Rules of

Sociological Method” bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap melanggar fakta sosial yang normal dan dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah

normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan

normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku

tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak

disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu

(27)

Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu akan

kolektivitas, seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai

kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu

yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam

masyarakat.Penampilan dianggap efektif diantarannya jika suatu keluarga mampu melaksanakan

tugas-tugasnya, menurut (Achlis, 1992) keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang

dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi sosial tertentu

berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinya mencapai kebutuhan

hidupnya.

Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian pertukaran dan kesinambungan, serta

adaptasi resiprokal antara keluarga dengan anggotanya, dengan lingkungannya, dan dengan

tetangganya, dan lain-lain.Kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi sebuah

keluarga salah satunya jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan

fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya.

2.3. Perilaku Menyimpang

2.3.1. Pengertian Perilaku Menyimpang

Dalam kenyataan sehari-hari, tidak semua orang bertindak berdasarkan norma-norma dan

nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai

sosial yang berlaku dalam masyarakat dinamakan perilaku menyimpang. Penyimpangan terjadi

(28)

disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan ini disebut dengan devian (deviant).

Berikut ini pengertian perilaku menyimpang menurut pandangan beberapa ahli.

a. James Vander Zenden; Menyebutkan bahwa penyimpangan adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.

b. Robert M.Z. Lawang; Mengungkapkan penyimpangan adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka

yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.

c. Bruce J. Cohen; Mengatakan bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu

dalam masyarakat.

d. Paul B. Horton; Mengutarakan bahwa penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.

e. Lewis Coser; Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.

2.3.2. Proses Pembentukan Perilaku Menyimpang

Bagaimanakah sebenarnya pembentukan perilaku menyimpang dalam masyarakat? Dan

faktor-faktor apa sajakah yang turut memengaruhinya? Mari kita bahas dalam subpokok bahasan

(29)

a. Faktor Biologis

Cesare Lombrosso, seorang kriminolog dari Italia, dalam bukunya Crime, Its Causes and Remedies (1918) memberikan gambaran tentang perilaku menyimpang yang dikaitkan dengan bentuk tubuh seseorang. Dengan tegas, Lombrosso mengatakan bahwa ditinjau dari segi

biologis penjahat itu keadaan fisiknya kurang maju apabila dibandingkan dengan keadaan fisik

orang-orang biasa. Lombrosso berpendapat bahwa orang yang jahat dicirikan dengan ukuran

rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kelainan pada mata yang khas, tangan beserta jari-jarinya

dan jari-jari kaki relatif besar, serta susunan gigi yang abnormal.

Sementara itu William Sheldon, seorang kriminolog Inggris dalam bukunya Varieties of Delinquent Youth (1949) membedakan bentuk tubuh manusia yang mempunyai kecenderungan

melakukan penyimpangan ke dalam tiga bentuk, yaitu endomorph,mesomorph,

dan ectomorph yang masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu.

1) Endomorph (Bulat dan Serba Lembek)

Orang dengan bentuk tubuh ini menurut kesimpulannya dapat terpengaruh untuk

melakukan perilaku menyimpang, karena sangat mudah tersinggung dan cenderung suka

menyendiri.

2) Mesomorph (Atletis, Berotot Kuat, dan Kekar)

Orang dengan bentuk tubuh seperti ini sering menunjukkan sifat kasar dan bertekad untuk

menuruti hawa nafsu atau keinginannya. Bentuk demikian ini biasanya identik dengan orang

(30)

3) Ectomorph (Kurus Sekali dan Memperlihatkan Kelemahan Daya)

Orang yang seperti ini selalu menunjukkan kepasrahan, akan tetapi apabila mendapat

penghinaan-penghinaan yang luar biasa tekanan jiwanya dapat meledak, dan barulah akan terjadi

perilaku menyimpang darinya.

b. Faktor Psikologis

Banyak ahli sosiologi yang cenderung untuk menerima sebab-sebab psikologis sebagai

penyebab pembentukan perilaku menyimpang. Misalnya hubungan antara orang tua dan anak

yang tidak harmonis. Banyak orang meyakini bahwa hubungan antara orang tua dan anak

merupakan salah satu ciri yang membedakan orang „baik‟ dan orang „tidak baik‟. Sikap orang

tua yang terlalu keras maupun terlalu lemah seringkali menjadi penyebab deviasi pada

anak-anak.

c. Faktor Sosiologis

Dari sudut pandang sosiologi, telah banyak teori yang dikembangkan untuk menerangkan

faktor penyebab perilaku menyimpang. Misalnya, ada yang menyebutkan kawasan kumuh (slum) di kota besar sebagai tempat persemaian deviasi dan ada juga yang mengatakan bahwa sosialisasi

yang buruk membuat orang berperilaku menyimpang. Selanjutnya ditemukan hubungan antara

„ekologi‟ kota dengan kejahatan, mabuk-mabukan, kenakalan remaja, dan bunuh diri. Untuk

lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan beberapa sebab atau proses terjadinya perilaku

menyimpang ditinjau dari faktor sosiologis.

(31)

Menurut teori sosialisasi, perilaku manusia, baik yang menyimpang maupun yang tidak

dikendalikan oleh norma dan nilai yang dihayati. Apabila sosialisasi tidak sempurna akan

menghasilkan perilaku yang menyimpang. Sosialisasi yang tidak sempurna timbul karena

nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi, sehingga

seseorang bertindak tanpa memperhitungkan risiko yang akan terjadi.

Contohnya anak sulung perempuan, dapat berperilaku seperti laki-laki sebagai akibat

sosialisasi yang tidak sempurna di lingkungan keluarganya. Hal ini terjadi karena ia harus

bertindak sebagai ayah, yang telah meninggal. Di pihak lain, media massa, terutama sering

menyajikan gaya hidup yang tidak sesuai dengan anjuran-anjuran yang disampaikan dalam

keluarga atau sekolah. Di dalam keluarga telah ditanamkan perilaku pemaaf, tidak balas dendam,

mengasihi, dan lain-lain, tetapi di televisi selalu ditayangkan adegan kekerasan, balas dendam,

fitnah, dan sejenisnya. Nilai-nilai kebaikan yang ditawarkan oleh keluarga dan sekolah harus

berhadapan dengan nilai-nilai lain yang ditawarkan oleh media massa, khususnya televisi. Proses

sosialisasi seakan-akan tidak sempurna karena adanya saling pertentangan antara agen sosialisasi

yang satu dengan agen yang lain, seperti antara sekolah dan keluarga berhadapan dengan media

massa. Lama kelamaan seseorang akan terpengaruh dengan cara-cara yang kurang baik, sehingga

terjadilah penyimpanganpenyimpangan dalam masyarakat.

2) Penyimpangan sebagai Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai Sub Kebudayaan Menyimpang

Shaw dan Mc. Kay mengatakan bahwa daerah-daerah yang tidak teratur dan tidak ada organisasi yang baik akan cenderung melahirkan daerah kejahatan. Di daerahdaerah yang

(32)

tertanam dalam kepribadian masyarakat itu. Dengan demikian, proses sosialisasi tersebut

merupakan proses pembentukan nilai-nilai dari subkebudayaan yang menyimpang.

Contohnya di daerah lingkungan perampok terdapat nilai dan norma yang menyimpang

dari kebudayaan setempat. Nilai dan norma sosial itu sudah dihayati oleh anggota kelompok

sebagai proses sosialisasi yang wajar. Perilaku menyimpang seperti di atas merupakan penyakit

mental yang banyak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan itu kita

mengenal konsep anomie yang dikemukakan oleh Emile Durkheim. Anomie adalah keadaan yang kontras antara pengaruh subkebudayaan-subkebudayaan dengan kenyataan sehari-hari

dalam masyarakat. Indikasinya adalah masyarakat seakan-akan tidak mempunyai aturan-aturan

yang dijadikan pegangan atau pedoman dan untuk ditaati bersama.

Akibat tidak adanya keserasian dan keselarasan, normanorma dalam masyarakat menjadi

lumpuh dan arahnya menjadi samar-samar. Apabila hal itu berlangsung lama dalam masyarakat,

maka besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi. Anggota masyarakat akan bingung dan sulit

memperoleh pedoman. Akhirnya, mereka memilih cara atau jalan sendiri-sendiri. Jalan yang

ditempuh tidak jarang berupa perilaku-perilaku yang menyimpang.

3) Proses Belajar yang Menyimpang

Mekanisme proses belajar perilaku menyimpang sama halnya dengan proses belajar

terhadap hal-hal lain yang ada di masyarakat. Proses belajar itu dilakukan terhadap orang-orang

yang melakukan perbuatan menyimpang. Misalnya, seorang anak yang sering mencuri uang dari

tas temannya mula-mula mempelajari cara mengambil uang tersebut mulai dari cara yang paling

(33)

langsung dari orang yang berhubungan dengannya. Penjelasan ini menerangkan bahwa untuk

menjadi penjahat kelas „kakap‟, seseorang harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana cara

yang paling efisien untuk beroperasi.

4) Ikatan Sosial yang Berlainan

Dalam masyarakat, setiap orang biasanya berhubungan dengan beberapa kelompok yang

berbeda. Hubungan dengan kelompok-kelompok tersebut akan cenderung membuatnya

mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang paling dihargainya. Dalam hubungan ini,

individu tersebut akan memperoleh pola-pola sikap dan perilaku kelompoknya. Apabila

pergaulan itu memiliki pola-pola sikap dan perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan

besar ia juga akan menunjukkan pola-pola perilaku menyimpang. Misalnya seorang anak yang

bergaul dengan kelompok orang yang sering melakukan aksi kebut-kebutan di jalan raya.

Kemungkinan besar dia juga akan melakukan tindakan serupa.

5) Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial

Setiap masyarakat tidak hanya memiliki tujuan-tujuan yang dianjurkan oleh

kebudayaannya, tetapi juga caracara yang diperkenankan oleh kebudayaannya itu untuk

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Apabila seseorang tidak diberi peluang untuk

menggunakan caracara ini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, maka kemungkinan besar akan

terjadi perilaku menyimpang. Misalnya dalam sebuah perusahaan, pengusaha memberikan upah

kepada buruhnya di bawah standar UMK. Hal itu apabila dibiarkan berlarut-larut, maka ada

kemungkinan si buruh akan melakukan penyimpangan, seperti melakukan demonstrasi atau

(34)

2.3.3. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang

Di masyarakat kita mengenal bentuk-bentuk penyimpangan yang terdiri atas

penyimpangan individual (individual deviation), penyimpangan kelompok (group deviation), dan penyimpangan gabungan dari keduanya (mixture of both deviation). Terkadang ada pula yang menambahkan dengan penyimpangan primer (primary deviation) dan penyimpangan sekunder (secondary deviation).

a. Penyimpangan Individual (Individual Deviation)

Penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak

norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya mempunyai

kelainan atau mempunyai penyakit mental sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya.

Contohnya seorang anak yang ingin menguasai warisan atau harta peninggalan orang tuanya. Ia

mengabaikan saudarasaudaranya yang lain. Ia menolak norma-norma pembagian warisan

menurut adat masyarakat maupun menurut norma agama. Ia menjual semua peninggalan harta

orang tuanya untuk kepentingan diri sendiri.

Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannya dibedakan

atas pembandel, pembangkang, perusuh atau penjahat, dan munafik.

1) Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.

(35)

3) Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya.

4) Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya. Misalnya pencuri,

penjambret, penodong, dan lain-lain.

5) Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.

b. Penyimpangan Kelompok (Group Deviation)

Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma

kelompoknya, namun bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Penyimpangan ini

terjadi dalam subkebudayaan menyimpang yang umumnya telah memiliki norma, nilai, sikap,

dan tradisi sendiri, sehingga cenderung untuk menolak norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat yang lebih luas. Contohnya kelompok orang yang menyelundupkan serta

menyalahgunakan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya, teroris, kelompok preman, dan

separatis. Mereka memiliki aturan-aturan sendiri yang harus dipatuhi oleh anggotanya.

Dalam melakukan aksinya, mereka memiliki aturan permainan yang cermat, termasuk

dalam membentuk jaringan yang kuat untuk melakukan kejahatannya, sehingga sulit dilacak dan

(36)

c. Penyimpangan Campuran (Mixture of Both Deviation)

Sebagian remaja yang putus sekolah (penyimpangan individual) dan pengangguran yang

frustasi (penyimpangan individual), biasanya merasa tersisih dari pergaulan dan kehidupan

masyarakat. Mereka sering berpikir seperti anak orang berkecukupan, yang akhirnya menempuh

jalan pinta untuk hidup enak. Di bawah pimpinan seorang tokoh yang terpilih karena kenekatan

dan kebrutalannya, mereka berkelompok dalam „organisasi rahasia‟ (penyimpangan kelompok)

dengan memiliki norma yang mereka buat sendiri. Pada dasarnya norma yang mereka buat

bertentangan dengan norma yang berlaku umum di masyarakat.

Penyimpangan seperti itu ada yang dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki

organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok di dalamnya taat dan tunduk kepada

norma golongan yang secara keseluruhan mengabaikan norma yang berlaku. Misalnya gank-gank anak nakal. Kelompok semacam itu dapat berkembang menjadi semacam kelompok mafia dunia kejahatan yang terdiri atas preman-preman yang sangat meresahkan masyarakat.

d. Penyimpangan Primer (Primary Deviation)

Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang, di mana hanya bersifat temporer atau

sementara dan tidak berulang-ulang. Individu yang melakukan penyimpangan ini masih dapat

diterima oleh masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh pola perilaku menyimpang

tersebut dan di lain kesempatan tidak akan melakukannya lagi. Misalnya seorang siswa yang

terlambat masuk sekolah karena ban sepeda motornya bocor, seseorang yang menunda

pembayaran pajak karena alasan keuangan yang tidak mencukupi, atau pengemudi kendaraan

(37)

e. Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation)

Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang secara terusmenerus, sehingga akibatnya pun

cukup parah serta mengganggu orang lain. Dalam penyimpangan ini, seseorang secara khas

memperlihatkan perilaku menyimpang yang secara umum dikenal sebagai seorang yang

menyimpang. Masyarakat tidak dapat menerima dan tidak menghendaki individu semacam itu

hidup bersama dalam masyarakat mereka. Misalnya seorang siswa yang sering tidak masuk

sekolah tanpa keterangan. Contoh lainnya adalah seseorang yang sering mabuk-mabukan baik di

rumah, di pesta, maupun di tempat umum serta seseorang yang sering melakukan pencurian,

perampokan, dan tindak kriminal lainnya.

Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut harus diatasi karena penyimpangan menyangkut

masalah mental perilaku. Misalnya, melalui berbagai penataran, pendidikan keagamaan,

pemulihan disiplin, serta pelatihan-pelatihan lainnya.

2.3.4. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang

Kita tahu bahwa perilaku menyimpang merupakan tindakan yang tidak dikehendaki oleh

masyarakat karena telah melanggar norma atau aturan-aturan yang berlaku. Namun tetap saja

perilaku menyimpang itu ada dalam masyarakat. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan

untuk mengidentifikasi suatu tindakan dikatakan sebagai perilaku menyimpang. Tahukah kamu,

(38)

a. Penyimpangan Harus Dapat Didefinisikan

Suatu perbuatan anggota masyarakat dapat dikatakan menyimpang apabila memang

didefinisikan sebagai menyimpang. Perilaku menyimpang bukanlah semata-mata ciri tindakan

yang dilakukan orang, melainkan akibat dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang

dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut. Singkatnya, penilaian menyimpang

tidaknya suatu perilaku harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.

b. Penyimpangan Bisa Diterima Bisa juga Ditolak

Perilaku menyimpang ada yang positif dan negatif. Positif, apabila penyimpangan yang

diterima bahkan dipuji dan dihormati, seperti penemuan baru oleh para ahli itu kadangkadang

bertentangan budaya masyarakat. Sedangkan penyimpangan negatif adalah penyimpangan yang

ditolak oleh masyarakat, seperti perampokan, pembunuhan terhadap etnis tertentu, dan

menyebarkan teror dengan bom atau gas beracun.

c. Penyimpangan Relatif dan Mutlak

Dalam masyarakat, tidak ada seorang pun yang masuk dalam kategori sepenuhnya

penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpang (orang yang benar-benar menyimpang).

Orang yang termasuk kedua kategori itu justru akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya.

Pada dasarnya semua orang normal sesekali pernah melakukan tindakan menyimpang,

tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk setiap orang. Perbedaannya hanya pada

(39)

orang cenderung relatif. Bahkan orang yang tadinya penyimpang mutlak lambat laun harus

berkompromi dengan lingkungannya.

d. Penyimpangan terhadap Budaya Nyata ataukah Budaya Ideal

Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok

masyarakat. Dalam kenyataan di masyarakat, banyak anggota masyarakat yang tidak patuh

terhadap segenap peraturan resmi tersebut. Jadi antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu

terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan

sehari-hari cenderung banyak dilanggar. Contohnya peraturan mengenai penggunaan helm pada

saat mengendarai sepeda motor. Banyak masyarakat yang melanggar peraturan tersebut, di mana

kita dapat melihat di jalan-jalan banyak orang mengendarai sepeda motor tanpa memakai helm.

e. Terdapat Norma-Norma Penghindaran dalam Penyimpangan

Norma penghindaran ini muncul apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma

yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang. Apakah norma

penghindaran itu? Pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka,

tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka. Jadi, norma-norma penghindaran

merupakan suatu bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga ( semi-institusionalized).

f. Penyimpangan Sosial Bersifat Adaptif (Menyesuaikan)

Tidak selamanya penyimpangan sosial menjadi ancaman bagi kehidupan masyarakat,

(40)

kita harapkan dari orang lain, apa yang orang lain inginkan dari kita, serta wujud masyarakat

seperti apa yang pantas bagi sosialisasi anggotanya. Di lain pihak, perilaku menyimpang

merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. Tidak ada

masyarakat yang mampu bertahan dalam kondisi statis untuk jangka waktu yang lama.

Masyarakat yang terisolasi sekalipun akan mengalami perubahan. Ledakan penduduk, perubahan

teknologi, serta hilangnya kebudayaan lokal dan tradisional mengharuskan banyak orang

menerapkan norma-norma baru.

2.3.5. Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang

Dalam masyarakat kita mengenal dua sifat perilaku menyimpang yaitu perilaku

menyimpang yang bersifat positif dan perilaku menyimpang yang bersifat negatif.

a. Penyimpangan yang Bersifat Positif

Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan

aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap sistem

sosial. Atau dengan kata lain, penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang ideal

(didambakan) walaupun cara atau tindakan yang dilakukan itu seolah-olah atau tampaknya

menyimpang dari norma yang berlaku, padahal sebenarnya tidak. Seseorang dikatakan

menyimpang secara positif apabila dia berusaha merealisasikan suatu citacita, namun masyarakat

pada umumnya menolak atau tidak dapat menerima caranya. Akibatnya orang tersebut akan

(41)

b. Penyimpangan yang Bersifat Negatif

Penyimpangan negatif adalah kecenderungan bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang

dipandang rendah dan akibatnya selalu buruk. Jenis tindakan seperti ini dianggap tercela dalam

masyarakat. Si pelaku bahkan bisa dikucilkan dari masyarakat. Bobot penyimpangan negatif itu

diukur menurut kaidah susila dan adat istiadat, sehingga sanksi yang diberikan kepada

pelanggarnya dinilai lebih berat daripada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun.

Contohnya pencurian, perampokan, pelacuran, dan pemerkosaan.

2.3.6. Tipe-Tipe Perilaku Menyimpang

Menurut Robert M.Z. Lawang, perilaku menyimpang dapat digolongkan menjadi empat tipe, yaitu tindakan kriminal atau kejahatan, penyimpangan seksual, penyimpangan dalam bentuk

pemakaian atau konsumsi secara berlebihan, serta penyimpangan dalam gaya hidup (lifestyle).

a. Tindakan Kriminal atau Kejahatan

Tindakan kriminal merupakan suatu bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh

seseorang atau kelompok terhadap nilai dan norma atau peraturan perundang-undangan yang

berlaku di masyarakat. Kita mengenal dua jenis kejahatan seperti yang tercantum dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu violent offenses dan property offenses.

1) Violent offenses atau kejahatan yang disertai dengan kekerasan pada orang lain, seperti pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, dan lain sebagainya. 2) Property offenses atau kejahatan yang menyangkut hak milik orang lain, seperti perampasan, pencurian tanpa

(42)

berjudul Sociology (1989) membedakan kejahatan menjadi empat tipe, yaitu crime without victim, organized crime, white collar crime, dan corporate crime.

1) White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih)

Kejahatan ini mengacu pada kejahatan yang dilakukan oleh orang yang terpandang atau

berstatus tinggi dalam hal pekerjaannya. Contohnya penghindaran pajak, penggelapan uang

perusahaan, manipulasi data keuangan sebuah perusahaan (korupsi), dan lain sebagainya.

2) Crime Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban)

Kejahatan tidak menimbulkan penderitaan pada korban secara langsung akibat tindak

pidana yang dilakukan. Contohnya berjudi, mabuk, dan hubungan seks yang tidak sah tetapi

dilakukan secara sukarela.

3) Organized Crime (Kejahatan Terorganisir)

Kejahatan ini dilakukan secara terorganisir dan berkesinambungan dengan menggunakan

berbagai cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan (biasaya lebih ke materiil) dengan

jalan menghindari hukum. Contohnya penyedia jasa pelacuran, penadah barang curian,

perdagangan perempuan ke luar negeri untuk komoditas seksual, dan lain sebagainya.

4) Corporate Crime (Kejahatan Korporasi)

Kejahatan ini dilakukan atas nama organisasi formal dengan tujuan menaikkan

(43)

kejahatan korporasi ini menjadi empat, yaitu kejahatan terhadap konsumen, kejahatan terhadap

publik, kejahatan terhadap pemilik perusahaan, dan kejahatan terhadap karyawan.

b. Penyimpangan Seksual

Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan oleh

masyarakat. Adapun beberapa jenis perilaku ini di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Perzinaan, yaitu hubungan seksual di luar nikah.

2) Homoseksual, yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan sesama jenis. Homoseksual dibedakan atas lesbian dan homoseks. Lesbian adalah sebutan bagi wanita yang melakukan

hubungan seksual dengan sesama wanita, sedangkan homoseks adalah sebutan bagi pria yang

melakukan hubungan seksual dengan sesama pria.

3) Kumpul kebo, yaitu hidup bersama seperti suami istri, namun tanpa ada ikatan pernikahan.

4) Sadomasochist, yaitu pemuasan nafsu seksual dengan melakukan penyiksaan terhadap

pasangannya.

5) Paedophilia, yaitu memuaskan keinginan seksual yang dilampiaskan kepada anak kecil.

6) Sodomi, yaitu hubungan seksual yang dilakukan melalui anus atau dubur.

7) Gerontophilia, yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan orang-orang lanjut usia.

(44)

Penyimpangan ini biasanya diidentikkan dengan pemakaian dan pengedaran narkoba atau

obat-obatan terlarang serta alkoholisme. Hal ini lebih banyak terjadi pada kaum remaja karena

perkembangan emosi mereka yang belum stabil dan cenderung ingin mencoba serta adanya rasa

keingintahuan yang besar terhadap suatu hal.

Menurut Dr. Graham Baliane (Kartini Kartono, 1992) kaum muda atau remaja lebih mudah terjerumus pada penggunaan narkotika karena faktor-faktor Psebagai berikut.

1) Ingin membuktikan keberaniannya dalam melakukan tindakan berbahaya.

2) Ingin menunjukkan tindakan menentang terhadap orang tua yang otoriter.

3) Ingin melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman emosional.

4) Ingin mencari dan menemukan arti hidup.

5) Ingin mengisi kekosongan dan kebosanan.

6) Ingin menghilangkan kegelisahan.

7) Solidaritas di antara kawan.

Penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol secara berlebih dilarang oleh hukum

karena dapat mendorong terjadinya tindak kriminal yang lain. Selain dapat membahayakan diri

sendiri dan orang lain. Bahaya terhadap diri sendiri, antara lain dapat merusak organ-organ

tubuh, sehingga tidak berfungsi sempurna, bahkan susunan syaraf yang berfungsi sebagai

(45)

cenderung untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari nilai dan norma yang

berlaku dalam masyarakat.

d. Penyimpangan dalam Bentuk Gaya Hidup

Di masyarakat, kita bisa menemukan berbagai gaya hidup yang antara orang yang satu

dengan orang yang lain mungkin terdapat perbedaan-perbedaan. Gaya hidup setiap orang bisa

dipengaruhi oleh lingkungan, pendapatan, kemampuan pribadi, dan lain-lain. Namun demikian

gaya hidup seseorang juga dapat menimbulkan suatu penyimpangan dalam masyarakat. Gaya

hidup yang bagaimanakah itu? Ada dua bentuk penyimpangan dalam gaya hidup yang lain dari

biasanya, yaitu sikap organisasi dan sikap eksentrik.

1. Sikap arogansi adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kekayaan,

kekuasaan, dan kepandaian. Atau bisa saja sikap itu dilakukan untuk menutupi

kekurangannya.

2. Sikap eksentrik adalah perbuatan yang menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap

aneh. Misalnya anak lakilaki memakai anting-anting, berambut panjang.

2.3.7. Teori-Teori Perilaku Menyimpang

Dalam sosiologi dikenal berbagai teori yang membahas perilaku menyimpang, yaitu

Teori Pergaulan Berbeda, Teori Fungsi, dan Teori Tipologi Adaptasi.

a. Teori Pergaulan Berbeda (Differential Association)

(46)

diperoleh melalui proses alih budaya (cultural transmission). Melalui proses ini seseorang mempelajari suatu subkebudayaan menyimpang (deviant subculture).

Contohnya perilaku siswa yang suka bolos sekolah. Perilaku tersebut dipelajarinya

dengan melakukan pergaulan dengan orang-orang yang sering bolos sekolah. Melalui pergaulan

itu ia mencoba untuk melakukan penyimpangan tersebut, sehingga menjadi pelaku perilaku

menyimpang.

b. Teori Labelling

Teori ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemert. Menurut teori ini, seseorang menjadi penyimpang karena proses labelling yang diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya adalah pemberian julukan atau cap yang biasanya negatif kepada seseorang yang telah melakukan

penyimpangan primer (primary deviation) misalnya pencuri, penipu, pemerkosa, pemabuk, dan sebagainya. Sebagai tanggapan terhadap cap itu, si pelaku penyimpangan kemudian

mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangannya

sehingga terjadi dengan penyimpangan sekunder (secondary deviation). Alasannya adalah sudah terlanjur basah atau kepalang tanggung.

c. Teori Fungsi

Teori ini dikemukakan oleh Emile Durkheim. Menurut teori ini, keseragaman dalam kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak dimungkinkan karena setiap individu berbeda

satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisik,

dan keturunan. Oleh karena itu dalam s

Gambar

TABEL 1
TABEL 2
TABEL 3

Referensi

Dokumen terkait

 Peserta didik menulis model/kalimat matematika dari masalah sehari-hari yang sederhana dan berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, waktu, panjang

meneliti “Anali sis Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gunung Kidul Periode 1988 - 2008 ”..

Ikan nila yang akan dibius diseleksi terlebih dahulu kondisi fisik dan kesehatannya, karena akan mempengaruhi keberhasilan penerapan teknik pembiusan untuk

Tentukan besaran ruang gerak anda. Sumber

[r]

• Manfaatkan kondisi alam sebagai penunjang kegiatan anda dan mempengaruhi bentuk naungan anda.. Pilih bentuk yang paling

Eksplorasi material.. Sumber

[r]