• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI KELOMPOK PADA KOMUNITAS MUSIK INDIE (Fungsi Komunikasi Kelompok pada Komunitas Musik Indie Kirana di Jalan Darussalam kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI KELOMPOK PADA KOMUNITAS MUSIK INDIE (Fungsi Komunikasi Kelompok pada Komunitas Musik Indie Kirana di Jalan Darussalam kota Medan)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif/Paradigma Kajian

Penelitian ini menggunakan paradigma kontruktivis. Paradigma konstruktivis dalam penelitian sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivis, realitas sosial yang di amati oleh seseorang tidak dapat di generalisasikan pada semua orang seperti yang di lakukan oleh kaum positivis. Paradigma positivis yang di telusuri oleh pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku dikalangan mereka sendiri.

Kajian pokok dalam paradigma konstruktivisme menurut Webber, menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari alasan alasan subjektif. Weber juga melihat bahwa tiap individu akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya tetapi dengan beberapa catatan, dimana tindakan sosial yang di lakukan oleh individu tersebut harus berhubungan dengan rasionalitas dan tindakan sosial harus dipelajari melalui penafsiran serta pemahaman (interpretive understanding).

Kajian paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan mengkonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan di teliti. Paradigma konstruktivis merupakan respon terhadap paradigma postivis dan memiliki sifat yang sama dengan positivis, dimana yang membedakan keduaya adalah objek kajiannya sebagai start – awal dalam memandang realitas sosial. Positivis berangkat dari sistem dan struktur sosial, sedangkan konstruktivisme berangkat dari subjek yang bermakna dan memberikan makna dalam realitas tersebut.

(2)

“mengetahui” berarti mengetahui bagaimana mengkonstruksi sesuatu. Bagi Vico,

pengetahuan akan mengacu pada struktur konsep yang dibentuk. Pengetahuan juga tak dapat dipisahkan dari subjek yang memiliki pengetahuan itu (Suparno, 1997:24). Suatu ilmu pengetahuan setelah mengalami proses yang cukup lama menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang lazim bagi manusia untuk dijadikan landasan dalam menjalani kehidupan keseharian. Sebelum dilazimkan oleh manusia sebuah pengetahuan mengalami penyempurnaan akibat bertambahnya pengalaman baru manusia yang disebut proses reorganisasi ilmu pengetahuan yang berupa pendefinisian kembali, pemantapan konsep dan ilmu pengetahuan yang relatif baku.

Paradigma konstruktivis bertujuan melihat rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang di teliti melalui metode kualitatif seperti observasi partisipan serta wawancara mendalam

2.1.1 Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara mereka satu sama lainnya, terutama kelompok primer, intensitas hubungan di antara mereka merupakan persyaratan utama yang dilakukan oleh orang orang dalam kelompok tersebut. Kelompok memiliki tujuan dan aturan aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi di antara mereka sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu.

Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka yang intensif di antara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan mengatur sirkulasi komunikasi makna di antara mereka, sehingga mampu melahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduan di antara mereka.

(3)

suatu mekanisme mendasar dari sosialisasi dan sumber utama dari tatanan sosial (Sendjaja, 2002: 3.27).

Definisi kelompok menurut Ronald adler dan George Rodman dalam bukunya: Understanding Human Communication, menjelaskan bahwa kelompok atau group merupakan sekumpulan kecil orang yang saling berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu (Sendjaja, 2002: 3.5).

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara mereka satu sama lainnya, terutama kelompok primer, intensitas hubungan di antara mereka merupakan persyaratan utama yang dilakukan oleh orang orang dalam kelompok tersebut. Kelompok memiliki tujuan dan aturan aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi di antara mereka sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu.

Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka yang intensif di antara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan mengatur sirkulasi komunikasi makna di antara mereka, sehingga mampu melahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduan di antara mereka.

Kelompok dalam perspektif interaksional yang dikemukakan Marvin Shaw sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain dengan suatu cara tertentu, di mana masing masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pihak lainnya (Sendjaja, 2002: 3.27). Clovis Sheperd menjelaskan, bahwa kelompok merupakan suatu mekanisme mendasar dari sosialisasi dan sumber utama dari tatanan sosial (Sendjaja, 2002: 3.27).

(4)

Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya : 1. Kelompok Primer (Primary Group)

Charles Horton Cooley pada tahun 1909, dalam bukunya Social Organization menjelaskan bahwa kelompok primer adalah :

 Kelompok primer (primary group) yaitu pengelompokan anggota-anggota masyarakat yang terorganisir secara adat, baik berdasarkan ikatan kedaerahan maupun hubungan darah. Sebagai contoh, Pemakaian marga di Sumatera Utara, dan suku di Papua. Di dalam kelompok primer terdapat interaksi sosial yang lebih intensif dan lebih erat di antara mereka dari pada kelompok sekunder. Dalam kelompok primer juga terjadi hubungan yang face to face, dimana para anggota nya saling terlibat tatap muka antara satu dengan yang lainnya dan saling mengenal dekat, sehingga antara satu anggota dan anggota yang lainnya mempunyai hubungan yang erat. Peranan kelompok primer dalam kehidupan individu besar sekali karena di dalam kelompok inilah individu berkembang dan dididik sebagai makhluk sosial. Di dalam kelomopk inilah individu mengembangkan sifat-sifat sosial seperti mengindahkan norma norma, melepaskan kepentingan dirinya sendiri demi kepentingan kelompok, belajar bekerja sama dengan individu lain, dan mengembangkan kecakapannya guna kepentingan kelompoknya. Sifat interaksi dalam kelompok primer ini lebih bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Contoh kelompok primer yang bisa kita lihat adalah, keluarga, rukun tetangga, kelompok kawan sepermainan, kelompok belajar, dsb.

Sedangkan menurut George Homans :

(5)

Ferdinand Tonnies menjelaskan kelompok primer dengan sebutan Geimeninschaft, yang mana :

 Geimenschaft atau paguyuban dapat disamakan dengan kelompok primer, yaitu bentuk kehidupan bersama di mana anggota anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Bentuk paguyuban dapat di jumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatanm, rukun tetangga dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat pendapat ahli mengenai kelompok primer di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa, kelompok primer adalah kelompok yang terbentuk di dasarkan hubungan yang erat antara anggotanya, memiliki intensitas komunikasi yang bagus sehingga antara anggota saling mengenal baik eksternal maupun internal dari kawan sekelompoknya, dan sifatnya sangat kekeluargaan.

Sebagai contoh : Keluarga merupakan salah satu dari kelompok primer, ini tentu saja di karenakan kita sudah menjadi anggota kelompok primer tersebut semenjak kita lahir, proses interaksi yang intens antara orang tua dan anak, maupun anggota keluarga yang lain, serta adanya rasa saling memiliki satu sama lain dapat kita jadikan faktor untuk mengkategorikan keluarga sebagai kelompok primer.

2. Kelompok Sekunder (Secondary Group)

Lalu, kelompok sekunder menurut Charles Horton Cooley, dalam bukunya Social Organization :

(6)

Ferdinand Tonnies juga menjelaskan kelompok sekunder dengan sebutan Gesellschaft, yang mana :

 Gesellschaft atau patembayan dapat disamakan dengan kelompok sekunder, yaitu merupakan ikatan secara lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek. Bentuk patembayan terdapat didalam hubungan perjanjian yang bersifat hubungan timbal balik seperti, ikatan antar pedagang, atau organisasi dalam suatu perusahaan. Sedangkan kelompok sekunder, penulis menyimpulkan berdasarkan pendapat pendapat ahli di atas, bahwa kelompok sekunder mempunyai struktur kedudukan atau jabatan yang lebih jelas dan tertulis, adanya jarak antara pemimpin dan anggota, lebih bersifat saling memanfaatkan antara anggota yang satu dengan anggota yang lain, dimana komunikasi dan interaksi yang terjalin juga tidak se intens kelompok primer, dikarenakan apabila si anggota kelompok merasa tidak diuntungkan dengan bergabung di dalam kelompok itu, maka dia bebas meninggalkan kelompok karena tidak adanya rasa saling memiliki dengan kelompoknya tersebut.

Sebagai contoh : Organisasi kepemudaan yang merupakan organisasi besar dengan banyak anggota, mempunyai struktur yang jelas membedakan ketua dengan anggota yang biasa, anggota bertemu dikarenakan adanya keperluan seperti rapat kerja tahunan, ataupun kongres.

Jalaludin Rakhmat membedakan 2 jenis kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:

1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

(7)

3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya. 4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan

kelompok sekunder instrumental.

5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.

3. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.

Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif). Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif).

Kelompok rujukan juga berpengaruh terhadap perubahan dan memperteguh sikap dan perilaku seseorang. Erwin P. Bestinghaus (1973 : 95-96) menyebutkan cara cara menggunakan kelompok rujukan dalam persuasi :

a. Jika kita mengetahui kelompok rujukan kita, hubungkanlah pesan kita dengan kelompok rujukan itu, dan fokuskanlah perhatian mereka kepadanya.

(8)

memperhitungkan relevansi dan nilai kelompok rujukan yang lebih tepat bagi kelompok tertentu.

c. Kelompok keanggotaan jelas menentukan serangkaian perilaku yang baku bagi anggota anggotanya. Standar perilaku ini dapat digunakan untuk menambah peluang diterimanya pesan kita.

d. Suasana fisik komunikasi dapat menunjukkan kemungkinan satu kelompok rujukan didahulukan dari kelompok rujukan yang lain. Sebagai contoh bagi para penonton bioskop, kelompok artis lebih baik ditonjolkan daripada kelompok para kiai, sebaliknya, para pemain musik rock tidak baik dijadikan rujukan di mesjid.

e. Kadang kadang kelompok rujukan yang positif dapat dikutip langsung dalam pesan, untuk mendorong respon positif dari khalayak. Contohnya seperti

dalam iklan televisi ” Juara makan so nice”, yang menggambarkan kelompok

peraih medali sea games yang memakan sosis tersebut sehingga memberikan kesan positif bagi produk makanan itu.

4. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif

John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas, b. kelompok pertemuan, dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal, (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.

(9)

interpersonal sampai tujuan yang berkenaan dengan tugas kelompok. Mereka menyusunnya dengan rentangan kontinuum seperti berikut :

Pembagian Kelompok Deskriptif Berdasarkan Tujuan

Sumber : Rakhmat, 2005 : 147

Kelompok sepintas (casual group) dibentuk hanya semata mata untuk ”membina

hubungan manusiawi yang hangat”. Kelompok katartis dimaksudkan untuk

melepaskan tekanan batin atau frustasi anggota anggotanya. Kelompok belajar tentu dibentuk untuk menambah informasi. Kelompok pembuat kebijaksanaan dan kelompok aksi keduanya dibentuk untuk menyelesaikan tugas berupa perumusan kebijaksanaan atau tindakan.

Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer. Format kelompok preskriptif ini didasarkan atas susunan tempat duduk, urutan siapa yang berbicara dan kapan, dan aturan waktu yang diizinkan untuk berbicara. Berikut uraian nya :

 Diskusi meja bundar

(10)

bundar juga mengisyaratkan waktu yang tidak terbatas dan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi serta terasa lebih informal.

 Simposium

Serangkaian pidato pendek yang menyajikan berbagai aspek dari sebuah topik atau posisi yang pro atau kontra terhadap masalah yang kontroversial, dalam format diskusi yang sudah dirancang sebelumnya. Segala arus acara di atur oleh seorang moderator. Simposium dimaksudkan untuk menyajikan informasi informasi untuk dijadikan sumber rujukan khalayak dalam mengambil keputusan pada waktu yang akan datang. Informasi diklasifikasikan berdasarkan urutan logis, perbedaan titik pandang, atau pemecahan alternatif.

 Diskusi Panel

Format khusus yang anggota anggota kelompoknya berinteraksi, baik berhadap hadapan maupun melalui seorang mediator, diantara mereka sendiri dan dengan hadirin, tentang masalah yang kontroversial. Susunan tempat duduk diskusi panel meletakkan peserta diskusi pada meja segi empat yang menghadap khalayak, dengan moderator yang duduk di tengah tengah, diantara kedua pihak yang berdiskusi. Diskusi panel tidak sepenuhnya dikendalikan oleh moderator, karena peserta diskusi dapat berinteraksi secara langsung dan spontan, suasana yang terbentuk juga bisa secara formal maupun informal.

 Forum

(11)

 Kolokium

Kolokium adalah sejenis format diskusi yang memberikan kesempatan kepada wakil wakil khalayak untuk mengajukan pertanyaan yang sudah dipersiapkan kepada seseorang (atau beberapa orang) ahli. Bersifat agak formal, dan diskusi diatur secara ketat oleh seorang moderator.

 Prosedur Parlementer

Prosedur parlementer adalah format diskusi yang secara ketat mengatur peserta diskusi yang besar pada periode waktu yang tertentu ketika sejumlah keputusan harus dibuat. Para peserta harus mengikuti peraturan tata tertib yang telah ditetapkan secara eksplisit. Disebut prosedur parlementer karena berasal dari tata tertib sidang di parlemen atau majelis permusyawaratan rakyat yang dirancang untuk memenuhi beberapa tujuan pokok.

5. In-group dan Out-group

In-group adalah kelompok kita dan Out-group adalah kelompok mereka. In-group dapat berupa kelompok primer maupun sekunder. Keluarga kita adalah in-group kelompok primer. Fakultas adalah in-group kelompok sekunder. Perasaan in-group diungkapkan dengan kesetiaan, solidaritas, kesenangan, dan kerja sama.

Untuk mebedakan in-group dan out-group, kita membuat batas (boundaries) yang menentukan siapa yang masuk orang dalam dan siapa yang masuk orang luar. Batas-batas ini dapat berupa lokasi geografis (Indonesia, Thailand, dan sebagainya), suku bangsa (Jawa, Batak Minang), pandangan atau ideologi (Muslim, Kristen), profesi (pedagang, dosen), bahasa (Inggris, Cina), status sosial (elite, menengah, bawah) dan kekerabatan (keluarga, clans). Terdapat semangat “kekitaan” (we-ness) dengan mereka yang termasuk kedalam lingkaran in-group, yang mana lazim disebut dengan kohesi kelompo (cohesiveness).

2.1.2 Faktor faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok

(12)

(performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.

Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:

1. Faktor situasional karakteristik kelompok :  Ukuran kelompok.

Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok

bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas

kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif.

Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain,

tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok

berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan,

atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota

berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota

makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat

memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh

orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila

mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan

berkurang.

Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran

kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan

kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya

diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang

dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang

terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan

gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang

(13)

Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat,

2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang

kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas

optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih

dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap

menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok.

 Jaringan komunikasi.

Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.

 Kohesi kelompok.

Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong

anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya

meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat,

2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai

berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain;

ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana

anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan

personal.

Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota

kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota

kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan

terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih

sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat

dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas.

Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada

(14)

 Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire.

Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal.

2. Faktor faktor personal karakteristik kelompok :

a.

Kebutuhan interpersonal

William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental

Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota

kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:

Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).

Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).

(15)

b.

Tindak komunikasi

Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap

anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal

maupun nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori

untuk menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai

Interaction Process Analysis (IPA).

c. Peranan

Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota

kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara

suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan

individu saja (yang tidak jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal,

Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171) meyakini

peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan sebagai berikut:

 Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan

masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas

berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengkoordinasi

kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok.

 Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan

dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota

kelompok.

 Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk

memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengantugas

kelompok.

2.1.3 Komunitas

(16)

telah hidup dan bekerja sama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

Pengertian manusia yang hidup bersama dalam ilmu sosial tidak mutlak jumlahnya, bisa saja dua orang atau lebih. Hubungan antara manusia itu, kemudian melahirkan keinginan, kepentingan, perasaan, kesan, penilaian dan sebagainya. Keseluruhan itu kemudian mewujudkan adanya system komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut. Dalam sistem hidup tersebut, maka muncullah budaya yang mengikat antara satu manusia dengan lainnya

Bagi kebanyakan orang, kata komunitas akan memasukkan sebentuk perasaan memiliki atau perasaan diterima dan dihargai dalam lingkup kelompok tersebut. Hal ini disebabkan adanya penamaan anggota komunitas. Konsep keanggotaan artinya memiliki, penerimaan oleh yang lain dan kesetiaan kepada tujuan-tujuan kelompok. Karena itu, komunitas adalah lebih dari sekedar suatu kelompok yang dibentuk untuk kemudahan administratif, tetapi memiliki beberapa ciri dari sebuah perkumpulan atau perhimpunan terhadap orang yang termasuk sebagai anggota dan dimana perasaan memiliki ini penting dan dengan jelas diakui.

Jadi, termasuk ke dalam suatu komunitas memberikan rasa identitas kepada seseorang. Komunitas tersebut dapat menjadi bagian dari konsep diri seseorang, dan merupakan sebuah aspek penting dari bagaimana seseorang memandang tempatnya di dunia.

2.1.3.1 Latar Belakang Timbulnya Suatu Komunitas

Suatu komunitas dapat terbentuk karena dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnnya suatu community, antara lain sebagai berikut :

(17)

2. Adanya norma sosial manusia di dalam masyarakat, diantaranya kebudayaan masyarakat sebagai suatu ketergantungan yang normatif, norma kemasyarakatan yang historis, perbedaan sosial budaya anatara lembaga kemasyarakatan dan organisasi masyarakat.

3. Adanya ketergantungan antara kebudayaan dan masyarakat yang bersifat normatif. Demikian juga norma yang ada dalam masyarakat akan memberikan batas-batas pada kelakuan anggotanya dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi kelompok untuk menyumbangkan sikap kebersamaannya di mana mereka berada (Santosa, 2009: 83).

Komunitas sangat berbeda-beda dalam berbagai hal, misalnya ada komunitas yang hanya terdiri dari 2/3 keluarga yang saling tergantung. Beberapa komunitas sangat dispesialisasi, artinya para anggota bergerak di dalam lapangan yang terbatas dari aktivitas produktif. Sebaliknya ada juga yang bergerak lebih luas dari aktivitas produktif.

2.1.4 Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa

orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.

(18)

menentukan karakteristik komunikasi dalam kelompok tersebut, yaitu norma dan peran. Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan yang lainnya (Bungin, 2008: 269). Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status), dimana di peroleh apabila seseorang telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya (Soekanto, 2002: 242).

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Komunikasi kelompok merupakan hubungan antara manusia dengan masyarakat secara dialektis dan eksternalisasi, obyektifitas, dan internalisasi. Eksternalisasi adalah pencurahan kehadiran manusia, baik dalam aktifitas maupun mentalitas. Melalui eksternalisasi, manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Obyektifitas adalah disandangnya produk – produk aktifitas suatu realitas yang berhadapan dengan para produsennya sendiri. Internalisasi adalah peresapan kembali realitas oleh manusia dan mentransformasikannya sekali lagi struktur struktur dunia obyektif ke dalam struktur struktur kesadaran obyektif (Peter L. Berger, 1991). Carl E. Larson dan Alvina A. Goldberg ( Lubis, 2007 : 118 – 119 ), menjelaskan bahwa Komunikasi Kelompok adalah salah satu dari sejumlah kecil disiplin ilmu yang mempunyai penerapan dan kritik sebelum mempunyai suatu lingkup yang jelas, teori maupun metodologi riset.

(19)

1. Interaksi Tatap Muka

Terminologi tatap muka ( face to face ) mempunyai makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun non verbal dari setiap anggotanya. Batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang sedang melihat proses pembangunan gedung/bangunan baru. Dengan demikian, makna tatap muka tersebut berkait erat dengan adanya interaksi di antara semua anggota kelompok.

2. Jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi

Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah partisipan melebihi 20 orang, kurang memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi dimana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya. Dan karenanya kurang tepat untuk dikatakan sebagai komunikasi kelompok.

3. Maksud dan tujuan yang dikehendaki

Maksud dan tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi di atas, bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan. Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri ( self

maintenance ), biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, keputusan kebutuhan kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

(20)

Elemen ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksud/tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, disamping itu identifikasi setiap anggotadengan kelompoknya relative stabil dan permanen.

2.1.4.1 Pengaruh kelompok pada perilaku Komunikasi Kelompok  Konformitas.

Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, k-alau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.

 Fasilitasi sosial.

Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.

 Polarisasi.

(21)

setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.

2.1.4.2 Fungsi fungsi Komunikasi Kelompok

Menurut Sendjaja (2008: 3.8), keberadaan suatu kelompok dalam suatu masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut antara lain adalah, fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuat keputusan, serta terapi. Semua fungsi ini di manfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri.

1. Fungsi pertama adalah menjalin hubungan sosial dalam artian bagaimana kelompok tersebut dapat membentuk dan memelihara hubungan antara para anggotanya dengan memberikan kesempatan melakukan berbagai aktivitas rutin yang informal, santai, dan menghibur.

2. Fungsi kedua adalah pendidikan yang mana mempunyai makna bagaimana sebuah kelompok baik secara formal maupun informal berinteraksi untuk saling bertukar pengetahuan. Fungsi pendidikan ini sendiri sangat bergantung pada 3 faktor, yang pertama adalah jumlah informasi yang di kontribusikan oleh setiap anggota, yang kedua adalah jumlah partisipan yang ikut di dalam kelompok tersebut, dan yang terakhir adalah berapa banyak interaksi yang terjadi di dalam kelompok tersebut. Fungsi ini juga akan efektif jika setiap anggota juga dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang berguna bagi anggotanya.

(22)

maka justru dia dapat menyebabkan konflik di dalam kelompok dan dapat membahayakan posisinya di dalam kelompok tersebut.

4. Fungsi keempat adalah pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, disini kelompok berguna untuk mencari solusi dari permasalahan permasalahan yang tidak dapat di selesaikan oleh anggotanya, serta mencari alternatif untuk menyelasaikan, sedangkan pembuatan keputusan bertujuan untuk memilih salah satu dari banyak nya alternatif solusi yang keluar dari proses pemecahan masalah tersebut.

5. Fungsi kelima adalah terapi. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan persoalannya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. John Dewey dalam littlejohn menjelaskan bahwa fungsi komunikasi kelompok itu terbagi menjadi 6, antara lain :

1. Mengungkapkan kesulitan. 2. Menjelaskan permasalahan. 3. Menganalisis masalah. 4. Menyarankan solusi.

5. Membandingkan alternatif dan menguji mereka dengan tujuan dan kritertia berlawanan.

6. Mengamalkan solusi yang terbaik.

Sedangkan Randy Y. Hirokawa dalam Morissan (2009: 142), mengatakan bahwa kelompok harus mampu melaksanakan empat fungsi untuk dapat menghasilkan keputusan yang efektif yang terdiri atas :

1. Analisis Masalah

(23)

2. Penentuan Tujuan

Kelompok harus mengumpulkan dan mengevaluasi informasi (gathers and evaluates information) terkait dengan masalah yang tengah dihadapi.

3. Identifikasi Alternatif

Pada tahap ini, kelompok membuat berbagai usulan alternative (alternative proposal) untuk mengatasi masalah.

4. Evaluasi Konsekuensi

Berbagai solusi alternatif yang tersedia kemudian di evaluasi dengan tujuan akhirnya adalah untuk mengambil keputusan.

2.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand outs, laboratory manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal. Semua referensi yang tertulis dalam kajian pustaka harus dirujuk di dalam skripsi .

Kajian Pustaka yang terdapat didalam penelitian ini penulis ambil dari beberapa penelitian penelitian terdahulu yang penulis anggap relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan :

MUHAMMAD KRISTA, ATOROSYADI (2012) “STRATEGI KOMUNIKASI

PADA KOMUNITAS SKATEBOARD DALAM MEMPERTAHANKAN

EKSISTENSI”

(24)

Pasalnya selain merupakan komunitas yang tertua, komunitas ini juga memiliki beberapa faktor yang dapat mendukung perkembangan skateboard di Kota Pelajar ini. Untuk itu dibutuhkan suatu eksistensi dalam mempertahankan kelangsungan hidup komunitas dengan menggunakan beberapa strategi komunikasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi kelompok yang digunakan, strategi komunikasi yang diterapkan dalam mempertahankan eksistensi, serta hambatan dan faktor pendukung apa yang dihadapi oleh Komunitas Gedung Pusat Skateboarding. Penelitian dengan tipe kualitatif eksploratif ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber data utama diperoleh dari wawancara beberapa anggota senior dan anggota junior Komunitas Gedung Pusat Skateboarding, serta menggunakan observasi partisipasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan, mendapatkan data bahwa Komunitas Gedung Pusat Skateboarding menggunakan pola komunikasi vertikal, pola komunikasi horisontal, dan pola komunikasi informal. Sedangkan dalam mempertahankan eksistensi, Komunitas Gedung Pusat Skateboarding telah menerapkan tiga bentuk strategi komunikasi yang dikaitkan dengan tahapan planning, implementation, dan evaluation. Pada tahap planning, Komunitas Gedung Pusat Skateboarding secara non-formal menentukan dan merencanakan beberapa unsur yang dapat menunjang kegiatan komunikasi yang akan dilakukan. Selanjutnya tahap implementation mengacu pada bagaimana melaksanakan kegiatan komunikasi yang telah direncanakan. Tahap terakhir yaitu evaluation yang merupakan tahap yang tidak begitu diterapkan karena sistem kerja Komunitas Gedung Pusat Skateboarding bersifat mengalir dan apa adanya tanpa menghiraukan visi misi secara formal.

(25)

hal ini dapat dilihat dari bertahannya komunitas ini selama kurang lebih 21 tahun dan respon positif yang diberikan oleh beberapa pihak di luar komunitas.

ELLIN DANARIANSARI, (2011) “STRATEGI KOMUNIKASI PADA KOMUNITAS SEPEDA F IXED GEAR DALAM MEMPEROLEH ANGGOTA” (Studi Deskriptif Kualitatif Komunitas Cyclebandidos Yogyakarta)

Penelitian yang berjudul “Strategi Komunikasi Pada Komunitas Sepeda Fixed Gear Dalam Memperoleh Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif Komunitas

Cyclebandidos)”, bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi kelompok yang digunakan Komunitas Cyclebandidos, untuk mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan Komunitas Cyclebandidos dalam memperoleh anggota, untuk mengetahui faktor pendukung dan hambatan komunikasi kelompok pada komunitas Cyclebandidos.

Tipe penelitian adalah kualitatif eksploratif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan penelusuran data online. Data diperoleh dari hasil wawancara kepada Pemimpin, Admin, dan 3 anggota dari Komunitas Cyclebandidos. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dengan semua nara sumber, menunjukkan bahwa pola komunikasi yang digunakan Komunitas Cyclebandidos ada tiga yaitu pola komunikasi vertikal, pola komunikasi horisontal, dan pola komunikasi informal. Sedangkan dalam memperoleh anggota, Komunitas Cyclebandidos telah menerapkan strategi komunikasi melalui tahapan planning, implementation, dan evaluations.

(26)

fixed gear, dan publikasi online terhadap segala bentuk kegiatan Komunitas Cyclebandidos. Tahap terakhir yaitu evaluations.

Pada tahap ini Komunitas Cyclebandidos melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan semua kegiatan komunikasi Komunitas Cyclebandidos melalui pertemuan. Saat pelaksanaan tahapan strategi komunikasi Komunitas Cyclebandidos tidak menemui hambatan yang berarti karena selama pelaksanaan semua kegiatan, Komunitas Cyclebandidos memperoleh banyak dukungan dari berbagai pihak. Dari hasil penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa strategi komunikasi yang dilakukan Komunitas Cyclebandidos dalam memperoleh anggota sudah cukup efektif, hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota yang semakin bertambah dan respon positif yang diberikan oleh masyarakat luas terhadap kehadiran dari Komunitas Cyclebandidos.

AGNESI TAMPUBOLON, (2011) KOMUNIKASI KELOMPOK DAN PEMBENTUKAN KONSEP DIRI (STUDI KASUS MENGENAI KOMUNIKASI KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI DI KOMUNITAS

GAME ONLINE “PERANG KAUM”)

Penelitian ini mengambil tema Komunikasi Kelompok dan Pembentukan Konsep Diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran bagaimana komunikasi kelompok yang terjalin diantara sesama anggota kaum dalam komunitas games online Perang Kaum, mengetahui bagaimana konsep diri pemain selama ini, dan bagaimana komunikasi kelompok yang terjadi pada komunitas games online Perang Kaum dalam membentuk konsep diri para pemainnya dengan kualifikasi telah bermain game ini lebih kurang 1 tahun, dengan status masih bersekolah, kuliah, sudah bekerja dan telah menikah atau berkeluarga.

(27)

bagaimana tiap individu mengunggapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain.

Subjek penelitian ini adalah pemain yang telah bermain game ini selama lebih kurang 1 tahun, dengan kasus malas sekolah, lupa waktu, lupa status, egois dan kasar. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi untuk mengumpulan data dari 6 responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling yaitu teknik yang mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti yaitu lama bermain lebih kurang 1 tahun, tingkat pendidikan (SD/SMP/SMA/Kuliah), pekerjaan atau status pemain, dan dengan kasus malas sekolah lupa waktu, lupa status, egois, dan kasar.

(28)

2.3 Model Teoritik

Dari uraian teoritis tersebut, dan penelitian penelitian terdahulu, maka peneliti menentukan model teoritik dalam penelitian ini seperti ini :

KOMUNIKASI KELOMPOK

FUNGSI

KOMUNIKASI

KELOMPOK

SENDJAJA :

1.Menjalin hubungan sosial.

2.Pendidikan.

3.Persuasi.

4.Pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan.

5.Terapi

Referensi

Dokumen terkait

This is due to the initial layout or current facilities in all four libraries already considering digital native generation needs. Adjustments are still needed after CRAFT algorithm

pembelajaran yang merangsang mahasiswa untuk aktif dalam menemukan jawaban sendiri atas masalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa, e-Book

2 x 35 menit  Buku Bina Bahasa Indonesia 4b 7.2 Membaca nyaring suatu pengumuma n dengan lafal dan intonasi yang tepat  Pengum uman lisan dan teks bacaan.  Kreatif

[r]

Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Garahan Jember adalah salah satu Pabrik milik Perum Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak

2 Bagaimana data didapat dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin atau data diubah dari dokumen sumber ke bentuk yang dapat dibaca oleh mesin 3 Bagaimana file komputer diakses

Krisis yang melanda Indonesia tahun 1997 berdampak pula pada krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, tetapi sebaliknya yang terjadi pada bank yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS D AN SELF- ESTEEM SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBINGC. Universitas Pendidikan Indonesia |