BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menurut Djaafar (2007), Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah
inflamasi di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar
terus menerus atau hilang timbul, sekret dapat berupa encer atau kental, bening atau
berupa nanah. Dikatakan OMSK apabila proses tersebut sudah lebih dari 2 bulan.
Sedangkan menurut Verhoeff (2006) OMSK adalah stage kronik dari penyakit infeksi
telinga di middle ear-cleftt (tuba eustachius, kavum telinga tengah dan mastoid) disertai membran timpani yang nonintact dan adanya discharge (otorrhoea).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2004 Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK) secara klinik didefinisikan sebagai inflamasi kronik
telinga tengah dan kavitas mastoid yang ditandai dengan keluarnya cairan dari telinga
atau otorrhoea yang terus menerus dan berulang dikarenakan perforasi dari membran
timpani. Perjalanan penyakit biasanya dimulai dari perforasi membran timpani yang
spontan dikarenakan Otitis Media Akut (OMA). Secara umum pasien yang menderita
perforasi membran timpani dan terus menerus mengeluarkan cairan mukoid dari
telinganya selama 6 minggu – 3 bulan dapat ditegakkan sebagai OMSK, menurut
WHO cukup lebih dari 2 minggu otorrhoea sudah dapat ditegakkan sebagai OMSK,
tetapi ahli THT lebih cenderung menegakkan suatu OMSK apabila sudah lebih dari 3
bulan proses infeksi masih berlangsung.
Berdasarkan penelitian WHO tahun 2004, OMSK secara global diderita oleh
65 – 330 juta penduduk di seluruh dunia dan OMSK terbanyak pada daerah Asia
Tenggara (India 7,8%, Korea 3,3%), Afrika (Tanzania 14%, Kenya 2,5-4,2%, Angola
dikategorikan oleh WHO, apabila lebih dari 4% (>4%) maka tempat tesebut
dikategorikan ―sangat tinggi‖, 2-4% dikategorikan ―tinggi‖, 1-2% dikategorikan
―rendah‖ dan sangat rendah apabila dibawah 1% (<1%).
Menurut Edward (2011), OMSK dapat terjadi karena infeksi akut telinga
tengah gagal mengalami penyembuhan sempurna. Menurut Djaafar (2007), OMSK
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu OMSK tipe aman (tipe benigna) dan
OMSK tipe bahaya (tipe tulang atau maligna). Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK) tipe aman sangat jarang menimbulkan komplikasi dan tidak ditemui
kolesteatom, berbeda dari OMSK tipe aman, OMSK tipe maligna dapat menimbulkan
komplikasi yang berbahaya dan selalu terdapat kolesteatom.
Komplikasi tersering dari OMSK adalah komplikasi intratemporal dimana
mastoiditis akut, facial nerve paralysis, labirinitis akut, dan petrositis termasuk ke dalam komplikasi intratemporal. Apabila komplikasi tersebut tidak ditatalaksana
dengan segera maka akan dapat meyebar ke atas tulang temporal menjadi abses
subperiosteal atau komplikasi intrakranial. Meningitis akut, abses epidural, subdural empyema, dan abses otak adalah komplikasi intrakranial yang bisa terjadi karena OMSK (Gross,2010). Gross (2010) juga mengkategorikan abses subperiosteal
sebagai komplikasi ekstratemporal, tetapi beberapa literatur lain mengkategorikan
komplikasi OMSK ke dalam komplikasi intratemporal atau ekstrakranial dan
intrakranial saja.
Dubey (2009) menyatakan dalam penelitiannya tentang komplikasi OMSK
yang dilakukan di rumah sakit Port Moresby (Papua,New Geunia) terdapat 70 kasus
OMSK maligna, 47 orang (67%) mengalami komplikasi tunggal, yaitu 8 orang (11%)
komplikasi intrakranial dan 39 orang (56%) dengan komplikasi ekstrakranial. 23
orang (33%) menderita dua komplikasi sekaligus. Pada komplikasi intrakranial yang
tersering adalah meningitis (19%), trombosis sinus lateral (14%) dan abses sereberal
(9%). Diantara komplikasi ekstrakranial yang tersering yaitu, abses mastoid (37%),
Pallegrini (2012) dalam penelitiannya tentang gambaran komplikasi Otitis
Media di Argentia selama 2 tahun yaitu Januari 2008 – Desember 2009 dengan
jumlah sampel 17 orang yang menderita OMSK tipe bahaya dengan komplikasi.
Komplikasi intratemporal yang ditegakkan adalah mastoiditis akut 9 orang (52,9%),
labirinitis 7 orang (41,2%) dan facial nerve palsy 1 orang (5,9%), sehingga komplikasi tersering pada intratemporal adalah mastoiditis akut. Kemudian untuk
komplikasi intrakranial sebanyak 17,6% dan yang tersering dari komplikasi
intrakranial tersebut adalah trombosis sinus sigmoid dan meningitis.
Maranhão (2013) melakukan penelitian tentang angka kejadian komplikasi
intratemporal di Brazil terhadap 1.816 pasien Otitis Media, dimana 592 orang (33%)
menderita yang kronik, 1224 orang (67%) menderita yang akut. Kemudian 19 orang
menderita komplikasi intratemporal, 7 orang (36,8%) pasien didiagnosa dengan
fistula labirintin, 5 orang (26,3%) dengan mastoiditis, 4 orang (21,1%) dengan facial
palsy dan 3 orang (15,8%) dengan labirinitis.
Menurut Bashiruddin (2010) prevalensi OMSK secara general di Indonesia
adalah 3,0%. Angka kejadian OMSK di Indonesia pada tahun 2002 menurut Aboet
(2007) adalah 3,8%. Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran
(2013) prevalensi OMSK pada tahun 1996 adalah sebesar 3% atau sekitar 6,6 juta
jiwa dari penduduk Indonesia, sedangkan berdasarkan penelitian kesehatan dari tim
Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran Departemen Kesehatan,
prevalensi OMSK di Indonesia dari tahun 1993 – 1996 adalah 3,1-5,2%.
Sedangkan untuk data di Sumatera Utara, telah dilakukan penelitian oleh Nora
(2011) mengenai gambaran OMSK di RSUP H.Adam Malik pada tahun 2008 yang
didapatkan jumlah penderita OMSK sebanyak 208 orang sepanjang periode Januari
2008 – Desember 2008. Aboet (2007) menyatakan prevalensi OMSK dari poliklinik
THT di RSUP H. Adam Malik adalah sebanyak 26% dari keseluruhan kunjungan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dan belum adanya data
penelitian mengenai prevalensi OMSK tipe bahaya dengan komplikasi di RSUP
H.Adam Malik. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
prevalensi OMSK tipe bahaya dengan komplikasi di RSUP H. Adam Malik periode
2011-2013.
1.2 .Rumusan Masalah
Berapa prevalensi OMSK tipe bahaya dengan komplikasi di RSUP H.Adam
Malik periode 2011 -2013 ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui prevalensi OMSK tipe bahaya dengan komplikasi di
RSUP H. Adam Malik periode 2011 sampai dengan 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi komplikasi intratemporal dari
OMSK tipe bahaya pada tahun 2011 sampai dengan 2013.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi komplikasi ekstratemporal dari
OMSK tipe bahaya pada tahun 2011 sampai dengan 2013.
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi komplikasi intrakranial dari
OMSK tipe bahaya pada tahun 2011 sampai dengan 2013.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Institusi Pendidikan (ilmu pengetahuan) :
- Untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dalam hal komplikasi
OMSK, baik bagi penulis maupun pembaca.
- Hasil dapat digunakan sebagai database mengenai prevalensi OMSK tipe bahaya dengan komplikasi di RSUP H.Adam Malik.
1.4.3. Peneliti :
- Untuk menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian.
- Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi penelitian
berikutnya tentang OMSK tipe bahaya dengan komplikasi baik di