• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kuantitatif Asam Miristat dalam Produk Asam Lemak PT. Socimas Secara Kromatografi Gas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Kuantitatif Asam Miristat dalam Produk Asam Lemak PT. Socimas Secara Kromatografi Gas"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Hasil utama perkebunan kelapa sawit adalah buah kelapa sawit. Selanjutnya, buah kelapa sawit diproses (ekstraksi) di pabrik penggilingan (mill) sehinggga menghasilkan ekstrak, berupa minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan minyak inti sawit Palm Kernel Oil (PKO).

Pada kelapa biasa, minyak diambil dari daging buah yang berada di dalam tempurung disebut kernel. Hasil ektraksi sabut kelapa sawit adalah CPO, sedangkan hasil ekstraksi inti buah adalah PKO. Crude Palm Oil (CPO) dan PKO merupakan minyak kelapa sawit mentah dan merupakan hasil industri hulu yang selanjutnya dapat diolahkan menjadi berbagai produk pangan, non pangan, dan industri (Mustafa, 2004).

2.1.1. Kegunaan Kelapa Sawit

(2)

Kenyataan menunjukkan bahwa banyak industri dan konsumen yang cenderung menyukai dan menggunakan kelapa sawit. Minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenesis. Produksi CPO Indonesia sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Fraksi olein tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai pelengkap minyak goreng dan minyak kelapa.

Minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di industri-industri non pangan, industri farmasi, dan industri oleokimia ( fatty acid, fatty

alkohol, dan glicerine). Produk non pangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis (splitting) untuk menghasilkan lemak dan gliserin ( Tim Penulis, 1997).

Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati termasuk diantaranya adalah minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama minyak yang digolongkan dalam oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino, metil ester dan gliserin. Bahan-bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunaan sebagai bahan baku industri kosmetik dan aspal. Oleokimia juga digunakan dalam pembuatan deterjen (Fauzi, 2004).

2.1.2. Kimia Minyak Dan Lemak

(3)

larut atau sebagian larut dalam air, larut didalam pelarut organik (non polar) seperti eter, kloroform dan lain-lain.

Lemak merupakan bahan makanan yang penting baik karena kalori yang dihasilkan tinggi maupun karena vitamin-vitamin yang larut didalam lemak, serta asam-asam lemak essensial yang terdapat pada lemak tersebut. Peran struktur adalah keterlibatannya (fungsinya) didalam sistem kerja biologis dari membran (Mustafa, 2004).

2.1.3. Minyak Kelapa Sawit

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) dikenal terdiri dari empat macam tipe atau varietas, yaitu tipe Macrocarya, Dura, Tenera dan Pisifera. Masing-masing tipe dibedakan berdasarkan tebal tempurung. Tabel 2.1 Beda tebal tempurung dari berbagai tipe kelapa sawit

Tipe Tebal Tempurung (mm)

Macrocarya tebal sekali : 5

Dura tebal : 3 – 5

Tenera sedang : 2 – 3

Pisifera sedang : 2 – 3

(4)

kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. Selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak (Ketaren,1986).

2.1.4. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi tepat. Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2. Bahan yang tidak disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen .

Tabel 2.2Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Asam Lemak Minyak kelapa sawit (persen)

Minyak Inti sawit (persen)

Asam kaprilat - 3 – 4

Asam kaproat - 3 – 7

Asam laurat - 46 – 52

Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17

Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9

Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5

Asam oleat 39 – 45 13 – 19

Asam linoleat 7 – 11 0,5 – 2

(Ketaren,1986)

(5)

bahan kimia gliserol yang jumlahnya sekitar 10% dari bahan baku minyak sawit yang dipergunakan. Masing-masing bahan kimia tersebut mempunyai ruang lingkup penggunaan yang tidak sama, sehingga bahan itu dikembangkan lebih lanjut menjadi produk yang siap pakai atau bahan setengah jadi (Tim Penulis, 1997).

2.2. Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipida. Satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik misalnya eter, benzena, kloroform atau sebaliknya ketidak larutannya dalam pelarut air.

Dari dua kutub (pole) kelarutan yang berlawanan ini timbul pengertian Polaritas (polarity) yang menunjukkan tingkat kelarutan bahan dalam air di satu sisi dan pelarut organik di satu sisi lain yang berlawanan. Yang cenderung lebih larut dalam air disebut memiliki sifat yang polar dan sebaliknya yang cenderung lebih larut dalam pelarut organik disebut non-polar. Di antara kedua kutub yang ekstrem ini sering disebut dalam kadar yang relatif saja misalnya lebih non-polar atau kurang polar dan sebagainya.

(6)

banyak dipakai dalam teknologi makanan misalnya sebagai bahan pengemulsi, penstabil dan lain-lain keperluan.

Lemak dan minyak ini dalam bidang biologi dikenal sebagai salah satu bahan penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul. Dalam bidang gizi, lemak dan minyak merupakan sumber biokalori yang cukup tinggi nilai kilo kalorinya yaitu sekitar 9 kilokalori setiap gramnya. Juga merupakan asam-asam lemak tak jenuh yang essensial yaitu linoleat dan linolenat.

Dalam bidang teknologi makanan, lemak dan minyak memegang peran yang penting. Karena minyak dan lemak memiliki titik didih yang tinggi (sekitar 200° C) maka biasa dipergunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya dan menjadi kering. Minyak dan lemak juga memberikan aroma yang spesifik.

Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan rapat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak ini.

(7)

O H2C – OH HOOCR1 H2C – O – C – R1

O

HC – OH + HOOCR2 HC – O – C – R2 + 3H2O

O H2C – OH HOOCR3 H2C – O – C – R3

Gliserol asam lemak trigliserida air

Gambar 2.1 Proses kondensasi 1 molekul gliserol dengan 3 molekul asam lemak (Mangoensoekarjo, 2003)

Kalau R1=R2=R3 maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida

sederhana (simple triglyceride) sebaliknya kalau berbeda-beda disebut trigliserida campuran (mixed triglyceride).

Apabila satu molukul gliserol hanya mengikat satu molekul asam lemak maka hasilnya disebut monogliserida dan kalau dua asam lemak disebut digliserida. Mono dan digliserida ini sengaja dibuat misalnya dari sintesa gliserida yang tak sempurna atau dengan hidrolisa tak sempurna bahan trigliserida (Suarmadji, 1989).

2.2.1 Asam Lemak

Asam-asam lemak yang ditemukan di alam, biasanya merupakan asam-asam monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam-asam lemak yang ditemukan di alam dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.

Asam-asam lemak mempunyai jumlah atom C genap dari C2 sampai C30 dan

(8)

ditemukan dalam bahan pangan adalah asam palmitat, yaitu 15 – 50 % dari seluruh asam-asam lemak yang ada. Asam stearat terdapat dalam konsentrasi tinggi pada lemak biji-bijian tanaman tropis dan dalam lemak cadangan beberapa hewan darat, yaitu 25% dari asam-asam lemak yang ada ( Winarno, 1992).

Tabel 2.3 Jenis – jenis asam lemak, panjang rantai atom C nya

Rantai C Nama Umum Nama Sistematis

Asam Lemak Jenuh

4 Butirat Butanoat

6 Kaproat Heksanoat

8 Kaprilat Oktanoat

12 Laurat Dodekanoat

14 Miristat Tetradekanoat

18 Stearat Oktadekanoat

Asam Lemak Tak Jenuh 1 ikatan rangkap

12 : 1 Lauroleat 9 - Dodecenoat

18 : 1 Oleat 9 – Oktadecenoat

Asam lemak Tak Jenuh Dengan Dua atau Lebih ikatan Rangkap

18 : 2 Linoleat cis-cis- 9,12–

Oktadekadienoat

18 : 3 Linolenat

(9)

Semakin panjang rantai atom C asam lemak semakin tinggi titik cairnya. Namun apabila ada ikatan tak jenuhnya, maka titik cair rantai C asam lemak yang sama akan turun. Dengan prinsip perbedaan titik cair asam-asam lemak ini trigliserida dapat dipisahkan secara fisis antara komponen minyak dan lemaknya. Komponen-komponen minyak umumnya terdiri dari trigliserida yang memiliki asam-asam lemak yang jenuh (Suarmadji , 1989).

2.2.2 Asam Miristat

Asam miristat terdapat secara melimpah dalam biji pala (Myristica fragransi) dan berbagai jenis spesies myritica. Umumnya, asam miristat diisolasi dari biji pala dengan prosedur dan teknik pemisahan yang didasarkan pada ekstraksi trimiristin yang terkandung dalam biji pala menggunakan pelarut yang sesuai ( pelarut non-polar) untuk mendapatkan/melarutkan trimiristin sebanyak-banyaknya. Karena trimiristin terdapat dalam biji pala dengan kadar tinggi , maka hasil ekstraksi yang murni dapat dicapai dengan cara ekstraksi sederhana dan kristalisasi.

(10)

Asam miristat atau biasa juga dikenal sebagai asam tetradekanoat merupakan salah satu jenis asam lemak jenuh dengan rumus molekul CH3(CH2)12 COOH. Asam

miristat pertama kali di isolasi oleh Playfair pada tahun 1841 dan sekaligus mengemukakan bahwa asam miristat merupakan komponen utama biji Pala (Myristica fragransi/ Pala Maluku) dan sebagain besar spesies myritica, namun dalam jumlah yang tidak terlalu besar dibanding dengan pala.

Pada biji pala terkandung 73 % gliserida jenuh dengan 76,6 % komponen asam lemaknya berupa asam miristat yang berada pada biji pala dalam dalam bentuk trimiristin. Trimiristin merupakan suatu trigliserida yang terbentuk dari gliserol dan asam miristat ( Cahyono , 2010).

Sifat sangat hidrofobik yang dimiliki asam miristat disebabkan oleh struktur dari “ekor” asam lemak ini berupa rantai hidrokarbon lurus dengan panjang karbon 13 sehingga kelarutannya dalam air akan menjadi sangat kecil. Ekor berupa rantai lurus ini akan menciptakan susunan yang rapat dan stabil. Bagian polar berada pada bagian

“kepala” yang berupa gugus karboksilat. Sifat polar didapat dari ikalan -O-H yang

kurang stabil sehingga atom–H akan mudah lepas . Sifat inilah yang nantinya akan dimanfaatkan dalam aplikasi asam miristat dalam keidupan sehari-hari (Desnelli, 2009).

(11)

kosmetik didasarkan pada sifat ampifilik asam miristat yang memiliki bagian hidrofobik dan hidrofilik. Sedikit perbedaan sabun dan kosmetik dari asam miristat dibanding dariasam lemak lain yaitu tekstur yang moisture dan kecepatannya mengangkat kotoran dari kulit serta mengurangi kadar minyak di wajah. Di Jepang telah berkembang pesat sabun dan kosmetik berbahan asam miristat (campuran dangan komponen lain) , salah satunya merek dagang Anosa (Perdana , 2008 ).

O

HO

Gambar 2.2 struktur asam miristat

2.2.3. Sifat- Sifat Asam Lemak

Sifat asam lemak ditentukan oleh rantai hidrokarbonnya. Asam lemak berantai jenuh yang mengandung 1 sampai 8 atom karbon berupa cairan sedangkan lebih dari 8 atom karbon berupa padatan. Asam stearat mempunyai titik cair 70 °C tetapi dengan adanya satu saja ikatan tidak jenuh seperti pada asam oleat, titik cairnya menurun sampai 14 °C. Dengan tambahan beberapa ikatan rangkap, titik cair bisa lebih rendah lagi.

(12)

katalis, bentuk cis bisa berubah jadi bentuk trans. Sebagai contoh asam oleat dapat berubah jadi isomer transnya yaitu asam elaidat yang memiliki titik didih lebih tinggi.

Pada asam lemak yang mengandung banyak ikatan rangkap, konfigurasi cis menyebabkan rantai hidrokarbon membengkok sehingga rantainya lebih pendek. Tetapi kalau diperhatikan senyawa berantai hidrokarbon yang tidak berikatan rangkap, maka terlihat bahwa senyawa ini tidak berupa rantai lurus yang dapat mengisi ruangan yang sempit. Sampai menarik perhatian para ilmuwan ialah karena membran sel hewan dan tumbuhan banyak mengandung asam lemak tak jenuh (Girindra, 1990).

2.2.4. Lemak Netral (Asil Gliserol)

Lemak netral disebut juga asil gliserol atau gliserida. Lemak ini merupakan komponen utama lemak simpanan pada sel-sel hewan dan tumbuhan, terutama pada jaringan adipose vetebrata.

(13)

H H H H

H C OH H C O C R1 H C O C R1 H C O C R1

H C OH O O O

H C OH H C OH H C O C R2 H C O C R2

C H C OH O O H H C OH H C O C R3

H H O

Gliserol Monoasil gliserol Diasil gliserol Triasil gliserol Gambar 2.3 Gliserida; monoasil, diasil, dan triasil gliserol

Semua triasil gliserol tidak larut dalam air dan juga tidak memperlihatkan kesanggupan untuk membentuk disperse misel yang tinggi. Tetapi diasil dan monoasil gliserol larut dalam eter, kloroform, benzena dan etanol (Girindra,1990).

2.2.5 Esterifikasi dan Interesterifikasi

Ester asam lemak di dalam terdapat dalam ester antara gliserol dengan asam lemak ,disamping itu ada juga ester antara antara asam lemak dengan alkoholnya yang membentuk monoester ( Endo,1997).

Esterifikasi digunakan untuk membuat derivat gugus karboksil. Pengubahan gugus karboksil menajdi esternya akan meningkatkan volatilitas karena akan menurunkan ikatan hidrogen (Rohman, 2007).

Reaksi–reaksi pembentukan ester secara umum disebut dengan esterifikasi. Reaksi pembentukan ester ada dua yaitu :

1. Reaksi pembentukan ester secara esterifikasi

(14)

C

b. Reaksi suatu alkohol dengan suatu asam anhidrida, membentuk suatu ester dan suatu asam

c. Reaksi suatu alkohol dengan suatu asil klorida, dengan membebaskan HCl

Interesterifikasi terbagi atas tiga yaitu :

(15)

2. Asidolisis : suatu reaksi diamna suatu ester trigliserida atau ester asam lemak diubah menjadi ester yang lain melalui reaksi dengan suatu asam.

Reaksinya :

R C

O

O R" + RCOOH R C

O

O R" + R'COOH

3. Transesterifikasi : sautu reaksi dimana suatu ester trigliserida atau ester asam lemak diubah menjadi ester yang lain melalui reaksi dengan suatu ester.

Reaksinya :

R C

O

O R' + R"COOR"' R C O

O R" + R"'COOR' (Robert, 1994)

2.2.6. Dasar – Dasar Analisa Minyak dan Lemak

Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alami terpenting yang dapat dipelajari secara lebih mendalam relatif lebih mudah daripada senyawa–senyawa makronutrien yang lain. Prosedur – prosedur analisa lemak dan minyak berkembang pesat, baik yang menggunakan alat peralatan sederhana maupun yang lebih mutakhir. Kemudahan analisa tersebut dimungkinkan antara lain karena :

(16)

b. Molekul – molekul lemak dan minyak dapat disintesakan di laboratorium menurut kebutuhan, sedang molekul protein dan karbohidrat yang kompleks misalnya lignin, belum dapat

Kemajuan prosedur penentuan komposisi asam lemak merupakan salah satu contoh pesatnya perkembangan ini. Untuk menentukan komposisi asam – asam lemak yang terdapat pada trigliserida misalnya pada tahun 1950 hanya dapat dilakukan dengan cara destilasi ester–ester asam lemak yang membutuhkan wakatu lama, pelaksanaannya rumit, hasilnya kurang cermat dan meragukan, sampel yang dibutuhkan banyak sampai setengah kilogram.Tetapi dengan dengan alat Gas Liquid Chromatography, penentuan yang sama dapat dilakukan dengan lebih cermat, dalam waktu (hanya beberapa jam) dengan sampel yang hanya beberapa milligram.

Analisa lemak dan minyak yang umunya dilakukan pada bahan makanan dapat digolongkan dalam tiga kelompok tujuan ini :

1. Penentuan kuantitatif dan penentuan kadar lemak atau minyak yang terdapat dalam bahan makanan atau bahan pertanian.

2. Penentuan kualitas murni (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses ektraksinya, atau ada tidaknya perlakuan, pemurnian lanjutan

(17)

2.3. Kromatografi

Dalam analisa kimia suatu bahan sering dihadapkan pada pekerjaan – pekerjaan seperti menghilangkan konstituen–konstituen penggangu atau mengisolasi atau memekatkan konstituen yang dikendaki sebelum dilakukan indentifikasi maupun pengukuran jumlahnya (Suarmadji, 1989).

Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase).Teknik kromatografi telah berkembang yang telah digunakan untuk memisahkan dan mengkualifikasi berbagai macam komponen yang kompleks, baik komponen organik maupun komponen anorganik ( Rohman, 2007).

2.3.1. Pembagian Kromatografi

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam ergantung pada pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi : (a)kromatogarfi adsorbsi; (b)Kromatografi partisi; (c) kromatografi pasangan ion; (d) Kromatografi penukar ion; (e) Kromatografi ekslusi ukuran; dan (f) kromatogarfi afinitas.

Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas :

(18)

Tabel 2.4 Klasifikasi teknik kromatografi yang utama (Rohman, 1994)

Teknik Fase diam Fase gerak Bentuk Mekanisme sorpsi yang utama Kromatografi Kertas Kertas

(selulosa)

Cair Planar Partisi (adsorpsi, pertukaran ion,

Cair Planar Partisi (adsorpsi, pertukaran ion,

Cair Kolom Pertukaran ion

Kromatografi Cair

Kromatografi kiral

Pemilihan kiral padat

(19)

2.3.2. Prinsip Kromatografi Gas

Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung rasio distribusinya. Pada umunya solut akan terelusi berdasarkan pada peningkatan titik didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus antara solut dan fase diam. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detektor (Rohman, 2007).

2.3.3 Sistem Peralatan Kromatografi Gas

Gambar 2.4 Skema Instrumen Kromatografi Gas (Rohman, 2007)

sampel

D e detektor Amplifier septum

Lubang suntik Alat penyuntik

Oven (pemanas) kolom Kolom kapiler

Kromatogram Alat pemecah

(Split flow)

(20)

1. Suatu suplai gas dari tabung bertekanan tinggi

Tujuan utama dari gas pembawa adlah membawa sampel ke dalam kolom. Dan gas pembawa ini adalah fase gerak dan inert dan tidak berinteraksi secara kimia dengan sampel. Tujuan kedua adalah menyediakan untuk memberikan matriks cocok untuk detektor untuk mengukur komponen sampel (McNair, 1990).

Gas pengemban yang digunakan adalah helium, nitrogen, hidrogen atau argon; pemilihan gas bergantung pada faktor seperti ketersediaan, kemurnian yang dituntut, konsumsi dan tipe detektor (Vogel, 1994).

2.Sistem Menginjeksi

Komponen kromatografi gas yang utama selanjutnya adalah ruang suntik atau inelt. Fungsi dari ruang suntik ini adalah untuk menghantarkan sampel ke dalam aliran gas pembawa. Penyuntikan sampel dapat dilakukan manual atau secara otomatis (yang dapat menyesuaikan jumlah sampel) (Rohman, 2007).

(21)

3. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral dalam kromatografi gas. Ada 2 jenis kolom pada kromatografi gas yaitu kolom kemas (packing column) dan kolom kapiler (capillary column) (Rohman, 2007).

Pemisahan sebenarnya dari komponen-komponen contoh dilaksakan dalam kolom dimana sifat dasar dari penompang padat, tipe dan banyaknya fase cair, metode kemasan, panjang dan temperatur merupakan faktor-faktor penting dalam memperoleh daya pisah yang diinginkan (Vogel, 1994).

4. Detektor

Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak ( gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan (Rohman, 2007).

(22)

2.4 Derivatisasi

Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa menjadi senyawa lain yang mempunyai sifat – sifat yang sesuai untuk analisis menggunakan kromatografi gas. Alasan dilakukan derivatisasi mengubah sampel dalam bentuk volatil, untuk meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram meningkatkan volatilitas, meningkatkan deteksi, meningkatkan stabilitas dan meningkatkan batas pada penggunaan detektor tangkap elektron (ECD) (Rohman, 2007).

2.5 Analisa kuantitatif dengan kromatografi gas

Penetapan kuantitatif suatu komponen dalam kromatografi gas dengan menggunakan detektor tipe-diferensial dari macam yang diberikan diatas, didasarkan pada luas peak ataupun tinggi peak yang terekam; tinggi peak lebih sesuai dalam hal peak kecil atau peak – peak dengan lebar pita yang kecil.Agar besaran ini dapat dihubungkan dengan banyaknya zat terlarut dalm contoh itu, harus dipatuhi dua persyaratan:

1. Respon sistem detector perekam haruslah linier terhadap konsentrasi zat terlarut

2. Faktor-faktor seperti laju aliran gas pengemban, temperature kolom, dan lain – lain haruslah dijaga agar konsatn atau berpengaruh variasi harus dihapuskan, misalnya dnengan menggunakan metode standar alam (Vogel, 1994).

(23)

1. Planimetri, planimetri merupakan pranti mekanis yang memungkinan diukur luas peak dengan menelusur kelling peak. Metode itu perlahan tetapi dapat menghasil hasil yang cermat bila telah ada pengalaman menggunakan

planimeter. Namun ketepatan dan kecermatan berkurang dengan mengecilnya garis peak.

2. Metode Geometris, dalam metode – metode triangulasi ditarik garis – garis singgung pada titik balik (infleksi) peak elusi dan kedua garis ini, bersama – sama dengan garis dasar membentuk suatu segitiga.

3. Integrasi dengan penimbangan, peak kromatografi dikeluarkan dari kertas grafik dengan pengguntingan yang seksama, dan kertas itu ditimbang pada neraca analitik. Ketepatan metode ini jelas bergantung pada konstan atau tidaknya ketebalan dan kadar kelembaban kertas grafik, dan biasanya lebih disukai untuk menggunakan metode – metode goemetris.

4. Integrasi Automik, integrator macam ini dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu, tipe mekanisme seperti intergrator bola dan cakram, dan tipe elektronik yang lebih kompleks seperti integrator digital. Integrator elekronik memberikan kecermatan sangat baik tetapi sangat mahal.

Gambar

Tabel 2.1 Beda tebal tempurung dari berbagai tipe kelapa sawit
Gambar 2.1 Proses kondensasi 1 molekul gliserol dengan 3 molekul asam lemak
Tabel 2.3 Jenis – jenis asam lemak, panjang rantai atom C nya
Gambar 2.2 struktur asam miristat
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kali ini dibahas tentang suatu alat pengukur suhu, pada alat ini sangat berbeda dengan alat ukur lainnya karena pada dasarnya mengukur suhu suatu benda ataupun udara menggunakan

balita terutama pada hari Senin dan Selasa. Kinerja bidan puskesmas dalam pelayanan MTBS masih belum optimal dibuktikan dari hasil studi pendahuluan

Dengan kegiatan mengamati gambar dan diskusi, siswa mampu menceritakan dalam bentuk tulisan pengalaman pribadi tentang kegiatan gotong royong di lingkungan sekitarnya dengan

Rencana Strategis Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo Tahun 2013- 2018 merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo selama

The maximum dNBR of the entire late milling season (February to May) recorded larger extent of areas with high and low post-fire regrowth compared to areas with low, moderate

Pengukuran terhadap perubahan berat tubuh mencit setiap kelompok memperlihatkan kenaikan rerata berat tubuh pada seluruh kelompok perlakuan, kecuali pada kelompok

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa, (1) Faktor yang mempengaruhi terjadinya seksio sesarea faktor ibu yaitu sebesar 66,5% dan faktor dari janin

1) Hasil tes HIV negatif sebelumnya. 2) Atau hasil tes HIV negatif pada saat diagnosa tuberculosis. Catatan : apabila pada pemeriksaan selanjutnya ternyata hasil tes HIV menjadi