BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah rangkaian perubahan yang dilakukan secara menyeluruh terarah dan berencana dalam rangka mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat yang memiliki keseimbangan antara kebutuhan lahiriah dan bathiniah. Tujuan pembangunan nasional Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia baik materiil maupun spiritual, yaitu dengan tersedianya kebutuhan pokok sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (rumah) yang layak.1
Pengalaman membangun pada masa yang lalu dan timbulnya krisis yang berkepanjangan dapat digunakan sebagai pelajaran bahwa disamping keberhasilan mencapai tujuan pembangunan, proses dan cara mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi tersebut tidak kalah pentingnya. Pembangunan pada bidang ekonomi merupakan penggerak utama pembangunan, namun pembangunan ekonomi ini harus disertai upaya saling memperkuat, terkait, serta terpadu dengan pembangunan bidang lainnya.
Pembangunan nasional mesti mengacu pada konsep pembangunan yang utuh menyeluruh dan melibatkan peran aktif masyarakat. Tanpa peran aktif masyarakat, maka pembangunan nasional akan mengalami hambatan dan bahkan kegagalan.
2
1
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal.1
2
Johannes Ibrahim, Lindawati Sewu, Hukum Bisnis Dalam Perspektif Manusia Modern, Penerbit Refika Adi Tama, Bandung, 2007, hal.23
ekonomi harus dilaksanakan berlandaskan aturan main yang jelas, etika dan moral yang baik, serta nilai-nilai yang menjungjung tinggi hak asasi manusia serta persamaan derajat, hak dan kewajiban warga negara setiap rakyat Indonesia.
Titik berat pembangunan di Negara Indonesia apabila dikaji adalah di bidang ekonomi, dengan maksud apabila pembangunan ekonomi berhasil, maka akan berakibat kepada bidang-bidang pembangunan lainnya. Menjamin adanya pembangunan ekonomi yang baik maka diperlukan adanya aturan hukum yang jelas, dan untuk mewujudkan hal tersebut maka sudah sepantasnya para ahli hukum diajak secara aktif integrative untuk merumuskan berbagai kebijakan di segala bidang pembangunan.3
Berkembangnya perekonomian dalam suatu negara sangat ditunjang oleh kemajuan yang dialami oleh suatu perusahaan yang ada di negara tersebut, oleh karena itu organisasi dalam sebuah perusahaan merupakan komponen yang sangat menunjang untuk tercapainya visi dan misi perusahaan dalam menghadapi dan mengantisipasi berbagai persaingan, baik ditingkat lokal maupun global.4
Berkembangnya berbagai perusahaan tersebut berdasarkan kepada konsep ekonomi yaitu mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya dengan pengeluaran yang serendah-rendahnya. Sejak lama dunia usaha percaya bahwa satu-satunya tanggung jawab mereka adalah membuat keuntungan bagi pemodalnya, banyak anggota masyarakat ataupun pemerintah yang mendirikan perusahaan hanya mengejar target mencari keuntungan, dan mengabaikan
aspek-3
Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial
Perseroan Terbatas, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2008, hal.53 4
aspek lain yang sebenarnya sangat vital bagi perusahaan terkadang diabaikan, misalnya hak-hak karyawan perusahaan, upah karyawan yang murah dijadikan alasan untuk mendirikan perusahaan, sumber daya alam yang melimpah diolah tanpa memperhatikan aspek-aspek lingkungan hidup. Dengan mengabaikan berbagai aspek tersebut perusahaan bisa meraih keuntungan yang maksimal, artinya tanggung jawab ekonomi dari perusahaan dapat dikatakan berhasil.
Menjaga kesinambungan hidup perusahaan, perlu diterapkan prinsip Good
Corporate Governance (GCG) yaitu seperangkat aturan yang dijadikan acuan
manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan secara baik, benar, dan penuh integritas, serta membina hubungan dengan para stakeholders, guna mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, yang menekankan pada prinsip akuntabilitas (accountability), kemandirian (independency) transparansi (transparansy), pertanggungjawaban (responsibility) dan kewajaran(fairness), karena dengan tercapainya GCG perusahaan dapat menciptakan lingkungan kondusif terhadap pertumbuhan usahanya yang efesien dan berkesinambungan.5
Sebagaimana diketahui bahwa, memasuki abad ke-21, tuntutan untuk pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance,/GCG) dalam pengelolaan perbankan, termasuk perbankan syariah sangat penting segera dilakukan. Pemicu utama berkembangnya tuntutan ini diakibatkan oleh krisis yang terjadi di sektor perbankan yang umumnya didominasi oleh perbankan konvensional pada pertengahan tahun 1997 yang terus berlangsung sampai tahun
5
2000. Usaha mengembalikan kepercayaan kepada dunia perbankan Indonesia melalui restrukturisasi dan rekapitalisasi hanya dapat mempunyai dampak jangka panjang dan mendasar apabila disertai tiga tindakan penting lain yaitu :
1. Ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian. 2. Pelaksanaan good corporate governance.
3. Pengawasan yang efektif dari otoritas pengawas bank.
Secara global, tuntutan pelaksanaan CGC semakin menguat setelah runtuhnya beberapa raksasa bisnis dunia seperti Enron dan Worldcom di AS, serta tragedy jatuhnya HIH dan One-tel di Australia. Berdasarkan beberapa hasil penelitian dan laporan dari Bank Dunia dan ADB krisis perbankan yang terjadi di Indonesia dan keruntuhan perusahaan-perusahaan besar dunia disebabkan oleh karena buruknya pelaksanaan praktik-praktik GCG. Perkembangan yang begitu pesat akhir-akhir ini dari aktivitas perbankan menuntut segera diimplementasikannya praktik-praktik GCG dalam pengelolaan perbankan agar dapat memberikan perlindungan yang maksimum kepada semua pihak yang berkepentingan dalam stakeholder terutama nasabah atau deposan. Disamping itu penerapan GCG dapat membantu bank meminimalisasi kualitas pembiayaan yang tidak baik, meningkatkan akurasi penilaian bank, infrastruktur, kualitas pengambilan keputusan bisnis, dan mempunyai sistem deteksi dini terhadap high
risk business area, product, dan services.
governance bagi Bank Umum. Penerapan sistim GCG dalam perbankan syariah
diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Sebenarnya tanggung jawab perusahaan tidak hanya berupa tanggung jawab ekonomi saja, akan tetapi juga mempunyai tanggung jawab sosial (Corporate social responsibility/ CSR) yang berkaitan dengan segala aspek yang menunjang berhasilnya perusahaan tersebut. Tanggung jawab sosial dunia usaha telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan bersama antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha sendiri berdasarkan prinsip-prinsip saling menguntungkan (kemitraan). Tanggung jawab sosial perusahaan memberikan implikasi positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, meringankan beban pembiayaan, pembangunan pemerintah, memperkuat investasi dunia usaha, serta semakin kuatnya jaringan kemitraan, antara masyarakat , pemerintah, dengan dunia usaha.6
Konsep awal CSR secara akademisi diperkenalkan oleh Howard R. Bowen melalui karyanya yang berjudul “Social Responsibilities of the Businessmen” Bowen telah memberikan landasan awal bagi pengenalan kewajiban pelaku bisnis untuk menetapkan tujuan bisnis yang selaras dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat. Bowen mengacu kepada kewajiban pelaku bisnis untuk membuat dan melaksanakan kebijakan, keputusan dan berbagai tindakan yang harus mengikuti tujuan dan nilai- nilai dalam suatu masyarakat.7
6
Isa Wahyudi, Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility, Intrans Publishing, Jakarta, 2008, hal. 15
7
Berkembangnya konsep awal CSR tidak terlepas dari pemikiran para
pemimpin perusahaan yang pada zaman itu menjalankan usahanya dengan
mengindahkan pada konsep Derma (charity) dan prinsip perwalian(stewardship
principle). Kemudian periode awal tahun 1970-an mencatat babak penting
perkembangan konsep CSR ketika para pimpinan perusahaan terkemuka di
Amerika Serikat membentuk Committee for Economic Development (CED).
Dalam salah satu pernyataan CED menyatakan bahwa kontrak sosial antara
masyarakat dan pelaku usaha telah mengalami perubahan yang substansial dan
penting. Pelaku bisnis dituntut untuk memikul tanggung jawab yang lebih luas
kepada masyarakat dibandingkan waktu-waktu sebelumnya serta mengindahkan
beragam nilai-nilai manusia. Perusahaan diminta untuk memberikan kontribusi
lebih besar bagi kehidupan bangsa Amerika dan bukan sekedar memasok
sejumlah barang dan jasa.8
Krisis finansial global yang melanda dan melumpuhkan sendi-sendi
perekonomian global hampir keseluruh negara di dunia, mengakibatkan
menurunnya laju globalisasi dalam perekonomian Indonesia. Oleh karena itu
sangat penting khususnya bagi kelangsungan pembangunan perekonomian
Indonesia untuk mewujudkan suatu system perekonomian yang berpihak kepada
rakyat. Untuk ini pemerintah telah melakukan penguatan pada dasar-dasar
kebijakan, khususnya dalam bentuk peraturan di bidang ekonomi untuk menjaga
keseimbangan dunia usaha agar para pelaku usaha dapat bersaing dengan sehat
8
dan adil tanpa menimbulkan kerugian dan kesengsaraan bagi rakyat dan
kerusakan lingkungan sekitarnya.
CSR telah diterapkan oleh sejumlah perusahaan multinasional dan nasional
di Indonesia. Umumnya kepatuhan dalam pelaksanaan CSR dikaitkan dengan
program Community Development (CD) dan dalam kerangka pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development).9
Gerakan CSR yang berkembang pesat selama dua puluh tahun terakhir ini
lahir akibat desakan organisasi-organisasi masyarakat sipil dan jaringannya di
tingkat global. Keprihatinan utama yang disuarakan adalah perilaku korporasi,
demi memaksimalkan laba, lazim mempraktekkan cara-cara yang tidak fair dan
tidak etis, dan dalam banyak kasus bahkan dapat dikatagorikan sebagai kejahatan
korporasi.
Masih banyak perusahaan yang tidak
mau menjalankan CSR, hal ini disebabkan karena perusahaan-perusahaan tersebut
hanya melihatnya sebagai pengeluaran (beban) biaya. CSR dianggap tidak akan
memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan
perusahaan di masa mendatang. Disisi lain investor juga ingin agar investasinya
dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaannya memiliki citra yang baik di
mata masyarakat umum. Oleh karena itu program CSR lebih tepat bila
digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu
perusahaan.
10
9
Mardjono Reksodiputro, Sektor Bisnis (Corporate) Sebagai Subyek Hukum Dalam
Kaitan Dengan HAM, Penerbit Refika Aditama, Jakarta, 2005, hal. 73 10
Robert Khuana, Corporate Social Responsibility (CSR) Antara Tuntutan dan
Secara yuridis pengaturan soal CSR secara eksplisit dalam hukum Indonesia dimulai ketika pemerintah memberlakukan UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang dalam Pasal 15 menyebut bahwa setiap Penanam Modal (perseorangan atau perusahaan, berbadan hukum ataupun bukan badan hukum) berkewajiban untuk:
1. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. 2. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Kemudian perubahan Undang No.1 Tahun 1995 menjadi Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, telah membawa perubahan penting bagi dunia usaha di Indonesia. Salah satu yang mendapat perhatian lebih dari kalangan pengusaha adalah Corporate Social Responsibility (CSR), karena CSR akhir-akhir ini telah menjadi salah satu faktor penilaian bagi investor asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. CSR menjadi salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh sebuah perusahaan sesuai dengan bunyi ketentuan Pasal 74 UUPT No.40 Tahun 2007, yang menyatakan:
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
(2) Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, dipilih judul tentang "Tanggungjawab Sosial Perusahaan Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Perbankan (Studi Pada PT. Bank Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan)".
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penyusunan skripsi ini adalah : 1. Bagaimana penerapan prinsip tata kelola perusahaan perbankan di PT. Bank
Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan ?
2. Bagaimana peranan corporate sosial responsibility dalam mengimplementasikan tata kelola perusahaan perbankan yang baik di PT. Bank Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan ?
3. Bagaimana hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan bank yang baik ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah:
2. Untuk mengetahui peranan corporate sosial responsibility dalam mengimplementasikan tata kelola perusahaan perbankan yang baik di PT. Bank Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan.
3. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan bank yang baik.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dalam skripsi ini adalah:
1. Secara teoritis untuk menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum khususnya corporate sosial responsibility dalam mengimplementasikan tata kelola perusahaan perbankan yang baik di PT. Bank Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan.
2. Secara praktis memberikan informasi kepada masyarakat tentang corporate
sosial responsibility dalam mengimplementasikan tata kelola perusahaan
perbankan yang baik di PT. Bank Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan.
E. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Tanggungjawab Sosial Perusahaan Dalam Rangka
Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Perbankan (Studi Pada PT. Bank Sumut
Kantor Pusat Imam Bonjol Medan)”. Di dalam penulisan skripsi ini dimulai
dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan tanggungjawab sosial
melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak maupun
elektronik dan disamping itu juga diadakan penelitian. Sehubungan dengan
keaslian judul skripsi ini dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi
tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis
oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini saya buat, maka hal itu
menjadi tanggung jawab saya sendiri.
F. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu
menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan
teori-teori hukum dan pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan
di atas. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran yang
akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan sebuah proses atau hubungan,
menggunakan informasi dasar dari suatu hubungan teknik dengan definisi tentang
penelitian ini dan berusaha menggambarkan secara lengkap11
11
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2003, hal.16.
yaitu tentang
tanggungjawab sosial perusahaan dalam rangka pelaksanaan tata kelola
2. Sifat Penelitian
Untuk menunjang diperolehnya data yang aktual dan akurat, penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang hanya menggambarkan fakta-fakta tentang objek penelitian baik dalam kerangka sistematisasi maupun sinkronisasi berdasarkan aspek yurisidis empiris dengan tujuan menjawab permasalahan yang menjadi objek penelitian.
3. Sumber Data.
Data yang diharapkan dapat diperoleh di tempat penelitian maupun di luar penelitian adalah :
a. Data primer
Data primer, adalah data yang diperoleh dari tangan pertama, dari sumber asalnya yang belum diolah dan diuraikan orang lain. Untuk memperoleh data primer peneliti melakukan studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara (interview). Wawancara adalah bertanya langsung secara bebas kepada responden dengan mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan secara terbuka sebagai pedoman.
b. Data Sekunder
1) Bahan hukum primer, terdiri dari bahan hukum dan ketentuan-ketentuan
hukum positif termasuk peraturan perundang-undangan dan website.
2) Bahan hukum sekunder atau sering dinamakan secondary data yang antara
lain mencakup di dalamnya:
a) Kepustakaan/buku literatur yang berhubungan dengan tanggungjawab
sosial perusahaan dalam rangka pelaksanaan tata kelola perusahaan
perbankan.
b) Data tertulis yang lain berupa karya ilmiah para sarjana.
c) Referensi-referensi yang relevan dengan tanggungjawab sosial
perusahaan dalam rangka pelaksanaan tata kelola perusahaan
perbankan.
3) Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus
hukum, ekslopedia, kamus umum dan lain sebagainya.
4. Teknik Pengumpulan Data.
Mengingat penelitian ini adalah penelitian yang bersifat yuridis normatif
yang memusatkan perhatian pada data sekunder, maka pengumpulan data utama
ditempuh dengan melakukan penelitian kepustakaan dan studi dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan penelitian. Untuk melengkapi data yang berasal dari studi
kepustakaan tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan wawancara terhadap
5. Analisis Data.
Data yang dikumpulkan dapat dipertanggung jawabkan dan dapat menghasilkan jawaban yang tepat dari suatu permasalahan, maka perlu suatu teknik analisa data yang tepat. Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan.12
G. Sistematika Penulisan
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan pola pikir/logika induktif, yaitu pola pikir untuk menarik kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Pengolahan dan analisis data bergantung pada jenis datanya. Pada penelitian hukum berjenis normatif, maka dalam mengolah dan menganalisis bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier tidak dapat lepas dari berbagai penafsiran hukum yang dikenal dalam ilmu hukum.
BAB I : Pendahuluan, yang menjadi sub bab terdiri dari, yaitu Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Keaslian Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan
BAB II : Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibilty) meliput i : Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Corporate Social Responsibility), Prinsip Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Corporate Social Responsibility), Standard Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Corporate Social Responsibility), Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate
Social Responsibility) sebagai Gerakan Sosial Perusahaan.
12
BAB III Tata Kelola Pada Perusahaan Perbankan meliputi : Pengertian Tata Kelola Perusahaan Perbankan, Tujuan Tata Kelola Perusahaan Perbankan, Prinsip Tata Kelola Perusahaan Perbankan, Penerapan Tata Kelola Perusahaan Perbankan.
BAB IV Tanggungjawab Sosial Perusahaan Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Perbankan Pada PT. Bank Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan meliput i : Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan Perbankan di PT. Bank Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan, Peranan Corporate Sosial
Responsibility Dalam Mengimplementasikan Tata Kelola Perusahaan Perbankan
yang Baik di PT. Bank Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan, Hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan dalam Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Bank yang Baik.