• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Promosi Kesehatan Dan Penatalaksanaan Asuhan Kehamilan Pada Praktek Klinik Lulusan Akademi Kebidanan Matorkis Padangsidimpuan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Promosi Kesehatan Dan Penatalaksanaan Asuhan Kehamilan Pada Praktek Klinik Lulusan Akademi Kebidanan Matorkis Padangsidimpuan Tahun 2015"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pengembangan Promosi Kesehatan

Pada akhir abad 20 yang lalu, telah ada usaha perbaikan kesehatan dan peningkatan harapan hidup yang dramatis oleh penduduk dunia. Dengan perubahan lingkungan dimana orang hidup, yang seterusnya diikuti perbaikan praktek pengobatan ternyata telah mendatangkan adanya penurunan mortalitas dan morbiditas yang pada gilirannya memperbaiki standar kehidupan dan kualitas hidup (Wass, A., 1998).

Pangkal pokok dari Asuhan Kesehatan Dasar yang diambil dari 10 prinsip Deklarasi Alma-Ata (WHO, l978) merupakan filosofi yang menekankan keadilan social, kesetaraan, partisipasi masyarakat, teknologi yang layak dan terjangkau, pengawasan pelayanan atas dasar kebutuhan masyarakat, pendidikan kesehatan dan usaha memperbaiki akar sebab dari pada sakit-sehat. Pemahaman ini menekankan adanya konsep usaha bersama dengan orang yang memungkinkan orang tersebut membuat keputusan tentang kebutuhan mereka dan bagaimana baiknya menempatkan kebutuhan tersebut. Prinsip inilah yang mencerminkan filosofi Asuhan Kesehatan Dasar, yakni menggunakan pendekatan-pendekatan yang layak, sesuai secara lokal dan pada akhirnya berkelanjutan (Wass, A., 1998).

2.2. Promosi Kesehatan Saat Ibu Hamil

Salah satu unsur penting untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) adalah memelihara kesehatan ibu hamil. Data ibu hamil perlu bagi bidan terutama disekitar lingkungannya guna sebagai bahan untuk merancang strategi pemeliharaan kesehatan. Upaya pertama adalah anjuran pemeriksaan kesehatan sedini mungkin melalui pendekatan kepada masyarakat, ibu-ibu atau langsung kepada ibu hamilnya (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

(2)

Pemeriksaan kesehatan ibu hamil dilakukan dengan pendekatan penatalaksanaan kebidanan yang mencakup identifikasi, analisis masalah dan penentuan diagnosis. Hal ini dapat dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik sebagai materi rencana asuhan kehamilan dan tindakannya (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

2.3. Kehamilan

2.3.1.Defenisi Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2009)

Kehamialan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamialan (Mandriwati, 2008).

Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut (Hani, U. dkk, 2010):

a.

Kehamilan 16 sampai 20 minggu dengan berat janin 1000g bila berakhir disebut

keguguran

b.

Kehamilan 21 sampai 28 minggu bila terjadi persalinan disebut immatur.

c.

Kehamilan 29 sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut prematuritas.

d.

Kehamilan 37 minggu dengan 42 minggu disebut aterm.

e.

Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu.

Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu:

(3)

3.

Triwulan ketiga 29 sampai 42 minggu

2.3.2.Tanda-tanda dan Gejala Hamil

2.3.2.1.

Tanda-tanda Dugaan Hamil

1.

Amenorea (terlambat datang bulan).

2.

Mual (nausea) dan muntah (emesis) termasuk:

a.

Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan.

b.

Menimbulkan mual dan muntah terutama pagi hari yang

disebutkan morning sickness.

c.

Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat diatasi

d.

Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.

3. Ngidam.

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang

demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulan

pertama kehamilan dan akan menghilang makin tuanya kehamilan.

4. Sinkope atau pingsan.

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan

iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.

Keadaan ini menghilang setelah umur hamil 16 minggu.

5. Payudara tegang.

(4)

payudara. Bersama somatomamotropil, hormone-hormon ini

menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan

nyeri selama 2 bulan pertama kehamilan, pelebaran putting susu, serta

pengeluaran kolostrum.

6. Sering miksi.

Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi, dan biasanya hal ini menghilang pada triwulan kedua.

7. Konstipasi atau obstipasi.

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan kesulitan untuk buang air besar. 8. Pigmentasi kulit.

a.

Sekitar pipi: Chloasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi,

hidung, pipi dan leher).

b.

Dinding perut.

a.

Striae lividae ( pada seorang primigravida, warnanya membiru).

b.

Striae nigra

c.

Linea alba makin hitam

c.

Sekitar payudara

a.

Hiperpigmentasi areola mamae

b.

Putting susu makin menonjol

9. Varices atau penampakan pembuluh darah vena.

(5)

2.3.2.2.

Tanda tidak Pasti Kehamilan

Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan:

1.

Rahim membesar sesuai dengan tuanya hamil.

2.

Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.

2.3.2.3.

Tanda Pasti Kehamilan

Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan:

1.

Gerakan janin dalam rahim

a.

Terlihat/teraba gerakan janin

b.

Teraba bagian-bagian janin

2.

Adanya denyut jantung janin (Salemba, 2010)

2.3.3.

Menentukan Masa Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari terjadinya konsepsi sampai dengan lahirnya

janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (4 minggu atau 9 bulan 7 hari).

Dihitung dari haid pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu:

2.3.3.1.

Trimester I (konsepsi samapi 12 minggu)

Dimulai dari masa konsepsi spermatozoa menembus dinding corona radiata

dengan enzim hyaluronidase. Inti sel telur dan inti sel spermatozoa cromosom dari

kedua inti bercampur hingga telur mempunyai 46 kromosom dan selanjutnya

masing-masing kromosom membelah diri hingga terjadi 2 pasang. Ovum yang telah dibuahi

mengalami proses segmentasi sehingga terjadi blastomer.

(6)

ovulasi. Sesuai tingkat pertumbuhannya dari 0-2 minggu setelah fertilisasi disebut

ovum, 3-5 minggu disebut embrio (mudigah) pada saat ini belum bisa dibedakan,

tetapi pembentukan alat-alat badan dalam bentuk dasar sudah terjadi. Sedangkan

umur kehamilan lebih dari 5 minggu disebut fetus yang mana janin sudah mempunyai

bentuk manusia akhir.

Akhir 1 bulan badan bayi sangat melengkung, panjangnya 7,5-10 mm,

kepalanya 1/3 dari seluruh mudigah. Saluran yang akan menjadi jantung sudah

terbentuk dan sudah berdenyut.

Akhir 2 bulan mukanya mulai jelas terbentuk muka manusia dan sudah

mempunyai lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki. Alat kelamin sudah

nampak, walaupun belum dapat ditentukan jenisnya. Panjangnya 2,5 cm.

2.3.3.2. Trimester II ( 12 sampai dengan 28 minggu)

Pada bulan ke 4 panjang janin mencapai 10-17 cm, beratnya 100 gr, alat

kelamin sudah dapat ditentukan jenisnya, kulit ditumbuhi rambut yang halus

(Lanugo). Pada akhir bulan ini pergerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu.

Akhir bulan ke 5 panjang janin 18-27 cm, beratnya 300 gr, bunyi jantung

janin sudah dapat didengar.

Akhir bulan ke 6 panjang janin 28-36 cm, beratnya 600 gr, kulit keriput dan

lemak mulai ditimbun dibawah kulit, dan kulit tertutup oleh veniks caseora yang

bermaksud untuk melindungi kulit.

(7)

Bulan ke 7 panjang janin mencapai 35-38 cm, beratnya 100 gr, kalau lahir

dapat hidup didunia luar, walaupun kemungkinannya hidup sangat kecil

Akhir bulan ke 8 panjangnya mencapai 42,5 cm, beratnya mencapai 1700 gr,

permukaan kulit masih merah dan keriput seperti orangtua.

Akhir bulan ke 9 panjangnya mencapai 46cm, dan beratnya 2500 gr kulit

sudah berisi.

Akhir bulan ke 10 janin sudah cukup bulan (mature/aterm), panjangnya

mencapai 50cm beratnya 3000gr. Kulit halus tidak terdapat lanugo, tetapi masih

terdapat Vernicaeosa ialah campuran sel-sel epitel kulit, secret kelenjar lemak.

Kepala sudah ditumbuhi rambut, kuku melebihi ujung jari, pada janin laki-laki testis

sudah ada dalam scrotum dan pada wanita labia mayora menutupi labia minora.

2.3.4. Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan

Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk

memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal

atau bermasalah (Saifuddin, 2001).

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta

perubahan sosial dalam keluarga, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal

yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi dan serta

menatalaksanakan kondisi yang tidak normal (Saifuddin, 2001).

2.3.5. Tujuan Asuhan Kehamilan

(8)

kebidanan dapat berupa upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan (Saifuddin, 2010). Upaya tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu

dan bayi.

3. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan

dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh kembang secara normal (Rukiyah, 2011).

2.3.6. Proses Kehamilan

2.3.6.1. Ovum

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Jumlah oogonium pada wanita:

(9)

Umur 35-45 tahun : 34.000 Menopause : menghilang.

Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.

2.3.6.2. Spermatozoa

Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi mata rantai hormonal yang kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis, sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seks ditumpahkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti kecebong yang terdiri atas:

a.

Kepala, lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti.

b.

Leher, penghubung antara kepala dan ekor.

c.

Ekor, panjang sekitar 10 kali kepala mengandung energy sehingga dapat

bergerak.

2.3.6.3. Konsepsi

Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung sebagai berikut:

a.

Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiate,

yang mengandung persediaan nutrisi.

(10)

c.

Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi

dialirkan ke dalam vitellus. melalui saluran pada zona pelusida.

d.

Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba

1.

Tempat yang dipaling luas

2.

Dindingnya penuh jonjot, tertutup sel yang mempunyai silia.

3.

Ovum mempunyai waktu terlam dalam ampula tuba.

e.

Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.

2.3.6.4. Nidasi atau Implantasi

Dengan masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma “vitellus” membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “metafase”. Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya (Manuaba, 1998)

2.3.7. Standar Asuhan Kehamilan

Asuhan antenatal yang baik sangat penting untuk hasil kehamilan yang baik karena sebagian besar dari kematian ibu bisa dihindarkan melalui asuhan antenatal, intranatal, dan postnatal yang bermutu tinggi. Selama masa antenatal, pemberi asuhan kesehatan akan memperoleh kesempatan untuk menyentuh banyak hidup wanita dan barangkali bisa membantu mengubah tragedi kehilangan nyawa para ibu (Hani,U. dkk, 2010).

Standar Minimal Asuhan Kehamilan adalah sebagai berikut:

1.

Timbang Berat Badan

(11)

bulan. Penambahan berat badan paling banyak terjadi pada trimester ke II kehamilan.

Pertanda bahaya kehamilan meliputi:

1.

Tubuh ibu sangat kurus atau tidak bertambah (paling sedikit 9kg) selama

kehamilan.

2.

Tubuh ibu sangat gemuk atau bertambah lebih dari 19 kg selama kehamilan.

3.

Verat badan ibu naik secara tiba-tiba lebih dari 0,5 kg dalam satu minggu atau

lebih dari 2 kg dalam satu.

Penambahan BB ibu selama kehamilan sebagian besar terdiri dari atas

penambahan BB bayi, plasenta, serta air ketuban sebagian lagi berasal dari

penambahan BB ibu sendiri.Disingkat dengan Timbang.

2.

Ukuran Tekanan Darah

Tekanan darah normal anatara 90/60 hingga 140/90 mmHg dan tidak banyak

meningkat selama kehamilan.

Tekanan darah adalah ukuran kencang nya darah menekan bagian dalam

pembuluh darah (vena arteri).

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan banyak masalah dalam kehamilan

aliran darah dari plasenta ke bayi juga mengalami gangguan sehingga penyaluran

oksigen serta makanan terhambat, yang menyebabkan gangguan pertumbuhan

(IUFD) dan sebagiannya.Tekanan darah.

3.

Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)

(12)

HPHT (Hari pertama haid terakhir/LMP), dan diukur dengan menggunakan palpasi

(metode jari) atau meteran terhadap TFU. Uterus bertumbuh kira-kira 2 jari per bulan.

Petanda bahaya.

a.

Bagian atas uterus tidak sesuai dengan batas tanggal kehamilannya dari

HPHT.

b.

Pembesaran uterus lebih atau kurang dari 2 jari per bulan. Tinggi fundus.

4.

Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)

Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil guna memberikan kekebalan

pada janin terhadap infeksi tetanus (Tetanus neonatorum) pada saat persalinan,

maupun postnatal. Bila seorang wanita dalam hidupnya mendapatkan imunisasi

sebanyak lima kali berarti akan mendapatkan kekebalan seumur hidup (long life)

dengan priode waktu tertentu terhadap penyakit tetanus. Menurut WHO, jika seorang

ibu belum pernah mendapatkan imunisasi TT selama hidupnya, maka ibu tersebut

minimal mendapatkan paling sedikit 2 kali injeksi selama kehamilan (pertama saat

kunjungan antenatal pertama dan kedua, empat minggu setelah kunjungan pertama).

Dosis terakhir sebaiknya diberikan sebelum dua minggu pesalinan untuk

mendapatkan efektivitas dari obat. Tetanus-imunisasi.

5.

Pemberian Tablet Besi (minimum 90 tablet selama kehamilan)

(13)

ibu tersebut sudah menderita anemia, maka sebaiknya mengonsumsi 2 tablet besi dan

1 asam folat per hari. Ingat bahwa zat besi menyebabkan mual, konstipasi, serta

perubahan warna pada feses. Maka saran yang dianjurkan adalah minum tablet pada

malam hari untuk menghindari persaan mual.

Tabel 2.1. Jadwal Imunisasi Ibu Hamil

Antigen

Interval (sedang waktu

minimal)

Lama

perlindungan

% Perlindungan

TT1

Pada kunjungan antenatal

pertama

Tablet besi sebaiknya diberikan saat diketahui ibu tersebut hamil sampai 1

bulan sesudah persalinan. Zat besi penting untuk mengompensasi peningkatan

volume darah yang terjadi kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan serta

perkembangan janin yang adekuat.

6.

Tes terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual)

(14)

7.

Temu Wicara dalam Rangka Persiapan Rujukan

Temu wicara mengenai persiapan tentang segala sesuatu yang kemungkinan

terjadi selama kehamilan penting dilakukan. Hal ini penting karena bila terjadi

komplikasi dalam kehamilan, ibu dapat segera pertolongan secara tepat karena

kematian ibu sering terjadi karena 3T, yaitu sebagai berikut.

a. Terlambat mengenali bahaya

b. Terlambat untuk dirujuk

c. Terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai.Temu wicara.

Disamping 7 T di atas, sekarang penanganan pelayanan ibu hamil dilanjutkan

dengan 7 T berikutnya yaitu: 1) Tes Hb, 2) Tes protein urin, 3) Tes reduksi urin, 4)

Tekan-pijat payu dara, 5) Tingkat kebugaran (senam hamil), 6) Terapi kapsul yodium

dan 7) Terapi malaria.

2.3.8. Standar Minimal Kunjungan Kehamilan

Untuk menerima manfaat yang maksimum dari kunjungan-kunjungan

antenatal ini, maka sebaiknya ibu tersebut memperoleh sedikitnya 4 kali kunjungan

selama kehamilan, yang terdistribusi dalam 3 trimester, atau dengan istilah rumus 1 1

2, yaitu sebagai berikut.

a.

1 kali pada trimester I

b.

1 kali pada trimester II

c.

2 kali pada trimester III

(15)

Tabel 2.2. Tindakan Bidan Selama Kunjungan Antenatal

Kunjungan

Waktu

Informasi penting

Trimester

pertama

Sebelum

minggu ke-14

a.

Membangun hubungan saling percaya antara

petugas kesehatan dengan ibu hamil.

b.

Mendeteksi masalah dan menanganinya.

c.

Melakukan tindakan pencegahan seperti

tetanus neonaturum, anemia kekurangan zat

besi menggunakan praktik tradisional yang

merugikan.

d.

Memulai persiapan kelahiran bayi dan

kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

e.

Mendorong prilaku yang sehat (gizi) latihan

dan kebersihan, istirahat dan sebagainya).

Trimestr ke II

Sebelum

minggu ke 28

Sama seperti di atas ditambah kewaspadaan

khusus mengenai preeklamsia (Tanya ibu

tentang gejala-gejala preeklamsia, periksa untuk

mengetahui proteiuneria).

Trimester

ketiga

Antara

minggu 28-36

Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal

untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

Trimester

ketiga

Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi

yang tidak normal, atau kondisi lain yang

memerlukan kelahiran di rimah sakit

(16)

2.3.9. Perubahan dan Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil

2.3.9.1.

Trimester Pertama

Segera setelah terjadi peningkatan hormone estrogen dan progesteron tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah, keletihan, dan pembesaran pada payudara. Hal inu akan memicu perubahan psikologi seperti berikut ini:

1.

Ibu untuk membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan,

kecemasan, dan kesedihan.

2.

Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan

memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali memberitahukan orang

lain apa yang dirahasiakannya.

3.

Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang meningkat

libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada wanita yang

mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu kebutuhan untuk

berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita hamil yang

merasakan kebutuhan untuk dicintai dan mencinta, tetapi bukan dengan seks.

Sedangkan libido yang sangat besar dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual,

pembesaran payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran. Sedangkan bagi suami

sering kali membatasi hubungan suami istri karena takut mencederai istri dan

calon bayinya.

(17)

2.3.9.2. Trimester Kedua

Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibupun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energy dan fikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.

1.

Trimester Ketiga

Trimester ketiga biasanya disebut periode menunggu dan waspada sebab pada

saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Gerakan bayi dan

membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.

Kadang-kadang ibu merasakan khawatir bahwa bayinya akan lahir

sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya

tanda dan gejala terjadinya persalinan pada ibu. Seringkali ibu merasa khawatir

atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan

ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau

benda apa saja yang dianggap membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin

mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul kembali

pada waktu melahirkan (Salemba, 2010).

2.3.10. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kehamilan

2.3.10.1. Faktor Fisik

(18)

Kondisi kesehatan sangat penting dalam kehamilan, baik kondisi kesehatan

sebelum atau selama kehamilan. Kehamilan dapat lebih berbahaya lagi jika

wanita tersebut sedang sakit.

2.

Status Gizi

Selama masa kehamilan ibu merupakan sumber nutrisi bagi bayi yang dikandungnya. Apa yang ibu makan akan mempengaruhi kondisi bayi. Apabila wanita hamil memiliki status gizi kurang selama kehamilannya maka ia beresiko memiliki bayi dengan kondisi kesehatan yang buruk. Dan wanita dengan status gizi baik akan melahirkan bayi yang sehat. Wanita hamil dengan status gizi kurang memiliki kategori risiko tinggi keguguran, kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi baru lahir, cacat, dan berat badan lahir rendah. Selain itu, umumnya pada ibu dengan status gizi kurang tersebut dapat terjadi 2 komplikasi yang cukup berat selama kehamilan yaitu anemia (kekurangan sel darah merah) dan pre-eklampsia/eklampsia.

3.

Gaya Hidup

Gaya hidup seperti perokok, mengkonsumsi obat-obatan, dan alkohol adalah hal yang sangat berbahaya bagi ibu dan bayinya. Semua benda tersebut dapat terserap dalam darah ibu kemudian terserap dalam darah bayi melalui sistem sirkulasi plasenta selama kehamilan.

2.3.10.2. Faktor Psikologi

1.

Stresor Internal & External

Faktor psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan dapat berasal dari dalam diri ibu hamil (internal) dan dapat juga berasal dari faktor luar diri ibu hamil (external). Faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan berasal dari dalam diri ibu dapat berupa latar belakang kepribadian ibu dan pengaruh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.

(19)

Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan mempengaruhi keadaan keluarga.

Dukungan keluarga yang dapat diberikan agar kehamilan dapat berjalan lancar antara lain : memberikan dukungan pada ibu untuk menerima kehamilannya, memberi dukungan pada ibu untuk menerima dan mempersiapkan peran sebagai ibu, memberi dukungan pada ibu untuk menghilangkan rasa takut dan cemas terhadap persalinan, memberi dukungan pada ibu untuk menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak yang dikandungnya melalui perawatan kehamilan dan persalinan yang baik, serta menyiapkan keluarga lainnya untuk menerima kehadiran anggota keluarga baru.

3.

Dukungan Suami

Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah suaminya. Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit resiko komplikasi persalinan. Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama hamil yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan penerimaan pasangannya terhadap anaknya.

Ada empat jenis dukungan yang dapat diberikan suami sebagai calon ayah bagi anaknya antara lain :

1)

Dukungan emosi yaitu suami sepenuhnya memberi dukungan secara

psikologis kepada istrinya dengan menunjukkan kepedulian dan perhatian

kepada kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan dan perubahan emosi ibu

hamil.

2)

Dukungan instrumental yaitu dukungan suami yang diberikan untuk

memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan keluarga lainnya.

(20)

4)

Dukungan penilaian yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan

kehamilan istrinya.

2.3.10.3. Faktor Lingkungan

Banyak alasan mengapa ibu mengalami kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu hamil, beberapa alasan antara lain karena kemiskinan, kurangnya pelayanan medik, kurang pendidikan dan pengetahuan, termasuk sosial budaya berupa kepercayaan yang merugikan atau membahayakan.

2.3.10.4. Kebiasaan Adat Istiadat

Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut atau mempunyai kepercayaan atau adat kebiasaan tabu setempat yang berpengaruh terhadap kehamilan. Kemudian menilai apakah hal tersebut bermanfaat, netral (tidak berpengaruh pada keamanan atau kesehatan), tidak jelas (efek tidak diketahui/tidak dipahami) atau membahayakan.

2.3.10.5. Fasilitas Kesehatan

(21)

2.3.10.6. Sosial Ekonomi

Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena berhubungan dengan pemehuhan kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan antara lain : makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan, dan transportasi/sarana angkutan.

2.3.11. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan

2.3.11.1. Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Muda

1.

Perdarahan pervaginam

Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah normal. Pada masa awal sekali

kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting di

sekitar waktu pertama haidnya terlambat. Perdarahan ini adalah perdarahan

implantasi dan normal. Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan kecil

mungkin pertanda dari friable cervix. Perdarahan semacam ini mungkin normal atau

mungkin suatu tanda adanya suatu infeksi. Pada awal kehamilan, perdarahan yang

tidak normal adalah yang merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan yang

sangat menyakitkan. Perdarahan ini dapat berarti aborsi, kehamilan mola, atau

kehamilan ektopik.

2.

Hipertensi Gravidarum

Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi karena kehamilan dan hipertensi kronik (meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan 20 minggu). Nyeri kepala, kejang, dan hilangnya kesadaran sering berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Keadaan lain yang dapat mengakibatkan kejang ialah epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis.

(22)

b.

Tekanan diastolik mengukur tekanan tahanan perifer dan tidak dipengaruhi

oleh keadaan emosi pasien (seperti pada tekanan sistolik).

c.

Jika tekanan diastolik

≥ 90 mmHg pada dua pemeriksaan berjarak 4 jam atau

lebih, diagnosisnya adalah hipertensi. Pada keadaan urgen, tekanan diastolik

110 mmHg dapat dipakai sebagai dasar diagnosis, dengan jarak waktu

pengukuran < 4 jam.

1)

Jika hipertensi pada kehamilan > 20 minggu, pada persalinan, atau dalam

48 jam sesudah persalinan, diagnosisnya adalah hipertensi dalam

kehamilan.

2)

Jika hipertensi terjadi pada kehamilan < 20 minggu, diagnosisnya adalah

hipertensi kronik.

Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut :

1)

Hipertensi (tanpa protenuria atau odema)

2)

Pre-eklampsia ringan

3)

Pre-eklampsia berat

4)

Eklampsia

3.

Nyeri Perut Bagian Bawah

Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala

utama pada kehamilan ektopik atau abortus.

Tabel 2.3. Diagnosis nyeri perut pada kehamilan muda

Gejala dan Tanda yang

selalu Ada

Gejala dan Tanda yang

(23)

a.

Nyeri perut

g.

Nyeri di atas McBurney

Apendisitis

2.3.11.2. Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Lanjut

1. Perdarahan per Vaginam

(24)

Perdarahan pada akhir kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah

merah, banyak dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri.

Perdarahan seperti ini bisa berarti plasenta previa

2. Sakit Kepala yang Hebat dan Menetap

Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin mengalami penglihatan yang kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia.

3. Perubahan Visual secara Tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)

Karena pengaruh hormonal dalam kehamilan, ketajaman visual ibu dapat berubah. Perubahan yang kecil adalah normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang dan berbintik-bintik. Perubahan visual mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat. Perubahan visual mendadak mungkin merupakan suatu tanda pre-eklampsia.

4.

Nyeri Abdomen yang Hebat

Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, ISK, dan lain-lain.

5.

Bengkak pada Muka atau Tangan

(25)

jika muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau pre-eklampsia.

6.

Bayi Kurang Bergerak seperti Biasa

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Salemba, 2010).

2.4. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan adalah merupakan studi dan praktek pengajaran, pembelajaran dan perubahan. Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang menjembatani ruang pemisah diantara informasi kesehatan dan praktek kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat memotivasi seseorang untuk mengetahui informasi yang berguna untuk kesehatannya atau bagi petugas kesehatan sebagai pengetahuan untuk menjadi mediator promosi kesehatan. Pendidikan ini berhubungan dengan perilaku sehat untuk menolong orang dalam mempertahankan pola hidup sehatnya atau bahkan dapat mengembangkan pola hidup pada derajat yang lebih baik. Pendidikan kesehatan sebagai suatu proses memberi makna memiliki kegiatan pendidikan kesehatan yang berbasis umum dengan tidak masalah dimana saja, apakah di klinik, masyarakat, sekolah, rumah (keluarga) atau pada wadah pekerjaan. Defenisi lain dari pendidikan kesehatan adalah upaya kombinasi pengalaman-pengalaman belajar yang dirancang untuk memfasilitasi proses penyesuaian perilaku secara sukarela yang kondusif terhadap kesehatan (Green dkk, 1980).

(26)

diri petugas kesehatan atau klien sedemikian sehingga keahlian kuratif dapat merelevankan promosi untuk sehat (Green dkk, 1980).

Konsep model asuhan dan proses keperawatan merupakan penyelesaian masalah yang mengarah pada masalah-masalah klinik. Seperti halnya dengan kerangka Precede , model asuhan pasien dan proses keperawatannya membutuhkan pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Proses keperawatan lebih condong berfokus pada model pengobatan dari sudut perilaku sehat positif, kemampuan dan kelemahan keluarga serta potensialnya untuk pertumbuhan dan perawatan diri. Proses keperawatan ini menuntut perawat bagaimana mengumpul informasi pada individu seperti anggota keluarga, masyarakat dan kelompok kultur; dan bagaimana merencanakan asuhan untuk kebutuhan individu. Dalam bentuk perencanaan, para perawat diharapkan mampu membedakan kebutuhan-kebutuhan yang yang pokok dan yang bukan, maupun dapat menentukan intervensi yang mana yang lebih sesuai seperti memilih perawatan dokter, pendidikan atau bentuk pembinaan.Setelah ada kesepakatan bersama perawat dengan kolaborasinya dan pasien dengan keluarganya maka intervensi dilaksanakan dan seterusnya dilakukan monitoring (Green dkk, 1980).

Persamaan diantara proses keperawatan dan fase kerangka Precede tampak pada adanya model penyelesaian masalah berbasis asesmen, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Perencana pada kedua model ini melaksanakan identifikasi dan membuat rating masalah sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan untuk mendapat siaga perhatian. Perbedaan kedua model ini juga terletak pada sasaran kerja ke individu untuk proses keperawatan dan ke tingkat populasi untuk kerangka precede dalam konteks perencanaan (Green dkk, 1980).

(27)

Tahapannya dimulai dari pengamatan fisik, emosional, kesejahteraan pasien dan seterusnya kemajuan pasien diamati

Gambar 2.1. Model Precede-Proceed (Dikutip dari Green, L,W., M.W. Kreuter, S.G. Deeds and K.B. Patridge, 1980)

(28)

Gambar 2.2. Faktor-faktor peubah perilaku sehat diuraikan di dalam kotak yang diringkaskan pada gambar 2.2.2 (Dikutip dari Green, L,W., M.W. Kreuter, S.G. Deeds and K.B. Patridge, 1980).

2.5. Faktor Penentu , Peluang dan Penguat

2.5.1. Kurikulum Pendidikan D III Kebidanan

Pendidikan Diploma III Kebidanan merupakan Pendidikan Vokasional yang menghasilkan Bidan Pelaksana dengan gelar Ahli Madya Kebidanan (A.Md.Keb), dengan beban studi kompetensi inti dan pendukung minimal 110 SKS dan maksimal 120 SKS yang dijadwalkan 6 semester dan selama-lamanya 10 semester setelah pendidikan menengah (Kepmendiknas 232/U/2000).

Sebagai Ahli Madya Kebidanan yang mampu dalam pelayanan preventif-promotif, diberikan Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan kode Bd. 403 dan Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) dengan kode Bd. 502. Kompetensi ini ternyata di lapangan mendukung pelayanan para bidan yang bukan hanya dalam kebidanan saja akan tetapi masyarakat juga mengharapkan pelayanan kuratif pengobatan, sehingga dapat diasumsikan bahwa pelayanan itu berkembang menjadi

kuratif-promotif.

Profil lulusan di dalam panduan kurikulum inti diharapkan mampu berperan sebagai pengembang asuhan kebidanan, penggerak masyarakat, komunikator, pengambil keputusan, dan pengelola. Sementara standar kompetensi lulusan diharapkan a)

Faktor Penguat:

1.

Keluarga

2.

Kerabat

3.

Guru

4.

Pekerja

5.

Petugas Kesehatan

6.

Pemuka Masyarakat

7.

Cerdik Pandai

(29)

mampu berperilaku profesional, beretika dan bermoral serta tanggap terhadap nilai sosial budaya dalam praktek kebidanan; b) mampu melakukan komunikasi efektif dengan perempuan; c) mampu memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil, bersalin, nifas dan menyusui, bayi baru lahir, balita dan kesehatan reproduksi pada kondisi normal; d) mampu memberikan penanganan kegawatdaruratan sesuai kewenangannya; e) mampu melakukan upaya promotif, preventif, deteksi dini dan pemberdayaan msyarakat dalam pelayanan kebidanan; dan f) mampu mengelola kewirausahaan dalam pelayanan kebidanan yang menjadi profesinya (Kemenkes BPPSDM Kesehatan Pusdiklat Tenaga Kesehatan, 2011).

2.5.2.

Perilaku Pengaruh Timbal-balik Faktor Lingkungan

Perilaku diatur oleh konsekuensi lingkungan (reinforcement) bagi individu yang dapat mengerti dan menginterpretasi, artinya bukan hanya kejadian dilingkungan yang mempengaruhi perilaku tetapi persepsi individunya terhadap kejadian di lingkungan tersebut. Konsekuensi lingkungan ini diuraikan berikut.

1.

Faktor Penguat (reinforcement)

Perilaku individu tampil sebagai produk interpretasi konsekuensi-konsekuensi yang dirasakan (perceivable concequences) pada lingkungannya.Faktor penguat dari melihat kenikmatan orang menerima keberhasilan orang

(vicarious reinforcement) namun belum diekspresikan individu dan individu menguatkan dirinya

(self-reinforcement) berperilaku dibawah kontrolnya terlepas dari konsekuensi lingkungan.

2.

Belajar Mengamati (observational learning)

Individu menampilkan perilaku melalui belajar mengamati dengan kehadirannya saat kejadian yang penuh perhatian

(attentional processes), mampu mengulang kembali perilaku denga ingatannya (retentional processes), mampu

meniru perilaku dengan meniru kejadian yang diamati atau duplikasi (motor reproductive processes) dan mampu memerankan perilaku yang diperoleh dengan mencontoh konsekuensi (acquisitional processes).

(30)

Pendekatan individu terhadap situasi jarang mengerahkan kemampuannya secara penuh. Pengambilan keputusan atas dasar fakta, konsep, skill, keyakinan, sikap dan kesan sebagai yang dialami dimasa lampau akan menjadi faktor kognitif dalam menampilkan perilaku sekarang dengan pertimbangan-pertimbangannya.

Faktor penguat diri sebagai bagian dari sistem pengaturan diri adalah juga bagian dari struktur personal manusia. Dalam hal ini perilaku ditampilkan sesuai dengan kepentingan aspek personal. Simons-Morton dkk (1995) menguraikan aspek personal ini meliputi:

a.

Perilaku Antisipatif (outcome expectation)

Perilaku feedback dari hasil yang diwanti-wanti sejak individu termotivasi di masa lampau akan menampilkan perilaku atas keyakinan adanya efek dikemudian hari.

b.

Perilaku Yang Diinginkan (outcome expectancy)

Perilaku yang diharapkan individu yang memang diharapkan akan tampil nantinya seperti perilaku memberi pelayanan kepada pasien.

c.

Perilaku Mandiri (efficacy expectation)

Kerangka fikir dalam penelitian ini dalam rangka mengukur peran kuratif-promotif bidan pada pelayanan asuhan ibu hamil dapat dikutip dari uraian Simons-Morton dkk (1995) bahwa beberapa riset yang sangat menjanjikan yang berhubungan dengan perilaku sehat beberapa tahun terakhir ini adalah berfokus pada konsep kemandirian ( self-efficacy ). Kok et al. (1991) juga mengungkapkan bahwa konsep kemandirian (self-efficacy) merupakan prediktor yang baik untuk perilaku. Berikut ini dijelaskan Simons-Morton (1995) tentang konsep konsekuensi kemandirian (sel-efficacy) pada 4 variabel personal untuk menjadi karakter yang akan menempa perilaku:

(31)

Kesehatan fisik dan fisikologik individu merupakan faktor penentu mampu tidaknya individu melakukan tugas. Disamping itu, persepsi dan potensi kesehatan juga berpengaruh. Kategori ini memfokuskan pengukuran suasana kesehatan individu baik kesehatan fisik maupun mental untuk menerima dan menampilkan konsekuensi perilaku sehat dan persepsinya dalam melakukan tugas pelayanan.

2.5.3.2. Perilaku Konsekuensi Bujukan LISAN (Verbal Persuation)

Salah satu keyakinan yang dapat mendukung kemampuan melakukan tugas tertentu adalah datang dari bujukan orang berpengaruh atau bahkan dari orang tua. Bujukan ini sering berhasil merubah perilaku pada hal-hal yang dapat dicerna akal penerimanya.

2.5.3.3. Perilaku Konsekuensi Belajar dari Prestasi Orang (Vicarious Experience)

Belajar dari prestasi orang merupakan faktor penentu perilaku yang dapat menampilkan perilaku setelah peringkat berprestasi atau sudah melakukan upaya-upaya sukses dalam keahlian tertentu.Kategori ini termasuk upaya belajar obserbasi atau mengamati.

2.5.3.4. Perilaku Konsekuensi Berprestasi (Performance Accomplishment)

Salah satu cara yang paling baik dan jelas untuk mengembangkan kemandirian (self-efficacy) adalah dengan adanya kesuksesan yang dialami untuk pembentukan perilaku target. Istilah yang muncul disini adalah “ kesuksesan melahirkan kesuksesan “ dan hal ini sangat penting untuk menyusun program yang dapat membuat pengalaman sukses. Kategori ini akan diukur dalam konsep peran promotif.

2.6. Perilaku Peran Promotif Bidan

2.6.1. Landasan Teori

(32)

Untuk tujuan penelitian, hubungan pengetahuan dan skill ini dengan peran kuratif-promotif, Teori Sosial Kognitif

(Social Cognitive Theory) yang dikemukakan oleh Bandura (1986) tampak akan membantu sebagai interpretasi dari kerangka

precede dalam membuat asesmen konsekuensi pembelajaran asuhan kehamilan. Teori ini sangat berguna sebagai suatu

pendekatan terhadap program yang diarahkan pada pengembangan personalitas umum, patologi perilaku, dan promosi kesehatan. Teori ini menurut Simons-Morton BG (1995) adalah sebagai faktor penentu perilaku yang muncul dari efek timbal-balik (Reciprocal Determinism), yakni perilaku tampilan merupakan pengaruh timbal timbal-balik di dalam faktor pengaruh lingkungan dan pengaruh timbal balik dalam faktor personal dari pada subjek.

Bandura (1986) memperkenalkan teori Kognitif Sosial ini dapat menampilkan potensi konsekuensi perilaku yang dialami oleh individu sebagai faktor penentu tindakan atau perilaku pada masa yang akan datang. Perilaku itu dapat timbul dari hasil interpretasi faktor lingkungan dengan konsekuensinya atau feedback. Dua faktor lainnya adalah faktor personal dan faktor perilaku sendiri.Faktor personal berkaitan dengan latar belakang berupa pengetahuan dan sikap-sikap yang berhubungan dengan persoalan pengetahuan. Faktor perilaku berhubungan dengan kemampuan individu menggunakan kendali diri (self-control) dalam menentukan respon terhadap situasi. Faktor perilaku ini merupakan sekumpulan proses yang dipelajari berdasarkan kebiasaan pengamatan sendiri (self-observation), pertimbangan sendiri (self-judment) dan reaksi sendiri (self-reaction). Faktor perilaku sendiri mempunyai dampak timbal balik (reciprocal impact) terhadap lingkungan sehingga memberikan efek untuk tindakan berikutnya (Simons-Morton B., 1995).

2.6.1.2. Konsekuensi Dukungan Sosial

Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Cohen & Syme (1996),

dukungan sosial adalah suatu keadaan, yang berrnanfaat bagi individu yang diperoleh

dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang

lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.

(33)

dukungan sosial adalah sebagai suatu proses hubungan antara Individu dengan

lingkungan sosial.

Dalam sernua tahapan, dukungan sosial menjadikan individu mampu

berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sehingga akan rneningkatkan

kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.

Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat House Smet (1994),

setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunvai ciri-ciri antara lain :

a.

Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh

seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi

pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan

dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi

persoalan yang sama atau hampir sama.

Keluarga ibu hamil maupun bidan diarahkan memberikan informasi tentang

nasehat bahaya kehamilan ibu dan janinnya dengan arahan melaksanakan standard

minimal asuhan kehamilan (7 T) serta menjelaskan persoalan-persoalan yang

dihadapi ibu hamil sesuai umur kehamilan pada trimester I, II dan III.

b.

Perhatian Emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang

lain. Dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan

penghargaan.

(34)

kehamilannya, siap untuk jadi ibu serta menghilangkan rasa takut akan persalinan

dan bahaya selama kehamilan. Bidan harus bersahabat dengan pasiennya tanpa ada

pemaksaan pada ibu dalam mengatasi persoalannya dengan cara penyelesaian

masalah yang tidak sesuai kebutuhannya.

c.

Bantuan Instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah

seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan

yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya.

d.

Bantuan Penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang

kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa

positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang.

Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga, maka penilaian yang sangat

membantu adalah penilaian yang positif.

Menurut Astuti, H.P. (2012), konsep dasar asuhan kebidanan pada kehamilan dari pertimbangan filosofi bahwa keyakinan dan nilai berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok. Ruang lingkupnya meliputi upaya kehamilan sehat, deteksi dini komplikasi, antisipasi rujukan dan persiapan persalinan. Sedangkan prinsipnya untuk tujuan ini adalah adalah bahwa bidan tetap mengikuti kompetensinya dalam membantu proses kehamilan dan kelahiran normal, memberdayakan ibu hamil dan keluarganya, keputusan tetap di tangan ibu dan keluarga namun bidan memberikan informasi tentang asuhan kehamilannya dan semua tindakan bidan harus berdasarkan keilmuan, analisis dan pertimbangan yang matang.

Tujuan yang akan dicapai dalam penatalaksanaan asuhan kehamilan ini adalah

1.

Terlaksananya monitoring kesehatan ibu dan janin

2.

Terlaksananya deteksi dini komplikasi dan

(35)

Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa Makhluk Hidup memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu:

a. Dukungan Informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

Keluarga bumil dan bidan memberikan informasi tentang nasehat bahaya

kehamilan ibu dan janinnya dengan arahan melaksanakan standard minimal

asuhan kehamilan (7 T) serta menjelaskan persoalan-persoalan yang dihadapi ibu

hamil sesuai umur kehamilan pada trimester I, II dan III. Informasi balik dari ibu

hamil harus diperhatikan bidan dan diklarifikasi apakah informasi tersebut sudah

difahami ibu.

b.

Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan

menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota

keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

c. Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang

dihadapinya.

(36)

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

Keluarga bumil melakukan interaksi dengan komunikasi dua arah terhadap ibu

hamil dan membangun suasana yang kondusif dengan melibatkan keluarga pasien

untuk memberikan dukungan sehingga ibu menerima kehamilannya, siap untuk

jadi ibu serta menghilangkan rasa takut akan persalinan dan bahaya selama

kehamilan.

Simons-Morton, dkk (1995) menguraikan perilaku ke dalam 3 domain

(ranah), meskipun ranah tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas

tetapi pembagian tersebut dilakukan untuk tujuan suatu pendidikan adalah

mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain (ranah) perilaku tersebut, yang

terdiri dari ranah kognitif (coognitif domain), ranah afektif (affective domain) dan

ranah psikomotor (psychomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya dan

untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari

pengetahuan (Knowledge), Sikap dan tanggapan (attitude), praktek dan tindakan

(Practice). Dalam penelitian ini, pengukuran hubungan promosi diasumsikan

terhadap domain praktis oleh bidan di kliniknya sendiri. Dukungan sosial yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah dukungan sosial yang dapat diperhatikan,

difahami atau dianalisis bidan selama berjalannya tatalaksana asuhan kehamilan.

(37)

Kerangka teori penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan hubungan

sebab akibat faktor promosi kesehatan dari dukungan sosial dari pihak keluarga ibu

hamil dan pengetahuan bidan terhadap penatalaksanaan asuhan kehamilan pada

praktek klinik bidan lulusan Akademi Kebidanan Matorkis Padangsidimpuan. Kerang

tersebut digambarkan [ada gambar 2.3. berikut.

Gambar 2.3. Kerangka Fikir Asesmen Penelitian Hubungan Dukungan Social dan Pengetahuan terhadap Penatalaksanaan Asuhan Kehamilan

pada Klinik Bidan

2.8. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori penelitian yang diuraikan, maka disusun kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:

PROMOSI KESEHATAN

-

Dukungan Sosial

A. Dukungan informasi

B. Dukungan

Instrumental

C. Dukungan Penilaian

D. Dukungan emosional

PRAKTEK KLINIK BIDAN

(38)

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Hubungan Promosi Kesehatan dengan Dukungan Sosial, Pengetahuan1 Bidan dan Penatalaksanaan Asuhan

Kehamilan Pada Praktek Klinik Bidan

Dari kerangka konsep penelitian di atas, bahwa variabel independen adalah dukungan sosial dan pengetahuan bidan sebagai faktor promosi kesehatan dan variabel dependen adalah penatalaksanaan asuhan kehamilan pada praktek klinik lulusan Akademi Kebidanan Matorkis Padangsidimpuan tahun 2015.

PRAKTEK KLINIK BIDAN

Pengetahuan Bidan : Filosofi, ruang lingkup; prinsip pokok; tujuan dan standar asuhan kehamilan

Dukungan Informasi : Keluarga menyampaikan informasi

tentang asuhan kehamilan yang disampaikan bidan atau

dokter

Dukungan Instrumental : Keluarga memberi bantuan

materi atau non materi yang meyakinkan ibu hamil

Dukungan Emosional : Keluarga melibatkan diri dalam

sikap dan tindakan pada situasi kehamilan ibu

Dukungan Penilaian : Keluarga dapat memberikan

dorongan, semangat pa da ibu dalam menghadapi

Gambar

Tabel 2.1. Jadwal Imunisasi Ibu Hamil
Tabel 2.2. Tindakan Bidan Selama Kunjungan Antenatal
Gambar 2.1. Model Precede-Proceed (Dikutip dari Green, L,W., M.W. Kreuter, S.G. Deeds and K.B
Gambar  2.2. Faktor-faktor peubah perilaku sehat diuraikan di dalam kotak yang diringkaskan pada gambar 2.2.2 (Dikutip dari Green, L,W., M.W
+3

Referensi

Dokumen terkait

Setelah itu saya memasukkan pilihan, disini saya memasukkan angka 1 maka selanjutnya program akan menyimpannya kemudian memanggil fungsi void pilih( )... Didalam fungsi

Beberapa pakar pendidikan meyakfi'li bahwa kemunduran kultur akademik bukan hanya karen a pengaruh birokrasi pendidikan tetapi juga akibat keadaan internal perguruan tinggi

Pembianaan Pedalangan Di Sekaa Batel, Parwa, Wayang Dan Topeng Banjar Belawan, Abiansemal,

Selain itu aplikasi tampilan handpone dapat menarik pengguna informasi, karena terdapat beberapa animasi teks, bunyi, dan warna-warna yang membuat pengguna informasi tidak merasa

Penawaran ini sudah memperhatikan ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.. Penawaran ini berlaku sejak

• Radikal bebas adalah hasil oksidasi dari trigliserid yang dikatalis oleh inisiator dalam darah. • DNA mudah rusak oleh zat kimia : Hidroquinon, arbutin, klorofom,

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/MENKES/PER/XII/2010, Industri Farmasi merupakan badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

Sedangkan, Proman Energenesis sebagai minuman energi yang baru memasuki industri ini pada tahun 2012 memiliki kemasan botol kaca dengan desain unik harus bersaing