Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
PENGARUH TURBIDITAS DAN PENAMBAHAN KLORIN
TERHADAP KUALITAS AIR DALAM CLARIFIER (53-FD-1001)
UNIT UTILITY-1
PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ACEH UTARA
KARYA ILMIAH
FAISAL
062409002
PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
PENGARUH TURBIDITAS DAN PENAMBAHAN KLORIN
TERHADAP KUALITAS AIR DALAM CLARIFIER (53-FD-1001)
UNIT UTILITY-1
PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ACEH UTARA
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
FAISAL
062409002
PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH TURBIDITAS DAN KLORIN
TERHADAP KUALITAS AIR DALAM CLARIFIER (53-FD-1001) UNIT UTILITY-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ACEH UTARA
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : FAISAL
Nomor Induk Mahasiswa : 062409002
Program Studi : D-3 KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Juli 2009
Diketahui / Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing
Ketua,
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
PERNYATAAN
PENGARUH TURBIDITAS DAN KLORIN TERHADAP KUALITAS AIR DALAM CLARIFIER (53-FD-1001)
UNIT UTILITY-1
PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ACEH UTARA
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2009
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan dan kelapangan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa untuk menyelesaikan program studi D-3 Kimia Industri F-MIPA USU.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini banyak kekurangan maupun kekeliruan baik dari segi isi maupun penyusunan kata. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.
Penyusunan karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. PUPUK ISKANDAR MUDA ACEH UTARA dengan judul “PENGARUH TURBIDITAS DAN PENAMBAHAN KLORIN TERHADAP KUALITAS AIR DALAM CLARIFIER (53-FD-1001) UNIT UTILITY-1”.
Dalam pengerjaan karya ilmiah ini, penulis memperoleh banyak petunjuk, pengarahan, bimbingan, informasi, pengetahuan dan wawasan baru yang sangat berharga. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:
1. Ayahanda Sutrisno dan Ibunda Kartini yang telah banyak berkorban buat penulis baik moril maupun materil yang tak dapat terhitung nilainya serta do’a yang tulus dari hati seorang ayah dan ibu agar anaknya dapat berhasil di kemudian hari.
2. Kakanda Ratni Siska Wati, SE dan Adinda Lia Susanti yang telah banyak memberikan doa dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Bapak Drs. Syamsul Bachri Lubis, Msi, selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah di Program Studi D-III Kimia Industri USU.
4. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, Msc. M.Phil, selaku koordinator Program Studi D-III Kimia Industri FMIPA-USU.
5. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, Msc, selaku ketua Departemen Kimia FMIPA-USU.
6. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, Msc, selaku Dekan FMIPA USU
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
8. Para Karyawan PT. PUPUK ISKANDAR MUDA yang telah membantu
penulis untuk mendapatkan ide dan bahan penunjang sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat berjalan dengan baik.
9. Paman Hadi Purwanto, ST. MT Tante Endang Kemalasari, SE (Ak) dan
Endang Rahmah Wati, S.Kep yang banyak sekali membantu selama penulis duduk di bangku kuliah hingga dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
10.Pakde Rata dan keluarga yang telah memberikan semangat kepada penulis selama ini.
11.Rekan PKL Awaludin Nainggolan, Indra Nugraha, dan Ricky Hidayat yang banyak membantu baik dalam bentuk moril maupun materi.
12.Para Anggota Rembeez Community yang telah memberikan sarana dan
prasarana kepada penulis selama ini.
13.Teman-teman seperjuangan Kimia Industri stambuk 2006 yang telah bersama-sama penulis selama 3 tahun baik dalam suka maupun duka, yang selalu memberi dorongan kepada penulis agar menjadi yang terbaik di masa yang akan datang.
14.Para Anggota Ikatan Mahasiswa Kimia Industri (IMAKIN) FMIPA-USU yang masih aktif dan para alumni yang telah banyak memberikan penulis ilmu, pengalaman, dan kepercayaan untuk memimpin IMAKIN selama setahun. 15.Pacarku Devi Yulianti Harahap yang telah banyak membantu penulis baik
moril maupun materi selama penulisan laporan ini.
16.Semua pihak yang telah membantu dalam kesuksesan penulisan Karya Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Penyusun menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Juni 2009 Penulis
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
TURBIDITY INFLUENCE AND THE ADDITION OF CHLORINE TO WATER QUALITY IN CLARIFIER (53-FD-1001)
UTILITY UNIT-1
PT. PUPUK ISKANDAR MUDA NORTH ACEH
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Pengolahan Air 4
2.2 Clarifier 6
2.3 Penginjeksian Bahan Kimia 7 2.4 Kapasitas Design Chemical Tank 10 2.5 Penjelasan Flow Raw Water Secara Umum 12 2.5.1 Flow Diagram Proses 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat 20
3.2 Bahan 20
3.3 Prosedur Kerja 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data 21
4.2 Perhitungan 22
4.3 Pembahasan 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 23
5.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Hasil pengamatan turbiditas dan kandungan klorin 21
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam pembangunan, industri kimia memainkan peran
penting dalam kemajuan sehingga wajar jika sekarang industri kimia berlomba-lomba
dalam meningkatkan teknologi dan produksinya. Seiring dengan peningkatan
teknologi dan produksi tersebut, hal yang paling serius diperhatikan adalah masalah
pengolahan air (water treatment). Air yang dihasilkan oleh unit pengolahan air harus
memenuhi standar pabrik serta standart air minum, karena air yang dihasilkan oleh
unit ini digunakan sebagai air minum pada komplek perumahan perusahaan serta
warga sekitar pabrik dan pada proses pengolahan air untuk unit deminalizer dan
sebagainya.
Timbul juga permasalahan mengenai kualitas air dan penggunaan bahan kimia sebagai
bahan penunjang dalam proses pengolahan air. Penggunaan bahan-bahan kimia
beracun dan berbahaya kadarnya harus memenuhi peraturan pemerintah tentang
penggunaan bahan kimia berbahaya, kelebihan kadar bahan kimia akan menyebabkan
pencemaran lingkungan terutama untuk warga sekitar pabrik yang masih banyak
menggunakan sumber air sumur untuk keperluan sehari-hari serta limbah yang
dihasilkan akan mencemari air sungai yang akan menggangu keseimbangan
kehidupan air yang dampaknya akan dirasakan oleh semua elemen masyarakat dan
perusahaan itu sendiri. Hal ini justru mengakibatkan kemunduran, bukan kemajuan
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
industri kimia. Untuk itulah perlu diterapkan proses pengolahan air yang ramah
lingkungan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan tersebut.
Salah satu bagian dalam proses pengolahan air adalah clarifier, yang berfungsi
untuk tempat proses pemurnian air yang didesain sedemikian rupa agar dapat
menampung air (water) dalam jumlah yang banyak. Didalam clarifier inilah terjadi
reaksi kimia dimana reaksi inilah yang akan menentukan apakah air yang keluar dari
clarifier layak digunakan untuk kebutuhan perusahaan atau tidak.
Untuk itulah pengawasan terhadap penambahan zat kimia harus tetap
dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terhadap hasil akhir yang
diperoleh dari clarifier ini, kerusakan lingkungan, dan kerugian ekonomi baik dalam
jumlah yang kecil maupun besar..
Tidak mungkin tidak ada kerugian didalam suatu perusahaan, dimanapun
kerugian selalu ada, hanya bentuk dan besarnya yang berbeda-beda. Yang paling
penting adalah mengetahui besarnya kerugian dan bagaimana caranya untuk
meminimalkan resiko kerugian tersebut. Untuk itu telah dirancang metode-metode
seperti peminimalisasian penggunaan bahan kimia, penggunaan alternatif lain untuk
mengurangi biaya pada proses produksi, dan metode-metode lainnya.
1.2.Perumusan Masalah
Apakah nilai turbiditas (kekeruhan) dan kandungan klorin yang terkandung dalam air
clarifier sesuai dengan mutu air industri dan air minum dan apakah ada jalan lain
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009 1.3. Tujuan
- Untuk mengetahui pengaruh turbiditas dan penambahan klorin terhadap
kualitas air dalam clarifier.
- Untuk mengetahui apakah nilai turbiditas dan kandungan klorin masih
memenuhi standart industri dan air minum.
1.4. Manfaat
- Untuk mengetahui nilai turbiditas dan kandungan klorin pada air dalam
clarifier hingga tangki air minum.
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Sejarah Pengolahan Air
Proses penjernihan air untuk mendapatkan air yang berkualitas telah dilakukan oleh
manusia beberapa abad yang lalu. Pada tahun 1771, di dalam edisi pertama
Encyclopedia Britanica telah dibicarakan fungsi filter (filtrasi) sebagai sistem
penyaring untuk mendapatkan air yang lebih jernih. Perkembangan selanjutnya dari
proses pengolahan air minum, telah menghasilkan bahwa penambahan zat pengendap
atau penggumpal (koagulan) sebelum proses penyaringan (filtrasi). Selanjutnya proses
penggumpalan yang ditambahkan dengan proses pengendapan (sedimentasi) dan
penyaringan (filtrasi) serta menggunakan zat-zat organik dan anorganik adalah
merupakan awal dari cara pengolahan air. Ilmu pengetahuan telah berkembang dengan
cepatnya, telah diciptakan/didesain sarana pengolahan air minum dengan berbagai
sistem. Sistem pengolahan air minum yang dibangun tergantung dari kualitas sumber
air bakunya, dapat berupa pengolahan lengkap atau pengolahan sebagian.
Pengolahan lengkap adalah pengolahan air minum secara fisik, kimia dan
biologi, sedangkan pengolahan sebagian adalah pengolahan air minum yang tidak
menggunakan semua cara tersebut, tetapi hanya salah satu atau dua cara saja.
Pengolahan lengkap yang terdiri dari proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan
filtrasi kemudian ditambahkan klorin disebut sebagai pengolahan air minum sistem
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
pada saat ini, dengan banyaknya industri yang tumbuh di sepanjang pinggiran sungai
terutama industri dengan tingkat pencemaran berat seperti tekstil, logam, kimia dan
lain-lain, serta tingginya tingkat pertumbuhan dan aktivitas manusia, telah
mengakibatkan pencemaran pada sungai-sungai yang merupakan sumber air baku
utama bagi produksi air minum di kota-kota besar. Untuk mengatasi hal ini, telah
dikembangkan Teknologi Pengolahan Air Sistem Maju (advanced system), di mana
salah satu negara yang telah mengembangkannya adalah Jepang dengan
mengkombinasikan sistem ozonasi dan penyerapan dengan karbon aktif. Ozon (O3)
adalah molekul yang tersusun dari 3 (tiga) buah atom oksigen, senyawa ini merupakan
oksidator yang kuat, sehingga dapat digunakan sebagai oksidator dalam penguraian
zat/pencemar organik dalam proses pengolahan air. Ozon dibuat dari udara yang
diperkaya dengan oksigen. Konsentrasi ozon yang dihasilkan dari udara berkisar
antara 1,5 - 2,5 % ( berat/berat ). Jika diproses dari bahan dasar oksigen murni dengan
menggunakan generator yang sama, konsentrasi ozon dapat mencapai 3 - 5 %.
Ozonasi merupakan proses pengolahan air yang relatif baru di Jepang, proses
ini diteliti hampir 100 tahun. Dasar penerapannya diperoleh dari sumber artikel yang
diterbitkan dan pengalaman operasional hingga proses desainnya. Ozon adalah gas
yang bersifat racun, mudah terbakar, menggunakan sumber listrik bertegangan tinggi,
dan jika sistemnya menggunakan oksigen sebagai gas umpan akan menjadi lebih
berbahaya. Meskipun demikian, sistem ozonasi memberikan resiko bahaya lebih kecil
dibandingkan sistem klorinasi, karena sistemnya dapat segera dihentikan bila ozon
bocor. Secara umum tahapan proses keseluruhan pengolahan air sistem maju adalah
sebagai berikut : koagulasi s/d filtrasi ozonasi Karbon Aktif Granular (GAC)
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009 2.2 Clarifier
Air baku yang berasal dari water intake dipompakan dengan tekanan 1-3
kg/cm2G kedalam clarifier (53-FD-1001). Fungsi clarifier sebagai tempat pengolahan
air tahap pertama yaitu proses penjernihan air untuk menghilangkan zat padat yang
ada dalam bentuk suspensi yang dapat menyebabkan kekeruhan terhadap air, dengan
cara koagulasi, flokulasi dan sedimentasi.
Konsep dasar penurunan turbiditas dalam clarifier didasarkan pada muatan
listrik dari suspensi di dalam air. Pada umumnya partikel suspensi negatif (-) dengan
anion di dalam air. Bila muatan listrik (-) ini dinetralkan dengan muatan listrik positif
(+), maka muatan listrik akan menjadi netral/nol dan sendimentasi/pengendapan akan
terbentuk.
Kapasitas design dan metode operasi dari clarifier yang digunakan adalah :
• Jumlah : 1 buah
• Kapasitas air masuk : 600-800 m3/jam (normal)
• Kapasitas clarifier : 1330 m3/jam
• Model operasi : otomatis/manual
• Waktun Operasi : kontinu
• Up flow rate : kurang lebih 1,8 m/jam
• Waktu retensi : kurang dari 4 jam
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
• Panjang : 9500 mm
• Temperatur design : -
• Tekanan design : cairan penuh (kg/cm2G)
( Toyo Enginering Corp,1985)
Clarifier dilengkapi dengan pengaduk dan penggaruk yang keduanya bekerja
secara kontinyu. Pengaduk (agitator) berfungsi untuk mempercepat terjadinya
gumpalan lumpur dan bekerja dengan kecepatan 1,05 – 4,2 rpm. Sedangkan
penggaruk (rake) berfungsi mencegah agar gumpalan lumpur tidak pekat di dasar
clarifier dan bekerja dengan kecepatan 0,033 rpm. Kotoran-kotoran yang mengendap
bersama lumpur dikeluarkan dari bawah clarifier sebagai buangan, sedangkan air
jernih dari clarifier keluar lewat bagian atas.
Clarifier didesain secara khusus sehingga tiga proses pengolahan air dapat
berlangsung dalam satu unit, yaitu proses penambahan bahan kimia, flokulasi, dan
pengendapan.
Pada bagian masuk clarifier diinjeksikan bahan-bahan kimia yaitu aluminium
sulfat, gas klorin, dan natrium hidroksida. Sedangkan coagulant aid ditambahkan ke
dalam clarifier.(Speight,J.G., 2002)
2.3 Penginjeksian Bahan Kimia
a. Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3)
Berfungsi untuk membentuk gumpalan dari partikel yang tersuspensi (flok)
dalam air atau mengendapkan kotoran-kotoran yang ada dalam air. Besarnya
aluminium sulfat yang ditambahkan tergantung dari kekeruhan air serta debit air
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
hidrolisa yang menghasilkan alumunium hidroksida (Al(OH)3) dan asam sulfat.
Reaksi yang terjadi adalah :
Al2(SO4)3 . 18 H2O + 6 H2O 2 Al(OH)3 + 3H2SO4 + 18 H2O
Reaksi tersebut akan mengakibatkan suasana asam dalam air dan flok dari
Al(OH)3 yang berupa koloidal lama-kelamaan akan mengendap bersama
kotoran-kotoran lain yang terdapat dalam air.
Aluminium sulfat yang ditambahkan memiliki kadar 14,5-17,5 % Al2O3 dan
jumlah aluminium sulfat yang dikonsumsi setiap harinya adalah 5600 kg
(maksimum), 800 kg (rata-rata), 400 kg (minimum).
Aluminium sulfat yang diinjeksikan dengan menggunakan pompa larutan
aluminium sulfat (53-GA-1015 A/B) kedalam aliran air mentah yang bertindak
sebagai koagulan. Pada saat operasi normal, satu pompa beroperasi dan satu lagi
pompa posisi siaga dan injeksinya diperkirakan 30 ppm. Dosis larutan
Aluminium sulfat dikontrol secara proporsi ke aliran masuk air mentah oleh
masing-masing pompa larutan aluminium sulfat secara otomatis. Masing-masing
pompa mempunyai kapasitas 400 liter/jam.
Larutan Aluminium sulfat yang dipompakan oleh 53-GA-1015 A/B diambil dari
salah satu tangki Alum (53-FA-1002 A/B) dengan volume tangki masing-masing
adalah 8000 liter. Operator mengisi/loading Aluminium sulfat di tangki
Aluminium sulfat secara manual dengan cara membuka katup ”service water”
yang berfungsi sebagai pengencer larutan tersebut, setelah di isi, operator dapat
menjalankan Agitator Aluminium sulfat (53-GD-1002 A/B) yang berfungsi
sebagai pengaduk larutan di dalam tangki, sehingga didapatkan konsentrasi
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
b. Natrium hidroksida (NaOH)
Berfungsi untuk menetralkan air akibat penambahan aluminium sulfat sehingga
pHnya berkisar antara 6 – 8.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2 H2O
Konsumsi NaOH setiap harinya adalah 3000 kg dengan kadar 45 %. Tetapi
penambahan NaOH ini tergantung dengan pH air, bila pHnya di bawah 6 baru
ditambahkan NaOH untuk menetralkannya. Natrium hidroksida diinjeksikan ke
pipa air masuk clarifier dengan menggunakan Clarifier Caustik Dosing Pump
(53-GA-1016 A/B) yang dikontrol secara proporsi berdasarkan ukuran pH air
mentah, pada normal operasi pemakaian dosis natrium hidroksida kira-kira 10
ppm.
Semua pompa larutan natrium hidroksida dikontrol dan diubah oleh variabel
speed drive dengan merubah kecepatan dari pompa. Pengaturannya dapat juga
dilakukan secara manual dengan mengatur kecepatan pada masing-masing
pompa dan kapasitas dari masing-masing pompa adalah 40 liter/jam.
c. Klorin (Cl2)
Tujuan utama penambahan gas klorin adalah untuk mematikan mikroorganisme
dalam air, disamping itu juga untuk mencegah tumbuhnya lumut pada dinding
clarifier yang akan mengganggu proses selanjutnya di Gravity Sand Filter
(53-FD-1002). Penambahan gas klorin sebanyak 120 kg/hari (3 ppm). klorin
diinjeksikan dalam bentuk gas yang disediakan dalam tabung klorin.
Pada masing-masing klorinator (53-FA-1017 A/B) disediakan satu tabung klorin
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
aliran dari ”service water” dengan bantuan ejector, sehingga air dari service
water sudah mengandung klorin saat masuk kedalam pipa air masuk clarifier.
Pada saat normal operasi injeksi klorin rata-rata 3 ppm.
d. Coagulant Aid (Polymer)
Berfungsi untuk mempercepat proses pengendapan, karena dengan penambahan
bahan ini akan membentuk gumpalan lumpur (flok) yang lebih besar sehingga
akan lebih mudah dan cepat diendapkan. Nama dagang dari coagulant aid ini
adalah Kurifloc.
Untuk koagulasi dibantu dengan pengadukan yang terjadi di primary chamber
yang terjadi di clarifier, larutan polimer (koagulatn aid) pada konsentrasi 0,5 %
yang dipompakan oleh Aid Tank Dosing Pump (53-GA-1017 A/B) kedalam
aliran pipa air masuk.
Pada saat normal operasi takaran injeksi larutan koagulant aid kira-kira 0,5 ppm
dan disediakan dua pompa yaitu satu beroperasi dan satu lagi dalam keadaan
siaga. Takaran injeksi larutan aid dikontrol secara otomatis berbanding dengan
jumlah aliran air yang masuk ke clarifier, masing-masing pompa mempunyai
kapasitas 260 liter/jam.
Larutan koagulant aid yang dipompakan diambil dari tangki aid (53-FA-1004
A/B) yang mempunyai volume 16 m3 dan sistem pengisian di tangki
menggunakan service water sebagai larutan pengencer masuk melalui sebuah
Polymer Wetting Cone yang diisikan dengan butiran-butiran koagulant aid.
(Bets Laboratories., 1991 )
2.4 Kapasitas Design Tangki Bahan Kimia
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Model : Bundar-Vertikal, diatas tanah
Ukuran D x T (mm) : 1940 x 2000
Kapasitas (m3) : 5,9
Jumlah : Dua (2)
2.Tangko Natrium Hidroksida (53-FA-1003)
Model : Bundar-Vertikal, diatas tanah
Ukuran D x T (mm) : 1450 x 1525
Kapasitas (m3) : 2,5
Jumlah : Satu (1)
3.Tangki Koagulant Aid(53-FA-1004)
Model : Bundar-Vertikal, diatas tanah
Ukuran D x T (mm) : 2800 x 3200
Kapasitas (m3) : 19,6
Jumlah : Dua (2)
Clarifier dilengkapi dengan pengaduk dan penggaruk keduanya bekerja secara
kontinyu. Pengaduk (agitator) berfungsi untuk mempercepat terjadinya gumpalan
lumpur dan bekerja dengan kecepatan 1,05 – 4,2 rpm. Sedangkan penggaruk (rake)
berfungsi mencegah agar gumpalan lumpur tidak pekat di dasar clarifier dan bekerja
dengan kecepatan 0,033 rpm. Kotoran-kotoran yang mengendap bersama lumpur
(sludge) dikeluarkan dari bagian bawah clarifier sebagai buangan untuk dibuang ke
waste water pond melalui empat saluran pipa, tiga saluran continous blow down dan
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
bagian atas (over flow) untuk dibersihkan lagi dalam Gravity Sand Filter
(53-FD-1002). (Toyo Engineering Corp., 1985 )
2.5. Penjelasan aliran air masuk secara umum
Air mentah dipompakan dari sungai Peusangan yang berada di water intake,
Aceh Utara, NAD yang berjarak sekitar 25 km dari pabrik pupuk Iskandar Muda.
Supplier yang mendesign fasilitas pabrik pengolahan air adalah Thames Water Asia
Pasifik ( TWAP ) yang berasal dari Negara Australia, sedangkan yang membangun/
pemasangannya adalah Krakatau Engineering ( KE ).
2.5.1 Diagram proses aliran
Air dari sungai Peusangan dipompakan ke pabrik pengolahan air PIM 1,
masuk ke Clarifier (53-FD-1001) melalui pipa. Sebelum masuk ke clarifier di
injeksikan larutan Aluminium sulfat melalui pompa aluminium sulfat
GA-1015 A/B), larutan natrium hidroksida dengan pompa natrium hidroksida
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
GA-1016 A/B), larutan coagulant Aid dengan pompa (53- GA-1017 A/B) dan gas
klorin dengan klorinator (53-FA-1017 A/B).
Jumlah aliran bahan kimia yang masuk ke clarifier di kontrol secara
otomatis/manual sebanding dengan jumlah air yang masuk. Jumlah injeksi bahan
kimia tergantung dari turbiditas air sungai (Turbidity) dan keadaan operasi
dilapangan.
Clarifier ( 53-FD-1001 ) adalah model centriflock dan diuji dengan
aliran maksimum dari air mentah 700-800 ton/jam. hasil disimpan selama 3 jam
dalam clarifier dan design yang diizinkan untuk kenaikan maksimum dari
gumpalan Lumpur adalah 1,8 m3/jam/m2.
Clarifier adalah sebuah basin yang berbentuk bundar terbuat dari bahan
beton, dilengkapi juga dengan jembatan putar yang terbuat dari carbon steel dan
sebuah kap penahan (detention hood) yang terbuat dari High Density
Polyethelene.
Kecepatan dari jembatan putar dapat di atur dan operator dapat menyetel
di mechanical variator yang dipasang pada penggerak jembatan. Pada saat pabrik
normal operasi kecepatannya diatur kira-kira 5 putaran per jam.
Air mentah masuk dari bagian dasar clarifier dan naik terus ke central
colum yang kemudian jatuh kesekeliling daerah pengadukan yang berada
dibagian dalam central hood dan terus melalui endapan lumpur yang mengendap
di bagian bawah detention hood dan terus naik ke permukaan.
Air dari clarifier keluar melalui weir plate dan masuk ke talang
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
dinding clarifier. Selanjutnya aliran dari saluran tersebut masuk ke Clarified
Water Tank ( 53-FD-1004 ) secara gravitasi.
Di clarifier tersedia juga sebuah pengikis Lumpur (rake) yang
mengelilingi sepanjang lantai dasar clarifier. Rake mengumpulkan Lumpur yang
mengendap di scum box, Lumpur yang ada di scum box tersebut keluar melalui
pipa ke Slurry Effluent Pit ( 53-FB-1007 ) secara gravitasi. Pada masing-masing
dari 3 garis pipa lumpur dipasang katup yang dikontrol secara otomatis.
Operasi katup-katup tersebut dikontrol menurut waktu dan operator
dapat mengatur waktu pembukaan katup tersebut untuk membuang lumpur yang
sama. Banyaknya Lumpur yang dihasilkan di dalam clarifier dan berfungsi juga
untuk mempertahankan kestabilan level lumpur yang mengendap didasar
clarifier.
Kedua dari pengaduk dan pengikis diputar dengan clarifier traveling
bridge ( 53-GD-1002 ), dua Flocculator yaitu 53-GD-1001 A,B yang terletak pada bagian atas clarifier bersama dengan Travelling Bridge, hal ini memberikan
pergolakan dan menaikkan pengadukan didalam daerah pengadukan yang ditahan
oleh detention hood. ( Bagian Utility PIM 2., 2003 )
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar
untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix turbidity
unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity unit),
kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di
dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Koloid berasal dari kata “colla” (Yunani) artinya lengket/lem, karena
nampak seperti lapisan film atau dalam bentuk gelatin. Partikel – partikel koloid
umumya berasal dari kwarsa (pasir), tanah liat, sisa tanaman, ganggang, zat
organik dan lain-lain
Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari
binatang atau tumbuh-tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon,
protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan
oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut. Beberapa sifat koloid yang
penting :
1. Besarnya partikel
Partikel koloid mempunyai diameter antara 1 – 100 µm tidak dapat dilihat
dalam mikroskop. Partikel disper kasar lebih besar dari 100 µ m dan partikel
larutan sejati lebih kecil dari 1 µ m.
2. Penyaringan
Partikel koloid tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa akan tetapi
dapat ditahan oleh penyaring ultra. Disper kasar dapat disaring dengan kertas
saring biasa.
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Karena besarnya partikel koloid dan dispers kasar, zat ini sukar berdiffusi,
jadi berbeda dengan larutan sejati. Dari kecepatan diffusi koloid partikel,
temperatur, viskositas medium, dan bilangan Avogadro, Einstein dapat
memperoleh rumus untuk menentukan besarnya partkel – partikel koloid.
Partikel – partikel koloid suka mengendap akibat dari gravitasi. Suka untuk
mengendap ini ditentang oleh difusi. Pada saat kesetimbangan akan didapatkan,
bahwa pada bagian bawah konsentrasi partikel koloid lebih besar. Dari kecepatan
pengendapan atau sedimentasi, dapat ditentukan besar dan massa dari partikel
koloid. Kecepatan pengendapan dapat diperbesar dengan memperbesar gaya
gravitasi.
4. Rupa
Larutan koloid biasanya keruh dan menyerakkan sinar yang mengenai
larutan tersebut. Gejala ini disebut dengan efek Tyndall. Bila seberkas sinar
dilewatkan larutan koloid, sebagian sinar diserakkan dan sebagian diteruskan Sinar
yang terserak disebabkan oleh adanya partikel–partikel koloid yang nampak
sebagai butiran–butiran yang bercahaya didasar yang gelap.
Butiran ini selalu bergerak dengan jalan yang zig–zag yang disebut dengan
gerak Brown. Gerakan ini disebabkan oleh tumbukan molekul – molekul pelarut
kepada partikel – partikel koloid. Walaupun tumbukan ini lenting sempurna,
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
partikel koloid diameternya lebih besar, maka gerakannya lebih lambat daripada
molekul pelarut.
5. Luas Permukaan
Partikel – partikel koloid mempunyai luas permukaan yang sangat besar,
bila dibandingkan dengan partikel dari dispers kasar dengan massa yang sama.
Atas dasar ini larutan koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
6. Muatan Listrik
Partikel – partikel koloid mempunyai muatan listrik akibat penyerapan
ion–ion dalam larutan. Muatan partikel ini dapat positif atau negatif. Muatan
listrik partikel dapat disebabkan oleh dua hal :
a. Ionisasi dari partikel koloidnya sendiri
b. Adsorpsi selektif ion – ion dalam larutan oleh partikel koloid
Adsorpsi selektif dari ion–ion dalam larutan oleh partikel koloid
menyebabkan terjadinya lapisan listrik rangkap, partikel koloid menyerap ion
positif, ion–ion ini kemudian menyerap ion negatif, tetapi jumlah – jumlahnya
yang diserap lebih sedikit dari ion positif yang ada.
Disini terjadi lapisan listrik rangkap, yang berkedudukan tetap. Antara
permukaan partikel koloid dan larutan terjadi beda potensial, yang disebut
potensial elektrokinetik atau tegangan zeta. Ion – ion positif dan negatif diluar
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Partikel - partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik yang
bermuatan negative akan bergerak ke anoda dan yang bermuatan positif akan
bergerak ke katoda. Gerakan partikel koloid akibat adanya medan listrik disebut
forese atau elektroforese.
Bila pada pemakaian medan listrik partikel – partikel koloid ditahan tetap
pada tempatnya, maka pelarut akan bergerak kearah lawan dari gerakan partikel
dalam elektroforese, peristiwa ini disebut dengan elektro osmose. Stabilitas
partikel–partikel koloid terutam disebabkan karena partikel–partikel ini bermuatan
listrik sama, muatan yang sama saling tolak menolak, hingga mencegah koagulasi
atau flokulasi. Bila muatan listrik ini dihilangkan dengan cara tertentu, maka
partikel koloid akan bergabung dan kemudian mengendap.
Partikel koloid dapat diendapkan dengan penambahan koloid lain yang
muatannya sama atau umumnya dengan penambahan ion–ion dari elektrolit. Ion–
ion yang berfungsi ialah ion yang bermuatan lawan, disamping itu makin besar
muatan ion makin besar daya pengendapannya.
Koloid dapat bersifat Hidrofobik bila tidak menarik air atau bersifat Hidrofil
bila partikel–partikelnya menarik air. Koloid hidrofobik kadang–kadang dapat
dapat distabilkan dengan penambahan koloid hidrofil, koloid hidrofil demikian
disebut koloid pelindung. Akibat dari hal ini, koloid hidrofobik menjadi lebih
tahan terhadap pengaruh elektrolit, artinya lebih sukar mengendap.
Koloid yang berasal dari anion organik besar (asam humus/humat,
detergen, dan lain–lain yang bergugus asam di beberapa di tiap partikel)
umumnya dapat mengakibatkan Fouling / Clogging atau penyumbatan dalam
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
elektropositifnya. Karena melekat, ia merusak daya hantar setempat.(
Sebagian besar turbidimeter komersial tersedia untuk mengukur
turbiditas rendah yang memberikan indikasi-indikasi baik secara komperatif dari
intensitas penghamburan cahaya dalam satu arah utama. Turbidimeter tidak
standar seperti alat-alat penghambur adalah lebih sensitife dari pada nephalometer
terhadap partikel-partikel yang lebih besar dan dan berguna untuk proses
pengamatan.
Pada penghitungan turbiditas digunakan beberapa satuan diantaranya
Nephalometer turbidity units (NTU) dan Jason turbidity Units (JTU).dibawah ini
adalah rumus untuk menentukan turbiditas dalam satuan NTU.
Turbidity = A x ( B + C )
Klorinasi bisa memproduksi efek-efek yang berpengaruh. Sifat-sifat rasa
dan bau dari phenol dan senyawa-senyawa organic lain yang ada dalam
C
Keterangan :
A = NTU ditemukan dalam sample yang dicairkan
B = Volume dari air yang dilarutkan (ml)
C = Volume sample diambil untuk dilarutkan (ml)
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
persediaan air bisa diintensifikasi secara potensial, senyawa-senyawa
karsinogenik, klorooranik seperti kloroform bisa dibentuk.
Klorida diterapkan terhadap air dan elemen-elemennya atau bentuk
hipoklorit mengalami hidrolisis untuk membentuk klorin bebas yang berisikan
dari molekul-molekul larutan klorin cair, asam hipoklorit, dan ion hipoklorit.
Perbandingan relative dari bentuk klorin bebas adalah pH dan keterganrungan
temperature. Pada pH dari sebagian besar air, asam hipokloro dan ion
hipokloritakan mendominasi.
Klorin bebas bereaksi secara langsungdengan ammonia dan senyawa
yang bersifat nitrogen tertentu untuk membentuk kombinasi klorin. Ammonia
klorin bereaksi unuk membentuk kloroamin. (Greenberg.,A.E.,1985)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
1. Tabung klorin
2. pompa klorin
3. Clarifier
3.2. Bahan-bahan
1. Gas klorin
2. Sumber air bersih
3.3. Prosedur Kerja
1. Ditekan tombol power pada ruang kontrol pada posisi on.
2. Diatur penginjeksian klorin (klorinator 53-FA-1017 A/B)secara otomatis
berdasarkan laju air mentah yang masuk kedalam clarifier yang diatur oleh
katup kontrol klorinator dan laju detector (FY-8123 A/B).
3. Katup akan terbuka dan tertutup secara proporsi ke laju air mentah dengan
teratur berdasarkan dari Flow Raw Water Transmitter (FIT-8100). Indikasi
yang terdapat di PLC adalah klorinator yang beroperasi dan laju klorin.
4. Klorin diinjeksikan kedalam aliran dari “service water” dengan bantuan
ejector, sehingga air dari service water sudah mengandung klorin masuk
kedalam pipa air mentah.
BAB 4
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009 4.1. Data
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh data dalam tabel berikut:
Tabel 4.1. Hasil pengamatan turbiditas dan kandungan klorin
Tanggal 24 Januari 2009
Lokasi Unit Jam PH Turb, ppm = Abs x F Tot.Res.Cl2, ppm = ml PAO x F
Abs F Hasil PAO ml F Hasil
RW B 00.00 7.9 0,304 111,4143 34,08
OFC “ 00.00 7.1 0,017 111,4143 1,86 0,00 1,1692 0,00
SF “ 16.00 7.0 0,000 111,4143 0,000
FWT “ 12.45 7.1 0,001 111,4143 0,24 0,00 1,1692 0,00
PTB “ 0.00 7.0 0,00 1,1692 0,00
Keterangan :
RW = Raw Water
SF = Sand Filter
FWT = Fortable Water Tank
F = factor (ketentuan dalam pabrik)
Untuk data tanggal 24 Januari sampai 30 Januari terlampir.
4.2. Perhitungan
1. Menghitung jumlah Cl2 yang dinjeksikan jika flow raw water 800 m3/jam dan flow
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Injeksi klorin = flow klorin Flow raw water = 2400 ppm
800 ppm = 3 ppm
2. Menghitung stroge pompa jika injeksi klorin 3 ppm, flow raw water 800 m3/jam,
dan kapasitas pompa 120 %.
Stroge pompa = flow raw water x injeksi klorin Kapasitas pompa
= 800 m3/jam x 3 ppm
120 %
= 20 %
4.3. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada proses pabrik utilitas unit
clarifier, nilai turbiditas dan klorin sudah sesuai dengan skala indusri dan skala air
minum. Berdasarkan kondisi operasi pada clarifier sebaiknya ditambahkan suatu
sistem yaitu pembuatan hujan buatan (spray) untuk mencegah penguapan bahan kimia
gas Cl2 sehingga penggunaan Cl2 dapat diminimalisasikan.
BAB 5
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009 5.1. Kesimpulan
• Turbiditas yang tinggi menyebabkan air menjadi keruh, membentuk deposit
pada pipa, alat, dan ketel sedangkan penambahan klorin dimaksudkan untuk
membunuh mikroorganisme dalam air dan mencegah timbulnya lumut pada
dinding clarifier yang akan mengganggu proses selanjutnya.
• Nilai turbiditas dan residu klorin dalam air pada PT. Pupuk Iskandar Muda
masih memenuhi standart air minum dan standar industri yang ditetapkan oleh
menteri lingkungan hidup, nilai turbiditas yang paling baik pada tanggal 22
Februari dimana nilai turbiditas dalam clarifier hingga FWT (filter water tank)
adalah 0,000 ppm. Sedangkan nilai residu klorin seluruhnya baik, dimana nilai
total residu klorinnya adalah 0,00 ppm.
5.2. Saran
Penginjeksian gas klorin yang mudah menguap sebaiknya dilakukan pada
malam hari dimana suhu udara berada dibawah suhu kamar. Turbiditas yang tinggi
menyebabkan penginjeksian aluminium sulfat dan natrium hidroksida meningkat, oleh
karena itu penginjeksian aluminium sulfat harus memenuhi standar produksi sehingga
dapat meminimalisasikan penggunaan natrium hidroksida.
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Amry Dharma, dkk.,1993, Studi Evaluasi Sistem Pengolahan Air Minum & Air
Limbah, Laporan Kerja Praktek, Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung.
Bagian Utility PIM 2.,2003, Standard Operating Procedure, P.T PIM.
Betz Laboratories.,1991, Handbook of Industrial Water Conditioning, ninth edition,
USA.
Speight,J.G.,2002, Chemical and Process Design Handbook, McGraw-Hill, New
York.
Toyo Engineering Corp, Operation Manual Water Treatment Facility, Tokyo,
Japan..
Greenberg, A.E., 1985, Standard Methods for the Examination of Water and Waste
Water, sixteenth edition, port city press, United States America.
http://www.chem-is-try.org/?sect=belajar
LAMPIRAN
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Tanggal 18 Januari 2009
Lokasi Unit Jam PH Turb, ppm = Abs x F Tot.Res.Cl2, ppm = ml PAO x F
Tanggal 19 Januari 2009
Lokasi Unit Jam PH Turb, ppm = Abs x F Tot.Res.Cl2, ppm = ml PAO x F
Tanggal 20 Januari 2009
Lokasi Unit Jam PH Turb, ppm = Abs x F Tot.Res.Cl2, ppm = ml PAO x F
Tanggal 21 Januari 2009
Lokasi Unit Jam PH Turb, ppm = Abs x F Tot.Res.Cl2, ppm = ml PAO x F
Tanggal 22 Januari 2009
Lokasi Unit Jam PH Turb, ppm = Abs x F Tot.Res.Cl2, ppm = ml PAO x F
Faisal : Pengaruh Turbiditas Dan Penambahan Klorin Terhadap Kualitas Air Dalam Clarifier (53-Fd-1001) Unit Utility-1 PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh Utara, 2009.
USU Repository © 2009
ml
RW B 00.00 7.9 0,469 111,4143 52,29
OFC “ 00.00 7.3 0,000 111,4143 0,000 0,00 1,1692 0,00
SF “ 20.00 7.1 0,000 111,4143 0,000
FWT “ 08.45 7.0 0,000 111,4143 0,000 0,00 1,1692 0,00
PTB “ 0.00 7.2 0,00 1,1692 0,00
Tanggal 23 januari 2009
Lokasi Unit Jam PH Turb, ppm = Abs x F Tot.Res.Cl2, ppm = ml PAO x F
Abs F Hasil PAO
ml
F Hasil
RW B 00.00 7.9 0,346 111,4143 38,50
OFC “ 00.00 7.3 0,002 111,4143 0,19 0,00 1,1692 0,00
SF “ 20.00 7.0 0,000 111,4143 0,000
FWT “ 08.45 7.0 0,000 111,4143 0,000 0,00 1,1692 0,00