• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Budaya Masyarakat Dalam Pemanfaatan Jampersal Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jaminan Persalinan (Jampersal)

Jampersal merupakan upaya untuk menjamin dan melindungi proses kehamilan, persalinan, pasca persalinan, dan pelayanan KB pasca persalinan, sehingga manfaatnya terbatas dan tidak dimaksudkan untuk melindungi semua masalah kesehatan individu. Menurut hasil Riskesdas 2010 persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin baru mencapai sekitar 69,3 %. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenagan kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4 %.

2.1.1. Definisi

Jampersal adalah jaminan pembiayaan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan ( juknis jampersal, 2011).

2.1.2. Ruang Lingkup Pelayanan Jaminan Persalinan

Adapun ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari : 1. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama

(2)

pelayanan KB paska persalinan, serta pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi.

Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas, dan Puskesmas PONED (untuk kasus kasus tertentu), serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan swasta (bidan, dokter, klinik, rumah bersalin) yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim pengelola Kabupaten / Kota.

Jenis pelayanan jaminan persalinan tingkat pertama meliputi :

1. Pelayanan ANC sesuai standard pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dengan frekuensi 4 kali.

2. Deteksi dini faktor resiko, komplikasi kebidanan, dan bayi baru lahir 3. Pertolongan persalinan normal

4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED.

5. Pelayanan nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standard pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali.

6. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya.

7. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya. 2. Pelayanan persalinan tingkat lanjutan

(3)

dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis. Pada kondisi kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal tidak diperlukan surat rujukan.

Pelayanan tingkat lanjutan untuk rawat jalan diberikan di poliklinik spesialis Rumah Sakit, sedangkan rawat inap diberikan di fasilitas perawatan kelas III di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang memiliki Perjanjian kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten / Kota.

Jenis pelayanan persalinan tingkat lanjutan meliputi : 1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan resiko tinggi.

2. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.

3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat persalinan.

4. Pemeriksaan paska persalinan (PNC) dengan resiko tinggi.

5. Penatalaksanaan KB paska persalinan dengan metode kontrasepsi jangka panjang atau kontrasepsi mantap serta penanganan komplikasi.

3. Pelayanan persiapan rujukan

Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut. 2.1.3. Sasaran Jaminan Persalinan

(4)

1. Ibu hamil 2. Ibu bersalin

3. Ibu nifas (42 hari paska bersalin)

4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)

Sasaran yang dimaksud adalah kelompok sasaran yang berhak mendapat pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan persalinan baik normal maupun dengan komplikasi atau resiko tinggi untuk mencegah Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi dari suatu proses persalinan.

2.1.4. Paket Manfaat dan Tatalaksana Pelayanan Jaminan Persalinan Manfaat yang dapat di peroleh peserta Jaminan Persalinan adalah :

1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini mengacu pada buku pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling KB dengan frekuensi :

a) 1 kali pada triwulan pertama b) 1 kali pada triwulan kedua c) 2 kali pada triwulan ketiga 2. Penatalaksanaan Persalinan :

a) Persalinan per vaginam

1. Persalinan per vaginam normal

(5)

4. Persalinan per vaginam dengan komplikasi

5. Persalinan per vaginam dengan kondisi bayi kembar b) Persalinan Per Abdominan

1. Seksio sesaria elektif (terencana), atas indikasi medis 2. Seksio sesariaa segera (emergensi), atas indikasi medis

3. Seksio sesaria dengan komplikasi (perdarahan, robekan jalan lahir, perlukaan jaringan sekitar rahim dan sesarian histerektomi).

c) Penatalaksanaan komplikasi persalinan : 1. Perdarahan

2. Eklamsia

3. Retensio plasenta 4. Penyulit pada persalinan 5. Infeksi

6. Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu bersalin d) Penatalaksanaan bayi baru lahir

1. Perawatan esensial neonatus atau bayi baru lahir 2. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi e) Lama hari inap minimal di fasilitas kesehatan

1. Persalinan normal dirawat inap minimal 1 (satu) hari.

2. Persalinan per vaginam dengan tindakan dirawat inap minimal 2 (dua) hari.

(6)

(tiga) hari. 3. Pelayanan Nifas (PNC)

1) Tatalaksana pelayanan

Pelayanan nifas sesuai standard ditujukan pada ibu dan bayi baru lahir yang meliputi pelayana ibu nifas, pelayanan bayi baru lahir, dan pelayanan KB pasca bersalin

Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing masing 1 (satu) kali pada :

a. Kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1 (6 jam s/d hari ke-2)

b. Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke-7)

c. Kunjungan ketiga untuk Kf2 dan KN3 (hari ke-8 s/d hari ke-28)

d. Kunjungan keempat untuk Kf3 (hari ke-29 s/d hari ke-42). 2) Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga 42 hari pasca persalinan. Jenis pelayanan KB pasca bersalin antara lain:

(7)

2.2. Sosial Budaya Masyarakat

Ilmu sosial budaya mempelajari tingkah laku manusia secara individu maupun kelompok dimana kegiatan yang dapat diamati adalah kegiatan yang dapat dilihat dengan mata dan yang ada di dalam alam pikiran manusia. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia setiap hari merupakan hasil dari proses pembelajaran sepanjang hidup manusia itu sendiri sadar ataupun tidak sadar. Manusia belajar bertingkah laku dengan cara mencontoh orang lain di generasi sebelumnya serta lingkungan alam dan sosial disekitarnya. Inilah kemudian yang disebut dengan kebudayaan.

Sosial budaya adalah konsep, keyakinan, nilai, dan norma yang dianut oleh masyarakat yang dapat memengaruhi perilaku mereka di dalam menjawab tantangan hidup yang berasal dari alam sekitar (Tumanggor dkk, 2010).

2.2.1. Unsur-unsur Budaya

Menurut Koentrajaningrat (2002), kebudayaan terdiri dari 7 unsur yaitu sistem religi, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan bahasa dan kesenian. Kesemua unsur budaya tersebut terwujud dalam bentuk sistem budaya/adat-istiadat (kompleks budaya, tema budaya, gagasan), sistem sosial (aktivitas sosial, kompleks sosial, pola sosial, tindakan), dan unsur-unsur kebudayaan fisik (benda kebudayaan).

1. Sistem Religi

(8)

menjadi acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap sesuatu objek. Dalam penelitian ini akan dibatasi dengan keyakinan yang dianut atau yang menjadi pegangan di dalam menentukan tempat persalinan.

Menurut Daroeso (Kalangie, 1994), nilai memiliki sifat sifat yakni:

1. Nilai itu merupakan suatu realitas abstrak, dan ada dalam kehidupan manusia, nilai yang bersifat abstrak tidak dapat dilihat kasat mata, yang dapat dilihat dan di amati oleh indera adalah objek yang bernilai.

2. Nilai memiliki sifat yang normatif yaitu nilai yang mengandung harapan, cita cita, dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat yang ideal, diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak.

3. Nilai berfungsi sebagai daya dorong artinya manusia bertindak berdasarkan oleh nilai yang diyakininya.nilai dalam penelitian ini adalah pandangan masyarakat terhadap baik buruknya melakukan persalinan dirumah.

2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan

Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi; kekerabatan, organisasi politik, norma atau hukum, perkawinan, kenegaraan, kesatuan hidup dan perkumpulan. Sistem organisasi adalah bagian kebudayaan yang berisikan semua yang telah dipelajari yang memungkinkan manusia mengkoordinasikan perilakunya yang efektif dengan tindakan orang lain (Syani, 1995).

3. Sistem Pengetahuan

(9)

perilakunya. Pengetahuan budaya yang diformulasikan dengan beragam ungkapan tradisional itu sekaligus merupakan gambaran dari nilai-nilai budaya yang mereka hayati (Spradlye dalam kalangie 1994).

Nilai budaya seperti yang dikatakan oleh koentrajaningrat (2002) adalah konsep-konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai hal yang harus mereka anggap sangat bernilai dalam hidup. Dalam suatu sistem nilai budaya, sesuatu yang sifatnya abstrak, biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Dalam penelitian ini nilai yang terkonsep dalam alam pikiran masyarakat yaitu aktivitas ritual tepung tawar yang harus mereka lakukan sebelum ibu bersalin diizinkan keluar rumah sehingga menciptakan gagasan dan tindakan utk melakukan persalinan di rumah.

4. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Sistem mata pencaharian hidup merupakan produk dari manusia. Sebagai homo economicus yang menjadikan kehidupan manusia terus meningkat. Dalam tingkat sebagai food gathering, kehidupan manusia sama dengan hewan. Tetapi dalam tingkat food producing terjadi kemajuan yang pesat. Sistem mata pencaharian hidup

atau sistem ekonomi meliputi jenis pekerjaan dan penghasilan (koentrajaningrat,2002).

5. Sistem Teknologi dan Peralatan

(10)

Keterjangkauan terdiri dari; keterjangkauan fisik artinya agar tempat pelayanan pertolongan persalinan mudah terjangkau oleh masyarakat, keterjangkauan ekonomi yang artinya biaya pelayanan paket persalinan yang terjangkau oleh masyarakat, keterjangkauan psikososial artinya penerimaan program jaminan persalinan (Jampersal) secara sosial dan budaya oleh masyarakat, pengambil kebijakan, tokoh masyarakat, provider.Keterjangkauan pengetahuan artinya agar masyarakat mengetahui tentang Jampersal dan manfaatnya serta cara memanfaatkannya, mengetahui dan mengenal tanda tanda bahaya kehamilan dan bahaya melahirkan di rumah apabila terjadi sesuatu kondisi darurat saat proses persalinan yang tidak diinginkan dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.

6. Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat lisan, tulisan, atau gerakan. Dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicara melalui bahasa sehingga pada akhirnya manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan mudah membaurkan dirinya dengan semua karakter masyarakat.

7. Kesenian

(11)

yang meliputi patung/pahat, seni rupa, seni gerak, lukis, gambar, rias, vocal, musik/seni suara, bangunan, kesusastraan, dan drama (Koentrajaningrat,2002) Sehingga dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang bersifat nyata,misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu umat manusia dalam melangsungkan hidup bermasyarakat.

2.2.2. Konsep Kebudayaan

Kata kebudayaan atau budaya adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih diinginkan.

1. Kebudayaan di Peroleh dari Belajar

(12)

untuk menghadapinya dan ritual membutuhkan orang yang sangat dipercaya seperti dukun, ustadz dan ritual juga membutuhkan alat-alat yang dipercaya memiliki kekuatan seperti keris, kain putih, dll serta mantra atau doa-doa yang memberikan semangat kepada ibu yang bersalin sehingga ibu merasa nyaman, dimana semua kegiatan tersebut menurut mereka hanya bisa dilakukan dirumah dan mereka menganggap fasilitas kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah tidak sakral dan dihadiri oleh orang yang mereka tidak kenal baik sebaik mereka mengenal dukun. memilih dukun sebagai penolong bersalin yang dipercaya adalah suatu budaya yang sudah dilakoni dari zaman dahulu kala sebelum sekolah bidan didirikan. sementara rasa ingin bersalin adalah insting. Insting atau naluri ini tidak termasuk ke dalam kebudayaan, tetapi memengaruhi kebudayaan.

2. Kebudayaan adalah Milik Bersama

Sesuatu dapat disebut kebudayaan apabila kebiasaan kebiasaan seorang individu harus dimiliki bersama oleh suatu kelompok manusia. Para Anthropology berpendapat bahwa suatu kelompok mempunyai kebudayaan jika para warganya memiliki secara bersama sejumlah pola pola berpikir dan berkelakuan yang sama yang didapat melalui proses belajar.

Suatu kebudayaan dapat dirumuskan sebagai seperangkat kepercayaan, nilai nilai dan cara berlaku atau kebiasaan yang dipelajari dan yang dimiliki bersama oleh para warga dari suatu kelompok masyarakat.

(13)

Dalam setiap angota masyarakat dikembangkan sejumlah pola pola budaya yang ideal dan pola pola ini cenderung diperkuat dengan adanya pembatasan pembatasan budaya. Pola pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal hal yang diakui sebagian besar masyarakat sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam keadaan keadaan tertentu. Pola pola inilah yang sering disebut dengan norma norma. Didalam kebudayaannya tidak semua orang selalu berbuat seperti apa yang telah ditetapkan bersama sebagai hal yang ideal tersebut. Sebab jika para anggota masyarakat selalu mematuhi norma norma yang ada pada masyarakatnya maka tidak akan pernah ada yang disebut dengan pembatasan pembatasan kebudayaan. Sebagian dari pola pola yang ideal tersebut dalam kenyataannya berbeda dengan perilaku sebenarnya karena pola pola tersebut telah dikesampingkan oleh cara-cara yang dibiasakan oleh masyarakat. Pembatasan kebudayaan itu sendiri biasanya tidak selalu dirasakan oleh pendukung suatu kebudayaan. Hal ini terjadi karena individu-individu pendukungnya selalu mengikuti cara cara berlaku dan cara berpikir yang telah dituntut oleh kebudayaan itu.

(14)

yang dialamatkan kepada si pelanggar kalau hal yang dilakukannya masih dianggap tidak terlalu berlawanan dengan kebiasaan yang ada, akan tetapi apabila hal yang dilakukannya tersebut sudah dianggap melanggar tata tertib yang berlaku di masyarakatnya, maka dia mungkin akan dihukum dengan aturan aturan yang berlaku dalam masyarakatnya.

Pembatasan pembatasan kebudayaan berarti tidak berarti menghilangkan kepribadian seseorang dalam kebudayaannya. Memang kadang-kadang pembatasan kebudayaan tersebut menjadi tekanan tekanan sosial yang mengatur tata kehidupan yang berjalan dalam suatu kebudayaan , tetapi bukan berarti tekanan tekanan sosial tersebut menghalangi individu individu yang mempunyai pendirian bebas. Mereka yang mempunyai pendirian tersebut akan tetap mempertahankan pendapat pendapat mereka, sekalipun mereka mendapat perlawanan dari pendapat dengan jumlah yang lebih besar.

(15)

menyesuaikan diri dengan pembaruan tersebut. Karena dalam adat istiadat itu ada konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota masyarakat dari suatu kebudayaan tentang apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga ia memberi pedoman, arah serta orientasi kepada kehidupan anggota masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.

4. Kebudayaan Bersifat Dinamis dan Adaptif

Pada umumnya kebudayaan itu dikatakan bersifat adaptif, karena kebudayaan melengkapi manusia dengan cara cara penyesuaian diri pada kebutuhan kebutuhan fisiologis dari badan mereka, dan penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik geografis maupun pada lingkungan sosialnya. Banyak cara yang wajar dalam hubungan tertentu pada suatu kelompok masyarakat memberi kesan janggal pada kelompok masyarakat yang lain, tetapi jika dipandang dari hubungan masyarakat tersebut dengan lingkungannya, baru hubungan tersebut bisa dipahami. Misalnya, orang akan heran kenapa ada pantangan pantangan pergaulan sex pada masyarakat tertentu pada kaum ibu sesudah melahirkan anaknya sampai anak tesebut mncapai usia tertentu. Bagi orang diluar kebudayaan tesebut, pantangan tersebut susah dimengerti, tetapi bagi masyarakat pendukung kebudayaan yang melakukan pantangan pantangan seperti itu, hal tersebut mungkin suatu cara menyesuaikan diri pada lingkungan fisik dimana mereka berada.

(16)
(17)

merupakan suatu akumulasi dari hasil pengamatan, hasil belajar dari pendukung kebudayaan tersebut terhadap lingkungannya selama beratus ratus tahun dan dijalankan hingga sekarang karena telah terbukti telah dapat mempertahankan kehidupan masyarakat tersebut.

Siapa saja dalam masyarakat yang melakukan filterasi atau penyaringan ini tergantung dari masyarakat itu sendiri. Kesadaran akan melakukan penyaringan ini juga tidak selalu sama pada setiap masyarakat dan hasilnya juga berbeda pada setiap masyarakat. Akan tetapi pro kontra antara berbagai elemen dalam masyarakat, perbedaan persepsi antara generasi tua dan muda, terpelajar dan kolot dan banyak lagi lainnya.

2.2.3. Sifat-sifat Budaya

Meskipun kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu tidak sama, seperti di indonesia yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap kebudayaan mempunyai ciri atau sifat yang sama. Sifat tersebut bukan diartikan secara spesifik, melainkan bersifat universal, dimana sifat – sifat budaya itu akan memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa membedakan faktor,ras, lingkungan atau pendidikan, yaitu sifat hakiki yang berlaku umum bagi semua budaya dimanapun.

Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut adalah :

1. Budaya tersebut terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia

(18)

3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya

4. Budaya mencakup aturan aturan yang berisikan kewajiban kewajiban, tindakan- tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang diizinkan.

2.2.4. Wujud Budaya

Menurut Koentjaraningrat (1979:186-187), ada 3 wujud kebudayaan, yaitu: 1.Wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma.

2.Wujud kebudayaan sebagai aktifitas atau pola tindakan manusia dalam masyarakat 3.Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama kebudayaan bersifat abstrak , sehingga tidak dapat dilihat dengan indera penglihatan.Wujud ini terdapat didalam pikiran masyarakat. Ide atau gagasan banyak hidup bersama dengan masyarakat.Gagasan itu selalu berkaitan dan tidak lepas antara yang satu dengan yang lainnya.Keterkaitan antara gagasan ini disebut dengan sistem.

(19)

Kemudian wujud ketiga kebudayaan disebut dengan kebudayaan fisik (Koentjaraningrat, 1979:188). Wujud kebudayaan ini bersifat kongkrit karena merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan , aktivitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat.

2.2.5. Sistem Budaya

Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri dari pikiran pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan dengan sistem kebudayaan yang merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lazim disebut dengan adat istiadat. Dalam adat istiadat terdapat juga sistem norma dan disitulah salah satu fungsi sistem budaya adalah menata serta menetapkan tindakan tindakan dan tingkah laku manusia.

Dalam sistem budaya terbentuk unsur - unsur yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sehingga tercipta tata kelakuan manusia yang terwujud dalam unsur kebudayaan sebagai satu kesatuan.

Sistem kebudayaan suatu daerah akan menghasilkan jenis jenis kebudayaan yang berbeda. Jenis kebudayaan ini dapat dikelompokkan menjadi :

1. Kebudayaan material antara lain hasil cipta, karsa, yang berwujud benda, barang alat pengolahan alam, jalan rumah dan sebagainya.

2. Kebudayaan non material, merupakan hasil cipta, karsa, yang berwujud kebiasaan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Non material antara lain: norma kelaziman, norma kesusilaan, norma hukum dan mode.

(20)

1. Sistem budaya, kompleks dari ide ide, gagasan, nilai nilai, peraturan dan sebagainya.

2. Sistem sosial, merupakan kompleks dari aktivitas serta berpola dari manusia dalam organisasi dan masyarakat.

3. Sistem kebendaan, wujud kebudayaan fisik atau alat alat yang diciptakan manusia untuk kemudahan hidupnya (Setiadi, dkk, 2009).

2.2.6. Substansi Utama Budaya

Substansi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan didalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat tersebut dalam bentuk atau sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.

a. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami lingkungan.

Untuk memperoleh pengetahuan manusia melakukan tiga cara, yaitu :

1. Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial, pengetahuan melalui pengalaman langsung ini akan membentuk kerangka pikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan pedomannya. 2. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal atau

(21)

3. Melalui petunjuk petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut komunikasi simbolik.

b. Nilai

Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama).

Kluchohn mengemukakan, bahwa yang menentukan orientasi budaya manusia didunia adalah lima dasar yang bersifat universal, yaitu :

1. Hakikat hidup manusia 2. Hakikat karya manusia 3. Hakikat waktu manusia 4. Hakikat alam manusia

5. Hakikat hubungan antar manusia c. Pandangan Hidup

Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu masyarakat dalam menjawab atau mengatasi masalah yang dihadapi. Didalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang dicita citakan oleh suatu masyarakat. Oleh sebab itu, pandangan hidup merupakan nilai nilai yang dianut suatu masyarakat dengan dipilih secara selektif oleh individu, kelompok, atau masyarakat.

d. Kepercayaan

(22)

kepada Tuhan Yang Maha Esa.Pada dasarnya manusia yang memiliki naluri menghambakan diri kepada yang maha tinggi, yaitu dimensi lain diluar diri dan lingkungannya, yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini sebagai akibat atau refleksi ketidakmampuan manusia dalam menghadapi tantangan tantangan hidup, dan hanya yang maha tinggi saja yang mampu memberi kekuatan dalam mencari jalan keluar dari permasalahan hidup dan kehidupan.

e. Persepsi

Persepsi atau sudut pandang adalah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.

f. Etos Kebudayaan

Etos sering tampak pada gaya perilaku warga atau masyarakat misalnya, kegemaran kegemaran warga masyarakat, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, diihat dari luar oleh orang asing.

(23)

mereka masing masing (Dumatuban, 2002).

Di negara berkembang yang kita hadapi adalah jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi serta penyebaran yang tidak merata. Tingkat pengetahuan dan pendidikan yang rendah terutama kaum wanita, kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat serta adat istiadat, kepercayaan, dan kurangnya peran serta masyarakat terhadap pembangunan (Anonim, 2009).

2.3. Perilaku Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia dan dorongan itu merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Dengan adanya dorongan tersebut, menimbulkan seseorang melakukan sebuah tindakan atau perilaku khusus yang mengarah pada tujuan (Purwanto, 1999) yang dikutip oleh Sudarma (2008).

Terdapat gambaran tentang hubungan antara individu dengan lingkungan sosial yang saling memengaruhi, yaitu :

1. Perilaku kesehatan individu, sikap dan kebiasaan kebiasaan yang erat kaitannya dengan lingkungan.

2. Lingkungan keluarga, kebiasaan kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai kesehatan.

3. Lingkungan terbatas, tradisi, adat istiadat, dan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kesehatan.

(24)

sebagainya.

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terutama kepada petugas masih rendah, yang disebabkan karena hubungan interpersonal yang dirasa masih ada batas, petugas kesehatan pada umumnya pendatang sehingga ada perbedaan pengakuan dan penerimaan sebagai keluarga.

Model sistem kesehatan digambarkan Anderson (1974) berupa model kepercayaan kesehatan. Di dalam model Anderson ini terdapat tiga kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yaitu : karakteristik, predisposisi, karakterisitik pendukung, karakteristik kebutuhan.

(25)

Gambar 2.1. Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan 1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Masing masing individu memiliki kecendrungan yang berbeda dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dapat diramalkan dengan karakteristik pasien yang telah ada sebelum timbulnya episode sakit. Karakteristik

ini meliputi; ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan tentang kesehatan (Anderson, 1974).

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor predisposisi juga harus di dukung oleh hal hal lain agar individu memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor pendukung ini antara lain; pendapatan, asuransi kesehatan, dan ketercapaian sumber pelayanan kesehatan

(26)

yang ada. Bila faktor ini terpenuhi maka individu cendrrung menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada saat sakit atau dibutuhkan. Untuk pemderita yang harus dirawat dirumah sakit, maka kondisi ekonomi menjadi penentu akhir bagi individu didalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (Anderson, 1974).

3. Faktor Kebutuhan (Need Factor)

Faktor ini lebih menitik beratkan pada masalah apakah individu beserta keluarganya merasakan adanya penyakit atau kemungkinan untuk terjadinya sakit. Salah satu faktor dalam predisposisi individu yang menentukan perilaku dalam pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan adalah kepercayaan tentang kesehatan. Kepercayaan tentang kesehatan terkait dengan aspek persepsi, sikap, dan pengetahuan tentang penyakit dan pelayanan kesehatan.

a. Persepsi

(27)

berpikir, bekerja, serta bersikap pada diri seseorang. Hal ini terjadi karena orang tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan adaptsi sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi tersebut (Prawiradilaga dan Evelin, 2004).

b. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003).

Rogers (1971) dalam Notoadmodjo (2003), dari hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam dirinya orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation, orang sudah mulai menimbang nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana orang sudah mulai mencoba perilaku baru.

(28)

c. Sikap

Menurut Azwar (2007), Sikap adalah suatu yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.

Definisi sikap dapat digolongkan dalam tiga kerangka pemikiran menurut Azwar (1974), yaitu :

1. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung ataupun tidak memihak pada objek tersebut. 2. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus, La

Pierre, Mead dan Gordon Allport dalam Azwar (2007), Menurut kelompok pemikiran ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila induvidu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

(29)

Definisi sikap adalah mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku individu terhadap manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan terhadap diri individu itu sendiri disebut dengan fenomena sikap. Fenomena sikap yang timbul tidak saja di tentukan oleh keadaan objek yang sedang di hadapi tetapi juga dengan kaitannya dengan pengalaman pengalaman masa lalu, oleh situasi disaat sekarang, dan oleh harapan harapan di masa yang akan datang (Azwar, 2007).

Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif . Sikap positif adalah apabila timbul persepsi yang positif terhadap stimulus yang diberikan dapat berkembang sebaik baiknya karena orang tersebut memiliki pandangan yang positif terhadap stimulus yang telah diberikan, dan sikap negatif adalah apabila terbentuk persepsi negatif terhadap stimulus yang telah diberikan.

Menurut Azwar, terdapat 3 komponen yang dapat membentuk sikap, dimana ketiga komponen tersebut saling menunjang, yaitu : komponen kognitif (kepercayaan), komponen emosional (perasaan), dan komponen konatif (tindakan) ( Kothandapani, 2004).

(30)

1. Pengalaman Pribadi

Pengalaman yang terjadi secara tiba tiba atau mengejutkan yang meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian kejadian dan peristiwa peristiwa yang terjadi berulang ulang dan terus menerus, lama kelamaan dan secara bertahap diserap kedalam individu dan memengaruhi terbentuknya sikap.

2. Pengaruh Orang Lain

Dalam pembentukan sikap, pengaruh orang lain sangat berperan. Misal dalam kehidupan masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka akan mengikuti apa yang diberikan oleh tokoh masyarakatnya.

3. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup mempunyai berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Dalam kehidupan di masyarakat, sikap masyarakat di warnai dengan kebudayaan yang ada di daerahnya.

4. Media massa

Media massa elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dengan pemberian informasi melalui media massa mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap.

5. Faktor Emosional

(31)

demikian merupakan sikap yang sementara, dan segera berlalu setelah frustasinya hilang, namun dapat juga menjadi sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

Komponen kebutuhan yang dirasakan diukur dengan perasaan subjektif individu terhadap pelayanan kesehatan. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa faktor kebutuhan merupakan penentu akhir bagi individu dalam menentukan seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan (Andersen, 1975).

Perbedaan pemilihan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada suatu kelompok masyarakat dapat di telaah sebagai akibat perbedaan tingkatan pada masyarakat. Stratifikasi dalam masyarakat mengacu pada definisi stratifikasi sosial menurut beberapa pendapat pakar sosiologi. Menurut hewitt dan Mitchell dalam Bahrein (1997), menyatakan bahwa stratifikasi sosial adalah tingkat perbedaan individu dalam masyarakat yang mana dalam sistem sosial tertentu sebagai superior maupun inferior. Sedangkan menurut Marx dan Weber dalam Bahrein (1997), mengatakan bahwa stratifikasi sosial merupakan pencerminan dari suatu organisasi sosial suatu masyarakat.

(32)

R. Andersen (1968) memperkenalkan model yang dikenal dengan model Andersen yang kemudian disempurnakan bersama Newman dan model ini dinamakan dengan Individual determinants of Health Service Utilization Teory, yang menggambarkan suatu sekuensi determinan individu terhadap pemanfaaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga dan menyatakan bahwan hal itu bergantung pada : 1. Predisposisi Keluarga untuk Menggunakan Jasa Pelayanan Kesehatan

Komponen predisposisi keluarga dalam model tersebut mencakup karakteristik keluarga sebelum kejadian penyakit, dimana terdapat kecenderungan yang berbeda dalam penggunaan pelayanan kesehatan; meliputi variabel demografik (umur, jenis kelamin, status perkawinan), variabel struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, suku bangsa) serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis, dokter dan penyakit (termasuk stres serta kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan).

Variabel-variabel predisposisi keluarga ini tidak serta merta berpengaruh langsung terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, akan tetapi sebagai faktor pendorong untuk menimbulkan hasrat guna memanfaatkan pelayanan kesehatan. 2. Kemampuan untuk Melaksanakannya

Adalah suatu kondisi yang memungkinkan orang memanfaatkan pelayanan kesehatan, atau setidak tidaknya mereka siap memanfaatkannya, yang terdiri dari persepsi terhadap penyakit serta evaluasi klinis terhadap penyakit.

3. Kebutuhan terhadap Jasa Pelayanan Kesehatan

(33)

2.4. Kerangka Pikir

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir di atas merupakan gambaran budaya masyarakat seperti karakteristik masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang yakni nilai, norma, dan kebiasaan yang masih berlaku dan berlangsung sampai saat ini terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan fasilitas Jaminan Persalinan. Adapun fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia telah tersedia untuk menunjang pemanfaatan Jaminan persalinan seperti telah tersedianya Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan Desa, Bidan. Dimana nantinya secara keseluruhan dari karaketistik masyarakat dan penyediaan fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia akan mempengaruhi pengambilan keputusan masyarakat didalam memilih fasilitas pelayanan kesehatan terutama didalam hubungannya dengan pemanfaatan Jampersal.

Gambar

Gambar 2.1.  Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Gambaran Karakteristik

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham pada

The fcm function is an iteration loop built on top of the following routines: initfcm ­ initializes the problem

Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah Pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham adalah sebesar 0.829 artinya terdapat hubungan yang positif dan kuat sehingga

[r]

Pembahasan dimulai dengan memperkenalkan bahasa pemrograman PHP, HTML, kemudian juga membahas tentang Dreamweaver sebagai alat bantu bagaimana tampilannya dan menerangkan fasilitas

kenampakan alam di lingkungan kabupaten/ko-ta dan propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya  Mengidentifikasi ciri-ciri dan manfaat kenampakan alam

[r]

Teknologi internet adalah salah satu cara dari berbagai macam media yang dapat digunakan untuk memberikan informasi-informasi mengenai permasalahan narkoba, dengan menggunakan