A. Latar Belakang
Pembangunan Nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses
pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan
tujuan nasional, sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang – Undang
Dasar 1945 alinea IV yaitu untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pembangunan merupakan faktor terpenting dalam usaha untuk
menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil – hasil
pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat sebagai peningkatan
kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Sebaliknya, berhasil tidaknya
pembangunan tergantung dari partisipasi seluruh rakyat, yang berarti
pembangunan harus dilaksanakan secara merata oleh segenap lapisan masyarakat.
Negara Indonesia merupakan suatu negara yang sedang membangun
(Developing Country), di mana pada saat ini sedang giat melaksanakan
pembangunan di segala bidang, baik pembangunan di bidang fisik maupun di
berupa pembangunan proyek – proyek sarana, prasarana, yang berwujud
pembangunan dan rehabilitasi jalan – jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi, saluran –
saluran air, sekolah, perumahan rakyat, perkantoran – perkantoran dan
sebagainya.1
1
Djumialdji (I), Hukum Bangunan, Dasar – Dasar Hukum dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 1.
Indonesia adalah negara hukum, maka pembangunan yang dilaksanakan
tidak terlepas dari peraturan – peraturan hukum yang berkaitan dengan masalah
tersebut. Namun dalam kenyataannya peraturan – peraturan hukum yang berkaitan
dengan masalah pembangunan tersebut terdapat di dalamnya banyak peraturan
yang saling berbenturan sehingga menimbulkan kurang adanya kepastian hukum.
Hampir dalam setiap bidang kehidupan sekarang ini, diatur oleh peraturan
– peraturan hukum. Melalui penormaan terhadap tingkah laku manusia ini, hukum
menelusuri hampir semua bidang kehidupan manusia. Campur tangan hukum
yang semakin luas ke dalam bidang kehidupan masyarakat menyebabkan masalah
– masalah efektivitas penerapan hukum menjadi semakin penting untuk
diperhitungkan. Itu artinya, hukum harus bisa menjadi institusi yang bekerja
secara efektif dalam masyarakat.
Bagi masyarakat yang sedang membangun, hukum selalu dikaitkan dengan
usaha – usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat ke arah yang lebih
baik, sebab melalui norma hukum yang dimaksud, maka diharapkan ketertiban
dan kepastian hukum dapat terpenuhi, sehingga mampu mewujudkan apa yang
Meningkatnya pembangunan fisik yang berupa pembangunan gedung –
gedung, jalan, perkantoran, sekolah, jembatan, pelabuhan dan sebagainya,
semuanya memerlukan pengaturan yang baik, mengenai segi yuridis dan segi
teknisnya yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan pelaksanannya.
Di Indonesia proyek – proyek tersebut datang dari pemerintah, swasta
maupun asing. Sedangkan pelaksanaanya hanya sebagian kecil yang ditangani
oleh pemerintah, selebihnya sangat diharapkan peran serta pihak swasta baik
sebagai investor maupun sebagai kontraktor. Dalam hal ini kontraktor bekerja
dengan sistem pemborongan pekerjaan. Itulah sebabnya kontraktor disebut
rekanan karena kontraktor dianggap sebagai rekan kerja.
Disamping itu dalam pelaksanaan pembangunan proyek – proyek harus
melibatkan berbagai pihak seperti pemberi kerja (Bouwheer), pemborong
(Annemer), perencana, pengawas serta melibatkan pekerja dalam melaksanakan
pekerjaan. Di samping itu dalam pelaksanaan pembangunan juga dihadapkan pada
peralatan – peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses pembangunan.
Oleh sebab itu, masing – masing pihak memiliki hubungan hukum yang akan
dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis yang dikenal dengan perjanjian
pemborongan pekerjaan.
Perjanjian pemborongan pekerjaan adalah suatu perjanjian antara seorang
(pihak yang memborongkan pekerjaan) dengan seorang lain (pihak pemborong),
dimana pihak pertama menghendaki sesuatu pekerjaan yang disanggupi oleh
pihak lawan, atas pembayaran sejumlah uang sebagai harga pemborongan.2
Di dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata perjanjian
pemborongan disebut dengan istilah pemborongan pekerjaan. Menurut Pasal 1601
huruf (b) KUHPerdata, pemborongan pekerjaan adalah perjanjian dengan mana
pihak yang satu (si pemborong) mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu
pekerjaan bagi pihak yang lain (pihak yang memborongkan) dengan menerima
suatu harga yang ditentukan.
Secara garis besar, tatanan hukum perdata Indonesia memberikan peluang
yang seluas – luasya bagi masyarakat untuk saling mengadakan perjanjian tentang
apa saja yang dianggap perlu untuk tujuannya. Sebagaimana ketentuan pasal 1338
KUHPerdata yang menyatakan bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagaimana undang – undang bagi mereka yang membuatnya”.
Mensikapi hal tersebut R. Subekti menjelaskan bahwa kita diperbolehkan
membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja (atau tentang apa saja) dan
perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuat seperti undang – undang.
Atau dengan kata lain, dalam soal perjanjian kita diperbolehkan membuat undang
– undang bagi kita sendiri. Pasal – pasal dari hukum perjanjian hanya berlaku,
apabila atau sekedar kita tidak mengadakan aturan – aturan sendiri dalam
perjanjian – perjanjian yang kita adakan itu.3
Proyek pemborongan yang dilaksanakan oleh pemerintah dilaksanakan
dengan cara memborongkan pekerjaan tersebut kepada pihak swasta, karena tidak
dapat dilaksanakan oleh pemiliknya sendiri. Dimana dalam hal pemberian
pekerjaan tersebut, perlu dibuat suatu kontrak atau perjanjian yang mengikat
3
kedua belah pihak. Perjanjian kerja erat kaitannya dengan tanggung jawab para
pihak dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Pemborong bertanggung jawab untuk
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan dalam
perjanjian pemborongan. Selain itu pemborong juga berkewajiban untuk
menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan uraian tentang pekerjaan yang disertai
gambar – gambar dan syarat – syarat yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan
pekerjaan pemborongan.
Indonesia adalah negara hukum, sehingga dari segi hukum perjanjian
pemborongan pekerjaan harus tunduk terhadap peraturan – peraturan hukum
perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata Buku III
dan peraturan – peraturan lainnya seperti Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, untuk mencegah sengketa
dikemudian hari, karena adanya kesalahpahaman antara pihak yang memberikan
pekerjaan dengan pihak yang menerima pekerjaan. Maka kegiatan yang demikian
hendaknya dituangkan dalam bentuk perjanjian pemborongan pekerjaan.
Terkait dengan penelitian yang Penulis lakukan Dinas Pendidikan
Kabupaten Mandailing Natal bertindak sebagai pihak yang memborongkan
sedangkan CV. Bersama Kontraktor bertindak sebagai pihak yang menerima
pemborongan kerja untuk pekerjaan Pembangunan Ruang Kelas Baru dan
Meubelair SMP Negeri 1 Hutabargot. Hubungan kerja sama yang terjadi antara
Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor
dibuat dalam suatu perjanjian atau dalam prakteknya lebih sering disebut kontrak.
dengan CV. Bersama Kontraktor merupakan perjanjian pemborongan pekerjaan.
Dalam hal ini pemborongan pekerjaan Pembangunan Ruang Kelas Baru dan
Meubelair SMP Negeri 1 Hutabargot yang dilaksanakan oleh CV. Bersama
Kontraktor sebagai pihak pemborong tersebut diperoleh setelah memenangkan
pelelangan.
Dalam pelaksaan proyek pemborongan ini, para pihak harus tunduk pada
kontrak atau perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah pihak. Pemborong
harus melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan isi perjanjian yang telah
disepakati bersama antara pihak pemborong dengan yang memborongkan, dan isi
dari perjanjian harus memperhatikan asas keadilan dan keseimbangan.
Pada masa sekarang ini banyak kontrak yang bermasalah, banyak isi
kontrak sifatnya hanya menguntungkan salah satu pihak tanpa memperhatikan hak
pihak lain, sehingga asas keadilan dan keseimbangan tidak terlihat dan tidak
sesuai lagi dengan apa yang diharapkan oleh kedua belah pihak. Selain itu, banyak
proyek yang dalam proses pekerjaan di lapangan yang tidak sesuai dengan apa
yang telah disepakati bersama dalam perjanjian, sehingga berhenti sebelum
selesai proses pekerjaannya. Selain hal tersebut, terkadang juga pihak pemborong
tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
dalam perjanjian yang telah disepakati bersama. Apabila sudah habis waktu
penyelesaian perjanjian, tetapi pihak pemborong belum dapat menyelesaikan
pekerjaan maka hal tersebut akan menghambat penyelesaian pekerjaan yang telah
Melihat kejadian seperti diatas, maka penulis tertarik untuk membahas
perjanjian pemborongan tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul “Tinjauan
Yuridis Terhadap Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas
Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor
(Studi Pada CV. Bersama Kontraktor)”.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai
bertikut :
1. Apakah proses pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara Dinas
Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor
telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku ?
2. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian
pemborongan pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal
dengan CV. Bersama Kontraktor ?
3. Bagaimana tanggung jawab CV. Bersama Kontraktor sebagai pihak
pemborong terhadap Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dalam
pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan ?
4. Bagaimana penyelesaian perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan
perjanjian pemborongan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami proses pelaksanaan perjanjian
pemborongan pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten
Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor
2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban dari para pihak dalam
pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara Dinas
Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama
Kontraktor.
3. Untuk mengetahui tanggung jawab CV. Bersama Kontraktor sebagai
pihak pemborong terhadap Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing
Natal dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan.
4. Untuk mengetahui upaya – upaya yang ditempuh oleh para pihak
dalam menyelesaikan masalah – masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan perjanjian pemborongan pekerjaan antara Dinas
Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama
Kontraktor.
2. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini dapat dilihat dari dua
a. Secara Teoritis
Penelitian ini Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi perkembangan ilmu hukum. Untuk menambah literatur dalam
bidang hukum perdata pada umumnya dan perjanjian pemborongan
pekerjaan pada khususnya sehingga mengetahui secara konkrit
sejauhmana perkembangan mengenai perjanjian pemborongan.
b. Secara Praktis
Diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi pembaca,
khususnya mengenai perjanjian pemborongan pekerjaan dan agar
masyarakat mengetahui proses perjanjian pemborongan pekerjaan yang
terjadi antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan
CV. Bersama Kontraktor. Penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat penyusunan
kontrak pemborongan sehingga dapat menghindari timbulnya
permasalahan yang mungkin terjadi dalam melakukan kerjasama guna
meningkatkan kemajuan dibidang pembangunan di Indonesia.
D. Keaslian Penulisan
“ TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN PEMBORONGAN
PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MANDAILING
NATAL DENGAN CV. BERSAMA KONTRAKTOR (STUDI PADA CV.
Yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyusun melalui referensi buku –
buku, media elektronik (internet), dan studi kasus pada data sekunder yaitu
menelaah pada dokumen surat perjanjian pemborongan pekerjaan antara Dinas
Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor, dan
bahkan dari berbagai pihak. Kalaupun ada judul yang serupa, namun
permasalahan yang diangkat berbeda dan materi pembahasan yang dilakukan juga
berbeda.
E. Tinjauan Kepustakaan
Dari judul di atas dapat diambil pengertian secara etimologis.
R. Subekti mengemukakan, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana
seorang berjanji kepada orang lain, atau dimana 2 (dua) orang saling berjanji
untuk melaksanakan sesuatu.4 Sedangkan menurut R. Setiwan, perjanjian adalah
suatu perbuatan hukum dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau
saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.5
Perjanjian mengandung pengertian, suatu hubungan hukum kekayaan/harta
benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada satu pihak
untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk
menunaikan prestasi.
6
Perjanjian pemborongan pekerjaan menurut KUHPerdata Buku III Bab VII A bagian ke 6 (enam) tentang perjanjian pemborongan pekerjaan adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu pemborong mengikatkan diri untuk membuat
4
R. Subekti (I), Op.Cit., hal. 29.
5
R. Setiawan, Pokok – Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 1979, hal. 49.
6
suatu karya tertentu bagi pihak lain yang memborongkan dengan menerima bayaran tertentu dan dimana pihak yang lain yang memborongkan mengikatkan diri untuk memborongkan pekerjaan kepada pihak pemborong dengan bayaran tertentu.
Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal, maksudnya adalah pihak
yang mewakili pemerintah yang bertindak sebagai pihak yang memborongkan
atau pemberi pekerjaan sedangkan CV. Bersama Kontraktor merupakan sebuah
perseroan komanditer yang tidak berbentuk badan hukum yang bertindak sebagai
pihak pemborong.
Commanditair venootschap (CV) atau yang disebut juga dengan persekutuan komanditer menurut Pasal 19 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang adalah suatu bentuk perjanjian kerja sama untuk berusaha bersama antara orang – orang yang bersedia memimpin, mengatur perusahaan serta bertanggung jawab penuh dengan kekayaan pribadinya, dengan orang – orang yang memberikan pinjaman dan tidak bersedia memimpin perusahaan serta bertanggung jawab terbatas pada kekayaan yang diikutsertakan dalam perusahaan itu.
Tanggung jawab dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menaggung akibatnya. Adapun tanggung jawab secara definisi merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.7
Akibat dari suatu hal yang terjadi itu menimbulkan resiko bagi para pihak.
Resiko adalah suatu ajaran tentang siapakah yang harus menanggung ganti rugi
apabila debitur tidak memenuhi prestasi dalam keadaan force majeure.8
7
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/06/12/mengenal-arti-kata-tanggung-jawab-567952.html. diakses tanggal 8 Desember 2013, Jam 11.10.
8
R. Subekti mengemukakan bahwa resiko adalah kewajiban untuk memikul
kerugian jikalau ada suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak yang
menimpa benda yang dimaksudkan dalam perjanjian.9
Resiko itu ada yang timbul karena ada suatu keadaan yang memaksa atau
disebut force majeure yang terjadi diluar kehendak para pihak seperti ada bencana
alam, kebakaran, banjir, gempa atau bahkan terjadi peperangan yang dapat
menghambat pelaksanaan perjanjian.10
Force majeure atau sering diterjemahkan sebagai “keadaan memaksa” merupakan keadaan di mana seorang debitur terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak, keadaan atau peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur, sementara si debitur tersebut tidak dalam keadaan beritikad buruk
(lihat Pasal 1244 KUHPerdata).11
Salim HS mengemukakan, penyelesaian perselisihan dapat ditempuh
melalui 2 (dua) cara yaitu melalui litigasi dan non litigasi. Litigasi diartikan
sebagai proses administrasi dan peradilan yang memerlukan jangka waktu yang Setiap resiko yang terjadi harus di tanggung oleh setiap pihak yang
bersangkutan. Namun dalam pelaksanaan tanggung jawab atas resiko tersebut
sering menimbulkan permasalahan karena ada pihak tertentu yang merasa bahwa
terdapat ketidakseimbangan atas pertanggungjawaban tersebut. Sehingga
permasalahan tersebut mengakibatkan proses pelaksanaan pekerjaan terganggu.
Dan setiap permasalahan yang terjadi dituntut penyelesaiannya.
9
R. Subekti (III), Pokok – Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 2003, hal. 144.
10
http: //
11
panjang. Sedangkan non litigasi adalah penyelesaian sengketa di luar pengadilan
dengan cara musyawarah, mediasi, konsiliasi dan arbitrase.12
F. Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali
itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut,
untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan –
permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.13
1. Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, digunakan metode pengumpulan data dan
bahan – bahan yang berkaitan dengan materi skripsi ini. Untuk memperoleh bahan
– bahan atau data yang diperlukan dalam skripsi ini, penulis melakukan penelitian
hukum dengan menggunkan metode – metode tertentu sebagai berikut :
Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif
yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian
hukum yang mengelola dan menggunakan data sekunder. Adapun sifat dari
penulisan skripsi ini adalah deskriptif yaitu menggambarkan secara sistematis
dan jelas dimana kita melakukan penelitian termasuk survey ke lapangan
untuk memperoleh data dan informasi.
12
Salim HS (I), Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUHPerdata, Buku Dua, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 198.
13
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder.
Data sekunder meliputi :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan – bahan hukum atau dokumen peraturan
yang sifatnya mengikat dan ditetapkan oleh pihak – pihak yang berwenang
yakni berupa Undang – Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, dan lain – lain.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan dari buku hukum yang memberi
penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil – hasil penelitian
dan pendapat dari pakar hukum.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk
atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus
hukum.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan serta meneliti sumber –
sumber bacaan yang berhubungan dengan permasalahan dalam skripsi ini,
seperti buku – buku hukum, majalah hukum, peraturan perundang –
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dalam bentuk studi
kasus. Penulis melakukan studi kasus terhadap permasalahan yang
dihadapi dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan, untuk melengkapi
bahan yang diperoleh dalam penelitian kepustakaan di atas.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya
sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling
berhubungan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah
sebagi berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisiskan pendahuluan yang merupakan suatu pengantar dari pembahasan
selanjutnya yang terdiri dari 7 (tujuh) sub bab yaitu : Latar Belakang, Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan
Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN
Merupakan tinjauan umum mengenai perjanjian yang terdiri dari 5 (lima)
sub bab yaitu : Pengertian Perjanjian, Syarat – Syarat Sahnya Perjanjian, Jenis –
Jenis Perjanjian, Asas – Asas Perjanjian, dan Berakhirnya Perjanjian.
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN
Bab ini menjelaskan tinjauan umum mengenai perjanjian pemborongan
yang terdiri dari 5 (lima) sub bab yaitu : Pengertian dan Pengaturan Hukum
Mengenai Perjanjian Pemborongan, Sifat dan Bentuk Perjanjian Pemborongan,
Macam dan Isi Perjanjian Pemborongan, Peserta dalam Perjanjian Pemborongan,
dan Berakhirnya Perjanjian Pemborongan.
BAB IV TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PEMBORONGAN
PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN
MANDAILING NATAL DENGAN CV. BERSAMA
KONTRAKTOR
Bab ini terditi dari 5 (lima) sub bab yaitu : Proses Pelaksanaan Perjanjian
Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal
dengan CV. Bersama Kontraktor, Pembangunan Ruang Kelas Baru dan Meubelair
SMP Negeri 1 Hutabargot, Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pelaksanaan
Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten
Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor, Tanggung Jawab CV.
Bersama Kontraktor sebagai Pihak Pemborong Terhadap Dinas Pendidikan
Kabupaten Mandailing Natal dalam Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan
Pekerjaan, Penyelesaian Perselisihan yang Timbul dalam Pelaksanaan Perjanjian
Pemborongan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV.
Bersama Kontraktor.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran merupakan penutup dalam skripsi ini, dalam hal ini
diajukan dalam skripsi ini dan dilengkapi dengan saran – saran. Bab ini terdiri
dari 2 (dua) sub bab yaitu : Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA