• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Kejaksaan Dalam Melakukan Penuntutan Perkara Tindak Pidana Narkotika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Kejaksaan Dalam Melakukan Penuntutan Perkara Tindak Pidana Narkotika"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Salah satu pilar Pemerintah yang berfungsi dalam mewujudkan tujuan nasional adalah Kejaksaan Republik Indonesia yang diberi tugas, fungsi, dan wewenang sebagai Penuntut Umum. Bidang tugas Kejaksaan menurut Pasal 30 ayat (1) huruf b UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, melakukan penuntutan terhadap perkara pidana khususnya tindak pidana Narkotika. UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika meletakkan dasar bagi Kejaksaan untuk berperan dalam melaksanakan tugasnya di bidang penuntutan yang tidak terlepas dari Sistim Peradilan Pidana.

Permasalahan yang diteliti adalah: pertama, bagaimanakah peranan Kejaksaan dalam melakukan penuntuan tindak pidana Narkotika? dan kedua, apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan penuntutan dan apa upaya yang dilakukan Kejaksaan untuk menghadapi kendala tersebut?

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif dan sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis. Bahan hukum primer yang digunakan antara lain: KUHAP, UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (UU Kejaksaan), dan UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika (UU Narkotika). selain dilakukan studi pustaka juga dilakukan studi dokumen di Kantor Kejaksaan dan wawancara kepada beberapa informan.

Seimpulan pertama, peranan Kejaksaan dalam melakukan penuntuan tindak pidana Narkotika bertindak sebagai penuntut umum melakukan koordinasi dengan aparat penegak hukum lainnya dalam SPP khususnya dengan penyidik BNN, Kepolisian, dan PPNS. Aturan dalam UU Narkotika, Kejaksaan tidak dapat bertindak sebagai penyidik terhadap kasus-kasus Narkotika melainkan hanya bertindak sebagai pihak yang menyetujui dimulainya penyidikan dan menerima berita acara penyidikan. Kedua, kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan penuntutan yang paling dominan adalah masalah pengetahuan tentang fakta di lapangan sebab penuntut umum tidak bisa secara langsung melakukan penyidikan terhadap kasus-kasus Narkotika di lapangan.

Saran pertama, agar Kejaksaan dalam melakukan perannya harus berani melakukan diskresi sesuai dengan aturan yang berlaku, menerobos aturan dengan mengedepankan nalar, menjunjung tinggi HAM, kepentingan umum, dan keadilan dalam hal melakukan penuntutan kasus-kasus Narkotika sebab persoalan Narkotika menyangkut kepentingan publik. Kedua, agar UU Narkotika memberikan wewenang kepada pihak Kejaksaan juga bisa bertindak sebagai penyidik sebagaimana hal ini ada diatur dalam undang-undang khusus seperti UU Anti Korupsi.

Kata Kunci: Peranan Kejaksaan, Penuntutan, dan Tindak Pidana Narkotika

(2)

ABSTRACT

One of the pillars of government functioning to materialize the national goal is the Indonesian Attorney that is given duty, function and authority as Public Prosecutor. According to Article 30 paragraph (1) b of Law No. 16/2004 on Prosecution, the duty of prosecutor is to prosecute criminal cases especially the criminal act related to narcotics. Law No. 35/2009 on Narcotics underlays the legal basis for the prosecution to play its role in conducting its duty in the field of prosecution which cannot be separated from the Criminal Justice System.

The problems discussed were, first, what was the role of Attorney in prosecuting the narcotics criminal act?, and, second, what constraints faced by the Attorney during the prosecution process and what did they do in facing the constratints?

The data for this analytical descriptive study with normative juridical approach were obtained from the primary legal materials in the forms of the Indonesian Criminal Codes, Law No. 16/2004 on the Indonesian Attorney, and Law No. 35/2009 on Narcotics, and through the documentation study condiucted in the Attorney’s Office and interviews with several informants.

The first conclusion is that in prosecuting narcotics criminal act, the Attorney plays a role as a public prosecutor coordinating with the other law enforcers under a warrant especially with the BNN (National Narcotics Bureau) investigators, Police, and Civil Servant Official. The regulation in Law on Narcotics says that the Attorney are not allowed to investigate the narcotics cases but as the party that approves the commencement of investigation and receives the official report of investigation done. Second, the most dominant constratint faced in the process of prosecution is related to problem about knowing about the fact in the field because a public prosecutor cannot directly investigate the narcotics cases in the field.

In play its role, the Attorney must be barve enough to conduct discretion in accordance with the existing regulations, to break through the rules through reasoning, to uphold human rights, public interest, and justice in prosecuting the narcotics cases because the problem of narcotics involves public interest. Second, the Law on Narcotics should authorize the Attorney to act as investigator for this issue is regulated in the special laws such as anti-corruption laws.

Keywords: Role of Attorney, Prosecution, Narcotics Criminal Act

Referensi

Dokumen terkait

Verval NUPTK periode 2013 , untuk inf o lebih lanjut

Dokumen ini adalah f ormulir Resmi Verval NUPTK periode 2013, untuk inf o lebih lanjut kunjungi http://padamu.kemdikbud.go.id. ALUR

Dengan adanya kanban yang merupakan suatu alat untuk mencapai produksi Just In Time, diharapkan dapat menekan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada sistem produksi dengan membuat

Untuk mencapai sasaran tersebut dibutuhkan perbaikan tempat kerja dengan melibatkan semua pihak intern perusahaan serta teknik-teknik sederhana tanpa melibatkan sejumlah dana yang

This study is limited to investigate the teaching of writing a Report text using the genre based approach (GBA) and the benefits and problems are found by the

Dari analisa data data yang dilakukan, dalam sampel ini diketahui bahwa siswa perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, mayoritas siswa masuk kategori indeks massa

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari nilai rata-rata tekanan intraokular, kedalaman bilik mata depan, dan ketebalan lensa pada pasien preoperasi katarak senilis di RS PHC

Karena keterbatasan SDI yang ahli di bidang perbankan syariah, menyebabkan bank syariah merekrut tenaga-tenaga yang kurang ahli di bidang perbankan syariah, terutama di SDI