BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Uraian Teoritis
2.1.1 Financial Literacy
2.1.1.1Pengertian Financial Literacy
Literasi keuangan (financial literacy) adalah kemampuan seorang individu
untuk mengambil keputusan dalam hal pengaturan keuangan pribadinya. Literasi
keuangan atau pengetahuan keuangan merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan sehari-hari yang mengarahkan setiap individu dapat menggunakan
instrumen-instrumen dan produk-produk keuangan serta mampu membuat
keputusan keuangan yang tepat. Literasi keuangan merupakan pemahaman dan
pengetahuan yang mendasar yang juga dibutuhkan untuk kebutuhan pengaturan
keuangan pribadi yang sukses (Garman dan Forgue, 2000).
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi keuangan merupakan
suatu rangkaian proses meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keyakinan
konsumen dan masyarakat agar mampu mengelola keuangan pribadinya dengan
baik (Waspada, 27 Oktober 2015). Sehingga dapat diartikan bahwa masyarakat
luas tidak hanya mengetahui dan memahami lembaga jasa keuangan serta produk
atau jasa keuangan saja, melainkan juga dapat mengubah perilaku masyarakat
dalam pengelolaan keuangan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
specifically, financial literacy is the ability to understand how money works in the world: how someone manages to earn or make it, how that person manages or invests it, and how that person donates it to help others (Deng et. al, 2013)”. Sehingga setiap individu mampu memahami peran uang di dunia, mengelola
keuangan dengan baik dan mampu menyumbangkan dana untuk membantu orang
lain.
“Financial literacy is a knowledge of basic financial concepts, such as the working of interest compounding, the difference between nominal and real values and the basic of the risk diversivication (Lusardi, 2008)”.
Dari berbagai defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi
keuangan (financial literacy) adalah pengetahuan yang berisikan konsep-konsep dasar keuangan (bunga majemuk, perbedaan nilai nominal dan nilai riil,
diversifikasi risiko, dan nilai waktu dari uang) yang mengarahkan individu untuk
mengelola dan mengambil keputusan keuangan yang tepat sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan individu.
2.1.1.2Aspek dalam Financial Literacy
Pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola keuangan pribadi sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Literasi keuangan telah berkembang pesat
selama beberapa tahun terakhir. Menurut Servon & Kaestner (2008), adapun
faktor-faktor penyebab semakin berkembangnya literasi keuangan antara lain
tingkat bunga tabungan yang rendah, meningkatnya tingkat kebangkrutan dan
keputusan yang akan mempengaruhi perekonomian mereka di masa depan.
Literasi keuangan (financial literacy) dapat membantu setiap individu agar
terhindar dari masalah keuangan (Khrisna et. al, 2010). Masalah keuangan seperti
kesulitan keuangan bukan hanya ditimbulkan dari rendahnya pendapatan individu
semata, namun juga dapat timbul apabila terjadi kesalahan dalam mengelola
keuangan (missmanagement) seperti kesalahan penggunaan kredit dan tidak adanya perencanaan keuangan (Pambudhi dan Margaretha, 2015).
Literasi keuangan memiliki 5 (lima) domain yaitu: 1) Pengetahuan tentang
konsep keuangan 2) Kemampuan untuk berkomunikasi tentang konsep keuangan
3) Kemampuan untuk mengelola keuangan pribadi 4) Kemampuan dalam
membuat keputusan keuangan 5) Keyakinan untuk membuat perencanaan
keuangan masa depan (Remund, 2010).
Menurut Lusardi (2008), literasi keuangan mencakup 5 (lima) konsep
keuangan, yaitu:
1. Pengetahuan Dasar mengenai Keuangan Pribadi (Basic Personal Finance)
Konsep Basic Personal Finance mencakup berbagai pemahaman seseorang terhadap suatu sistem keuangan (perhitungan tingkat bunga sederhana, bunga
majemuk, tingkat inflasi, nilai waktu uang, modal kerja dan lain-lain).
2. Pengetahuan mengenai Manajemen Uang (Money Management)
Konsep Money Management mencakup bagaimana setiap individu dapat mengelola dan menganalisis keuangan pribadi mereka. Pemahaman literasi
keuangan yang baik memberikan praktek keuangan yang baik pula pada
diarahkan tentang bagaimana menyusun anggaran dan membuat prioritas
penggunaan dana yang tepat sasaran.
3. Pengetahuan mengenai Kredit dan Utang (Credit and Debt Management)
Menurut UU No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No 7 tahun 1992
tentang perbankan, kredit ialah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
disamakan, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan manajemen utang
merupakan proses pembayaran utang dengan melibatkan pihak ketiga untuk
membantu peminjam utang.
Konsep Credit and Debt Management mencakup bagaimana setiap individu dalam memanfaatkan kredit dan utang saat mengalami kekurangan dana.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup setiap individu yang
mengakibatkan ketidakseimbangan terhadap pengeluaran dan pendapatan,
maka setiap individu dapat menggunakan kredit dan utang sebagai solusi
masalah tersebut.
Dalam memudahkan proses manajemen utang akan lebih baik jika disertai
dengan perencanaan manajemen utang (debt management plan). Adapun
langkah-langkah debt management plan antara lain (wikipedia, 2011):
1. Membuat daftar kreditur dimana seseorang melakukan peminjaman
beserta jumlah pinjaman yang telah dilakukan pada masing-masing
2. Menggabungkan data-data jumlah utang, jumlah pemasukan dan
pengeluaran si peminjam.
3. Pihak ketiga membantu perencanaan utang dan membantu peminjam
untuk menentukan jumlah maksimal dari uang yang tersedia untuk
pembayaran utang.
4. Pengetahuan mengenai Tabungan dan Investasi (Saving and Investment)
Tabungan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat yang tidak
dipergunakan untuk kegiatan konsumsi, sedangkan investasi merupakan
bagian dari tabungan yang dipergunakan untuk kegiatan ekonomi yang
menguntungkan dalam menghasilkan produk berupa barang dan jasa.
Dalam konsep tabungan (saving) ada 6 (enam) faktor pertimbangan dalam
memilih tabungan yaitu : 1) Tingkat pengembalian (persentase kenaikan
tabungan), 2) Inflasi (dipertimbangkan dengan tingkat pengembalian karena
dapat mengurangi daya beli), 3) Pertimbangan-pertimbangan pajak, 4)
Likuiditas (kemudahan dalam menarik dana jangka pendek tanpa kerugian
atau dibebani fee 5) keamanan (proteksi terhadap kehilangan uang jika bank
mengalami kesulitan keuangan dan 6) Pembatasan-pembatasan fee (penundaan atas pembayaran bunga yang dimasukkan dalam rekening dan
pembebanan fee suatu transaksi tertentu untuk penarikan deposito) (Kapoor, et.al, 2001: 147). Sedangkan, dalam konsep investasi (investment) ada 5 (lima)
faktor yang dapat mempengaruhi pilihan berinvestasi yaitu : 1) Keamanan dan
risiko, 2) Komponen faktor risiko 3) Pendapatan Investasi 4) Pertumbuhan
5. Pengetahuan mengenai Risiko (Risk Management)
Risiko didefinisikan sebagai ketidakpastian atau kemungkinan adanya
kerugian finansial (Miller, 1983: 321). Sedangkan manajemen risiko diartikan
sebagai pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko,
terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan
masyarakat (Djojosoedarso, 2003: 4). Hampir setiap individu cenderung
menghindari risiko yang timbul dalam kehidupannya, sehingga diperlukan
suatu proses yang tepat dan logis untuk menghadapi risiko tersebut. Konsep
manajemen risiko terdiri dari 3 (tiga) proses yaitu :
1. Identifikasi Risiko
Proses identifikasi risiko dilakukan dengan menelusuri sumber risiko
sampai teradinya peristiwa yang tidak diinginkan.
2. Evaluasi dan Pengukuran Risiko
Proses evaluasi risiko dilakukan dengan memahami risiko dengan lebih
baik. Adanya pemahaman yang baik tentang risiko dapat membantu
seseorang dalam mengendalikan risiko tersebut dengan baik pula.
3. Pengelolaan Risiko
Apabila pengelolaan risiko mengalami kegagalan, maka kerugian yang
ditimbulkan dari risiko tersebut akan semakin besar.
Secara umum, cakupan risiko yang dihadapi oleh setiap individu antara lain :
1. Risiko akibat kematian, kecelakaan ataupun penyakit (Risiko
2. Tanggung jawab terhadap kerugian ekonomi orang lain akibat
kelalaian kita (Risiko Kewajiban).
3. Risiko atas rusak atau kehilangan aset yang dimiliki (Risiko Aset).
Cara menangani suatu risiko akan berpengaruh terhadap keamanan finansial
di masa yang akan datang. Salah satu cara tepat yang dapat menanggulangi
risiko tersebut yaitu dengan mengasuransikan aset ataupun hal-hal beresiko.
Literasi keuangan sangat diperlukan dalam memilih asuransi aset sebagai
pengelola risiko tersebut dan menghindari risiko tambahan yang mungkin
akan terjadi.
2.1.1.3Kategorisasi Financial Literacy
Dalam penelitian Chen dan Volpe (1998), tingkat financial literacy dapat
dikategorikan menjadi tiga kelompok. Berikut ini daftar kategorisasi untuk
mengukur tingkat financial literacy :
Tabel 2.1
Kategorisasi Financial Literacy
Kategorisasi Tinggi Sedang Rendah
Ukuran ≥80% 60%<80% <60%
Sumber: Chen dan Volpe, 1998
Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dijelaskan bahwa jika financial literacy berada di
ukuran rata-rata ≥80% berarti tingkat financial literacy tergolong dalam kategori tinggi, selanjutnya jika financial literacy berada di ukuran rata-rata 60%<80%
financial literacy berada di ukuran rata-rata <60% berarti tingkat financial literacy tergolong dalam kategori rendah. Pengkategorian ini didasarkan pada persentase
jawaban responden yang benar dari sejumlah pernyataan yang digunakan untuk
mengukur literasi keuangan (financial literacy).
Chen dan Volpe (1998) juga mengkategorikan financial literacy berdasarkan median untuk menganalisis financial behavior berdasarkan tingkat
financial literacy yang dimiliki responden. Responden yang memiliki tingkat literasi keuangan dibawah median masuk dalam kategori responden dengan
tingkat financial literacy yang relatif rendah, sedangkan responden yang memiliki
tingkat literasi keuangan diatas median masuk dalam kategori responden dengan
tingkat financial literacy yang relatif tinggi.
2.1.2 Financial Behavior
Financial berhavior adalah perilaku yang berkaitan dengan praktek atau aplikasi keuangan (Noor et.al, 2013). Financial behavior berhubungan dengan
bagaimana seseorang dapat mengelola dan menggunakan sumber daya keuangan
yang ada padanya (Nababan and Sadalia, 2012). Sedangkan menurut Ricciardi
dan Simon (2000), financial behavior adalah suatu disiplin ilmu yang di dalamnya
melekat interaksi berbagai disiplin ilmu dan secara terus menerus berintegrasi
Dalam financial behavior juga terdapat tiga aspek yang mempengaruhi yaitu (Ricciardi dan Simon, 2000) :
1. Aspek Psikologi
Aspek psikologi berkenaan dengan tingkah laku manusia baik selaku individu
maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut
berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang
disadari maupun tidak disadari (Muhibin Syah, 2001).
2. Aspek Sosiologi
Aspek sosiologi berkenaan dengan kehidupan dan perilaku, terutama dalam
kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut
mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat di dalamnya
mempengaruhi sistem tersebut (Allan Jhonson, 1839).
3. Aspek Keuangan
Aspek keuangan berkenaan dengan pengelolaan uang yang berpengaruh pada
kehidupan individu maupun organisasi. Dalam hai ini keuangan berkaitan
dengan proses, instrumen, pasar serta lembaga apapun yang terlibat di dalam
perpindahan atau transfer uang, baik antar perorangan, bisnis maupun
pemerintah (Ridwan dan Inge, 2003).
Dalam penelitian ini, untuk menilai tingkat financial behavior, maka peneliti
menetapkan beberapa pernyataan berkaitan dengan perilaku keuangan seseorang,
seperti membuat anggaran, menghemat uang dan mengontrol belanja, berinvestasi
serta membayar kewajiban tepat waktu. Dari beberapa penelitian terdahulu
financial behavior (Noor et.al, 2013). Kuisioner pada National Survey of Consumer Finances dalam penelitian (Hilgert, Hogart dan Beverly, 2003) membuat Financial Practice Index berdasarkan perilaku dalam empat variabel yaitu: manajemen arus kas, manajemen kredit, tabungan dan perilaku investasi,
selanjutnya index tersebut dibandingkan dengan skor financial literacy, dan
ditemukan bahwa orang dengan tingkat financial literacy yang lebih tinggi
memiliki financial practice index yang lebih tinggi.
Kondisi ini mengindikasikan adanya hubungan positif antara financial
behavior dengan financial literacy. Hubungan financial behavior dan financial literacy belum dapat dipastikan arah sebab-akibatnya, dalam arti peningkatan financial literacy yang menyebabkan semakin baik, atau efektifnya financial behavior atau sebaliknya.
2.1.3 Financial Attitude
Sikap keuangan (Financial attitude) adalah aplikasi dari prinsip-prinsip
keuangan untuk menciptakan dan mempertahankan nilai melalui pengambilan
keputusan yang tepat dan pengelolaan sumber daya. Sikap keuangan merupakan
keadaan pikiran, pendapat serta penilaian tentang keuangan (Pankow, 2003).
Menurut Robbins dan Judge (2008: 92), sikap ialah pernyataan evaluatif baik
yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan terhadap objek, individu
dan peristiwa. Sikap memiliki tiga komponen utama yang terdiri dari (Robbins &
1. Kognitif
Kognitif merupakan suatu opini atau keyakinan dari sikap yang menentukan
tingkatan untuk sesuatu atau bagian yang lebih penting dari sikap.
2. Afektif
Afektif (perasaan) adalah emosional yang berada dalam diri setiap individu.
Perasaan juga diartikan sebagai pernyataan dari sikap yang diambil dan ikut
menentukan perilaku yang akan dilakukan oleh setiap individu.
3. Perilaku
Perilaku atau tindakan adalah cerminan dari bagaimana individu berperilaku
dalam cara tertentu terhadap sesuatu atau seseorang.
Setiap individu yang selalu menerapkan financial attitude di dalam kehidupannya
akan mempermudah individu tersebut dalam menentukan sikap dan berperilaku
dalam hal keuangan, seperti mengelola keuangan, menyusun anggaran pribadi dan
membuat keputusan berinvestasi yang tepat.
2.1.4 Teori Gender (Jenis Kelamin)
Secara terminologi menurut Elfi Muawanah (2009: 2) gender/jenis
kelamin diartikan sebagai konsep yang berkaitan dengan peran laki-laki dan
perempuan di suatu waktu dan budaya tertentu yang dikonstruksi secara sosial
bukan secara biologis. Sedangkan menurut (Mansour Fakih, 2006: 8) jenis
kelamin merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun
perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Selanjutnya jenis
pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah tangga,
seksualitas, tanggung jawab keluarga) yang menyampaikan kepada orang lain
bahwa seseorang adalah feminis atau maskulin (Mosse, 2007: 3). Dari beberapa
definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa gender/jenis kelamin merupakan
seperangkat peran laki-laki dan perempuan di suatu waktu dan budaya tertentu
yang dikonstruksi secara sosial bukan secara biologis. Sementara itu, analisis
gender/jenis kelamin merupakan pengkajian pembagian kerja yang berbasis jenis kelamin, akses dan control yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki (Elfi
Muawanah, 2009: 10).
Jenis kelamin dapat menentukan akses terhadap pendidikan, pekerjaan,
kesehatan, harapan hidup, serta kebebasan hidup seseorang. Selanjutnya, jenis
kelamin ini akan menentukan seksualitas, hubungan dan kemampuan seseorang
untuk membuat keputusan dan bertindak secara autonom (Moose, 2007: 5) baik
dalam hal kekuasan, status dan kontrol sumber daya ( Elfi Muawanah, 2009: 12).
Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa gender merupakan salah satu faktor
penting bagi individu untuk membuat keputusan dalam kehidupannya baik secara
sosial maupun ekonomi.
Mosse (2007) mengungkapkan bahwa peran jenis kelamin yang akan
dimasuki oleh perempuan serta yang membedakan perempuan di berbagai negara
cenderung kurang menawarkan kesempatan prestasi di semua lingkup kehidupan,
seperti kurangnya kesempatan terhadap kepemilikan kekayaan serta aset-aset
lainnya, kekuasaan politik, pendidikan, kesehatan, dan untuk mendapatkan
penghasilan yang layak. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran jenis kelamin
dalam semua aspek kehidupan. Kesadaran jenis kelamin mengacu pada
sikap-sikap yang peka jenis kelamin dan komitmen untuk menempatkan kebutuhan dan
prioritas-prioritas perempuan pada pusat perencanaan dan program pembangunan
(Riant Nugroho, 2011: 235). Dengan kata lain kesadaran jenis kelamin mengacu
pada kesetaraan dan keadilan gender/jenis kelamin. Riant Nugroho (2011: 28)
menjelaskan bahwa permasalahan kesetaraan jenis kelamin sering dianggap erat
kaitannya dengan keadilan sosial dalam arti yang lebih luas. Lebih lanjut juga
dijelaskan bahwa kesetaraan jenis kelamin diartikan sebagai kesamaan kondisi
bagi laki-laki maupun perempuan dalam memperoleh kesempatan serta
hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan
politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan pertahanan & keamanan
nasional serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Dalam website
pengarusutamaan gender/jenis kelamin, ketidakadilan jenis kelamin didefinisikan sebagai suatu proses dan perlakuan bagi laki-laki dan perempuan ditandai dengan
tidak adanya pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi maupun
kekerasan terhadap salah satu jenis kelamin.
Sedangkan Riant Nugroho (2011: 236) mengungkapkan bahwa keadilan
jenis kelamin berbeda dengan kesetaran gender yang fokus pada persamaan
perlakuan. Lebih lanjut dijelaskan keadilan jenis kelamin menonjolkan pentingnya
kesetaraan hasil dan membutuhkan perbedaan perlakuan kelompok-kelompok
untuk mengakhiri ketimpangan dan memperkuat otonomi. Selain itu, Lembaga
Maret dalam websitenya dijelaskan bahwa keadilan jenis kelamin merupakan
keadilan dalam memperlakukan perempuan dan laki-laki sesuai kebutuhan
mereka. Hal ini mencakup perlakuan yang setara atau perlakuan yang berbeda
karena mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda, baik secara biologis maupun
konstruksi sosial budaya. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kesetaraan
dan keadilan jenis kelamin mempunyai pengertian yang berbeda. Kesetaraan
merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan, dan
berpartisipasi serta menikmati pembangunan. Sedangkan keadilan merupakan
perlakuan kepada laki-laki dan perempuan sesuai dengan kebutuhan mereka,
karena masing-masing mempunyai kebutuhan yang berbeda baik secara biologis,
kontruksi sosial dan budaya. Riant Nugroho (2011: 9) menjelaskan bahwa
perbedaan jenis kelamin yang menyebabkan ketidakadilan dapat dilihat dari
berbagai manifestasinya, yaitu:
1. Marginalisasi sebagai pembatasan terhadap peran jenis kelamin tertentu.
2. Subordinasi sebagai sikap yang menempatkan jenis kelamin tertentu pada
posisi yang tidak penting.
3. Stereotipe sebagai pelabelan atau penandaan negatif terhadap jenis kelamin
tertentu.
4. Violence sebagai kekerasan yang merupakan invasi atau serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang terhadap jenis kelamin
5. Beban ganda sebagai beban kerja lebih panjang dan lebih banyak yang harus
ditanggung oleh jenis kelamin tertentu.
Menurut Ismi Dwi Hastuti Nurhaeni (2009: 28) marginalisasi merupakan suatu
proses penyisihan yang mengakibatkan kemiskinan, baik pada laki-laki maupun
perempuan. A Nunuk P. Murniati (2004: 174) menjelaskan bahwa dalam posisi
pelaku ekonomi, perempuan kehilangan hak milik atas kekayaan pribadi atau hak
milik modal pribadi karena hak ini hanya diakui milik laki-laki (suami, bapak,
saudara laki-laki). Dengan demikian perempuan dianggap tidak atau kurang
memilki akses untuk permodalan. Selain itu, dijelaskan juga bahwa ketika
perempuan sebagai tenaga kerja mereka dianggap tidak efisien karena mereka
absen dalam waktu haid, melahirkan dan menyusui. Dan lebih lanjut dalam dunia
persaingan, perempuan dianggap lemah sehingga mereka disingkirkan.
Subordinasi merupakan sikap dan tindakan masyarakat yang menempatkan
perempuan pada posisi yang lebih rendah dari laki-laki (Ismi Dwi Hastuti
Nurhaeni, 2009: 28). Riant Nugroho (2011: 11) menjelaskan bahwa dalam
kehidupan di masyarakat, rumah tangga, dan bernegara banyak kebijakan yang
dikeluarkan tanpa menganggap penting kaum perempuan. Dalam rumah tangga
misalnya masih terdengar jika kondisi keuangan terbatas, untuk menyekolahkan
2.2Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan dasar dalam melakukan
penelitian ini disajikan pada tabel 2.2 sebagai-berikut :
Tabel 2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Penelitian Variabel Metode Hasil Penelitian 1. Haiyang Chen dan
Perbedaan gender berpengaruh secara signifikan setelah mengendalikan faktor lain seperti
participant’s major, class rank, work experience and age. Selain itu, pendidikan dan pengalaman dapat berpengaruh signifikan terhadap financial literacy.
Perbedaan signifikan ditemukan di sikap keuangan pribadi, perilaku keuangan, dan pengetahuan keuangan antara mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa tahun akhir, dengan mahasiswa tahun akhir memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi di semua tiga variabel.
Dalam sikap keuangan pribadi, mahasiswa tahun akhir mempunyai hasil signifikan yang lebih tinggi daripada mahasiswa tahun pertama. Dalam variabel perilaku keuangan pribadi, mahasiswa tahun akhir menghasilkan perilaku secara signifikan lebih kuat dari mahasiswa tahun pertama. Dalam variabel pengetahuan keuangan pribadi, mahasiswa tahun akhir melaporkan pengetahuan secara signifikan lebih besar daripada mahasiswa tahun pertama, meskipun perbedaan nilai antara pengetahuan tidak ditandai seperti sikap keuangan pribadi dengan perilaku keuangan.
1. Tidak ada perbedaan yang ditemukan di tingkat pengetahuan keuangan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Jurusan juga tidak memiliki signifikan dengan pengetahuan keuangan. Tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam tingkat pengetahuan keuangan antara bagian (semester).
2. Terdapat perbedaan tingkat sikap keuangan antara pria dan wanita dengan signifikan. Tidak ada perbedaan yang ditemukan di tingkat sikap keuangan pada program gelar dan semester.
Lanjutan Tabel 2.2
No. Penelitian Variabel Metode Hasil Penelitian
4. Terdapat perbedaan pengetahuan keuangan berdasarkan tingkat pendidikan ibu. Perbedaan tidak ditemukan dalam sikap keuangan, pengaruh keluarga berdasarkan tingkat pendidikan orang tua mereka.
5. Mahasiswa yang memiliki tingkat literasi keuangan yang tinggi dipengaruhi oleh jurusan, jenis kelamin dan latar belakang pendidikan ibu tetapi tidak dengan semester.
6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara sebagian besar jawaban pertanyaan dalam sikap keuangan dengan program sarjana. Hanya ada hubungan yang signifikan antara sikap keuangan dengan program sarjana seperti meminta anggota keluarga untuk uang dan menyeimbangkan rekening tabungan sepanjang waktu.
Laki-laki memiliki kemungkinan tingkat literasi keuangan yang lebih rendah daripada perempuan. Perbedaan usia, lama studi, pengalaman kerja tidak memberikan pengaruh yang signifikan tetapi asal pogram studi menunjukkan bahwa mahasiswa dengan latar belakang ekonomi kemungkinan memiliki literasi keuangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan nonekonomi.
Mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW memiliki ragam financial attitude
yang berbeda, tidak ada perbedaan antara komunikasi keluarga yang dilakukan oleh mahasiswa dan mahasiswi tentang pengeluaran uang saku. Financial attitude dapat mempengaruhi keterbukaan komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan mahasiswi tentang pengeluaran uang sakunya kepada orang tua.
6. Darman
Laki-laki, jurusan ekonomi pembangunan, mahasiswa angkatan 2008-2009, yang memiliki IPK 3 dan tinggal sendiri (kos) mempunyai
financial literacy lebih tinggi. Sedangkan perempuan, jurusan Manajemen, angkatan lebih rendah, yang memiliki IPK < 3 serta tinggal bersama orang tua mempunyai financial literacy
Lanjutan Tabel 2.2
No. Penelitian Variabel Metode Hasil Penelitian 7. Sulaeman
Financial literacy mahasiswa di Universitas Padjadjaran dalam kategori rendah. Tingkat pendidikan, fakultas, pendapatan pribadi, pengetahuan dari orang tua, pendapatan orang tua, dan kepemilikan asuransi memiliki pengaruh signifikan pada financial literacy mahasiswa. Sementara itu, gender, usia, status perkawinan, kelas (di perguruan tinggi), kelas (IPK), pendidikan orang tua, pendapatan bulanan rata-rata orang tua, tempat tinggal, pengalaman kerja, pengalaman kewirausahaan / bisnis, tidak berpengaruh signifikan pada financial literacy pribadi mahasiswa di Universitas Padjadjaran.
8. Fatima dan
Tingkat financial literacy dan financial attitude
masyarakat di UAE termasuk dalam kategori rendah terhadap utang pribadi, khususnya dalam penggunan pinjaman bank dan kartu kredit, namun apabila pemahaman tentang keuangan dapat ditingkatkan melalui pendidikan di UAE, hal ini dapat mengurangi praktek penggunaan kartu kredit yang berlebihan.
9. Tania (2014). Financial attitude, financial
1. Terdapat hubungan antara karakteristik responden terhadap financial attitude, financial behavior.
2. Terdapat hubungan antara financial attitude
terhadap financial behavior.
3. Terdapat hubungan antara financial behavior
terhadap topik yang diketahui responden didalam lingkungan keluarga dan sumber peningkatan pengetahuan keuangan.
4. Terdapat hubungan antara sumber pembelajaran pengelolaan keuangan, frekuensi pendiskusian keadaan keuangan, topik yang diketahui didalam lingkungan keluarga, sumber peningkatan pengetahuan keuangan, deskripsi kemampuan keluarga dalam mengelola keuangan dan perbandingan diri dengan kemampuan keluarga dalam mengelola keuangan.
5. Mahasiswa dan mahasiswi Universitas Admajaya Yogyakarta memiliki tingkat pengetahuan keuangan yang rendah.
2.3Kerangka Konseptual
Chen dan Volpe (1998) melakukan penelitian berjudul “An Analysis of
Personal Financial Literacy Among College Student”. Survei dilakukan terhadap 924 mahasiswa dari 14 universitas di California, Florida, Kentucky,
Massachussetts, Ohio, dan Pennsylvania. Penelitian bertujuan untuk melihat
gambaran personal financial literacy di kalangan mahasiswa, menganalisa hubungan karakteristik mahasiswa dengan financial literacy, serta menganalisa
dampak dari pengetahuan terhadap opini dan keputusan mahasiswa terhadap
isu-isu keuangan. Survei menggunakan 36 pertanyaan untuk mengukur tingkat literasi
keuangan, delapan pertanyaan untuk melihat opini dan keputusan mahasiswa
terhadap isu-isu keuangan dan delapan pertanyaan untuk mendapatkan informasi
mengenai latar belakang setiap responden. Variabel dependen adalah financial
literacy dan variabel independennya adalah program studi, stambuk, jenis kelamin, ras, kewarganegaraan, pengalaman kerja, usia dan pendapatan. Metode
yang digunakan adalah analisis deskriptif, regresi logistik dan ANOVA. Hasil
penelitian menunjukan responden memiliki pengetahuan keuangan dengan
persentase kemampuan menjawab pertanyaan dengan benar sebesar 53%.
Mahasiswa dari program studi non-bisnis, perempuan, junior, usia dibawah 30
tahun, dan pengalaman kerja sedikit diasosiasikan dengan tingkat personal
financial literacy yang rendah, dan cenderung memiliki opini dan keputusan keuangan yang salah.
Brent A. Marsh (2006) melakukan penelitian dalam disertasinya yang berjudul
First-Year and Senior Students at Baptist Universities in the State of Texas”. Tujuan penelitian yakni meneliti hubungan sikap keuangan pribadi, perilaku
keuangan pribadi dan pengetahuan keuangan pribadi terhadap demografi
mahasiswa tahun pertama dan tahun akhir di Universitas Baptist Texas dengan
menyebarkan kuisioner baik melalui online maupun menyebar secara langsung.
Subjek penelitian berjumlah 408 koresponden yang terdiri dari 180 koresponden
mahasiswa tahun pertama dan 228 koresponden mahasiswa tahun akhir. Variabel
dalam penelitian tersebut adalah personal finance attitudes, behaviour and
knowledge dan ketiganya mempunyai indikator. Indikator perilaku keuangan pribadi adalah pengorganisasian, pengeluaran, tabungan, dan pemborosan.
Sedangkan indikator sikap keuangan adalah orientasi terhadap keuangan pribadi,
filsafat utang, pendekatan terhadap kredit, keamanan keuangan dan menilai
keuangan pribadi. Indikator pengetahuan keuangan adalah dasar-dasar keuangan,
masalah kredit, faktor utama, dan investasi. Metode yang digunakan adalah
analisis deskriptif, t-test statistic dan ANOVA. Hasil penelitian menunjukan
terdapat perbedaan signifikan pada sikap keuangan pribadi, perilaku keuangan,
dan pengetahuan keuangan antara mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa tahun
akhir, dengan mahasiswa tahun akhir memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi di
semua tiga variabel. Dalam sikap keuangan pribadi, mahasiswa tahun akhir (M =
49,77, SD = 4.81) mempunyai hasil signifikan yang lebih tinggi daripada
mahasiswa tahun pertama (M = 46,59, SD = 5.82), t (345) = -5,90, p <.001.
Dalam variabel perilaku keuangan pribadi, mahasiswa tahun akhir (M = 38,74, SD
pertama (M = 34,12, SD = 8.00, t(345) = -6,24, p <.001. Kemudian untuk
pengetahuan keuangan pribadi, mahasiswa tahun akhir (M = 27,25), SD = 10,43)
melaporkan pengetahuan secara signifikan lebih besar daripada mahasiswa tahun
pertama (M = 24,94, SD = 9.48), t (406) = -2,31, p <.05, meskipun perbedaan
nilai antara pengetahuan tidak ditandai seperti sikap keuangan pribadi dengan
perilaku keuangan.
Dahlan Ibrahim, Rabitah Harun, Mohammed Isa dan Zuraidah (2009) dalam
jurnalnya yang berjudul “A Study on Financial Literacy of Malaysian Degree Students” meneliti tentang literasi mahasiswa Malaysia. Survei dilakukan terhadap 200 mahasiswa di Malaysia. Variabel yang digunakan adalah personal finance dan financial literacy. Metode yang digunakan adalah uji beda t-test dan ANOVA untuk menganalisis perbedaan pengetahuan keuangan, sikap keuangan,
dan pengaruh keluarga berdasarkan jenis kelamin, jurusan dan angkatan.
Sedangkan analisis chi-square digunakan untuk mencari hubungan signifikan
antara literasi keuangan dan gelar mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang ditemukan di tingkat pengetahuan keuangan
antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Jurusan juga tidak memiliki signifikan
dengan pengetahuan keuangan karena p-value untuk jurusan di 0.073. Tidak ada
perbedaan yang ditemukan dalam tingkat pengetahuan keuangan antara bagian
(semester). Perbedaan yang ditemukan di tingkat sikap keuangan antara pria dan
wanita dengan signifikan pada p <0,05. Namun, tidak ada perbedaan yang
ditemukan di tingkat sikap keuangan pada program gelar dan tingkat sikap
tingkat pengaruh keluarga antara pria dan wanita. Program juga tidak memiliki
signifikan dengan pengaruh keluarga dengan nilai p untuk program pada 0.10.
Tidak ada perbedaan yang ditemukan di tingkat pengaruh keluarga antara bagian
(semester). Kemudian, mahasiswa yang belajar tentang mengelola uang dari ibu
memiliki pengetahuan keuangan lebih tinggi daripada mahasiswa yang belajar
tentang pengelolaan uang dari ayah. Namun, perbedaan tidak ditemukan dalam
sikap keuangan, pengaruh keluarga berdasarkan tingkat pendidikan orang tua
mereka. Mahasiswa jurusan yang memiliki sikap keuangan lebih tinggi memiliki
tingkat yang lebih tinggi dari tingkat literasi. Hasil yang dilaporkan dalam
penelitian ini menunjukkan mahasiswa yang memiliki tingkat literasi keuangan
tinggi dipengaruhi oleh jurusan, jenis kelamin dan latar belakang pendidikan ibu
tetapi tidak dengan semester. Selanjutnya, tidak ada hubungan yang signifikan
antara sebagian besar jawaban pertanyaan dalam sikap keuangan dengan program
sarjana.
Ayu Khrisna, Maya Sari dan Rofi Rofaida (2010) melakukan penelitian
berjudul “Analisis Tingkat Literasi Keuangan di Kalangan Mahasiswa dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (survei pada Mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia)”. Subjek penelitian adalah mahasiswa UPI yang masih aktif dari
angkatan 2006 sampai angkatan 2008. Variabel dalam penelitian tersebut adalah
literasi keuangan dan faktor demografis. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode srvei dengan menggunakan teknik analisis regresi logistik biner
perempuan. Perbedaan usia, lama studi, pengalaman kerja tidak memberikan
pengaruh yang signifikan tetapi asal pogram studi menunjukkan bahwa
mahasiswa dengan latar belakang ekonomi kemungkinan memiliki literasi
keuangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan nonekonomi.
Retno dan Maria (2010) melakukan penelitian berjudul “Financial Attitude
dan Komunikasi Keluarga tentang pengeluaran uang saku : ditinjau dari
perbedaan Gender”. Penelitian dilakukan terhadap 302 mahasiswa dan mahasiswi
di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana untuk
mengetahui pengaruh keragaman financial attitude ditinjau dari perbedaan jenis
kelamin (gender), mengetahui pengaruh komunikasi keluarga terhadap pengeluaran uang saku, mengetahui pengaruh financial attitude terhadap
keterbukaan komunikasi antara mahasiswa dan mahasiswi di Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana tentang pengeluaran uang saku
kepada orang tua. Variabel dependennya adalah financial attitude dan komunikasi
keluarga, sedangkan variabel independennya adalah pengeluaran uang saku dan
perbedaan jenis kelamin (gender). Penelitian menggunakan beberapa pertanyaan
berkaitan financial attitude dan komunikasi keluarga yang dihubungkan dengan pengeluaran uang saku terhadap jenis kelamin (gender) dan dianalisis
menggunakan metode analisis deskriptif, uji reliabilitas dan validitas. Hasil
penelitian menunjukkan mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ekonomika dan
Bisnis UKSW memiliki financial attitude yang masih jauh dari optimum bahkan
mendekati kategori rendah. Berbeda dengan faktor demografi seperti jenis
literasi finansial responden. Dalam hal ini responden wanita memiliki tingkat
literasi finansial yang lebih tinggi dibandingkan pria, mahasiswa program studi
ekonomi memiliki tingkat literasi finansial yang lebih tinggi daripada mahasiswa
nonekonomi, namun pengalaman bekerja tidak terlalu berpengaruh terhadap
tingkat literasi finansial. Mahasiswa dengan tingkat literasi finansial rendah
memiliki sikap/opini yang tidak tepat dan cenderung memilih keputusan keuangan
yang salah dibandingkan mahasiswa dengan tingkat literasi finansial yang tinggi.
Nababan and Sadalia (2012) melakukan penelitian berjudul “Analisis
Personal Financial Literacy dan Financial Behavior Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara”. Survei dilakukan terhadap 97
mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis secara deskriptif tingkat personal
financial literacy, tingkat financial behavior dan menganalisis secara deskriptif gambaran personal literacy berdasarkan latar belakang sosioekonomi dan sosiodemografi yang terdiri dari jenis kelamin, program studi, stambuk, IPK,
residence (menetap bersama orangtua atau tinggal sendiri/kost), tingkat pendidikan orangtua dan pendapatan orangtua. Survei menggunakan 27
pertanyaan pilihan berganda untuk mengukur tingkat personal financial literacy, enam pertanyaan untuk mengukur tingkat financial behavior dan dan beberapa
data yang harus diisi mahasiswa sebagai identitas/latar belakang responden.
Variabel dependennya adalah personal financial literacy, financial behavior dan,
sedangkan variabel independennya adalah kategori responden. Metode yang
rata-rata (mean), median dan standar deviasi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat personal financial literacy mahasiswa strata 1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara termasuk dalam kategori rendah dengan
persentase sebesar 56,11% (<60%), karakteristik responden dengan financial
literacy relatif tinggi adalah mahasiswa laki-laki (ekonomi pembangunan, stambuk 2008, IPK ≥ 3,00 dan tinggal sendiri/ kost), karakteristik responden dengan financial literacy relatif rendah adalah mahasiswa perempuan (manajemen, stambuk 2011, IPK < 3,00 dan tinggal bersama orangtua),
kecenderungan responden terhadap financial behavior tidak meningkat secara
konsisten seiring dengan financial literacy.
Sulaeman Rahman Nidar dan Sandi Bestari (2012) melakukan penelitian
berjudul “Personal Financial Literacy Among University Students and Analyze Factors that Influence IT”. Survei dilakukan terhadap 400 mahasiswa yang masih aktif pada Universitas Padjadjaran. Variabel dalam penelitian tersebut adalah
Personal finance, personal financial literacy, financial education and personal characteristics. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah deskriptif verifikatif dengan teknik analisis regresi logistik. Hasil penelitian
menunjukkan Financial literacy mahasiswa di Universitas Padjadjaran dalam
kategori rendah. Tingkat pendidikan, fakultas, pendapatan pribadi, pengetahuan
dari orang tua, pendapatan orang tua, dan kepemilikan asuransi memiliki
pengaruh signifikan pada financial literacy mahasiswa. Sementara itu, gender, usia, status perkawinan, kelas (di perguruan tinggi), kelas (IPK), pendidikan
kerja, pengalaman kewirausahaan / bisnis, tidak berpengaruh signifikan pada
financial literacy pribadi mahasiswa di Universitas Padjadjaran.
Fatima dan Muhamed (2013) melakukan penelitian berjudul “Financial
Literacy, Personal Financial Attitude and Forms of Personal Debt among Residents of the UAE”. Survei dilakukan terhadap 412 masyarakat yang berada di sekitar UAE, Dubai. Variabel dependennya adalah financial literacy dan personal
financial attitude, sedangkan variabel independennya adalah bentuk-bentuk utang/pinjaman pribadi (personal debt/credit cards). Penelitian menggunakan 50
pertanyaan terkait financial literacy dan financial attitude yang dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, reliabilitas dan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat financial literacy dan financial attitude masyarakat di UAE termasuk dalam kategori rendah terhadap utang pribadi,
khususnya dalam penggunan pinjaman bank dan kartu kredit, namun apabila
pemahaman tentang keuangan dapat ditingkatkan melalui pendidikan di UAE, hal
ini dapat mengurangi praktek penggunaan kartu kredit yang berlebihan.
Tania (2014) melakukan penelitian berjudul “Keterkaitan Financial Attitude,
Financial Behavior dan Financial Knowledge pada Mahasiswa Strata 1 Universitas Atmajaya Yogyakarta”. Survei dilakukan terhadap 370 orang
mahasiswa strata 1 di Universitas Atmajaya Yogyakarta. Variabel dependen
analisis deskriptif, regresi logistik dan uji one-way ANOVA. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan antara lain :
1. Terdapat hubungan antara karakteristik yang terdiri dari jenis kelamin,
umur, pendapatan, tempat tinggal responden, program studi, tahun
angkatan, pekerjaan sampingan, latar belakang pekerjaan kedua orangtua
responden, latar pendidikan responden, sumber pembiayaan kuliah
responden terhadap financial attitude, financial behavior, topik yang
diketahui responden didalam lingkungan keluarga dan sumber peningkatan
pengetahuan keuangan.
2. Terdapat hubungan antara financial attitude terhadap financial behavior, topik yang diketahui responden didalam lingkungan keluarga dan sumber
peningkatan pengetahuan keuangan.
3. Terdapat hubungan antara financial behavior terhadap topik yang diketahui
responden didalam lingkungan keluarga dan sumber peningkatan
pengetahuan keuangan.
4. Terdapat hubungan antara sumber pembelajaran pengelolaan keuangan,
frekuensi pendiskusian keadaan keuangan, topik yang diketahui didalam
lingkungan keluarga, sumber peningkatan pengetahuan keuangan, deskripsi
kemampuan keluarga dalam mengelola keuangan dan perbandingan diri
dengan kemampuan keluarga dalam mengelola keuangan.
5. Mahasiswa dan mahasiswi Universitas Admajaya Yogyakarta memiliki
tingkat pengetahuan keuangan yang rendah dengan persentase sebesar
6. Terdapat hubungan antara tingkat financial knowledge terhadap financial attitude, financial behavior, topik yang diketahui responden didalam lingkungan keluarga dan sumber peningkatan pengetahuan keuangan.
Berdasarkan tinjauan landasan teori, maka dapat disusun kerangka pemikiran
dalam penelitian ini, seperti tersaji dalam gambar dibawah ini. Model tersebut
terdiri dari tiga variabel, diantaranya financial literacy, financial behavior dan
financial attitude.
Sumber: Gallery et. al., 2011, data diolah
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4Dimensional Variabel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah dengan menyebar
kuisioner di Universitas Sumatera Utara yang ditujukan untuk mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta mahasiswa Fakultas Non Ekonomi dan Bisnis
stambuk 2013 sampai 2015.
2.4.1 Dimensional Variabel Financial Literacy
Dimensi finacial literacy di ukur dengan menggunakan lima indikator
yaitu, dasar-dasar keuangan, manajemen uang, kredit dan utang, tabungan dan
≠ ≠
Financial Literacy
Financial Behavior
investasi serta resiko dan asuransi. Hubungan indikator dari dimensinya dapat
digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Brant A. Marsh, 2006
Gambar 2.2
Indikator Financial Literacy
X1 : Dasar-dasar Keuangan
X2 : Manajemen Uang
X3 : Kredit dan Utang
X4 : Tabungan dan Investasi
X5 : Resiko dan Asuransi X1
X2
X3
X4
X5
2.4.2 Dimensional Variabel Financial Behavior
Dimensi finacial behavior di ukur dengan menggunakan empat indikator yaitu, penyusunan anggaran, penghematan uang dan pola belanja, tabungan dan
investasi serta asuransi, dan pembayaran kewajiban. Hubungan indikator dari
dimensinya dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Brant A. Marsh, 2006
Gambar 2.3
Indikator Financial Behavior
X1 : Penyusunan Anggaran
X2 : Penghematan Uang dan Pola Belanja
X3 : Tabungan dan Investasi serta Asuransi
X4 : Pembayaran Kewajiban
2.4.3 Dimensional Variabel Financial Attitude
Dimensi financial attitude di ukur dengan menggunakan enam indikator yaitu, pola pikir pengelolaan uang dengan baik, sikap kepuasan belanja,
X1
X2
X3
X4
kenyamanan memiliki uang, sikap tidak merasa cukup terhadap pendapatan, sikap
tidak ingin menghabiskan uang dan kemandirian pengelolaan uang. Hubungan
indikator dari dimensinya dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Brant A. Marsh, 2006
Gambar 2.4
Indikator Financial Attitude
X1 : Pola Pikir Pengelolaan Uang dengan baik
X2 : Sikap Kepuasan Belanja
X3 : Kenyamanan memiliki Uang
X4 : Sikap tidak merasa cukup terhadap Pendapatan
X5 : Sikap tidak ingin menghabiskan Uang
X6 : Kemandirian Pengelolaan Uang X1
X2
X3
X4
Financial Attitude
X5
2.5Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
H1 : Terdapat Perbedaan Financial Literacy Mahasiswa Universitas
Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin.
H2 : Terdapat Perbedaan Financial Behavior Mahasiswa Universitas
Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin.
H3 : Terdapat Perbedaan Financial Attitude Mahasiswa Universitas
Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin.
H4 : Terdapat Perbedaan Financial Literacy Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis dengan Fakultas Non Ekonomi dan Bisnis.
H5 : Terdapat Perbedaan Financial Behavior Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis dengan Fakultas Non Ekonomi dan Bisnis.
H6 : Terdapat Perbedaan Financial Attitude Mahasiswa Fakultas