• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Escherichia coli dan Higiene Sanitasi pada Minuman Es Teh yang Dijual di Pajak Karona Jamin Ginting Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Escherichia coli dan Higiene Sanitasi pada Minuman Es Teh yang Dijual di Pajak Karona Jamin Ginting Kecamatan Medan Baru Tahun 2013"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS Escherichia coli DAN HIGIENE SANITASI PADA MINUMAN ES TEH YANG DIJUAL DI PAJAK KARONA JAMIN GINTING

KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh:

RIMADANI RITONGA NIM. 101000360

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS Escherichia coli DAN HIGIENE SANITASI PADA MINUMAN ES TEH YANG DIJUAL DI PAJAK KARONA JAMIN GINTING

KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

RIMADANI RITONGA NIM. 101000360

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Minuman es teh adalah minuman tradisional yang sangat digemari masyarakat. Minuman es teh dapat tercemar oleh bakteri apabila cara pengolahannya tidak baik. Salah satu bakteri yang dapat mengkontaminasi minuman ini adalah

Escherichia coli yang merupakan indikator koli tinja dan jika air minum tercemar oleh E. coli maka kemungkinan air minum tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan Escherichia coli dalam minuman es teh dan higiene sanitasi pengelolaan minuman es teh di pajak karona jamin ginting kecamatan medan baru tahun 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif. Data diperoleh melalui observasi dan pemeriksaan laboratorium.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua minuman es teh yang diperiksa telah tercemar oleh Escherichia coli yaitu 7 sampel 240 MPN, 2 sampel 96 MPN dan 1 sampel 27 MPN. Hal ini tidak sesuai dengan Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 yang menyatakan bahwa jumlah kandungan E. coli dalam minuman adalah 0/100 ml sampel. Adanya E. coli dalam minuman es eh mengisyaratkan bahwa minuman es teh tersebut kemungkinan telah tercemar oleh kotoran manusia.

Kemungkinan tercemarnya minuman es teh dapat disebabkan oleh kurangnya kebersihan dalam pengolahan minuman es teh, karena berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa semua pedagang belum menerapkan prinsip higiene sanitasi sehingga pengolahan minuman es teh di Pajak Karona belum memenuhi syarat kesehatan.

Untuk menanggulangi dan mencegah keadaan tersebut perlu diadakannya pengawasan dan penyuluhan oleh instansi terkait (Dinas Kesehatan) tentang pentingnya higiene sanitasi minuman es teh sehingga upaya untuk mewujudkan makanan jajanan yang aman dikonsumsi masyarakat dapat tercapai.

(5)

ABSTRACT

Iced tea is a traditional beverage which favored by many people. Iced tea could be contaminated by bacteria if not better way of processing. One of the bacteria that can contaminate is Escherichia coli which is an indicator of fecal coliforms and if drinking water contaminated by E. coli is the possibility that has been contaminated by human feces.

This study aims to determine the content of Escherichia coli in iced tea and also hygiene and sanitation management iced tea in pajak karona jamin ginting kecamatan medan baru in 2013. The method used is a descriptive survey. The data obtained through observations and laboratory tests.

Based on the survey results revealed that all examined iced tea have been contaminated by Escherichia coli is 7 samples 240 MPN, 2 samples 96 MPN and 1 sample 27 MPN. This is unqualified with Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 which states that the amount of content of E. coli in drinks is 0/100 ml sample. The presence of E. coli in iced tea may contaminated by human feces.

Possible contamination of iced tea can be caused by lack of hygiene in the processing of iced tea, because based on observations obtained that all merchants have not applied the principles of hygiene and sanitation.

To handle and restain the situation need to prevent the holding of inviligation and controlling by the relevant agencies (Departemen Kesehatan) about the importance of hygiene and sanitation iced tea.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rimadani Ritonga

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 19 April 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum kawin

Jumlah Bersaudara : 6 orang

Alamat rumah : Jl. Pelita IV Gg Kabul No. 6 Medan

RiwayatPendidikan

1. 1995-2001 : SD Negeri 060792

2. 2002-2004 : SLTP Negeri 12 Medan

3. 2004-2006 : SMA Yayasan Perguruan Gajah Mada Medan

4. 2007-2010 : D-III Kimia Analis

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul : “ANALISIS Escherichia coli DAN HIGIENE SANITASI PADA MINUMAN ES TEH YANG DIJUAL DI PAJAK KARONA JAMIN GINTING KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Dengan penuh ketulusan penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada ayahanda H. Zainal Abidin Ritonga dan ibunda Hj. Lannur Siagian, yang luar biasa dan hebat yang telah membesarkan, memberi cinta dan pengorbanan yang luar biasa, memberikan doa, motivasi, nasehat pada penulis setiap

saat, dan juga buat abang dan kakak tercinta Iskandar Alim Ritonga, Arifin Hasmi Ritonga, Tuti Fatmawati Ritonga, dan Ali Mukmin Ritonga yang tetap mendorong dan memberikan semangat.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsulina, MS selaku dosen pembimbing I, dan Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku dosen pembimbing II, yang telah membimbing, mendidik dan memberi banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak

lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Mhd. Makmur Sinaga,dr., MS selaku dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Evi Naria, Mkes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU yang telah membantu dalam

(8)

5. Hj. Nin Suharti AMak, MSi selaku pembimbing Laboratorium di Balai

Laboratorium Kesehatan Propinsi Sumatra Utara yang telah memberi izin untuk

melakukan penelitian ini, serta membantu selama penelitian sampai selesai.

6. Sahabat-sahabatku (Kak Ari, Naja, Ike) yang tetap menyemangatiku dan

menjadi motivasiku agar cepat menyelesaikan dalam penulisan skripsi ini.

7. Buat teman-teman Ekstensi A’10 dan peminatan Kesling yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang telah sama-sama berjuang selama perkuliahan dan

menjadi penyemangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, dan inspirasi

bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga

membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya

membangun dalam memperkaya skripsi ini. Namun, penulis berharap semoga skripsi

ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang

kesehatan masyarakat.

Medan, Maret 2014

(9)

DAFTAR ISI

2.1. Higiene dan Sanitasi……….……. 6

2.1.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi……… 6

2.1.2 Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman……….. 6

2.1.3 Prinsip Higiene Sanitasi makanan dan Minuman………..… 7

2.2. Teh………. 13

2.2.1 Gambaran Umum dan Karakteristik Teh………... 13

2.2.2 Manfaat Minum Teh………..………… 16

2.2.3 Proses Pembuatan Minuman Es Teh……….. 18

2.3. Es Batu………... 18

2.3.1 Sifat Fisik dan Struktur Es………. 19

2.3.2 Mikrobiologi Es……….. 20

2.4. Air Minum……….. 22

2.4.1 Persyaratan Kualitas Air Minum………. 22

2.4.2 Peranan Air Terhadap Kesehatan……… 23

2.4.3 Indikator Pencemaran Air………... 23

2.5. Mikroba pada Makanan……….. 25

2.6. Peranan Mikroba Dalam Makanan………. 26

2.7. Escherichia coli……….. 29

2.7.1 Sifat-Sifat Escherichia coli………. 30

2.8. Penyakit yang Ditularkan Melalui Makanan dan Minuman……….. 31

2.8.1 Keracunan Makanan……… 31

(10)

2.9. Persyaratan Kesehatan Makanan dan Minuman Jajanan……… 32

2.9.1 Persyaratan Makanan dan Minuman Jajanan……….. 32

2.9.2 Persyaratan Kesehatan Lokasi Usaha………..…… 33

2.10. Pentingnya Higiene Sanitasi Makanan……….. 34

2.11. HACCP (Hazard analysis critical Control Point)……… 35

2.12. Kerangka Konsep……….. 40

BAB III. METODE PENELITIAN……… 41

3.1. Jenis Penelitian……… 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 41

3.2.1 Lokasi Penelitian………. 41

3.2.2 Waktu penelitian………... 41

3.3. Objek Penelitian……….. 41

3.4. Sampel penelitian……… 42

3.5. Metode Pengumpulan Data……… 42

3.5.1 Data Primer………. 42

3.6. Pelaksanaan Penelitian……… 42

3.6.1 Bahan dan Peralatan……… 42

3.6.2 Cara Pengambilan Sampel……….. 43

3.6.3 Teknik Penetapan Bakteri E. coli……… 44

3.7. Defenisi Operasional.……….. 47

3.8. Aspek Pengukuran….………. 49

3.9. Analisa Data………..……….. 49

BAB IV HASIL PENELITIAN……….. 50

4.1. Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Minuman Es Teh……. 50

4.2. Karakteristik Responden………. 51

4.3.Prinsip-prinsip Higiene Sanitasi Dalam Pengelolaan Minuman Es Teh…. 52 4.2.1 Pemilihan Bahan Baku Minuman Es Teh………... 52

4.2.2 Penyimpanan Bahan Minuman Es Teh……… 53

4.2.3 Pengolahan Minuman Es Teh………. 53

4.2.4 Penyimpanan Minuman Es Teh……….. 55

4.2.5 Pengangkutan Minuman Es Teh………. 55

4.2.6 Penyajian Minuman Es Teh……… 56

4.4. Lokasi Penjualan Minuman Es Teh……… 56

BAB V PEMBAHASAN………. 57

5.1 Kandungan Bakteri E. coli pada Minuman Es Teh……… 57

5.2 Karakteristik Pedagang Minuman Es Teh……… 59

5.3.Prinsip-prinsip Higiene Sanitasi dalam Pengelolaan Minuman Es Teh…… 59

5.3.1 Pemilihan Bahan Baku Minuman Es Teh……….……. 59

5.3.2 Penyimpanan Bahan Minuman Es Teh……….. 60

5.3.3 Pengolahan Minuman Es Teh……… 60

5.3.4 Penyimpanan Minuman Es Teh………. 61

(11)

5.3.6 Penyajian Minuman Es Teh……… 62

5.4. Lokasi Penjualan Minuman Es Teh……….. 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……….. 63

6.1. Kesimpulan………. 63

6.2. Saran……….. 63

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Observasi... ... . 67

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian... 69

Lampiran 3. Permenkes No.492/Menkes/PER/IV/2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum... 72

Lampiran 4. Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003 tentang

Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan... 76

Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU... 81

Lampiran 6. Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian di Balai

Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi

Sumatra Utara... 82

Lampiran 7. Hasil Penelitian Pemeriksaan Escherichia coli pada Minuman

Es Teh yang Dijual Di Pajak Karona Kecamatan

Medan Baru... 83

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komposisi kimia daun teh segar dalam 100 gram bahan………… 13

Tabel 2.2 Lembar Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis... 39 Tabel 4.1 Kandungan Bakteri Escherichia coli yang terdapat pada

Minuman Es Teh... 50 Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Minuman Es... 51 Tabel 4.3 Distribusi Umur Pedagang Minuman Es Teh ... 51

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pemilihan Bahan Baku

Minuman Es………..……... 52

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Penyimpanan Bahan

Minuman Es Teh... 53

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengolahan Minuman

Es Teh... 54

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Penyimpanan Minuman

Es Teh... 55

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pengangkutan Minuman

Es Teh... 55

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Penyajian Minuman

Es Teh ...………..…. 56

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Penjualan Minuman

(14)

ABSTRAK

Minuman es teh adalah minuman tradisional yang sangat digemari masyarakat. Minuman es teh dapat tercemar oleh bakteri apabila cara pengolahannya tidak baik. Salah satu bakteri yang dapat mengkontaminasi minuman ini adalah

Escherichia coli yang merupakan indikator koli tinja dan jika air minum tercemar oleh E. coli maka kemungkinan air minum tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan Escherichia coli dalam minuman es teh dan higiene sanitasi pengelolaan minuman es teh di pajak karona jamin ginting kecamatan medan baru tahun 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif. Data diperoleh melalui observasi dan pemeriksaan laboratorium.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua minuman es teh yang diperiksa telah tercemar oleh Escherichia coli yaitu 7 sampel 240 MPN, 2 sampel 96 MPN dan 1 sampel 27 MPN. Hal ini tidak sesuai dengan Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 yang menyatakan bahwa jumlah kandungan E. coli dalam minuman adalah 0/100 ml sampel. Adanya E. coli dalam minuman es eh mengisyaratkan bahwa minuman es teh tersebut kemungkinan telah tercemar oleh kotoran manusia.

Kemungkinan tercemarnya minuman es teh dapat disebabkan oleh kurangnya kebersihan dalam pengolahan minuman es teh, karena berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa semua pedagang belum menerapkan prinsip higiene sanitasi sehingga pengolahan minuman es teh di Pajak Karona belum memenuhi syarat kesehatan.

Untuk menanggulangi dan mencegah keadaan tersebut perlu diadakannya pengawasan dan penyuluhan oleh instansi terkait (Dinas Kesehatan) tentang pentingnya higiene sanitasi minuman es teh sehingga upaya untuk mewujudkan makanan jajanan yang aman dikonsumsi masyarakat dapat tercapai.

(15)

ABSTRACT

Iced tea is a traditional beverage which favored by many people. Iced tea could be contaminated by bacteria if not better way of processing. One of the bacteria that can contaminate is Escherichia coli which is an indicator of fecal coliforms and if drinking water contaminated by E. coli is the possibility that has been contaminated by human feces.

This study aims to determine the content of Escherichia coli in iced tea and also hygiene and sanitation management iced tea in pajak karona jamin ginting kecamatan medan baru in 2013. The method used is a descriptive survey. The data obtained through observations and laboratory tests.

Based on the survey results revealed that all examined iced tea have been contaminated by Escherichia coli is 7 samples 240 MPN, 2 samples 96 MPN and 1 sample 27 MPN. This is unqualified with Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 which states that the amount of content of E. coli in drinks is 0/100 ml sample. The presence of E. coli in iced tea may contaminated by human feces.

Possible contamination of iced tea can be caused by lack of hygiene in the processing of iced tea, because based on observations obtained that all merchants have not applied the principles of hygiene and sanitation.

To handle and restain the situation need to prevent the holding of inviligation and controlling by the relevant agencies (Departemen Kesehatan) about the importance of hygiene and sanitation iced tea.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang

optimal diselenggarakan upaya kesehatan melalui 16 macam kegiatan, salah satu

diantaranya adalah pengamanan terhadap penyehatan makanan dan minuman (UU RI

No. 23, 1992)

Makanan dan minuman sangat penting bagi manusia karena merupakan salah

satu kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidupya dan di dalam makanan dan

minuman tersebut terkandung senyawa-senyawa yang diperlukan untuk memulihkan

dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, mengatur proses di dalam tubuh,

perkembangbiakan dan menghasilkan energi untuk berbagai kepentingan dalam

kehidupannya (Supardi, 1999)

Ditinjau dari segi kesehatan, kegunaan makanan adalah sebagai sumber zat

makanan. Zat makanan didalam tubuh mempunyai fungsi sebagai sumber energi, zat

pembangun, zat pengatur. Dari sudut kesehatan lingkungan, pengaruh makanan

terhadap kesehatan yang harus diperhatikan ialah peranan makanan atau minuman

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

(17)

Dalam kegiatan proses produksi makanan dan minuman tindakan higiene

sanitasi yang merupakan bagian dari kesehatan lingkungan juga analisis bahaya dan

titik pengendalian kritis (HACCP: Hazard Analysis Critical Control Point)

merupakan salah satu upaya untuk menghindari pencemaran terhadap proses

produksi. Yang dalam proses pengolahannya terdapat enam (6) prinsip higiene dan

sanitasi yang harus diperhatikan, yaitu pemilihan makanan, penyimpanan bahan

makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan

makanan dan penyajian makanan (Depkes RI, 2004).

Kasus penyakit bawaan makanan (foodborne disease) dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, kebiasaan mengolah makanan

secara tradisional, penyimpanan dan penyajian yang tidak bersih, dan tidak

memenuhi persyaratan sanitasi (Chandra, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian Kristofel (2003), menemukan bahwa es campur

yang dijual pedagang kaki lima di Pasar Minggu Kelurahan Belakang Pondok

Kecamatan Gading Cempaka Bengkulu, diketahui bahwa kandungan Escherichia coli

dalam es campur tidak memenuhi persyaratan kualitas bakteriologis, sebab hasil dari

pemeriksaan laboratorium 9 dari 10 sampel es campur yang diteliti tercemar oleh

Escherichia coli sebanyak 4 sampai 7 sampel/100 ml sampel dan 1 sampel tidak

tercemar Escherichia coli.

Hasil penelitian Munthe (2006) diketahui bahwa kandungan Escherichia coli

dalam air tebu di Pasar Kota Medan tidak memenuhi persyaratan kualitas

bakteriologis air minum karena dari 16 sampel, semuanya mengandung Escherichia

(18)

Di Pajak Karona Jalan Jamin Ginting Kecamatan Medan Baru banyak

dijumpai pedagang yang menjual makanan dan minuman, salah satunya adalah

pedagang es teh yang konsumennya juga cukup banyak. Minuman es teh adalah teh

yang di dinginkan dengan es batu, es teh seringkali ditambahkan rasa seperti melati,

dan buah-buahan seperti limun, ceri, dan arbei, atau susu. Es teh adalah minuman

yang sering diminum saat siang hari karena suhu udara yang panas, di warteg, es teh

sering diminum selain air dingin (Anonimous, 2012). Tidak kecil kemungkinan

minuman es teh dapat tercemar oleh beberapa jenis mikroba apabila cara

pengolahannya tidak memenuhi syarat satndar kesehatan. Misalnya higiene sanitasi

pengolahan minuman es teh yang tidak baik, begitu juga dengan air yang digunakan

tidak dimasak hingga mendidih. Mikroba yang dapat ditemukan pada minuman ini

adalah jenis bakteri coliform yaitu Escherichia coli.

Escherichia coli merupakan bakteri batang gram negatif, tidak berkapsul dan

merupakan flora normal di dalam saluran pencernaan hewan dan manusia yang

mudah mencemari air. Oleh karena itu, kontaminasi bakteri ini pada makanan

biasanya berasal dari kontaminasi air yang digunakan. Bakteri E. coli dapat berubah

menjadi oportunis patogen bila hidup di luar usus, misalnya pada infeksi saluran

kemih, infeksi luka dan mastitis (Supardi, 1999).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan bahwa minuman

jajanan yang dijual adalah jenis minuman es teh yang menggunakan tempat usaha

sendiri. Minuman es teh tersebut dapat terkontaminasi oleh E. coli yang mana

keberadaan E. coli menunjukkan adanya pencemaran tinja pada minuman. Adanya E.

(19)

Seperti menggunakan air minum yang tidak matang. Serta lokasi penjual minuman es

teh yang terletak tidak jauh dari pinggir jalan.

Berdasarkan adanya kemungkinan minuman es teh yang dijual oleh pedagang

tersebut mudah terkontaminasi, maka penulis ingin mengetahui kualitas minuman es

teh secara bakteriologis dan higiene sanitasi pengolahannya serta lokasi penjualan

dengan menggunakan standar yang ditetapkan oleh Permenkes RI No.

492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan dan Pengawasan Kualitas Air minum

dan sejalan dengan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan

Higiene Sanitasi Makanan Jajanan.

I.2. Perumusan Masalah

Keberadaan Escherichia coli dalam makanan dan minuman menjadi indikator

sanitasi makanan dan minuman, apakah pernah tercemar oleh kotoran manusia atau

tidak. Minuman es teh adalah minuman umum yang banyak disukai masyarakat. Oleh

karena itu perlunya diketahui apakah minuman es teh terkontaminasi/tercemar dengan

melihat keberadaan bakteri Escherichia coli.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran higiene dan sanitasi pengolahan dan

menganalisis kandungan Escherichia coli pada Es teh yang diproduksi di Pajak

(20)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui higiene sanitasi pemilihan bahan baku minuman es teh

2. Untuk mengetahui higiene sanitasi penyimpanan bahan baku minuman es

teh

3. Untuk mengetahui higiene sanitasi pengolahan minuman es teh

4. Untuk mengetahui higiene sanitasi penyimpanan minuman es teh

5. Untuk mengetahui higiene sanitasi pengangkutan minuman es teh

6. Untuk mengetahui higiene sanitasi penyajian minuman es teh

7. Untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Escherichia coli pada minuman es

teh

I.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam

mengkonsumsi es teh

2. Sebagai masukan bagi dinas yang terkait untuk meningkatkan upaya

penyehatan bahan makanan dan minuman

3. Sebagai informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Higiene dan Sanitasi

2.1.1. Pengertian Higiene dan Sanitasi

Higiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha

kesehatan perseorangan atau manusia berserta lingkungan tempat orang tersebut

berada. Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan

kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002).

Higiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat

kaitannya. Misalnya Higienenya sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi

sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedianya air bersih,maka mencuci

tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004).

2.1.2. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitikberatkan

kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari

segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum

makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,

sampai pada saat di mana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan

kepada masyarakat atau konsumen (Depkes RI, 2004). Menurut Kusnoputranto

(1986), sanitasi makanan ini bertujuan untuk :

1. Menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari

(22)

2. Mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli.

3. Mengurangi kerusakan/pemborosan makanan.

Di dalam upaya sanitasi makanan ini, terdapat beberapa tahapan yang harus

diperhatikan, yaitu sebagai berikut ( Chandra, 2007 ) :

1. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi.

2. Kebersihan individu dalam pengolahan makanan.

3. Keamanan terhadap penyediaan air.

4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran.

5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,

penyajian dan penyimpanan.

6. Pencucian dan pembersihan peralatan alat perlengkapan.

2.1.3. Prinsip Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan

harus ditangani dan di kelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh.

Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan

berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip higiene dan sanitasi makanan. Prinsip-prinsip

ini penting untuk diketahui karena berperan besar sebagai faktor kunci keberhasilan

usaha makanan. Menurut Depkes RI 2004, enam prinsip makanan dan minuman,

yaitu :

1. Pemilihan Bahan Makanan

Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik perlu diketahui

(23)

mudah kita temukan karena jaringan perjalanan makanan yang demikian panjang dan

melalui jaringan perdangan pangan.

Sumber-sumber bahan makanan yang baik adalah :

1. Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang

dikendalikan dengan baik (swalayan)

2. Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah

dengan baik (Depkes RI, 2004)

2. Penyimpanan Bahan Makanan

Bahan makanan yang digunakan dalam proses produksi baik bahan baku,

bahan tambahan maupun bahan penolong, harus disimpan dengan cara penyimpanan

yang baik karena kesalahan dalam penyimpanan dapat berakibat penurunan mutu dan

keamanan makanan (Depkes RI, 2004).

Makanan yang cepat membusuk seperti daging, ikan, susu, dan telur disimpan

pada tempat khusus sesuai suhu yang ditetapkan dan diusahakan adanya sirkulasi

udara/ventilasi, untuk bahan lainnya pada tempat yang tidak terjangkau tikus,

serangga, dan binatang pengganggu lainnya. Sedangkan untuk rempah-rempah dan

kacang-kacangan lebih baik disimpan di tempat yang kering dan dalam wadah yang

telah diatur kelembabannya agar tidak mudah tumbuh spora (Mukono, 2005).

3. Pengolahan Makanan.

Pada proses atau cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat

(24)

a. Tempat pengolahan makanan.

Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah,

tempat pengolahan ini sering disebut dengan dapur. Dapur mempunyai peranan yang

sangat penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan

lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang memenuhi

syarat-syarat kesehatan antara lain ( Azwar, 1990) :

1. Selalu dalam keadaan bersih.

2. Mempunyai cukup persediaan air bersih untuk mencuci.

3. Mempunyai saluran pembuangan air kotor.

4. Mempunyai bak pencuci tangan dan alat-alat yang dipergunakan.

5. Mempunyai tempat sampah.

6. Alat-alat dapur selalu dalam keadaan bersih.

7. Mempunyai ventilasi yang cukup guna memasukkan udara segar serta

mengeluarkan asap serta mengeluarkan bau makanan yang kurang sedap.

8. Mempunyai tempat penyimpanan bahan makanan yang baik, artinya sampai

tidak tercemar oleh debu, tidak menjadi sarang serangga atau tikus.

9. Tidak meletakkan zat-zat yang berbahaya ( misalnya insektisida ) berdekatan

dengan bumbu dapur.

10.Mempunyai alat pencegah kebakaran.

b. Tenaga pengolah makanan/penjamah makanan.

Banyak infeksi dapat ditularkan melalui penjamah makanan antara lain

(25)

aureus, kulit merupakan halte bagi banyak kuman dan saluran pencernaan merupakan

terminal bagi banyak kuman (Depkes 1997).

.Syarat yang ditetapkan pada penjamah makanan sangat banyak,

sekurang-kurangnya adalah :

1. Tidak sedang menderita penyakit infeksi apapun ( kulit, paru-paru, saluran

pencernaan, dan lain sebagainya ).

2. Bukan carrier dari suatu penyakit infeksi.

3. Mengetahui tentang higiene, misalnya selalu membersihkan badan dan

pakaian sebelum menyentuh bahan makanan, menggunakan sabun serta air

hangat dalam membersihkan benda-benda yang berhubungan dengan

makanan, mencuci tangan segera setelah keluar dari kamar kecil, tidak

meludah, tidak bersin, tidak batuk atau merokok ketika mengolah makanan,

menggunakan tutup mulut, hidung dan tutup kepala, dan lain sebagainya.

4. Sebaiknya, terhadap orang yang langsung dan erat hubungannya dengan

bahan makanan, seperti tukang masak misalnya, dilakukan pemeriksaan

kesehatan secara berkala ( Azwar, 1990).

c. Cara pengolahan makanan

Menurut Purawidjaja (1995), tujuan pengolahan bahan makanan adalah agar

terciptanya makanan yang memenuhi syarat kesehatan, mempunyai cita rasa yang

sesuai serta mempunyai bentuk yang merangsang selera. Cara pengolahan makanan

yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara

pengolahan makanan yang salah dan mengikuti kaidah atau prinsip-prinsip higiene

(26)

4. Pengangkutan Makanan

Pengangkutan pada dasarnya mempunyai dua tujuan yaitu bahan makanan

tidak sampai tercemar dan bahan makanan tidak sampai rusak (Widyati, 2002).

Makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan memerlukan

pengangkutan makanan untuk disimpan dan disajikan. Pengangkutan makanan perlu

mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari serangga, debu maupun

bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat,dan tidak berkarat atau bocor.

Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya dalam keadaan panas

C atau tetap dingin C (Purawidjaja, 1995).

5. Penyimpanan Makanan

Kualitas makanan yang diolah sangat dipengaruhi oleh suhu. Namun

demikian di dalam perkembangan bakteri tersebut masih pula ditentukan oleh jenis

makanan yang sesuai atau jenis makanan yang cocok sebagai media pertumbuhannya.

Untuk itu perlu diperhatikan teknik penyimpanan makanan yang baik, ditujukan

untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan bakteri patogen, mengawetkan

makanan dan mengurangi pembusukan (Purawidjaja, 1995).

Menurut Kepmenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003, syarat penyimpanan

makanan jadi yaitu :

a. Terlindung dari debu, bahan kimia yang berbahaya, serangga dan hewan.

b. Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas C atau lebih atau

(27)

c. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama ( > 6 jam )

disimpan dalam suhu sampai .

6. Penyajian/Penjaja Makanan

Penyajian/penjaja makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan

makanan. Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan

tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan

bersih, petugas yang menyajikan harus sopan serta selalu senantiasa menjaga

kesehatan dan kebersihan pakaiannya, tangan penyaji tidak boleh kontak langsung

dengan makanan yang disajikan (Purawidjaja, 1995).

Untuk meningkatkan mutu makanan jajanan, perlengkapan/sarana penjaja

disarankan juga memenuhi syarat kesehatan, antara lain (Depkes RI, 2003) :

a. Mudah dibersihkan.

b. Harus terlindungi dari debu dan pencemar.

c. Tersedia tempat untuk :

1. Air bersih

2. Penyimpanan bahan makanan

3. Penyimpanan makanan jadi/siap

4. Penyimpanan peralatan

5. Tempat cuci (alat, tangan, bahan makanan)

Selain itu dalam penyajian/penjajaan makanan hal yang juga harus

diperhatikan adalah lokasi penjualan yang mana juga harus memenuhi syarat

kesehatan, antara lain:

(28)

b. Lokasi usaha terhindar dari serangga.

c. Lokasi usaha dilengkapi tempat pembuangan sampah yang tertutup.

d. Lokasi usaha dilengkapi fasilitas sanitasi air bersih, tempat penampungan

sampah, saluran pembuangan air limbah, dan sebagainya.

2.2. Teh

2.2.1. Gambaran Umum dan Karakteristik Teh

Tanaman teh dengan nama lain Camellia sinensis, yang masih termasuk

keluarga Camellia umumnya tumbuh di daerah beriklim tropis dengan ketinggian

antara 200 sampai dengan 2000 meter diatas permukaan laut. Karena tanaman teh

semakin berkembang menjadi beraneka ragam (Hartoyo, 2003)

Secara umum tanaman teh berakal dangkal peka terhadap keadaan fisik tanah

dan cukup sulit untuk menembus lapisan tanah. Perakaran utama berkembang pada

lapisan tanah atas dengan kedalaman antara 0 cm- 25 cm, yang merupakan tempat

utama berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman di dalam tanah (Hartoyo, 2003).

Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat

dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari

tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Istilah "teh" juga digunakan untuk

minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang

diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak

mengandung daun teh disebut teh herbal (Anonimous, 2010).

Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar

lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa

(29)

campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati

merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia

sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh di bawah negara-negara lain di

dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di

dunia (Anonimous, 2012).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa teh mengadung kafein, tannin, minyka

atsiri dan beberapa senyawa lain. Zat-zat ini berpengaruh terhadap kualitas teh kering

yang dihasilkan, khususnya terhadap rasa dan aroma ( Leo,2004) Kandungan

komposisi aktif utama yang terkandung dalam daun teh adalah kafein (dulu disebut

tahine), tannin (flavonols), theophylline tehebromine, lemak, wax, saponin, minyak

essensial, katekin, karotin, vitamin C dalam jumlah besar, juga mengandung vitamin

A, B1, B2, B12 dan E, seng, elemen-elemen lain seperti molybdenum dan fosfor,

juga masih ada 300 zat tambahan darinya merupakan aroma alami (Fulder,2004).

Komposisi kimia dari 100 gram daun teh segar secara lengkap dapat dilihat pada tabel

dibawah ini

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Daun Teh Segar Dalam 100 gram bahan.

Komposisi Jumlah Ppm(mg/kg)

(30)

Secara umum berdasarkan proses pengolahannya teh dapat diklasifikasikan

menjadi tiga jenis teh , yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam (Hartoyo,2003).Teh

hitam merupakan hasil olahan pucuk daun teh yang mengalami tahap fermentasi yang

diolah dengan cara ortodoks dan inkonvensional. Prosesnya adalah daun-daun teh

yang dipetik dari kebun segera dibawa ke pabrik, ditimbang dan kemudian dimulai

pelayuan untuk meurunkan kadar air dari daun teh serta untuk melayukan daun-daun

teh agar mudah digulung. Diperkirakan dalam proses pengolahan inipun telah mulai

ada-ada proses kimiawi. Setelah dilayukan daun-daun teh dimasukkan kedalam mesin

rollers. Pada proses pengolahan ini sudah mulai berlangsung oksidasi dan fermentasi

dari tannin (Siswoputranto,1978).

Teh hijau melalui proses tanpa fermentasi, sekedar melalui proses

pengeringan daun seteah di petik. Umumnya pengolahnan dilakukan secara

sederhana, Dengan pemanasan yang dilakuakan peralatan yang

sederhana(Siswoputranto,1978). Teh hijau yang ditambah dengan bunga melati

disebut dengan teh wangi. Bunga melati yang ummumnya digunakan pada teh wangi

ini (Jasmicum sambac) atau bunga melati gambir (Jasmicum officinale), yang dipakai

untuk memperbaiki rasa dan aroma teh. Pengolahan teh wangi merupakan proses

penyerapan bau bunga kedalam teh hijau. Bahan bakunya adalah teh hijau dan bunga

melati dengan kritera sebagai berikut : Teh berwarna hitam kehijauan dengan bentuk

tergulung, rasanya sepat, pahit, segar dan kuat serta kandungan air maksimum 10%.

Sedangkan bunga melatinya dalam tingkat kematangan yang maksimal, yaitu saat

(31)

Teh oolong merupakan teh yang hanya memperoleh fermentasi sedikit. Untuk

menghasilkan teh oolong, daun-daun teh yang telah dilayukan kemudian dipanaskan

dengan menggunakan panas api atau udara panas, kemudian dimasukkan kemesian

rollers dan akhirnya dikeringakan(Siswoputranto,1978). Teh oolong yang diseduh

dengan baik memiliki rasa yang pahit, namun meninggalkan rasa sedikit manis

setelah diminum. Umumnya teh jenis inilah yang disajikan di restoran-restoran

Tionghoa yang menghidangkan dimsum atau masakan Tionghoa lainnya (Hartoyo,

2003).

2.2.2. Manfaat Minuman Teh

Minum teh tidak hanya menyegarkan. Para ahli masih terus melakukan

penelitian tentang manfaat teh, minum teh memiliki banyak manfaat diantaranya :

1. Memperkuat Gigi dan Mencegah Caries Gigi

Unsur Flouride (F) yang cukup tinggi pada teh dapat membantu dalam

mencegah tumbuhnya karies gigi serta dapat memperkuat gigi

2. Mengurangi Resiko Keracunan Makanan

Unsur Catechin (salah satu unsur dalam Polyphenols), telah terbukti bahwa

unsur tersebut memiliki kemampun untuk menghentikan pertumbuhan

beberapa bakteri yang menyebabkan keracunan makanan(menurut penelitian

dari Taiwan dan Jepang).

3. Memperkuat Daya Tahan Tubuh

Dengan adanya vitamin C dan vitamin E, maka teh dapat juga membantu

(32)

4. Menyegarkan Tubuh

Teh mengandung sejenis kafein yang berbeda dengan kopi, maka teh juga

dapat merangsang sistem syaraf tubuh kita sehingga pengambilan oksigen

kedalam tubuh lebih lancar.

5. Mencegah Tekanan Darah Tinggi

Epigallcatechin dan epicatechin gallat yang merupakan varian dari catechin,

ternyata mampu bertindak sebagai inhibitor dari pada angiotensin trasferase,

yaitu enzim penyebab tekanan darah tinggi. Lebih lanjut dapat pula

disimpulkan bahwa dengan kemampuan catechin untuk mencegah tekanan

darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol dalam darah dan menagkal radikal

bebas, maka catechin juga bisa mengurangi resiko penyakit kardiovascular.

6. Menangkal Kolesterol

Catechin, ternyata juga telah dibuktikan bahwa dapat mengurangi penimbunan

kolesterol dalam darah dan mempercepat pembuangan kolesterol melalui

feses.

7. Mengoptimalkan Metabolisme Gula

Mangan (Mn), yang terkandung dalam teh bisa membantu penguraian gula

menjadi energy. Dengan demikian teh bisa membantu menjaga kadar gula

dalam darah.

8. Mencegah Pertumbuhan Kanker

Kemampuan Catechin (salahsatu unsur dalam polyphenols) dapat

menghambat terjadinya mutasi pada sel-sel tubuh dan menentralisir radikal

(33)

2.2.3. Proses Pembuatan Minuman Es Teh

Sampai saat ini pembuatan minuman es teh muda masih dilakukan dalam

skala yang kecil sebagai industri rumah tangga dengan teknologi yang sangat

sederhana.

1. Bahan-bahan

a. Bubuk teh

b. Es batu

c. Gula putih

d. Air

2. Alat-alat yang digunakan

a. Saringan teh

b. Wadah

c. Sendok

3. Cara pembuatan minuman es teh

Teh dimasukkan kedalam saringan lalu diseduh dengan air panas dan

tambahkan gula pasir secukupnya, diaduk hingga larut selanjutnya dimasukkan ke

dalam wadah (termos) yang telah disediakan. Kemudian disajikan ke dalam gelas

dengan penambahan es batu.(Anonimous, 2010)

2.3. Es Batu

Es batu merupakan masa padat hasil pembekuan air minum (SNI

01-3839-1995). Es batu sering ditambahkan pada berbagai minuman untuk memberikan kesan

dingin dan segar. Untuk beberapa jenis minuman seperti es doger, es cincau, dan es

(34)

merupakan bagian dari minuman tersebut, sehingga penggunaan es batu tidak dapat

digantikan dengan menyimpan minuman tersebut ke dalam lemari pendingin

(Firlieyanti, 2012).

Es batu merupakan produk pangan yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat

yang secara umum dianggap aman untuk dikonsumsi. Es batu bahkan sering kali

digunakan sebagai bahan yang dapat mempertahankan kesegaran atau

memperpanjang umur simpan suatu produk pangan. Hal ini berkaitan dengan

rendahnya suhu es batu, sehingga diduga dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme, dimana semua reaksi metabolisme pada mikroorganisme dikatalisis

oleh enzim, dan kecepata reaksi katalisis enzim tersebut sangat dipengaruhi oleh

temperatur (Jay, 2000).

Tetapi tanggapan ini sangat bertolak belakang dengan beberapa hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, konsumsi es batu

diketahui menjadi sumber pembawa penyakit, terutama penyakit enteric. Timbulnya

penyakit yang berkaitan dengan konsumsi es dapat dihubungkan antara lain dengan

kurang diperhatikannya faktor kebersihan dan sanitasi dalam penanganan es batu. Hal

tersebut menjadikan tingginya peluang kontaminasi mikroobiologi pada es batu

(Firlieyanti, 2012).

2.3.1. Sifat Fisik dan Struktur Es

Es merupakan air yang berada dalam fase padat (Kristal) yang diperoleh dari

hasil pendinginan dan pembekuan air. Es merupakan suatu senyawa yang terdiri dari

molekul-molekul H2O (HOH) yang tersususn sedemikian rupa sehingga 1 atom H

(35)

membentuk suatu heksagon simetrik. Satu molekul HOH dapat mengikat 4 molekul

HOH yang berdekatan dan jarak atom O-O yang berdampingan sebesar 2.75Ao

(deMan,1997).

Bila suhu air diturunkan, pelepasan panas akan mengakibatkan pergerakan

molekul-molekul air diperlambat dan volumenya mengecil. Bila air didingikan

sampai suhu , suatu pola baru ikatan hidrogen terbentuk. Volume air sebaliknya

mengembang ketika diturunkan sehunya dari sampai . Ketika panas dilepas

lagi setelah air mencapai , terjadilah Kristal, dan ketika air es berubah menjadi

Kristal es, volume mendadak mengembang (DeMan,1997).

Laju pertumbuhan Kristal es menurun dengan menurunnya suhu. Berbagai

jenis zat terlarut dalam jumlah sedikitpun akan sangat memperlambat pertumbuhan

kristal es. Pembekuan secara perlahan-lahan akan mengakibatkan terbentuknya kristal

es yang besar di daerah ekstrasel secara ekslusif. Pembekuan secara cepat

mengakibatkan terbentuknya kristal es yang kecil baik di daerah ekstrasel maupun

intrasel (DeMan,1997).

2.3.2. Mikrobiologi Es

Es merupakan produk pangan yang memiliki suhu yang rendah. Meski

demikian, es dapat menjadi sumber penyakit pada manusia, seperti gastroenteritis,

demam, dan sebagainya yang disebabkan bakteri pathogen. Bakteri pathogen dari es

dapat berasal dari sember air yang digunakan untuk membuat es maupun dari

kontaminasi silang saat penanganan seperti kontaminasi dari pekerja, alat dan

(36)

Potensi es dan minuman es untuk menyebabkan penyakit pada manusia

menjadi lebih besar karena es termasuk ke dalam produk pangan yang siap santap dan

tidak memerlukan proses pemanasan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Meskipun

bahan baku yang digunakan telah dipanaskan atau dimasak terlebih dahulu namun

penanganan atau distribusinya sering tidak dilakukan dengan baik. Hal inilah yang

dapat menjadi sumber penyakit pada manusia(Anonimous, 2011).

Jika es yang telah terkontaminasi oleh bakteri patogen seperti Salmonella sp

dikonsumsi oleh manusia maka kemungkinan untuk terjadi infeksi menjadi lebih

besar karena Salmonella dapat bertahan sampai ke usus halus. Hal ini dapat

disebabkan karena waktu transit air pada lambung relative singkat sehingga bakteri

ini hanya sebentar terpapar dengan suasana asam (pH 2) dan enzim pencernaan pada

lambung (Anonimous, 2011).

Keamanan es yang dijual dipasaran perlu dipertanyakan karena dari beberapa

hasil penelitian diketahui bahwa es merupakan produk pangan yang sering

menyebabka penyakit baik didalam maupun diluar negeri. Penelitian yang dilakukan

oleh kelompok studi TIFOID di daerah Jatinegara, Jakarta melaporkan bahwa

konsumsi minuman es berhubungan signifikan dengan demam tifus dan paratifus

(Anonimous, 2011).

Syarat mutu es batu di Indonesia diatur dalam SNI 01-3839-1995. Dalam SNI

tersebut disebutkan bahwa syarat mutu es batu harus memenuhi syarat-syarat air

minum. Untuk mutu mikrobiologis, di dalam 100 ml es batu tidak boleh terdapat

bakteri indicator sanitasi ( E. coli/ coliform), yang berarti 0 sel coliform per 100 ml.

(37)

2.4. Air Minum

2.4.1. Persyaratan Kualitas Air Minum

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan

tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan

segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia

yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat

merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak bersifat korosif, tidak

meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan

ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (

water-borne disease) (Soemirat, 2009).

Sedangkan air yang memenuhi persyaratan air minum menurut Kepmenkes RI

No.492/Menkes/Per/IV/2010, secara garis besar persyaratan kualitas air dapat

digolongkan dengan empat syarat :

1. Syarat fisik

Air minum yang digunakan sebaiknya tidak berasa, tidak berbau, dan tidak

berwarna (15 TCU), tidak keruh (maksimal 5 NTU), dan suhu udara

maksimal ± dari udara sekitar.

2. Syarat kimia

Air minum yang dikonsumsi tidak mengandung zat-zat organik dan anorganik

melebihi standar yang ditetapkan, pH pada batas maksimum dan minimum

(6,5 – 8,5) dan tidak mengandung zat kimia beracun sehingga menimbulkan

(38)

3. Syarat bakteriologis

Air minum yang digunakan harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi E.

coli atau coliform tinja dengan standar 0 dalam 100 ml air minum.

4. Zat radioaktif

Air minum harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi radiasi radioaktif

yang melebihi batas maksimal yang diperbolehkan.

2.4.2. Peranan Air Terhadap Kesehatan

Air dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap

kesehatan. Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat

pendayagunaan air yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan

masyarakat. Misalnya, air yang dimafaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk

industri, untuk irigasi, perikanan, pertanian, dan rekreasi dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Sedangkan pengaruh langsung terhadap kesehatan

tergantung sekali pada kualitas air, dan terjadi karena air berfungsi sebagai penyalur

ataupun penyebar penyebab penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar

penyakit (Soemirat, 2009).

Air dapat bertindak sebagai tempat berkembangbiak mikrobiologis dan juga

sebagai tempat tinggal sementara (perantara) sebelum mikrobiologis berpindah

kepada manusia (Soemirat, 2009)

2.4.3. Indikator Pencemaran Air

Pemeriksaan yang paling baik dan sensitive untuk mendeteksi kontaminasi air

oleh kotoran manusia adalah pemeriksaan bakteriologis. Mikroorganisme yang paling

(39)

1. Organisme koliform

Contoh tipikal koliform tinja adalah E. coli, keberadaan E. coli dalam sumber

air merupakan indikasi terjadinya kontaminasi tinja manusia. Suatu bakteri dapat

dijadikan indikator bagi kelompok lain yang pathogen didasarkan atas beberapa hal

sebagai berikut:

a. ia harus tidak patogen.

b. ia harus berada di air apabila kuman patogen juga ada atau mungkin sekali

ada, dan dalam jumlah yang ajuh lebih besar.

c. Jumlah kuman indikator harus dapat dikolerasikan dengan probabilitas adanya

kuman patogen.

d. Mudah dan cepat dapat dikenali dan dengan cara laboratories yang murah.

e. Harus dapat dikuantifikasi dalam test laboratories.

f. Harus tidak berkembang biak apabila kuman patogen tidak berkembang biak.

g. Dapat bertahan lebih lama daripada kuman patogen di dalam lingkungan yang

tidak menguntungkan (misalnya di dalam air minum yang dichlorinasi)

(Soemirat, 2009).

2. Streptokokus tinja

Organisme ini biasanya ditemukan di dalam tinja bersama dengan E. coli.

Streptokokus tinja dapat digunakan sebagai indikator untuk uji pembuktian adanya

kontaminasi tinja manusia.

3. Clostridium perfringens dan Clostridium welchii

(40)

2.5. Mikroba Pada Makanan

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang sangat kecil, biasanya

bersel tunggal dan secara individual tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Mikroba hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop (Gaman, 1992). Akibat

mikroorganisme yang tersebar luas di alam lingkungan, produk pangan jarang sekali

yang steril dan umumnya tercemar oleh berbagai mikroorganisme karena bahan

pangan tersebut juga sebagai sumber makanan bagi perkembangan mikrororganisme

(Buckle, 1987).

Sanitasi makanan yang buruk yang disebabkan oleh faktor mikrobiologis

karena adanya pencemaran oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit. Umumnya, yang

terbanyak disebabkan oleh bakteri (Widyati, 2002)

Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang tidak terlihat oleh mata,

tetapi dengan bantuan mikroskop, mikroorganisme tersebut akan tampak. Ukuran

bakteri berkisar antara panjang 0,5 – 10 μ dan lebar 0,5 – 2,5 μ tergantung dari

jenisnya. Hampir semua bakteri mempunyai struktur yang sama walaupun bentuknya

berbeda (Pelczar, 1998).

Faktor yang sangat mendukung berkembangnya bakteri adalah sebagai

berikut:

a. Adanya makanan yang diperlukan.

b. Tersedianya air.

c. Temperatur yang sesuai.

(41)

Bahaya atau tidaknya dari berkembangnya bakteri tersebut bergantung pada

jenis mikroorganisme apa yang berkembang dan hasil samping dari pertumbuhannya.

(Widyati, 2002).

Kemungkinan masuknya bakteri ke dalam makanan adalah sebagai berikut :

a. Pada waktu makanan disiapkan.

b. Pada waktu makanan diolah.

c. Pada waktu makanan disimpan.

d. Pada waktu makanan disajikan.

Makanan merupakan salah satu media yang diperlukan bagi tumbuhnya

bakteri, ada yang tumbuh baik pada makanan yang tingkat keasamannya rendah, ada

yang memerlukan gula, dan ada yang memerlukan protein untuk pertumbuhannya

(Widyati, 2002).

2.6. Peranan Mikroba Dalam Makanan

Mikroba tersebar luas di lingkungan, temasuk dalam bahan maupun produk

pangan. Bahan makanan selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga sebagai

sumber makanan bagi perkembangan mikroorganisme. Bahan makanan tediri dari

protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin dan mineral dimana zat – zat tersebut

merupakan medium protein, mempermentasikan karbohidrat dan menjadikan minyak

dan lemak berbau tengik. Beberapa peranan mikroba dalam bahan makanan adalah

sebagai berikut (Pelzcar , 1998) :

1. Sebagai indikator mutu bahan makanan

2. Sebagai penyebab kerusakan makanan

(42)

4. Sebagai sumber penyakit yang berasal dari makanan.

Penyakit yang ditimbulkan oleh mikroba dengan perantaraan pangan dapat

dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :

A. Infeksi (infection)

Infeksi terjadi apabila mengkonsumsi makanan yang mengandung mikroba

patogen yang jumlahnya cukup untuk mnimbulkan penyakit. Setelah dikonsumsi,

maka mikroba patogen tersebut akan berkembang biak dalam alat pencernaan.

Mikroba penyebab infeksi antara lain :

1. Bakteri Salmonela choleraesuis dan Salmonela enteritidis jika tertelan dan

masuk kedalam tubuh akan menimbulkan gejala yang disebut salmonellosis

yang mengakibatkan gastroentritis (gangguan saluran pencernaan).

Salmonella juga dapat menimbulkan gejala lain misalnya deman enteric

seperti demam tifoid dan demam paratifoid, serta infeksi lokal (Supardi,

1999).

2. Bakteri Clostridum perfringens, Bacillus cereus, Streptococus faecallis

menyebabakan gastroentritis. Tanda-tanda gastroentritis adalah sakit perut,

diare, dan terbentuk gas serta sering mual tetapi tidak muntah, pangan yang

sering terkontaminasi oleh clostridium adalah pasta ikan dan daging ayam

dingin, sedangkan panganan yang sering terkontaminasi bacillus adalah

produk biji-bijian, tepung, bumbu-bumbu, pati, saus, dan nasi goreng

(43)

3. Bakteri Vibrio cholerae menyebabkan kolera dan tanda-tanda yang

disebabkannya adalah mendadak mual, muntah, diare disertai kejang perut.

Penularan penyakit ini melalui air, ikan dan pangan hasil laut (Supardi, 1999).

4. Bakteri Escherechia yang merupakan flora normal pada saluran pencernaan

dapat berubah menjadi oportunis patogen bila hidup di luar usus, misalnya

pada infeksi saluran kemih, infeksi luka dan mastitis (Supardi, 1999).

B. Keracunan (intoxication)

Keracunan makanan disebabkan mengkonsumsi makanan yang mengandung

senyawa beracun yang dihasilkan oleh mikroba. Mikroba penyebab keracunan antara

lain :

1. Bakteri Clostridium botulinum menyebabkan botulism dengan gejala awal

gangguan pencernaan yang akut, mual, muntah, diare, fatig (lemah fisik dan

mental) serta pusing. Gejala timbul dalam waktu 12 – 36 jam setelah menelan

pangan yang mengandung racun itu. Gejala selanjutnya pandangan berubah

menjadi dua, sulit menelan dan bicara, kelumpuhan otot, paralisis menyebar

pada sitem pernafasan dan jantung bahkan bisa mengakibatkan

kematian(Saksono, 2007).

2. Bakteri Staphilococcus aereus menghasilkan enterotoksin yang dalam jumlah

tertentu akan meracuni tubuh dan menyebabkan gastroentritis atau radang

mukosa usus. Gejala umum penyakitnya adalah banyak mengeluarkan ludah,

mual, muntah, kejang perut (kram), diare berdarah dan mengandung mokus,

(44)

tubuh dibawah normal. Waktu inkubasinya 1 – 6 jam setelah kemasukan

enterotoksin(Saksono, 2007).

3. Bakteri Pseudomonas cocovenenans menimbulkan keracunan karena

mengkontaminasi tempe bongkrek (Supardi, 1999).

4. Kapang Aspergillus flavus, A. Parasiticus, A. Ochraceus, A. Clavatus,

Penicillium patulum, fusarium nivale menghasilkan toksin (mikotoksin) yang

bersifat karsinogenik. Pangan yang sering kali ditumbuhi kapang tersebut

adalah susu, produk yang dipanggang, sari buah, biji – bijian , kacang tanah,

jagung, gandum, selai, oats, shorgum, buah badam, sayuran dan biji kapas.

Mikotoksin akan masuk kedalam tubuh penderita melalui makanan sesuai

sistem peredaran dan akan tersebar ke bagian tubuh tertentu(Supardi, 1999).

2.7. Escherichia coli

Escherichia coli merupakan flora normal saluran pencernaan manusia dan

hewan. Sejak 1940 di Amerika Serikat tela ditemukan strain-strain E.coli yang tidak

merupakan flora normal saluran pencernaan. Strain tersebut dapat menyebabkan diare

pada bayi. Serotipe dari E. coli yang dapat menyebabkan diare pada manusia disebut

E.coli enteropatogenik. (Gaman, 1992)

Escherichia coli adalah bakteri berbatang pendek, habitat uatamanya adalah

usus manusia dan hewan. E. coli dipakai sebagai organism indikator, karena jika

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak menunjukkan bahwa pangan atau air telah

mengalami pencemaran. (Gaman, 1992).

Berdasarkan sifat patogenik dan produksi toksin nya, strain enteropatogenik

(45)

bersifat patogenik, tapi tidak dapat memproduksi toksin, sedangakan grup II terdiri

dari strain yang memproduksi enterotoksin, dan menyebabkan gejala

enterotoksigenik, menyerupai gejala penyakit kolera yang disebabkan oleh vibrio

cholerae. Strain yang termasuk grup II ini disebut E.coli enterotoksigenik (ETEC atau

ETEK), dan merupakan bakteri penyebab diare yang banyak menyerang bayi

(anak-anak di bawah 2 tahun) (Supardi,1999).

Escherichia coli dipilih sebagai indikator karena kuman jenis ini ditemukan di

mana-mana (dalam tinja manusia, hewan, tanah ataupun air yang telah terkontaminasi

dengan debu, serangga, burung, binatang kecil lainnya), serta secara relatif sukar

dibunuh dengan pemanasan. Karena itulah jika air mengandung E. coli, hendaknya

harus dipertimbangkan penolakan pemakaiannya untuk air minum, sebab besar sekali

kemungkinan air tersebut telah tercemar dengan bahan-bahan kotor (Azwar, 1990).

2.7.1. Sifat-sifat Escherichia coli

E.coli dalam jumlah yang banyak bersama-sama tinja, akan mencemari

lingkungan. E. Coli thermotoleran adalah strain E.coli yang dapat hidup pada suhu

biakan 44,5°C dan merupakan indikator pencemaran air dan makanan oleh tinja.

E.coli merupakan bakteri batang gram negatif, tidak berkapsul, umumnya mempunyai

fimbria dan bersifat motile. Sel E.coli mempunyai ukuran panjang 2,0 – 6,0 μm dan

lebar 1,1-1,5 μm, tersusun tunggal, berpasangan dengan flagella peritikus. Bakteri

relatif sangat sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi

(46)

2.8. Penyakit Yang Ditularkan Melalui Makanan dan Minuman

Makanan tidak saja bermanfaat bagi manusia tapi juga sangat baik untuk

pertumbuhan mikroba yang patogen. Oleh karenanya, untuk mendapat keuntungan

yang maksimum dari makanan, perlu dijaga sanitasi makanan. Gangguan kesehatan

yang dapat terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan menjadi keracunan makanan

dan penyakit bawaan makanan (Soermirat, 2009).

2.8.1. Keracunan Makanan

Keracunan makanan merupakan suatu penyakit gastroenteritis akut. Penyakit

ini terjadi karena kontaminasi bakteri hidup atau toksin yang dihasilkannya pada

makanan atau karena kontaminasi zat-zat anorganik dan racun yang berasal dari

tanaman dan binatang (Chandra, 2007).

Keracunan makanan ini dapat disebabkan oleh (Soemirat, 2009) :

a. Racun asli yang berasal dari tumbuhan atau hewan tersebut.

b. Racun yang ada didalam pangan akibat pengotoran atau kontaminasi.

Karakteristik keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri, antara lain:

1. Penderita menyantap jenis makanan yang sama.

2. Penyakit menyerang pada banyak orang dalam waktu bersamaan.

3. Sumber penyebab sama.

4. Gejala-gejala penyakitnya mirip satu dengan lain.

2.8.2. Penyakit Bawaan Makanan

Penyakit bawaan makanan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan secara

(47)

adalah penyakit umum yang diderita seseorang akibat memakan sesuatu makanan

yang terkontaminasi mikroba patogen, kecuali keracunan (Soemirat 2009).

Makanan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal, seperti

(Soemirat, 2009) :

1. Mengolah makanan atau makan dengan tangan kotor.

2. Masak sambil bermain dengan hewan peliharaan.

3. Menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja, perabotan besi, dan

lain-lainnya.

4. Makanan disimpan tanpa tutup sehingga serangga dan tikus dapat

menjangkaunya.

5. Makanan mentah dan matang disimpan bersama-sama.

6. Makanan dicuci dengan air kotor.

7. Makanan terkontaminasi kotoran akibat hewan yang berkeliaran disekitarnya.

8. Sayuran dan buah-buahan yang ditanam pada tanah yang terkontaminasi.

9. Memakan sayuran dan buah-buahan yang terkontaminasi.

10.Pengolah makanan yang sakit atau carrier penyakit.

11.Pasar yang kotor, banyak insekta, dan sebagainya.

2.9. Persyaratan Kesehatan Makanan dan Minuman Jajanan 2.9.1. Persyaratan Makanan dan Minuman Jajanan

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan

adalah makanan dan minuman yang diolaholeh pengrajin makanan dan minuman di

tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan dan minuman siap santap yang

(48)

hotel. Di dalam Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 ini dimuat persyaratan

kesehatan makanan jajanan antara lain meliputi penjamah makanan, peralatan, air,

bahan makanan dan penyajian, saran penjaja serta sentra pedagang.

Dalam Kepmenkes tersebut dinyatakan penjamah makanan jajanan harus

memenuhi syarat, antara lain menjaga kebersihan tubuh dan pakaian, mencuci tangan

setiap kali hendak menangani minuman dan menjamah minuman dengan peralatan.

Peralatan yang digunakan oleh pedagang yang sudah dipakai, dicuci dengan air bersih

dan dengan sabun, disimpan ditempat yang bebas dari pencemaran dan pedagang

dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali pakai

(Depkes, 2003)

Air yang digunakan untuk membuat minuman harus dimasak sampai

mendidih. Bahan yang diolah menjadi makanan jajanan harus dalam keadaan baik

mutunya, segar dan tidak busuk. Makanan jajanan yang disajikan harus dengan

peralatan yang bersih dan aman bagi kesehatan. Sarana penjaja harus dilengkapi

dengan tempat penyimpanan bahan minuman, tempat penyimpanan peralatan dan

tempat sampah. Sentra pedagang makanan jajanan harus cukup jauh dari sumber

pencemaran seperti pembuangan sampah terbuka, tempat pengolahan limbah, rumah

potong hewan dan sebagainya (Depkes 2003).

Lokasi makanan jajanan harus dilengkapi fasilitas sanitasi yang meliputi

antara lain tempat pembuangan sampah dan fasilitas pengendali lalat.

2.9.2. Persyaratan Kesehatan Lokasi Usaha

Lokasi dan bangunan sangat penting bagi setiap tempat usaha, usaha yang

(49)

Saat ini banyak dijumpai pedagang yang menjual makanan dan minuman tidak

memiliki bangunan dan lokasi berdagang yang memenuhi syarat kesehatan, sehingga

kemungkinan cukup besar terkontaminasi mikroorganisme

Persyaratan lokasi dan bangunan akan disesuaikan sejalan dengan Kepmenkes

RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang persyaratan kesehatan rumah makan.

Kepmenkes ini memuat persyaratan lokasi dan bangunan, bahan makanan dan

minuman, tempat penyimpanan bahan makanan dan minuman, tempat penyajian,

persyaratan peralatan dan lain-lain.

Dalam persyaratan kesehatan rumah makan tersebut dinyatakan lokasi usaha

harus jauh dari sumber pencemaran, bahan makanan dan minuman dalam kondisi

baik (tidak rusak dan tidak busuk) dan tempat penyimpanan bahan minuman harus

selalu dalam keadaan bersih serta bebas dari serangga. Selain itu peralatan yang

digunakan harus terjaga kebersihannya, penyajian harus dilakukan oleh pedagang

yang berprilaku sehat dan memakai pakaian bersih (Depkes, 2006)

2.10. Pentingnya Higiene Sanitasi Makanan

Makanan merupakan salah satu kebutuhan dari manusia untuk menunjang

kehidupannya. Jika ditinjau dari segi kesehatan, makanan selain berfungsi sebagai

sumber energi zat pembangun dan zat pengatur juga mempunyai peranan dalam

penyebaran penyakit. Oleh karena itu prinsip dasar sanitasi higiene tempat

pengolahan makanan diperlukan agar konsumen dapat dilindungi kesehatannya dari

bahaya kontaminasi makanan dan organisme penyakit menular. Makanan yang aman

(50)

baik, karena higiene sanitasi merupakan salah satu pemecahan untuk melindungi

makanan dari kontaminasi (Saksono, 2007).

2.11. HACCP (Hazard analysis critical Control Point)

HACCP (Hazard analysis critical Control Point) merupakan suatu sistem

yang bersifat pencegahan yang berupaya untuk mengendalikan suatu areal atau titik

dalam sistem pangan yang mungkin berkonstribusi terhadap suatu kondisi bahaya,

baik kontaminasi mikroorganisme patogen, objek fisik, kimiawi terhadap bahan baku,

suatu proses, penggunaan langsung oleh pengguna ataupun kondisi penyimpanan

(Thaheer, 2005).

Prinsip sistem HACCP yang diadopsi pada SNI 01-4852-1998 sesuai dengan

Codex terdiri dari tujuh, yakni sebagai berikut :

1. Prinsip 1 : Berkaitan dengan analisis bahaya.

2. Prinsip 2 : Menentukan titik kendali kritis (TKK).

3. Prinsip 3 : Menetapkan batas kritis.

4. Prinsip 4 : Menetapkan sistem pemantauan pengendalian TKK.

5. Prinsip 5 : Menetapkan tindakan perbaikan yang dilakukan jika hasil

pemantauan menunjukkan bahwa suatu titik kendali kritis tertentu tidak

dalam kendali.

6. Prinsip 6 : Menetapkan prosedur verifikasi untuk memastikan bahwa

sistem HACCP bekerja secara efektif.

7. Prinsip 7 : Menetapkan dokumentasi mengenai semua prosedur dan

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Daun Teh Segar Dalam 100 gram bahan.
Tabel 2.2 Lembar ABTPK (Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis)
Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) sampel yang diambil
Tabel 4.2.  Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Minuman Es Teh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa Kualitas Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wampu Unit Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat

Sehubungan dengan beberapa uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang salah satu faktor risiko terhadap kejadian pneumonia pada balita,

maka pada penelitian ini dilakukan isolasi triterpenoid dari kulit batang Phyl - lanthus acidus Skfiels (cereme) dan kemudian dilakukan uji kwalitatif dengan

Selain itu para wali juga berjasa dalam mempopulerkan seni wayang sebagai bentuk kesenian pentas yang merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang telah berakar jauh ke

Rendahnya pemanfaatan jurnal pada pangkalan data ProQuest dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain (1) jurnal-jurnal yang dilanggan belum sepenuhnya memenuhi

Dalam penelitian ini berapa data dokumentasi yang digunakan antara lain: Laporan Keuangan Dana Pensiun Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2013 sampai dengan

Setelah diadakan pelaksanaan pembelajaran kosakata tentang School Environment dengan menggunakan media Wordwall, peneliti menyebarkan post-test berupa instrumen soal yang

Analisis kebijakan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah yang terkait dengan pelaksanaan kebijakan dan merumuskan permasalahan yang akan dianalisis. Masalah