• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan di Desa Sabungan Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan 1975-2000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendidikan di Desa Sabungan Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan 1975-2000"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sabungan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sungai

Kanan, Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan

Sungai Kanan terdiri dari 8 desa yaitu Desa Batang Nadinggan, Desa Hajaran,

Desa Langga Payung, Desa Marsonja, Desa Parimbunan, Desa Sabungan, Desa

Sampean, dan Desa Ujung Gading. Kecamatan Sei Kanan memiliki luas 484,35

km² dan memiliki jumlah penduduk 34.462 jiwa. Dengan kepadatan 71 jiwa/km²

dan Kecamatan ini memiliki total 9 Desa/Kelurahan. Desa Sabungan adalah salah

satu desa yang berada di Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu.1 Seperti pada umumnya desa, Desa Sabungan juga memiliki sarana dan prasarana

di dalamnya. Namun desa ini cukup tertinggal jauh dengan desa-desa yang berada

di sekitarnya. Karena desa ini memiliki keunikan tersendiri yaitu mayoritas

penduduknya tidak mengenyam pendidikan dan jauh dari kata desa modern.

Pendidikan merupakan suatu yang penting dalam perkembangan

masyarakat dewasa ini. Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan utama pada

masyarakat modern, baik di pedesaan maupun di kota-kota Indonesia. Dengan

perkembangan pendidikan yang baik maka suatu masyarakat, desa, kota, ataupun

negara akan mengalami kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan

1

(2)

merupakan suatu pengaruh dari proses usaha pengajaran, pelatihan, transfer

pengetahuan dan perubahan sikap dalam mengembangkan atau mendewasakan

sikap seseorangsehingga ia mampu melaksanakan kewajiban hidupnya dan juga

memberi manfaat bagi lingkungannya.2

Pendidikan juga berkenaan dengan perkembangan dan perubahan karakter

anak didik, pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek karakter lainnya kepada generasi

muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar terhadap pola kelakuan

manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Tentunya pendidikan

merupakan faktor yang sangat penting terhadap masyarakat dalam menjamin

kelangsungan hidupnya, hal ini jelas bahwa pendidikan tidak bisa lepas begitu saja

terhadap hubungannya dengan masyarakat. Tiap masyarakat meneruskan

kebudayaanya dengan beberapa perubahan kepada generasi muda melalui

pendidikan, melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan

sebagai sosialisasi.3

Tingkat pendidikan dalam suatu daerah sebenarnya ditentukan dari bentuk

daerah atau desa tersebut. Dimana bentuk daerah mencakup tentang pola,

pengaturan atau organisasi dan tata letak pemukiman yang berbeda dari satu

daerah ke daerah lain. Oleh karena bentuk desa sangat berpengaruh atau

menentukan tingkat perkembangan pendidikan. Sering pula suatu bentuk desa

2

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2011, hal 50.

3

(3)

berkaitan erat dengan karakteristik sosial dan budaya yang dominan pada daerah

tersebut. Sehingga kebutuhan viral, tingkat pengetahuan, dan tingkat teknologi

yang dimiliki para pedesa sering berperan dalam membentuk dan menentukan tata

letak (ruang) suatu desa.4

Padahal pendidikan diberikan kepada anak-anak juga untuk menyiapkan

rasa kebebasan dan tanggung jawab, agar anak-anak berkembang merdeka dan

tanggung jawab, dan menjadi orang yang serasi, terikat erat dengan milik

kebudayaan sendiri dan dengan demikian terhindar dari pengaruh yang tidak baik

tekanan hubungan kolonial. Seperti umpamanya rasa rendah diri, ketakutan,

kebencian, keseganan, dan tiruan yang membuta. Selain itu anak di didik, untuk

menjadi putra tanah air yang setia dan semangat, dan dengan patriotisme

Indonesia memiliki asa pengabdian tinggi bagi Nusa dan Bangsa.5

Dan tidak adanya sekolah dasar di desa inikemungkinan menyebabkan desa

ini tertinggal jauh. Faktor yang menyebabkan kurangnya minat pendidikan di

desa karena tidak adanya biaya, lebih mencintai seni, adanya kebiasaan setempat

yang menginjinkan anak-anaknya untuk nikah muda, adanya sekolah tradisional,

dan kurangnya kesadaran orangtua akan pendidikan. Pemerintah beranggapan

kehidupan masyarakat menjadi seperti itu terjadi karena sekolah dan tenaga

pendidik tidak ada. Untuk mengantisipasi dan mengurangi kegiatan yang tidak

4

Sugihen, Bahrein T, Sosiologi Pedesaan, Jakarta : Grafindo Persada, 1996, hal. 75. 5

(4)

produktif di desa ini pemerintah membangun sekolah dengan harapan adanya

perubahan kearah yang lebih baik.

Masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali terhadap

berlangsungnya proses pendidikan dalam suatu lembaga. Sekolah yang dapat

bertahan dan berkembang menunjukkan masyarakat yang ada disekitarnya

mempunyai tingkat kepedulian dan kesadaran yang tinggi akan pentingnya

pendidikan, atau dengan kata lain pandangan masyarakat tentang pendidikan itu

berpengaruh terhadap berlangsungnya suatu proses pendidikan. Sedangkan

pandangan masyarakat itu tidak terlepas dari kultur budaya, sosial keagamaan,

sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi pendidikan masyarakat tersebut terlihat

akan kompleksitas permasalahan yang akan dihadapi oleh dunia pendidikan,

dimana keberadaan sekolah itu tergantung pada pandangan masyarakat yang ada

disekitarnya. Tidak semua orangtua mempunyai semangat atau keinginan dalam

mendidik anak-anaknya supaya menjadi manusia yang berpengetahuan luas dan

berketerampilan banyak, karena keadaan ekonomi atau kesadaran orangtua rendah

dalam mendidik anak. Padahal lingkungan keluarga adalah segala yang ada

disekitar anak, baik berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi,

(5)

kepada anak yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan dimana

anak-anakmengadakan pergaulan sehari-hari.6

Orangtua juga seharusnya memberikan motivasi kepada anak-anaknya.

Karena dengan adanya motivasi dari orangtua anak-anak merasakan dorongan

mental yang berupa perhatian, kemauan atau cita-cita. Motivasi adalah suatu

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan.7 Jika kita berbicara mengenai desa, makayang

segera tampak adalah bahwa sebagian besar penghuni desa-desa kita adalah

masyarakat yang kurang mampu (miskin) dan terbelakang, disamping itu masih

banyak yang berfikir feodalistik, dimana desa merupakan tempat tinggal

penduduk yang mata pencahariannya pada umumnya bertumpu pada bidang

pertanian/perkebunan.8

Faktor yang menyebabkan kurangnya pendidikan di desa ini adalah akibat

kendala biaya, mereka berpikir jika pendidikan ada di desa maka akan menambah

beban pengeluaran mereka. Mereka berpikir lebih baik jika uang yang mereka

peroleh diputar kembali untuk modal usaha dagang atau untuk keperluan mereka

sehari-hari. Selain itu, ada juga anggapan orangtua yang mengatakan bahwa jika

anak mereka pergi ke sekolah maka tidak ada lagi yang akan membantu pekerjaan

orang tua dirumah. Dan sebagian besar penghasilan masyarakat pedesaaan di

6

Sondang, Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Simalungun, Medan: Skripsi UNIMED, 2006.

7

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hal. 121. 8

(6)

Desa Sabungan adalah dari hasil perkebunan. Dari hasil perkebunan tersebut

harus dikembalikan lagi sebagian ke kebun untuk pembiayaan pupuk dan

sebagian lagi untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga mereka, selain itu harga

dari hasil perkebunan juga tidak selalu tetap. Namun terdapat warga yang

berpendapatan tinggi namun mereka enggan menyekolahkan putra-putrinya.

Masyarakat pedesaan di Desa Sabungan pada umumnya selain mengajari

kesenian mereka juga mengajari anak-anak mereka dengan kemampuan mereka

sendiri sehingga anak mereka setelah dewasa mengerti cara menderes getah karet

dan mendodos hasil kelapa sawit (panen). Sedangkan orientasi masyarakat di

pedesaan ini mayoritas terhadap pendidikan masih sangat minim karena orientasi

mereka hanya pada pekerjaan. Namun meski dalam lingkungan masyarakat

pedesaan semuanya tergantung pada latar sosial keluarga masing-masing, karena

tidak semua warga pedesaan menggangap pendidikan tidak penting.

Dengan tekat kuat pemerintah dalam mengubah pola pikir masyarakat

tentang pendidikan dan membangun desa maka dibangunlah sekolah dasar yang

pertama pada tahun 1975. Pada kesempatan ini didatangkanlah dua orang guru

dengan harapan berubahnya sistem pendidikan dari informal ke pendidikan yang

formal. Karena pada awal masyarakat menentang adanya pendidikan di desa

sabungan ini maka untuk mengatasi hal itu, para guru yang datang pada saat itu

dengan bantuan pemerintah setempat berusaha mengambil simpati masyarakat

dengan cara ikut mengambil bagian dalam program yang dilaksanakan oleh

(7)

rumah rumah warga untuk mensosialisasikan pentingnya pendidikan dan kadang

para guru ikut membantu warga bekerja di kebun. Tidak hanya itu mereka juga

ikut membantu dalam mengatasi kesulitan ekonomi yang dilanda (penasehat

keuangan). Selain itu para guru juga menjadi mediator bagi warga yang sedang

mengalami masalah contohnya konflik tanah, pertengkaran dalam rumah tangga

dan masalah yang terjadi diantara warga itu sendiri. Namun hal ini mereka

lakukan karena semata-mata demi adanya pendidikan dan berubahnya pola pikir

masyarakat itu sendiri dan pastinya dengan bantuan pemerintah setempat.

Dengan adanya pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat

Desa Sabungan maka diharapkan akan terbentuk identitas karakter budaya lokal

di desa ini dan masyarakat juga diharapkan memiliki jati diri (kepribadian)

kedaerahan tersendiri dan tentunya berbeda dengan daerah lain. Indentitas

tersebut diharapkan menjadi kebanggaan tersendiri bahwa masyarakat tersebut

adalah masyarakat yang berbudaya dan menjaga budayanya.

Seiring dengan berjalannya waktu dan ditambah dengan usaha yang

dilakukan para guru untuk mengambil hati warga maka para orangtua

mengijinkan anaknya bersekolah. Anak-anak yang awalnya bersekolah diluar

desa dan diluar kota akhirnya dipindahkan ke sekolah yang baru. Memang pada

awal sekolah dibangun murid yang ada sekitar 20 orang itupun sudah total murid

dari semua ruangan yaitu murid dari kelas 1 sampai kelas 6 SD. Walau sudah

dilakukan pendekatan namun masih banyak juga warga yang enggan untuk

(8)

pemerintah desa agar anak-anak yang berada di Desa Sabungan mendapat

pendidikan yang layak.

Dari uraian di atas, penelitian ini berjudul “PENDIDIKAN DI DESA

SABUNGAN KECAMATAN SEI KANAN KABUPATEN LABUHANBATU

SELATAN 1975-2000”. Penelitian ini di awali tahun 1975 karena pada periode

tersebut awalnya sekolah dibangun di desa ini dan pada tahun ini juga pertama

kalinya diajarkan pendidikan formal pada anak anak di Desa tersebut. Tahun ini

juga pendidikan formal sudah mulai dikenalkan kepada orangtua khususnya

kepada anak-anak karena selama ini mereka menganggap tidak pentingnya

mengenyam pendidikan.

Batasan akhir penelitian ini adalah pada tahun 2000, hal ini dikarenakan

pada tahun tersebut sudah nampak jelas perubahan yang terjadi di Desa Sabungan

dalam bidang pendidikan. Dan sudah semakin banyak sekolah yang dibangun.

Para warga juga sudah mulai menyekolahkan anaknya dan tidak ada lagi anak

anak yang tidak bersekolah. Para warga juga sudah mulai mempercayai tenaga

pendidik yang ada dan sudah menerima pendidikan formal di desa mereka.

1.2Rumusan Masalah

Dalam sebuah penulisan karya ilmiah, dibutuhkan sebuah rumusan

masalah, hal ini dimaksudkan agar penulisan yang dilakukan menjadi lebih terarah

dan tepat sasaran sesuai dengan objek yang telah ditentukan. Sesuai dengan latar

(9)

1. Bagaimana kondisi masyarakat di Desa Sabungan sebelum tahun 1975 ?

2. Bagaimna awal masuknya pendidikan di Desa Sabungan ?

3. Bagaimana dampak masuknya pendidikan di Desa Sabungan ?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian tentunya memiliki tujuan dan manfaat dari penelitian

yang dilakukan tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk menjawab permasalahan

yang sudah terlebih dahulu dirumuskan kedalam rumusan masalah. Dengan demikian

penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Menjelaskan kondisi masyarakat di Desa Sabungan sebelum tahun 1975.

2. Menjelaskan awal masuknya pendidikan di Desa Sabungan.

3. Menjelaskan dampak masuknya pendidikan di Desa Sabungan.

Adapun manfaat penelitian proposal ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah perbendaharaan referensi khasanah penelitian sejarah lokal

Sumatera Utara.

2. Menambah wawasan pembaca mengenai awal masuknya pendidikan di

Desa Sabungan.

3. Menjadi suatu deskripsi yang berguna bagi pemerintah dan masyarakat

dalam menyelenggarakan proses pembangunan sarana dan prasarana

dibidang pendidikan.

(10)

Dalam penulisan karya ilmiah memerlukan pembahasan dari berbagai

disiplin ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mendukung penelitian tersebut.

Dalam hal ini penulis memakai beberapa buku dari disiplin ilmu yang menurut

penulis yang berkaitan langsung dengan permasalahan.

Adapun buku yang dipakai penulis dalam penulisan skripsi ini adalah buku

karya S. Nasution dalam “Sosiologi Pendidikan” menjelaskan bagaimana pendidikan

itu sangat penting bagi kehidupan kita dimana pendidikan dapat mengubah pola pikir

kita dan dapat mengubah pola pikir dan masa depan kita. Dan pendidikan juga

berguna sebagai sosialisasi. Buku ini kaitannya dengan penelitian saya adalah

membandingkan bagaimana pendidikan ternyata pendidikan membawa dampak yang

sangat besar bagi pola pikir kita.

Ada juga buku tentang Bahrein Sugihen dalam “Sosiologi Pedesaan

menceritakan bagaimana desa sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan itu

sendiri. Semakin maju desanya maka akan semakin maju pulalah pendidikan di desa

tersebut. Buku ini kaitannya dengan penelitian saya adalah untuk mengetahui

bagaimana desa-desa yang ada di Indonesia ternyata belum semua yang tersentuh

pendidikan sama seperti desa yang penulis teliti.

Selanjutnya adalah buku karya Abdurachman Surjomihardjo dalam “Ki

Hajar Dewantara dan TamanSiswa dalam Sejarah Indonesia Modern” banyak

menceritakan tentang bagaimana pendidikan yang baik dan yang seharusnya

(11)

berbagai masalah kepada muridnya. Buku ini kaitannya dengan penelitian saya adalah

untuk mengetahui bagaimana pendidikan yang baik seharusnya diterapakan di desa.

Agar warga desa lebih mudah menerima pendidikan formal.

Selanjutnya adalah tulisan Oemar Hamalik dalam “Kurikulum

Pembelajaran” menceritakan tentang pentingnya peran dari motivasi orangtua

terhadap proses pembelajaran anak-anak. Dan bagaimana motivasi dapat menjadi

penyemangat anak-anak dalam menggapai cita-citanya. Buku ini kaitannya dengan

penelitian saya adalah untuk menerapkan pengetahuan kepada orangtua di desa

bahwa dengan motivasi mereka dapat mensukseskan dan menimbulkan kepercayaan

anak-anak mereka.

Dan yang terakhir adalah Sondang dalam skripsinya “Pengaruh

Lingkungan Keluarga terhadaphasil belajar sisiwa kelas XI pada mata pelajaran

Geografi di SMA Negeri Simalungun”. Menjelaskan bagaimana lingkungan

merupakansalah satu faktor terpenting dalam hasil belajar siswa. Skripsi ini menjadi

pembanding dengan skripsi penulis. Karena di skripsi ini menjelaskan bagaimana

lingkungan keluarga ternyata sangat penting dalam mengubah persepsi anak-anak

terhadap pendidikan dan prestasi belajar dan dengan skripsi ini penulis menyadari

bahwa di Desa Sabungan salah satu faktor penghambat majunya pendidikan yaitu

lingkungan keluarga.

(12)

Dalam metode penelitian sejarah, ada beberapa teknik ataupun

langkah-langkah yang akan terlebih dahulu dilakukan oleh penulis sebelum merampungkan

tulisan yang akan dibuatnya. Adapun langkah-langkah yang dimaksudkan adalah

sebagai berikut:

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah heuristik atau

pengumpulan data atau bahan-bahan sebanyak mungkin yang memberi penjelasan

tentang bagaimana awal pendidikan di Desa Sabungan. Pengumpulan data ini

dilakukan dengan dua cara yaitu melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi

pustaka dilakukan untuk pengumpulan sumber-sumber tertulis seperti, buku, skripsi

yang dapat memberikan keterangan tentang pendidikan di Desa Sabungan. Untuk

mengumpulkan data-data tentang awal masuknya pendidikan dan bagaimana

kehidupan masyarakat di Desa Sabungan penulis telah mengunjungi kantor kepala

desa Sabungan, rumah warga yang bekerja sebagai guru, rumah warga yang bekerja

sebagai pendodos dan rumah warga yang dulunya menganut kepercayaan ilmu hitam

(peracun), Perpustakaan Unimed dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Metode selanjutnya digunakan adalah metode wawancara dan observasi. Wawancara

dilakukan kepada Nimrot Simanjuntak, Reslina Nainggolan, Rim Dorlia Pasaribu,

Marhusa Tampubolon, Juliana Simanjuntak, Sariyem yang telah lama bekerja sebagai

guru dan warga di Desa Sabungan. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara

dengan Gulmat Rambe(Kepala Desa), Netty Harahap (Sekretaris Desa) Sabungan.

(13)

pendidikan di Desa Sabungan. Langkah berikutnya, melakukan kritik terhadap

sumber. Untuk memeriksa keabsahan sumber melalui kritik intern yang bertujuan

untuk memperoleh fakta yang jelas dengan cara menganalisis isi ataupun penjelasan

dalam sumber tertulis dan kritik ekstern dalam memperoleh fakta yang otentik dengan

cara meneliti asli atau tidaknya sumber tersebut.9

Sesudah melakukan langkah pertama dan langkah kedua berupa heuristik

dan kritik sumber, langkah selanjutnya dilakukan interpretasi. Langkah ini

merupakan metode yang dilakukan untuk menafsirkan fakta-fakta yang sudah

diseleksi dan menghasilkan data yang valid.

Langkah terakhir yang dilakukan dalam metode penelitian ini adalah

metode penulisan sejarah atau historiografi.Langkah ini penulis menjabarkan data

hasil penelitian sekaligus rangkaian secara kronologis dan sistematis dalam bahasa

tulisan dapat berbentuk deskriptif naratif sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah

sejarah.Langkah ini menuliskan hasil yang didapatkan selama penelitian yaitu

wawancara dengan informan yang mengetahui mengenai pendidikan di Desa

Sabungan Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Utara.

9

Referensi

Dokumen terkait

a. Kemampuan motorik halus. a) Stimulasi yang perlu di lanjutkan. 1) Memasukan benda kedalam wadah. 2) Bermain dengan mainan yang mengapung di air. 3) Menggambar, menyusun kubus

Detergent is effective in cleansing action in sea water // When detergent is used, the oily stains is removed//. When detergent is used ,no scum is formed// when soap is used ,

produk cacat tersebut tidak dapat diperbaiki. Berdasarkan kedua biaya tersebut, akan dihitung bobot setiap kriteria dengan menggunakan Rumus 1 dan Rumus 2. Kategori skala

Sejumlah fungsi dikerjakan oleh rangkaian mikrokontroler (Gambar 6(a)) yaitu membaca tegangan input dari rangkaian penguat instrumentasi sebagai representasi dari besarnya suhu

Kota Kudus memiliki potensi wisata dan keanekaragaman budaya yang telah berkembang. Belum adanya video promosi yang baru tentang potensi wisata yang ada dikota Kudus yang

marketing dari hasil wawancara didapatkan hasil berupa konten yang ditampilkan sudah sesuai dan memenuhi seluruh fasilitas yang ada di Wisata Kampoeng Rawa. Scene pendopo,

Tindak Pidana kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap anak di..

Simbol yang terdapat pada ornamen yang ada pada rumah adat melayu Kampar,.. diantaranya tercipta dan diciptakan atas dorongan pengaruh lingkungan seperti