• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Hygiene Pedagang dan Sanitasi dengan Keberadaan Escherichia Coli pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet pada Penjual Ayam Penyet di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Hygiene Pedagang dan Sanitasi dengan Keberadaan Escherichia Coli pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet pada Penjual Ayam Penyet di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Makanan penting untuk pertumbuhan maupun mempertahankan

kehidupan. Makanan memberikan energi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk

membangun dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak, untuk bekerja, dan untuk

memelihara pertahanan tubuh terhadap penyakit. Dalam menjalankan fungsinya

makanan mengandung senyawa-senyawa zat gizi yang berguna bagi tubuh seperti

karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat

kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap hygiene dan sanitasi

makanan dan minuman utamanya adalah usaha diperuntukkan untuk umum

seperti restoran, rumah makan, ataupun kantin yang mengingat bahwa makanan

dan minuman merupakan media yang potensial dalam penyebaran penyakit

(Depkes RI, 2004).

Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang

Persyaratan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran, angka kuman

Escherichia coli pada makanan yang diperbolehkan adalah 0 per gram contoh makanan. Dalam persyaratan mikrobiologi Escherichia coli dipilih sebagai indikator tercemarnya air atau makanan, karena keberadaan bakteri Escherichia

(2)

dipindahsebarkan dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif

lewat makanan, air yang tercemar (Chandra, 2006).

Sayuran merupakan bahan makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari

oleh masyarakat, dimana di dalamnya banyak sekali terkandung zat-zat gizi

seperti vitamin dan mineral. Sayuran biasanya diolah atau dimasak terlebih dahulu

sebelum dikonsumsi. Namun, ada juga beberapa jenis sayuran yang dikonsumsi

langsung (sebagai lalapan) tanpa harus dimasak sebelumnya, seperti kol yang

biasa dijadikan lalapan pada menu ayam penyet. Ayam Penyet merupakan salah

satu makanan yang mudah di dapat dan harganya relatif mudah dijangkau.

Pedagang ayam penyet sangat mudah ditemukan, salah satunya di Kecamatan

Medan Selayang yang merupakan tempat yang penduduknya padat dan salah satu

tempat wisata kuliner di Medan.

Berdasarkan penelitian Tindry dkk (2015) di kota Manado didapatkan

bahwa di rumah makan yang berada di Jalan Pierre Tandean Boulevard Kota

Manado sebanyak 87,5 % proses pengelolaan lalapan kemangi dan kol langsung

disajikan secara mentah, 62,5 % menggunakan air tidak mengalir dengan cara

ditampung dalam ember untuk mencuci lalapan kemangi dan kol, 100 % warung

makan menyajikan lalapan kemangi dan kol dengan menggunakan tangan secara

langsung tanpa menggunakan alat untuk disajikan, dan 100 % rumah makan yang

diteliti menggunakan wadah terbuka untuk tempat menyimpan lalapan kemangi

dan kol.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Srianna dkk (2012) di kota Medan

(3)

memenuhi syarat kesehatan karena lebih dari 0 dalam 1 gram sampel dimana

Escherichia Coli pada sayur lalapan kol adalah 6,2 MPN, dan sayur lalapan kol yang berasal dari supermarket tidak memenuhi syarat kesehatan karena lebih dari

0 dalam 1 gram sampel dimana Escherichia coli pada sayuran kol adalah 3 MPN. Berdasarkan hasil pemeriksaan Escherichia Coli pada kol di rumah makan yang berada di Jalan Piere Tendean Boulevard Kota Manado melalui pemeriksaan

laboratorium ditemukan 7 warung makan (87,5%) mengandung Escherichia coli

pada kol sedangkan 1 warung makan (12,5%) negatif mengandung Escherichia

coli. Sampel kol yang negatif tepatnya pada warung makan 2, sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti warung makan 2 ini merupakan

satu-satunya warung makan yang menaruh kol dan kemangi pada wadah yang terpisah

dibandingkan dengan warung makan yang lain yang menaruh kol dan kemangi

dalam 1 wadah saja (Tindry dkk, 2015).

Penelitian yang dilakukan Sembiring, dkk (2005) pada kol dan selada yang

diambil di 3 pasar yaitu Pasar Pringgan, Pasar Sumbu dan Pasar Sukaramai dan 3

rumah makan yaitu Rumah Makan Berkah, Rumah Makan Mama Arfa dan

Rumah Makan Bundo Kanduang di Kota Medan dengan metode pengeceran

ditemukan banyaknya kadungan Escherichia Coli pada sayur kol dimana sayur

kol yang tedapat pada Pasar Pringgan sebanyak 2766 koloni, Pasar Sumbu

sebanyak 4000 koloni dan Pasar Sukaramai sebanyak 3833 koloni. Sedangakan

pada jenis sampel sayur selada yang berasal dari Rumah Makan Berkah sebanyak

582 koloni, Rumah Makan Mama Arfa sebanyak 955 koloni dan Rumah Makan

(4)

terdapat pada rumah makan mengalami penurunan namun masih melebihi batas

maksimum cemaran Escherichia coli dalam sayuran mentah atau lalapan yaitu 102 koloni. Pencemaran mikroba dalam makanan dapat berasal dari lingkungan,

bahan-bahan mentah, air, alat-alat yang digunakan dan manusia yang ada

hubungannya dengan proses pembuatan sampai siap disantap.

Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

kesakitan diare dari tahun ke tahun. Hasil survei Subdit Diare, angka kesakitan

diare semua umur tahun 2000 adalah 301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah

374/1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk dan tahun 2010

adalah 411/1000 penduduk. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4

(13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular (Kemenkes RI,

2011).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mencacat bahwa insiden

diare untuk semua kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 %. Period prevalen

diare pada Riskesdas 2013 (3,5%) lebih kecil dari Riskesdas 2007 (9,0%),

penurunan Period prevalen yang tingi ini dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel diambil dalam rentang waktu yang lebih singkat (Hasil

Riskesdas, 2013).

Di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2012, jumlah kasus diare yang

ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 38,67%, dengan Incidence Rate (IR)

diare per 1.000 penduduk mencapai 16,36%. Angka ini mengalami penurunan

(5)

jauh di bawah target program yaitu 220 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR

dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada

masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata (

under-reporting cases) (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012) dan berdasarkan pencatatan di Puskesmas Kecamatan Medan Selayang pada tahun

2015 di Kecamatan Medan Selayang terjadi 317 kasus diare untuk semua

kelompok umur.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis, bahwa pedagang ayam

penyet yang berada di Kecamatan Medan Selayang menyediakan berbagai macam

lalapan pada menu ayam penyet seperti kol, kemangi, selada, timun, terong dan

sebagainya, namun lalapan yang paling banyak digunakan pedagang ayam penyet

adalah lalapan kol, dimana dari 59 pedagang ayam penyet terdapat sebanyak 45

pedagang menggunakan kol sebagai lalapan untuk menu ayam penyet sedangkan

pedagang yang tidak menggunakan kol sebagai lalapan untuk menu ayam penyet

adalah sebanyak 14 pedagang.

Ditemukan juga sebagian besar pedagang ayam penyet yang berada di

Kecamatan Medan Selayang masih terlihat kurangnya kebersihan penjamah

makanan dalam melakukan pengolahan makanan khususnya pada lalapannya

seperti masih banyaknya tenaga penjamah yang menggunakan tangan langsung

dalam penyajian lalapan tanpa alat penyajian, masker, celemek. Perilaku

penjamah makanan yang meletakkan lalapan kol dalam wadah yang terbuka dan

masih banyak penjamah makanannya yang tidak menggunakan air mengalir untuk

(6)

bersih seperti pewadahan sampah yang tidak tertutup dan kotor, tidak ada pemisah

antara sampah organik dan sampah anorganik, tempat pembuangan sampah dan

saluran pembuangan air limbah dapat mengundang keberadaan vektor penyakit

yang mampu mengontaminasi makanan.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan

mengetahui hubungan hygiene pedagang dan sanitasi dengan keberadaan

Escherichia coli pada lalapan kol sebagai menu lalapan ayam penyet.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penilitian ini

adalah apakah ada hubungan antara hygiene pedagang dan sanitasi dengan

keberadaan Escherichia Coli pada kol sebagai menu lalapan ayam penyet pada penjual ayam penyet di kecamatan Medan Selayang tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara hygiene

pedagang dan sanitasi dengan keberadaan Escherichia Coli pada kol sebagai menu lalapan ayam penyet pada penjual ayam penyet di kecamatan Medan

Selayang tahun 2016.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui hygiene pedagang ayam penyet dalam penanganan makanan di

(7)

2. Mengetahui sanitasi tempat dan makanan pada penjual ayam penyet di

kecamatan Medan Selayang

3. Mengetahui keberadaan Escherichia Coli pada kol sebagai menu lalapan ayam

penyet di kecamatan Medan Selayang

4. Mengetahui hubungan antara hygiene pedagang dan sanitasi dengan

keberadaan Escherichia Coli pada kol sebagai menu lalapan ayam penyet pada

penjual ayam penyet di kecamatan Medan Selayang

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai

berikut :

1. Ho : Tidak ada Hubungan Hygiene Pedagang Dengan Keberadaan

Escherichia Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada

Penjual Ayam Penyet Di Kecamatan Medan Selayang 2016

Ha : Ada Hubungan Hygiene Pedagang Dengan Keberadaan Escherichia

Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada Penjual Ayam

Penyet Di Kecamatan Medan Selayang 2016

2. Ho : Tidak ada Hubungan Sanitasi Tempat Dengan Keberadaan

Escherichia Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada

Penjual Ayam Penyet Di Kecamatan Medan Selayang 2016

Ha : Ada Hubungan Sanitasi Tempat Dengan Keberadaan Escherichia Coli

Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada Penjual Ayam Penyet

(8)

3. Ho : Tidak ada Hubungan Sanitasi Makanan Dengan Keberadaan

Escherichia Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada

Penjual Ayam Penyet Di Kecamatan Medan Selayang 2016

Ha : Ada Hubungan Sanitasi Makanan Dengan Keberadaan Escherichia

Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada Penjual Ayam

Penyet Di Kecamatan Medan Selayang 2016

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada konsumen untuk mengetahui keberadaan

Escherichia Coli pada kol sebagai menu lalapan ayam penyet pada penjual ayam penyet di kecamatan Medan Selayang

2. Menjadi acuan dalam praktek hygiene dan sanitasi yang baik dan benar

khususnya dalam pengelolaan makanan.

3. Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan yang

terkait dengan hygiene pedagang dan sanitasi makanan sesuai dengan standar

kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

*Penulis, Mahasiswa Departemen Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara ** Pembimbing I, Staf Pengajar Departemen Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara.. *** Pembimbing II,

Hal tersebut mendasari pemikiran perlunya dikembangkan sebuah program aplikasi komputer untuk menghasilkan visualisasi desain jalan secara tiga dimensi, berdasarkan data

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara BBLR, sanitasi kurang baik, kebiasaan bapak merokok dalam rumah, pendidikan ibu dan bapak yang rendah, pendapatan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan sebagai berikut: 1) Secara simultan kesehatan, lingkungan, keinginan dan kebutuhan dasar manusia dan keselamatan

Pengertian anak dapat ditinjau dari usia atau dari aspek kejiwaan. Seseorang dapat dikategorikan sebagai anak bila ia berumur antara 8 sampai 17. tahun, bila ditinjau dari batasan

Penelitian ini bertujuan untuk menilai konsumsi pangan, asupan gizi, mutu gizi konsumsi pangan (MGP), skor pola pangan harapan (PPH), dan korelasi antara skor PPH dan

Pada penelitian ini diperoleh bahwa timbul shopping emotion yang cukup positif pada responden, sedangkan impulse buying pada penelitian ini diperoleh hasil 55,17%