• Tidak ada hasil yang ditemukan

S FIS 1201912 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S FIS 1201912 Chapter5"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

1

Tia Miftahul Khoiriyah, 2016

STUDI PARAMATERIK PENGARUH INTENSITAS CURAH HUJAN TERHADAP JARAK JANGKAUAN

DAN KECEPATAN LONGSOR BERDASARKAN MODEL GESEKAN COLOUMB SEDERHANA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh beberapa

kesimpulan seperti:

1. Studi paramaterik pengaruh intensitas curah hujan terhadap jarak jangkauan

(run-out) dan kecepatan longsor dilakukan pada lereng potensi longsor di

Kabupaten Bandung Barat yang telah dikarakterisasi menggunakan uji

keteknikan tanah. Daerah-1 memiliki kemiringan 68o dan Daerah-2

memiliki kemiringan 79o. Karakteristik tanah bidang gelincir Daerah-1

termasuk jenis tanah lempung kelanauan dan Daerah-2 termasuk jenis tanah

lempung dengan tingkat kepadatan atau kekuatan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tanah bahan longsor yang termasuk tanah lanau.

2. Intensitas curah hujan akan menurunkan nilai faktor keamanan hingga

menjadi konstan pada suatu nilai tertentu dimana nilai tersebut

mengindikasikan batas kemampuan tanah mengikat air. Daerah-1 memiliki

kemampuan mengikat air lebih banyak dengan kecepatan yang lebih cepat

dibandingkan Daerah-2 sehingga Daerah-1 akan lebih cepat jenuh seiring

dengan jumlah air yang terinfiltrasi. Batas kemampuan mengikat air pada

Daerah-1 yaitu pada intensitas curah hujan 10mm/jam dan Daerah-2 pada

intensitas curah hujan 30 mm/jam. Nilai faktor keamanan Daerah-1 konstan

pada nilai 0,698 dengan intensitas 10 mm/jam dan Daerah-2 konstan pada

nilai 0,692 dengan intensitas 30 mm/jam.

3. Intensitas curah hujan mempengaruhi run-out dan kecepatan longsor.

Semakin tinggi intensitas curah hujan maka semakin rendah run-out hingga

konstan pada nilai tertentu. Run-out longsor maksimum pada Daerah-1 yaitu

1,454 m dan run-out longsor minimum pada Daerah-1 yaitu 1,364 m.

Sedangkan run-out longsor maksimum pada Daerah-2 yaitu 3,175 m dan

(2)

2

Tia Miftahul Khoiriyah, 2016

STUDI PARAMATERIK PENGARUH INTENSITAS CURAH HUJAN TERHADAP JARAK JANGKAUAN

DAN KECEPATAN LONGSOR BERDASARKAN MODEL GESEKAN COLOUMB SEDERHANA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecepatan longsor semakin tinggi intensitas curah hujan maka semakin

rendah kecepatan longsor tersebut hingga konstan pada nilai tertentu.

Daerah-1 memiliki kecepatan longsor maksimum yaitu 2,082 m/s dan

kecepatan longsor minimum 1,112 m/s pada intensitas curah hujan 10

mm/jam sedangkan Daerah-2 memiliki kecepatan longsoran maksimum

yaitu 5,311 m/s dan kecepatan longsor minimum yaitu 3,983 m/s pada

intensitas curah hujan 30 mm/jam. Perbedaan nilai run-out dan kecepatan

longsor antara Daerah-1 dan Daerah-2 disebabkan oleh perbedaan

kemiringan dan sudut geser lereng.

B. Saran

Dari penelitian ini terdapat beberapa saran untuk penelitian selanjutnya agar

hasilnya menjadi lebih baik, diantaranya adalah:

1. Nilai faktor keamanan ini diperoleh dengan intensitas curah hujan yang

berbeda dengan durasi 6 jam dan kedalaman muka air tanah ±10 meter.

Sehingga nilai faktor keamanan yang dipengaruhi oleh tekanan air pori ini

bergantung pada durasi dan kedalaman muka air tanah. Kedalaman muka air

tanah berperan penting dalam memicu longsor sebagai salah satu faktor

awal longsor, (Taharin, 2014). Faktor Keamanan lereng cenderung turun

akibat kedalaman muka air tanah (Michalowski, 2009). Pada penelitian ini,

muka air tanah diperkirakan berada pada suatu kedalaman di bawah jalan

mengingat bahwa longsoran dangkal pada material tanah tidak dipengaruhi

oleh muka air tanah, tetapi oleh penjenuhan lapisan tanah dekat permukaan.

Untuk penelitian selanjutnya, kedalaman muka air tanah perlu diidentifikasi

langsung di lapangan menggunakan metode geolistrik.

2. Pada penelitian ini, run-out dan kecepatan longsor hanya dipengaruhi oleh

intensitas curah hujan, sifat keteknikan tanah dan geometri lereng. Menurut

Purwanto (2008) dan Saepuzaman (2014) faktor lain penyebab longsor

berupa gaya impulsif eksternal yang disebakan gempa bumi dan faktor

(3)

3

Tia Miftahul Khoiriyah, 2016

STUDI PARAMATERIK PENGARUH INTENSITAS CURAH HUJAN TERHADAP JARAK JANGKAUAN

DAN KECEPATAN LONGSOR BERDASARKAN MODEL GESEKAN COLOUMB SEDERHANA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Nilai run-out dan kecepatan longsor penelitian ini adalah nilai perkiraan

kasar, karena menggunakan banyak penyederhanaan, diantaranya : (1)

lintasan longsoran dipandang sebagai lintasan lurus (2) gesekan yang

diperhitungkan hanya gesekan antara material longsoran dengan bidang

permukaan tidak memperhitungkan resistensi yang dihasilkan di depan dan

di sisi lateral. Diharapkan pada penelitian selanjutnya pemodelan yang

digunakan memperhitungkan dua hal tersebut sehingga nilai run-out dan

Referensi

Dokumen terkait

Informasi tersebut akan digunakan untuk memodelkan volume tanah yang tidak stabil dan kedalaman bidang gelincir serta digunakan untuk simulasi numeris intensitas curah

terdapat pada daerah yang berpotensi longsor sedang hingga tinggi. Tingkat kerentanan bencana longsor di Kecamatan

tanah yang tidak setabil pada daerah pegunungan dengan tingkat kemiringan.. > 35%, dengan intensitas curah hujan yang lumayan tinggi berkisar >

Contohnya, di wilayah dengan curah hujan tinggi tumbuh hutan hujan tropis, sedangkan di wilayah yang intensitas hujannya rendah terdapat tumbuhan berupa padang

 Factor Garis Lintang menyebabkan perbedaan kuantitas curah hujan, semakin rendah garis lintang semakin tinggi potensi curah hujan yang diterima,

Dari gambar tersebut ditunjukkan bahwa distribusi curah hujan rata-rata bulanan pada tahun 2009 memiliki intensitas curah hujan rata-rata bulanan lebih rendah dari intensitas

Gambar 4.4 Peta rawan longsor kabupaten TTU Umumnya longsor terjadi pada daerah yang memiliki intensitas curah hujan tinggi, kemiringan lereng tinggi dan tutupan lahan berupa tanah

Curah hujan menjadi faktor yang paling mempengaruhi longsor di Kecamatan Tanjung Sakti Pumi karena curah hujan diberi nilai penting yang paling tinggi dibandingkan dengan faktor yang