BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Kajian Pustaka 2.1.1 Bank Syariah
2.1.1.1 Pengertian dan Peranan Bank Syariah
Berdasarkan undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
mendefenisikan bank syariah sebagai berikut:
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan Menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Permbiayaan Rakyat Syariah.
Bank unum syariah adalah bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Menurut Muhammad (2002:13) bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank
syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan
dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip Islam. Bank syariah adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga.Bank Islam atau biasa
disebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang
operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Quran dan
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
Syariat Islam (Muhammad, 2005:1 dalam Hardjanto, 2010)
2.1.1.2Pembiayaan Berdasarkan Bagi Hasil Bank Syariah
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1)
disebutkan bahwa:
“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu dengan imbalan atau bagi hasil.”
Menurut Rivai dan Arifin (2010:800), bagi hasil adalah bentuk return(perolehan
aktivitas usaha) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak
tetap pada bank Islam. Besar kecilnya perolehan kembali itu tergantung pada hasil
usaha yang benar-benar diperoleh bank Islam.
Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil adalah penyediaan dana berdasarkan
kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak lain yang dibiayai
untuk mengembalikan uang tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil (Rachmadi, 2003:236 dalam Hardjanto, 2010).
Adanya sistem bagi hasil pada bank syariah akan menjadi perbedaan dengan
sistem yang diterapkan oleh bank konvensional yang berbasis bunga. Proses
penentuan bagi hasil hampir sama penghitungan tingkat bunga, hanya saja tingkat
bagi hasil pada bank syariah berbasiskan pendapatan, sedangkan bank
bagi hasil ini berdasarkan hasil usaha yang dilakukan oleh mudharibselaku
pengelola modal.
2.1.2 Pembiayaan Mudharabah
Berdasarkan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) 105 tentang
akuntansi mudharabah mendefenisikan mudharabah sebagai:
“Akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi diantara mereka sesuai kesepakatam sedamgkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana”.
Menurut Karim (2004:103) mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua
pihak atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibulmaal) mempercayakan
uangnya kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
keuntungan.Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan dengan risiko yang
sangat besar.Hal ini dikarenakan pemilik modal mempercayakan modal kepada
pengelola yang telah dipilih berdasarkan kriteria tanpa ada jaminan atau kekuatan
hukum.
Pada prinsipnya dalam akad mudharabah tidak boleh ada jaminan atas modal,
namun demikian agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik
dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga (Nurhayati dan
Wasilah, 2012:121).
2.1.2.1 Rukun dan Ketentuan Syariah Pembiayaan Mudharabah
Menurut Nurhayati dan Wasilah (2012:124-125) rukun mudharabah ada empat,
1) Pelaku, terdiri atas: pemilik dana dan pengelola dana 2) Objek mudharabah, berupa: modal dan kerja
3) Ijab Kabul/serah terima 4) Nisbah keuntungan
Ketentuan syariah adalah sebagai berikut, 1) Pelaku
a) Pelaku harus cakap hukum dan baligh
b) Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan nonmuslim
c) Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh mengawasi
2) Objek mudharabah (modal dan kerja)
Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan dilakukannya akad mudharabah
a) Modal
i. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau asset lainnya (dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
ii. Modal harus tunai dan tidak hutang. Tanpa adanya setoran modal, berarti pemilik dana tidak memberikan kontribusi apa pun padahal pengelola dana harus bekerja.
iii. Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari keuntungan.
iv. Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali modal mudharabah, dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
v. Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang lain dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana
vi. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang syariah.
b) Kerja
i. Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, managementskill, dan lain-lain
ii. Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik dana
iii. Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah. iv. Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam
kontrak.
vi. Ijab Kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korenspondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3) Nisbah Keuntungan
a) Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh.
b) Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. c) Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.
Menurut Ascarya (2011:64) tentang pembagian keuntungan pada pembiayaan
mudharabah:
“Untuk validitas mudharabah diperlukan bahwa para pihak sepakat, pada awal kontrak, pada proporsi tertentu dari keuntungan nyata yang menjadi bagian masing-masing.Tidak ada proporsi tertentu yang ditetapkan oleh syariah, melainkan diberi kebebasan bagi mereka dengan kesepakatan bersama. Mereka dapat membagi dengan proporsi yang sama. Mereka juga dapat membagi keuntungan dengan proporsi berbeda untuk mudharib dan shahibul maal.Namun demikian, mereka tidak boleh mengalokasikan keuntungan secara lumsum unuk siapa saja dan mereka juga tidak boleh mengalokasikan keuntungan dengan tingkat persentase tertentu dari modal.”
2.1.2.2 Dasar Hukum Pembiayaan Mudharabah
Sumber hukum pada pembiayaan menurut Nurhayati dan Wasilah (2012:123-124)
adalah sebagai berikut:
1) Al-Quran
“apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah SWT”. (QS 62:10)
“… maka, jika sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…” (QS 2:283)
2) As-Sunah
Dari Shalih Bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradah(mudharabah), dan mencampuradukkan dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)
tidak menuruni lembah serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (pengelola dana) harus menganggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas didengar Rasulullah SAW beliau membenarkannya.” (HR. Tabrani dari Ibnu Abbas)
Pembiayaan mudharabah dapat dirumuskan sebagai berikut (Giannini,
2013):
Mudharabah Pembiayaan
Total Mudharabah
Pembiayaan =
2.1.3 Dana Pihak Ketiga
Dana masyarakat atau dana pihak ketiga adalah dana-dana yang berasal dari
masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan
menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank
(Kuncoro dan Suhardjono, 2011:140)
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004 dana pihak
ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dapat berupa
giro, tabungan, dan deposito. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan.Tabungan adalah simpanan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu.Dan deposito adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
Uang ditinjau dari perspektif syariah bukanlah barang komoditi yang mana
fisiknya dapat “diperjualbelikan” antara uang dengan uang, melainkan sebagai
alat yang digunakan untuk memberi nilai tambah ekonomi (economic value
added).
Dari tinjauan tersebut dapat dikatakan bahwa bank syariah menghimpun dana
(dana pihak ketiga) dari masyarakat dalam bentuk (Arifin, 2007:48 dalam
Hardjanto, 2010):
1) Titipan (wadiah) simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya tetapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan. Titipan (wadiah) adalah akad penitipan uang/barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan pun titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut dan yang dititipi menjadi penjamin pengembalian barang titipan (Sri Nurhayati dan wasilah, 2012:248). Dalam hal ini penerima titipan dilarang untuk meminta kepada pemilik barang atas jasa titipan yang diberikan. Akan tetapi, apabila pemilik barang memberikan imbalan atau penggunaan barang titipan atas jasa titipan tersebut maka hal tersebut tidak dilarang.
2) Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi resiko untuk investasi umum dimana bank akan membayar bagian keuntungan secara proporsional dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut.
3) Investasi khusus (Special Investment Account/mudharabah Muqayyadah) dimana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee. Jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil risiko atas investasi.
Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat dirumuskan sebagai berikut: (Pratin dan Akhyar,
2005):
Deposito Tabungan
Giro
DPK = + +
2.1.4 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2011:519) Capital Adequacy Ratio adalah
mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank
dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko
yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.
Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkan indikator
sebagai bank yang sehat. Tingkat kecukupan modal dapat diukur dengan cara
membandingkan modal dengan aktiva berisiko (Muhammad, 2002:214).
2.1.4.1 Membandingkan Modal dengan Aktiva Berisiko
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/15/ PBI/2008 Tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Bab I Pasal 2 menyatakan bahwa bank
wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan persen) dari Aset
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Modal bank dibagi kedalam modal inti dan modal pelengkap (Muhammad,
2002:215-217):
1) Modal Inti
Modal inti terdiri dari:
i. Modal setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik. Bagi bank milik koperasi modal setor terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya.
ii. Agio saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai nominal saham.
iii. Modal sumbangan, yaitu modal diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan harga.
iv. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS.
v. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS.
vi. Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan.
viii. Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan
ix. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan, yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut.
2) Modal Pelengkap
Modal Pelengkap dirinci bebagai berikut: i. Cadangan revaluasi aktiva tetap
ii. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan iii. Modal pinjaman yang mempunyai ciri-ciri:
1) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh
2) Tidak dapat dilunasi atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan BI 3) Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal
memikul kerugian bank
4) Pembayaran bunga dapat ditangguhkan bila bank dalam keadaan rugi
iv. Pinjaman subordinasi yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Ada perjanjian tertulis antara pemberi pinjaman dengan bank 2) Mendapat persetujuan dari BI
3) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan 4) Minimal berjangka waktu 5 tahun
5) Pelunasan pinjaman harus dengan persetujuan BI
6) Hak tagih dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir
3) Aktiva tertimbang Menurut Risiko
Perhitungan ATMR mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga.
Rumus yang digunakan dalam mengukur Capital Adequacy Ratio (CAR),
sebagai berikut
(
)
×100%=
ATMR Risiko
Menurut Tertimbang
Aktiva
2.1.5 Return On Assets (ROA)
Menurut Isna dan Sunaryo (2012) Return On Assets (ROA) adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi ROA
maka akan menunjukkan semakin efisien operasional dari suatu perusahaan,
begitupun sebaliknya rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya aset
perusahaan yang menganggur.
Menurut Simorangkir (2004) dalam Pradana dan Sampurno (2013) tingkat
profitabilitas yang tinggi tercermin dalam nilai ROA membuat bank mendapat
kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun
modal lebih banyak sehingga bank memperoleh kesempatan untuk melakukan
ekspansi kredit yang lebih luas. Pengukuran tingkat kesehatan terdapat perbedaan
antara ROA secara teoretis dan ROA yang diperhitungkan berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia. Rumus yang digunakan berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004 adalah sebagai berikut:
% 100 × =
Aset Total
Pajak Sebelum Laba
ROA
2.1.6 Penelitian Terdahulu
Giannini (2013) meneliti tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum Syariah Di Indonesia.Tujuan dari
terhadap pembiayaan mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa FDR, NPF, ROA, CAR, dan tingkat bagi hasil
secara simultan berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah.Secara parsial,
Variabel FDR berpengaruh negatif terhadap pembiayaan mudharabah.Variabel
NPF tidak berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah.Sedangkan untuk
variabel ROA, CAR, dan tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap
pembiayaan mudharabah.
Siswati (2013) meneliti tentang Analisis Penyaluran Dana Bank Syariah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik Dana Pihak
Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI), dan penyaluran dana Bank Syariah Mega Indonesia. Hasil
penelitian menunjukan bahwa DPK, NPF, dan Bonus SWBI berpengaruh secara
simultan terhadap penyaluran dana yang dilakukan oleh bank Syariah Mega
Indonesia sebesar 99,2% dan sisanya 0.8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diungkap. Secara parsial DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyaluran dana Bank Syariah Mega Indonesia sebesar 98,65%, sedangkan NPF
dan Bonus SWBI tidak signifikan berpengaruh secara parsial terhadap penyaluran
dana yang dilakukan oleh Bank Syariah Mega Indonesia.
Pauzi (2011) meneliti tentang Analisis Dana Pihak Ketiga, Non
Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, dan Loan to Deposit Ratio terhadap
Return On Assets serta implikasinya terhadap penyaluran kredit pada Bank
Persero. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Dana Pihak
Ratio terhadap Return On Assets serta implikasinya terhadap penyaluran kredit
pada Bank Persero. Hasil penelitian yang dicapai adalah pada pengujian
substruktur I menunjukkan bahwa variabel Non Performing Loan (NPL), Capital
Adequacy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan
terhadap Return On Assets (ROA) Bank Persero. Sedangkan pengujian
substruktur II menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio
(LDR), dan Return On Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap penyaluran
kredit.
Hardjanto (2010) meneliti tentang analisis pengaruh dana pihak ketiga
(DPK) dan Non Performing Financing (NPF) terhadapat pembiayaan yang
disalurkan serta implikasinya pada Return On Assets (ROA) di Bank Muamalat
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan
yang disalurkan serta implikasinya pada Return On Assets (ROA) di Bank
Muamalat Indonesia. Hasil penelitian pada substruktur I menunjukan bahwa
variabel DPK, dan NPF berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan yang
disalurkan.Pengujian substruktur II menunjukkan bahwa variabel DPK, NPF, dan
pembiayaan yang disalurkan berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Pratin dan Adnan (2005) meneliti tentang Analisis Hubungan Simpanan,
Modal Sendiri, NPL, Prosentase Bagi Hasil dan Markup Keuntungan Terhadap
Pembiayaan pada Perbankan Syariah Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia
simpanan, modal sendiri, NPL, Prosentase Bagi Hasil dan Markup Keuntungan
terhadap besarnya pembiayaan. Hasil penelitian ini adalah simpanan mempunyai
hubungan positif dan signifikan terhadap pembiayaan sementara variabel yang
lain tidak mempunyai hubungan yang signifikan.
Penelitian terdahulu diatas di sajikan kembali secara komprehensif pada
tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama
Variabel X dan Y
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Giannini (2013)
Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia
• Financing to
• Pembiayaan Mudharabah
Secara simultan FDR, NPF, ROA, CAR, dan tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap pembiayaan
mudharabah. Secara parsial FDR
berpengaruh negatif terhadap pembiayaan mudharabah, NPF tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
mudharabah,
sedangkan ROA, CAR, dan tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah.
Tabel Lanjutan
• Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) (X3)
• Penyaluran Dana (Y)
• Secara parsial, total DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Dana yang dilakukan Bank Mega Syariah Indonesia.
• Secara Persial NPF dan Bonus SWBI
berpengaruh namun tidak signifikan terhadap Penyaluran Dana yag dilakukan Bank Mega Syariah Indonesia. Pauzi (2011) Analisis Dana
Pihak Ketiga, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, dan Loan to Deposit Ratio terhadap Return On Assets serta Implikasinya terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero
• Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1)
• Non Performing Loan (NPL) (X2)
• Capital
Adequacy Ratio (CAR) (X3)
• Loan to Deposit Ratio (LDR) (X4)
• Return On Assets (ROA) (Y1)
• Penyaluran Kredit (Y2)
• Pengujian substruktur I menunjukkan bahwa NPL, CAR, dan LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA
• Pengujian Substruktur II menunjukkan
Hardjanto Analisis • Dana Pihak Metode • Hasil penelitian
Nama Peneliti Dan Tahun
Judul Penelitian
Variabel X Dan Y
Metode Penelitian
(2010) Pengaruh Dana
Pihak Ketiga (DPK) dan pada Return On Assets (ROA) di Bank Mumalat Indonesia
ketiga (DPK) (X1)
• Non Performing Financing (NPF) (X2)
• Pembiayaan (Y1)
• Return On Assets (ROA) (Y2)
Analisis Jalur dengan Model Dekomposisi
pada
substruktur I menunjukan bahwa variabel DPK, dan NPF • Pengujian
substruktur II menunjukkan bahwa variabel DPK, NPF, dan terhadap ROA. Pratin dan
Adnan (2005)
Analisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri, NPL,
Prosentase Bagi Hasil dan Markup Syariah Studi Kasus pada Bank
• Modal Sendiri (X2)
• NPL (X3) • Prosentase
Bagi Hasil (X4) • Markup
Keuntungan (X5)
• Pembiayaan (Y)
• Secara parsial variabel DPK mempunyai hubungan positif secara signifikan terhadap pembiayaan. • Secara parsial
variabel ekuitas mempunyai hubungan positif secara tidak signifikan terhadap
Tabel Lanjutan
• Secara parsial variabel NPL mempunyai hubungan positif tidak signifikan terhadap pembiayaan. • Secara
parsial variabel margin keuntungan dan
prosentase bagi hasil mempunyai hubungan negatif tidak signifikan terhadap pembiayaan.
2.2 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran (teoretis) adalah hubungan secara teoretis antar variabel
penelitian, yakni variabel bebas dan variabel terikat (Erlina dan Mulyani, 2007:28
dalam Hutasuhut, 2009).Kerangka pemikiran dalam penelitian ini berlandaskan Nama
Peneliti dan Tahun
Judul Penelitian
Variabel X Dan Y
Metode Penelitian
pada tinjauan pustaka berupa jurnal, buku, skripsi serta tesis dan
penelitian-penelitian terdahulu.
Pembiayaan mudharabah merupakan salah satu produk penyaluran dana bank
syariah yang dikenal dengan sistem bagi hasil. Sama halnya dengan pemberian
kredit pada bank konvensional, hanya saja bentuk return yang dihasilkan oleh
bank konvensional dalam bentuk bunga sedangkan dalam bank syariah berupa
bagi hasil usaha (profit atau revenue) sesuai nisbah keuntungan yang disepakati di
awal akad.
Bank syariah dalam memberikan pembiayaan mudharabah memperhatikan
faktor-faktor yang mendukung ketika mengambil keputusan untuk menyalurkan
pembiayaan mudharabah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan
mudharabah pada penelitan ini adalah Dana Pihak Ketiga (DPK),
CapitalAdequacy Ratio (CAR), dan Return On Assets (ROA).
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004 dana pihak
ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dapat berupa
giro, tabungan, dan deposito. Penelitian yang dilakukan oleh Siswati (2013)
meneliti tentang Analisis Penyaluran Dana Bank Syariah. Hasil penelitian
menunjukan bahwa DPK berpengaruh positif terhadap penyaluran dana yang
dilakukan oleh bank Syariah.
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan salah satu faktor yang menjadi landasan
pengambilan keputusan bagi bank syariah dalam menyalurkan dana dalam bentuk
maka semakin besar pula kemungkinan bank akan mengambil keputusan untuk
menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pembiayaan.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio permodalan yang menunjukkan
kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha
dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi
bank (Pratama, 2011 dalam Giannani, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh
Giannini (2013) tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah Di Indonesia.Menunjukkan bahwa CAR
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan mudharabah pada Bank Umum
Syariah Di Indonesia.
Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk mendeteksi sejauh mana bank
syariah akan mengantisipasi kerugian yang timbul akibat dari penyaluran dana
tersebut. Rasio CAR ini menunjukkan tingkat kesehatan bank syariah. Semakin
tinggi CAR bank syariah maka semakin tinggi kemungkinan dalam menyalurkan
pembiayaan mudharabah serta memungkinkan bank untuk menutupi kerugian
yang akan timbul.
Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang menujukkan kemampuan
manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki
(Kuncoro dan Suhardjono 2011:506). Penelitian yang dilakukan oleh Giannini
(2013) tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada
Bank Umum Syariah Di Indonesia.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa FDR,
NPF, ROA, CAR, dan tingakat bagi hasil secara simultan berpengaruh terhadap
terhadap pembiayaan mudharabah.Variabel NPF tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan mudharabah.Sedangkan untuk variabel ROA, CAR, dan tingkat bagi
hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah. Maka, semakin
tinggi ROA sebuah bank maka semakin tinggi kinerja suatu bank, ini tercermin
dari meningkatnya return atas pembiayaan yang disalurkan.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka penulis menggambarkan kerangka
pemikiran sebagai berikut:
H
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian terdahulu, maka peneliti
memberikan hipotesis sebagai berikut:
1) Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Return On
Assets (ROA) secara bersama-sama berpengaruhterhadap Pembiayaan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah. Dana Pihak Ketiga
(X)
Capital Adequacy Ratio
(X))
Return On Assets
(X)
Pembiayaan
Mudharabah
2) Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruhterhadap Pembiayaan Mudharabah
pada Bank Umum Syariah.
3) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Pembiayaan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah.
4) Return On Assets (ROA) berpengaruhterhadap Pembiayaan Mudharabah