• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar dan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan di SDN 101769 Percut Sei Tuan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar dan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan di SDN 101769 Percut Sei Tuan Tahun 2016"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Higiene Perorangan

2.1.1 Defenisi Higiene Perorangan

Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam

kehidupan sehari-hari karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis

seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan

kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial,

keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat

perkembangan.

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan atau kesehatan perorangan adalah

cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan

perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan

diperlukan untuk kenyamanan individu , keamanan dan kesehatan ( Potter, 2005).

Menurut Anik Maryunani 2015, kebutuhan personal hygiene merupakan suatu

kebutuhan perawatan diri, yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatan

seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Sedangkn Koes Irianto dalam

bukunya yang berjudul Gizi dan Pola Hidup Sehat mengartikan personal hygiene

sebagai usaha kesehatan pribadi atau daya upaya dari seseorang untuk memelihara

(2)

ternilai. Kesehatan individu atau diri sendiri dapat terwujud apabila seseorang

menjaga kesehatan tubuh.

2.1.2 Jenis Higiene Perorangan

Berikut ini adalah bagian- bagian personal hygiene yang perlu diperhatikan :

a. Kebersihan Mulut

Mulut merupakan saluran pertama yang dilalui oleh makanan. Pada rongga

mulut dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu

pencernaan makanan. Tujuan menjaga kebersihan mulut adalah agar mulut dan gigi

tetap bersih dan tidak bau, mencegah infeksi pada mulut, kerusakan gigi, mencegah

bibir dan lidah pecah-pecah dan memberikan perasaan senang dan segar (Maryunani,

2015).

Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar menyangkut kesehatan di

rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan seluruh tubuh. Orang yang

giginya tidak sehat, pasti kesehatan umum dirinya mundur. Sebaliknya yang giginya

sehat dan terawat dengan baik, seluruh dirinya sehat dan segar bugar (Irianto K,

2004).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan gigi yaitu;

1. Menggosok gigi secara benar dan teratur

2. Memakai sikat gigi sendiri

3. Menghindari makan-makanan yang merusak gigi

4. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi

(3)

b. Kebersihan Kulit

Dalam kehidupan sehari-hari, perawatan kulit menjadi pusat perhatian yang

utama. Kulit adalah lapisan tipis yang membungkus seluruh permukaan tubuh. Kulit

merupakan benteng pertahanan tubuh kita yang utama karena berada di lapisan

anggota tubuh yang paling luar dan berhubungan langsung dengan lingkungan

sekitar. Kulit berfungsi sebagai pelindung tubuh paling luar. Kulit yang bersih

mencegah masuknya benda-benda dari luar tubuh (benda asing atau invasi bakteri)

yang memungkinkan terjadinya penyakit (Maryunani, 2015).

Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan,

makanan yang dimakan, serta kebiasaan hidup sehari-hari. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam memelihara kebersihan kulit yaitu;

1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri

2. Mandi minimal 2 kali sehari

3. Mandi memakai sabun

4. Menjaga kebersihan pakaian

5. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah

6. Menjaga kebersihan lingkungan (Potter dan Perri, 2005).

Dengan demikian kulit serta pori-pori bersih dan tidak tertutup atau tersumbat

oleh kotoran lagi. Kulit dapat lancar lagi mengeluarkan kotoran di badan berupa

keringat. Badan tidak bau busuk karena mandi 2 kali sehari (Irianto K, 2004).

c. Kebersihan Rambut

(4)

1. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang- kurangnya

2x seminggu.

2. Mencuci ranbut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya. Sebaiknya

menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri

d. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku

Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungan dengan apa

saja. Tangan merupakan perantara penularan kuman. Sehabis memegang sesuatu

yang kotor atau mengandung kuman penyakit, tangan langsung menyentuh mata,

hidung , mulut, makanan, serta minuman. Berlangsung sudah pemindahan sesuatu

yang dapat berupa penyebab terganggunya kesehatan.

Kita melangkahkan kaki kemana- mana. Banyak kotoran yang ikut dengan kaki

kita. Tangan pun suka menjamah kaki. Dibawah kuku jari tangan maupun kaki

terdapat banyak bakteri yang dapat menjadi infeksi (Irianto K, 2004).

Kuku adalah struktur aksesoris dari kulit dan disusun oleh jaringan epitel. Kuku

yang sehat akan berwarna pink (merah muda) dan cembung dan lengkung yang rata.

Kebersihan kaki, kuku dan tangan juga termasuk dalam personal hygiene. Perawatan

kuku yang rutin termasuk di dalamnya adalah membersihkan dan menggunting serta

mengembalikan batas-batas kulit di tepi kuku ke keadaan normal. Dibawah kuku jari

tangan maupun kaki terdapat banyak bakteri yang dapat menjadi infeksi ataupun

sumber penyakit (Maryunani, 2015).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan mata yaitu;

(5)

2.Memotong kuku secara teratur

3.Kebersihkan lingkungan

4.Mencuci kaki sebelum tidur (Potter dan Perri, 2005).

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk

menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun

dikenal juga sebagai upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan

seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan pathogen

berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun tidak

langsung.

Pada lingkungan pemukiman yang padat penduduk dan kumuh, kebiasaan

mencuci tangan dengan sabun dengan benar dapat menurunkan separuh (50%) dari

penderita diare. Penelitian ini dilakukan di Karachi, Pakistan dengan intervensi

pencegahan penyakit dengan melakukan kampaye mencuci tangan dengan sabun

secara benar dan yang intens pada komunitas secara langsung. Komunitas yang

mendapat intervensi dan komunitas pembanding yang mirip tidak mendapat

intervensi menunjukkan bahwa jumlah penderita diare berkurang separuhnya

(Kemenkes RI, 2014).

Tangan merupakan pembawa utama mikroorganisme yang berasal dari tinja.

Peran tangan terhadap penyebaran kuman bisa mencapai 47%, sehingga bila peran

tangan dapat dikendalikan,otomatis dapat mencegah terjadinya penyakit diare sampai

(6)

2.2Higiene Sanitasi Makanan

2.2.1 Defenisi Higiene Sanitasi Makanan

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan individu subjeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi

kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang

bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan

(Depkes RI, 2004).

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memlihara dan melindungi

kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk

keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar sampah tidak dibuang

sembarangan (Depkes RI, 2004).

Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang,

tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit

atau gangguan kesehatan (Kepmenkes No.942, 2003).

2.2.2 Prinsip Dalam Higiene Sanitasi Makanan

Prinsip higiene dan sanitasi makanan adalah upaya praktis dan penyehatan

makanan. Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1096 Tahun 2011 terdapat 6 (enam)

prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman yaitu:

a. Pemilihan bahan makanan.

Bahan makanan adalah semua bahan baik terolah maupun tidak yang digunakan

dalam pengolahan makanan, termasuk bahan tambahan makanan. Pemilihan bahan

(7)

1. Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu pengolahan

sebelum dihidangkan seperti : daging, susu, buah dan sayuran, jenis tepung

dan biji-bijian serta makanan fermentasi yaitu makanan yang diolah dengan

bantuan mikroba seperti ragi atau cendawan, harus dalam keadaan baik,

segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa, tidak berjamur,

serta sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi.

2. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi persyaratan

sesuai peraturan yang berlaku.

3. Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung dimakan tetapi

digunakan untuk proses pengolahan makanan lebih lanjut.

b. Penyimpanan bahan makanan.

1. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan

kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun

bahan berbahaya.

2. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first

expired first out (FEFO) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih

dahulu dan yang mendekati masa kadaluarsa dimanfaatkan/digunakan lebih

dahulu.

3. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan makanan

yaitu : dalam suhu yang sesuai, ketebalan bahan makanan padat tidak lebih

(8)

4. Tidak menempel pada lantai,dinding atau langit-langit dengan ketentuan

sebagai berikut :

- Jarak bahan makanan dengan lantai : 15 cm

- Jarak bahan makanan dengan dinding : 5 cm

- Jarak bahan makanan dengan langit-langit : 60 cm

c. Pengolahan makanan.

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah

menjadi makanan jadi/masak atau siap santap, dengan memperhatikan kaidah cara

pengolahan makanan yang baik.

d. Penyimpanan makanan.

Dalam Kepmenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003, penyimpanan makanan

jadi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus dan hewan

lainnya.

2. Disimpan dalam ruangan bertutup dan bersuhu dingin (10º-18ºC).

3. Makan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5 ºC atau lebih, atau

disimpan dalam suhu dingin 4 ºC atau kurang.

4. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam)

disimpan dalam suhu -5 ºC sampai dengan 1 ºC.

5. Tidak tercampur antara makanan yang siap untuk dimakan dengan bahan

makanan mentah dan tidak disajikan ulang.

(9)

Pengangkutan makanan dalam Kepmenkes RI

No.1098/Menkes/SK/VII/2003, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Pengangkutan bahan makanan: Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan

beracun (B3), menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan makanan

yang higienis, tidak boleh diinjak, dibanting dan diduduki dan selama

pengangkutan harus selalu dalam keadaan.

2. Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap: Tidak bercampur dengan

bahan berbahaya dan beracun (B3), menggunakan kendaraan khusus

pengangkut makanan jadi/masak dan harus selalu higienis, setiap jenis

makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan bertutup, utuh, kuat,

tidak karat dan ukurannya memadai dengan jumlah makanan yang akan

ditempatkan, pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan

diatur agar makanan tetap panas pada suhu 600C atau tetap dingin pada suhu

400C.

f. Penyajian makanan.

Prinsip penyajian Kepmenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003 yaitu :

1. Wadah yaitu setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah terpisah,

tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang.

2. Kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi (makanan

berkuah) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah

(10)

3. Pemisah yaitu makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama seperti

dus atau rantang harus dipisah dari setiap jenis makanan agar tidak saling

campur aduk.

4. Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap dalam

keadaan panas.

5. Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh, tidak cacat

atau rusak.

6. Handling yaitu setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak

langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.

7. Edible part yaitu semua yang disajikan adalah makanan yang dapat dimakan,

bahan yang tidak dapat dimakan harus disingkirkan.

8. Tepat penyajian yaitu pelaksanaan penyajian makanan harus tepat sesuai

dengan seharusnya yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hidang dan tepat

volume (sesuai jumlah).

2.2.3 Aspek Higiene Sanitasi Makanan

Menurut Depkes RI (2004) aspek higiene sanitasi makanan adalah aspek pokok

dari higiene sanitasi makanan yang mempengaruhi terhadap keamanan makanan.

Aspek higiene sanitasi makanan terdiri dari 4 bagian,yaitu :

1. Kontaminasi.

Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing ke dalam makanan

yang tidak dikehendaki, yang dikelompokkan dalam 4 (empat) macam yaitu :

(11)

- Pencemaran fisik, seperti rambut, debu, tanah, serangga dan kotoran

lainnya.

- Pencemaran kimia, seperti pupuk, pestisida, Mercury, Cadmium, Arsen,

HCN.

- Pencemaran radioaktif, seperti radiasi, sinar alfa, sinar gamma, radioaktif.

Infeksi dapat masuk ke dalam makanan melalui masakan yang tidak higienis,

yang mungkin dibawa ke dalam makanan melalui lalat atau makhluk lain, mungkin

juga berasal dari peralatan yang telah terinfeksi, atau mungkin sudah ada dalam

makanan itu sendiri. Infeksi yang paling sering ditularkan melalui makanan adalah

salmonellosis. Infeksi salmonella biasanya terdapat di perut ternak dan unggas, dan

banyak dari hewan tersebut tidak menunjukkan gejala. Ketika hewan disembelih,

beberapa salmonella mungkin tetap berada pada daging hewan. Namun demikian

daging mentah juga mungkin tercemar peralatan dapur- misalnya pisau yang

kemudian digunakan untuk mengiris daging dan akan cukup untuk menyebabkan

infeksi. Kondisi lingkungan demikian menjadi faktor utama dalam memfasilitasi

penularan infeksi melalui makanan dan wabah keracunan makanan oleh bakteri,

biasanya dapat ditelusuri kembali penyebabnya dari kegagalan praktek yang baik

pada saat persiapan makanan dan proses penyimpanan (Rowland, A.J., 1983).

2. Keracunan

Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau

gangguan kesehatan lainnya akibat mengkonsumsi makanan yang tidak hygienis.

(12)

unsur-unsur fisika, mikroba ataupun kimia dalam dosis yang membahayakan. Adapun yang

menjadi penyebabnya adalah :

- Bahan makanan alami, yaitu makanan yang secara alami telah

mengandung racun, seperti jamur beracun, ikan, buntel, ketela hijau,

gadung atau umbi racun.

- Infeksi mikroba (Bacterial Food Infection), yaitu disebabkan bakteri pada

saluran pencernaan makanan yang masuk ke dalam tubuh atau tertelannya

mikroba dalam jumlah besar, yang kemudian hidup dan berkembang biak,

seperti Salmonellosis dan Streptoccocus.

- Racun/toxin mikroba (Bacterial Food Poisoning), yaitu racun atau toksin

yang dihasilkan oleh mikroba dalam makanan yang masuk ke dalam tubuh

dengan jumlah yang membahayakan, seperti racun Botulism yang

disebabkan oleh Clostridium botulism, Staphylococcus dan keracunan

tempe bongkrek, disebabkan oleh Pseudomonas cocovenenas.

- Kimia, yaitu bahan berbahaya dalam makanan yang masuk ke dalam

tubuh dalam jumlah yang membahayakan, seperti arsen, antimon,

cadmium, pestisida dengan gejala depresi pernafasan sampai koma dan

dapat meninggal.

- Alergi, yaitu bahan allergen di dalam makanan yang menimbulkan reaksi

sensitif kepada orang-orang yang rentan, seperti histamin pada udang,

(13)

3. Pembusukan

Pembusukan adalah proses perubahan komposisi (dekomposisi) makanan, baik

sebagian atau seluruhnya pada makanan dari keadaan yang normal menjadi keadaan

yang tidak normal yang tidak dikehendaki sebagai akibat pematangan alam

(maturasi), pencemaran (kontaminasi), sengaja dipelihara (fermentation) atau sebab

lain (Depkes RI, 2004).

4. Pemalsuan

Pemalsuan adalah upaya perubahan tampilan makanan dengan cara menambah,

mengurangi atau mengganti bahan makanan yang disengaja dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya yang dapat berdampak buruk kepada

konsumen.

2.3Makanan Jajanan

2.3.1 Defenisi Makanan Jajanan

Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin

makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk

dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel

(Kepmenkes No.942, 2003).

Menurut Irianto, K (2007) makanan jajanan adalah makanan yang banyak

ditemukan dipinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk, warna, rasa serta

(14)

2.3.2 Jenis Makanan Jajanan

Jenis makanan jajanan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (1998)

yang dikutip oleh Sitorus (2007) dapat digolongkan menjadi (3) tiga golongan, yaitu:

1. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang

goreng, kue bugis, risol, tahu isi dan sebagainya.

2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecal, mie bakso,

nasi goreng, mie rebus dan sebagaianya.

Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti ice cream, es campur, jus

buah, minuman rasa dan sebagainya.

2.3.3 Keamanan Makanan Jajanan

Banyak sekali makanan di pinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk

sehingga menarik kita untuk membelinya. Mengudap di pinggir jalan mengandung

banyak sekali resiko. Mulai dari debu- debu dan lalat yang hinggap dimana saja

terutama tempat-tempatkotor dan yang kemudian hinggap pada makanan yang tidak

di tutupi dapat menyebabkan penyakit terutama pada sistem pencernaan kita. Apabila

kita tidak selektif dalam memilih makanan yang bersih dan terjamin aman maka

penyakitlah yang akan kita terima. Hal inilah yang membuat kita sering terserang

disentri, tifus atau penyakit perut lainnya (Irianto dan Waluyo, 2004).

Rendahnya tingkat keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) masih

menjadi permasalahan penting. Data pengawasan PJAS yang dilakukan Badan POM

RI Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan bersama 26 Balai Besar/Balai POM di

(15)

syarat karena mengandung bahan kimia berbahaya seperti formalin, boraks,

rhodamin, mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP), seperti siklamat dan

benzoat melebihi batas aman, serta akibat cemaran mikrobiologi.

Data KLB keracunan pangan Badan POM RI menunjukkan bahwa 19%

kejadian keracunan terjadi di lingkungan sekolah dan dari kejadian tersebut kelompok

siswa Sekolah Dasar (SD) paling sering (78,57%) mengalami keracunan PJAS

(BPOM RI, 2009).

Menurut hasil pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Obat dan

Makanan RI terhadap makanan jajanan anak sekolah disimpulkan bahwa masih

terdapat makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat. Pada tahun 2006 terdapat

49,43%, tahun 2007 terdapat 45,28%, dan tahun 2010 terdapat 45% makanan jajanan

yang tidak memenuhi syarat. Adapun kriteria tidak memenuhi persyaratan, yaitu

menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti bahan pengawet, bahan

pemanis, bahan pewarna taupun penyedap rasa yang melebihi batas, penyalahgunaan

bahan berbahaya yang seharusnya tidak boleh digunakan dalam pangan, serta

cemaran mikroba yang mencerminkan kualitas mikrobiologi pangan jajanan anak

sekolah (BPOM, 2007).

Makanan yang tidak aman (tidak memenuhi syarat) dapat mengakibatkan

keracunan makan dan foodborne disease bagi orang yang mengkonsumsinya.

Keracunan makanan sendiri berarti penyakit yang terjadi setelah menyantap makanan

yang mengandung racun yang berasal dari jamur, kerang, pestisida, susu, dan bahan

(16)

Sementara foodborne disease adalah penyakit yang terjadi setelah menyantap

makanan yang diakibatkan oleh kontaminasi bahan kimia dan mikroorganisme

(bakteri, virus, dan parasit) tanpa memperdulikan mampu tidaknya mikroba tersebut

menghasilkan racun. Gejala yang timbul akibat dari keduanya dalam jangka pendek

adalah terganggunya saluran cerna seperti, mual, muntah, sakit bagian perut, dan

diare (Arisman, 2008).

2.3.4 Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan

Makanan yang berada di rumah makan, restoran atau dipinggiran jalan akan

menjadi media tempat penularan penyakit patogen apabila tidak diolah dan ditangani

dengan baik karena dalam penanganan makanan dapat memasukkan dan

menyebarkan mikroorganisme patogen. Penularan penyakit tersebut dapat terjadi

secara langsung maupun tidak langsung. Kebersihan penjamah makanan dalam istilah

populernya disebut higiene perorangan, merupakan kunci kebersihan dalam

pengolahan makanan yang aman dan sehat. Dengan demikian, penjamah makanan

harus mengikuti prosedur yang memadai untuk mencegah kontaminasi pada makanan

yang ditanganinya. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolahan makanan adalah

mencuci tangan, kebersihan dan kesehatan diri (Purnawijayanti, 2001).

Berdasarkan Kepmenkes No. 942 Tahun 2003 tentang Pedoman Persyaratan

Higiene Sanitasi Makanan Jajanan bahwa :

a. Penjamah Makanan

Penjamah makanan jajanan adalah orang yang secara langsung atau tidak

(17)

pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Penjamah

makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan

harus memenuhi persyaratan antara lain :

- tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek, influenza, diare,

penyakit perut sejenisnya;

- menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya);

- menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian;

- memakai celemek, dan tutup kepala;

- mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.

- menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau dengan alas

tangan;

- tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau

bagian lainnya);

- tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau

tanpa menutup mulut atau hidung.

Organisme yang menyebabkan infeksi gastrointestinal terdapat pada feses.

Kebersihan yang buruk saat defekasi, atau pembuangan yang tidak pantas dari tinja

yang terinfeksi dapat menyebabkan lolosnya patogen ke dalam lingkungan dan

transmisi berikutnya ke saluran pencernaan. Tangan mudah terkontaminasi oleh tinja

saat defekasi. Jika tangan tidak dicuci dengan benar dapat memindahkan langsung

organism patogen ke tangan lain atau ke objek yang akan ditangani oleh tangan

(18)

b. Peralatan

Peralatan adalah barang yang digunakan untuk penanganan makanan jajanan.

Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan jajanan harus

sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan higiene sanitasi yaitu :

- peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun;

- lalu dikeringkan dengan alat pengering/lap yang bersih

-peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di tempat yang bebas

pencemaran.

- dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali

pakai.

Persyaratan pengolahan makanan menurut Permenkes No.304/Per/IX/1989

adalah: semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung

dari kontak langsung antara penjamah dengan makanan. Perlindungan kontak

langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan: sarung tangan, penjepit makanan,

sendok, garpu dan sejenisnya.

c. Air, Bahan Makanan, Bahan Tambahan dan Penyajian

- Air yang digunakan dalam penanganan makanan jajanan harus air yang

memenuhi standar dan Persyaratan Higiene Sanitasi yang berlaku bagi air

bersih atau air minum.

- Air bersih yang digunakan untuk membuat minuman harus dimasak sampai

(19)

- Semua bahan yang diolah menjadi makanan jajanan harus dalam keadaan baik

mutunya, segar dan tidak busuk.

- Semua bahan olahan dalam kemasan yang diolah menjadi makanan jajanan

harus bahan olahan yang terdaftar di Departemen Kesehatan, tidak

kadaluwarsa, tidak cacat atau tidak rusak.

- Penggunaan bahan tambahan makanan dan bahan penolong yang digunakan

dalam mengolah makanan jajanan harus sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

- Bahan makanan, serta bahan tambahan makanan dan bahan penolong

makanan jajanan siap saji harus disimpan secara terpisah

- Bahan makanan yang cepat rusak atau cepat membusuk harus disimpan dalam

wadah terpisah.

- Makanan jajanan yang dijajakan harus dalam keadaan terbungkus dan atau

tertutup.

- Pembungkus yang digunakan dan atau tutup makanan jajanan harus dalam

keadaan bersih dan tidak mencemari makanan dan dilarang ditiup.

- Makanan jajanan yang diangkut, harus dalam keadaan tertutup atau

terbungkus dan dalam wadah yang bersih.

- Makanan jajanan yang diangkut harus dalam wadah yang terpisah dengan

bahan mentah sehinggga terlindung dari pencemaran.

- Makanan jajanan yang siap disajikan dan telah lebih dari 6 (enam) jam apabila

(20)

d. Sarana Penjaja

Sarana penjaja adalah fasilitas yang digunakan untuk penanganan makanan

jajanan baik menetap maupun berpindah-pindah. Makanan jajanan yang dijajakan

dengan sarana penjaja konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat

melindungi makanan dari pencemaran yaitu :

- Konstruksi sarana penjaja harus memenuhi persyaratan yaitu antara lain :

mudah dibersihkan; tersedia tempat untuk :

- air bersih;

- penyimpanan bahan makanan;

- penyimpanan makanan jadi/siap disajikan;

- penyimpanan peralatan;

- tempat cuci (alat, tangan, bahan makanan);

- tempat sampah.

- dan harus terlindungi dari debu dan pencemaran.

Makanan yang terbuka akan lebih mudah tercemar, dengan pemindahan

mekanik yang dapat disebabkan oleh serangga dan binatang. Serangga mengambil

dan membawa mikroorganisme hanya dengan hinggap pada benda yang terjangkiti.

Resiko utama infeksi terdapat pada makanan yang terbuka. Lalat dengan jelas

sangatlah berbahaya karna mereka memakan bangkai dan dapat terbang langsung dari

bangkai tersebut ke makanan. Kecoa juga membawa kotoran dan infeksi ke dalam

(21)

resiko tidak hanya karena mikroorganisme yang menempel pada kaki atau kulit yang

dapat dipindahkannya, tetapi juga karena mereka sendiri telah terinfeksi, sebagai

contoh terinfeksi oleh salmonella, dan makanan terkontaminasi oleh kotoran mereka

(Rowland, A.J., 1983).

2.4Diare

2.4.1 Defenisi Diare

Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah buang air besar

dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja cair dan bertambahnya frekuensi

buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011) diare adalah suatu

kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,

bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau

lebih) dalam satu hari.

Diare ialah buang air besar dengan konsistensi yang lebih encer/cair dari

biasanya sebanyak lebih dari 3 kali per hari yang dapat/tidak disertai dengan lender

atau darah yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu

(Syamsudin, 2013).

Diare sesuai dengan definisi Hippocrates, maka diare adalah buang air besar

dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih

(22)

2.4.2 Jenis-jenis Diare

Jenis diare ada dua, yaitu diare akut dan diare kronik atau diare persisten. Diare

akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara diare persisten

atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes RI, 2011).

Diare akut biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau parasit

sedangkan diare kronik disebabkan gangguan fungsional seperti irritable bowel

syndrome (IBS) atau penyakit usus seperti penyakit Crohn.

2.4.3 Penyebab Terjadinya Diare

Gambar 2.1 Bagan Terjadinya Diare (Setyowati &Nurhaeni: 2001)

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar

(23)

alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering

ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan

keracunan (Depkes RI, 2011).

Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi

namun tetap sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Di Indonesia, penyebab

utama diare adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter, E. Coli, dan Entamoeba

histolytica (Depkes RI, 2000).

Escherichia coli merupakan flora normal saluran pencernaan manusia dan

hewan. Bakteri Escherichia coli dapat berubah menjadi oportunis patogen bila hidup

di luar usus, misalnya pada infeksi saluran kemih, infeksi luka dan mastitis

(Ganiswarna, 1995). Pada umumnya, bakteri ini hidup dalam tinja dan dapat

menyebabkan masalah kesehatan seperti diare dan masalah pencernaan lainnya

(Supardi, 1999). Keberadaan bakteri di luar tubuh manusia menjadi indikator sanitasi

makanan dan minuman.

Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang,

ataupun cairan tubuh lain seperti ingus dan makanan dan minuman yang

terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus dan

parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan.

Beberapa jenis bakteri yang terdapat pada makanan atau air yang

terkontaminasi dapat menyebabkan diare, seperti Escherecia coli, Salmonella,

Shigellia, Staphylococcus dan Campylobacter. Selain bakteri parasit juga termasuk

(24)

makanan dan air dan hidup di dalam saluran pencernaan. Parasit yang menyebabkan

diare antara lain Giardia lamblia, Entamoeba histolyca, dan Criptosporidium.

Infeksi virus juga dapat menyebabkan diare, termasuk rotavirus, nonrotavirus

dan virus hepatitis. Rotavirus merupakan penyebab diare yang paling lazim pada

anak-anak. Diare rotavirus biasanya sembuh dalam waktu 3-7 hari, tetapi dapat

menyebabkan masalah pencernaan laktosa hingga 1 bulan atau lebi (Syamsudin,

2013).

2.4.4 Derajat Dehidrasi

Bila penderita diare telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka

dehidrasi mulai tampak Klasifikasikan tanda-tanda sesuai dengan tabel derajat

dehidrasi di bawah:

KeadaanUmum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai

/tidak sadar

Mata Tidak cekung Cekung Cekung

(25)

minum haus

Turgor Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat

lambat

Sumber : Depkes RI, Tahun 2011

2.4.5 Pencegahan Diare

1.Minumlah air yang hanya sudah dimasak mendidih.

2.Wadah air minum tidak tercemar air dari dapur atau pencemar lainnya.

3.Tidak jajan minuman sembarangan. Minuman jajanan kemungkinan airnya

belum dididihkan atau dimasak.

4.Basuhlah tangan sebelum makan atau memegang makanan.

5.Tidak buang air besar bukan di jamban.

6.Jika ada anggota keluarga yang terkena kolera, singkirkan segala yang keluar

dari mulut dan duburnya dari makanan dan minuman kita. Buanglah muntah

dan mencretnya ke liang jamban (Irianto, 2015).

2.5Kerangka Konsep

Higiene perorangan

Kejadian diare pada

anak

Referensi

Dokumen terkait

[r]

• Secara berkelompok mencari dan mengumpulkan peristiwa /kasus shalat berjamaah di masjid di lingkungannya termasuk makmum masbuk • Diskusi tentang tata cara shalat berjamaah.. •

Pertumbuhan didefenisikan sebagai perubahan panjang atau berat yang terjadi pada suatu individu atau populasi yang merupakan tanggapan atau respon terhadap

P Trus menurut informasi dari dokter nang adek nuan makanan nto penderita tekanan darah tinggi macam mae.. Terus menurut informasidari dokter yang adek tau

1. Dalam akta kelahiran si anak. Dalam akta perkawinan ayah atau ibu kalau kemudian meneruskan dengan perkawinan. Dalam akta pengakuan / pengesahan anak. Peristiwa kelahiran

Hasil data yang diperoleh pada penelitian ini bersumber dari lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru dan lembar hasil belajar siswa dalam

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih karunia dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan judul

Untuk moment ulang tahun, kado yang cocok dibeli adalah tas, dompet, sepatu, baju dan celana.. Khusus untuk sepatu, baju, dan celana, kamu harus tau dulu ukuran