• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efektivitas Penggunaan Misoprostol Per OralDan Intravaginal Pada Missed Abortion dan Bligthed Ova.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Efektivitas Penggunaan Misoprostol Per OralDan Intravaginal Pada Missed Abortion dan Bligthed Ova."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MISOPROSTOL

PER ORAL DAN INTRAVAGINAL PADA MISSED ABORTION DAN

BLIGHTED OVA

TESIS MAGISTER

OLEH :

Dr. HAYU LESTARI HARYONO, SpOG

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5

PEMBIMBING:

Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, Sp.OG(K)

Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, Sp.OG (K)

PENYANGGAH :

Dr. Risman F. Kaban, Sp.OG

Dr. Hotma Partogi, Sp.OG

Dr. Ichwanul Adenin, Sp.OG (K)

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas

dan memenuhi salah satu syarat

(3)

Judul Seminar : Perbandingan Efektivitas Penggunaan Misoprostol Per OralDan Intravaginal Pada Missed Abortion dan Bligthed Ova.

Nama : Hayu Lestari Haryono Nomor Pokok : 117041

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG.K Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG.K

Ketua Program Studi, Dekan

(Prof. dr.Chairuddin P.Lubis, DTM&H,SpA(K) (Prof.dr.Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH)

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : HAYU LESTARI HARYONO

NIM :

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik Jenis Karya : Tesis

Demi Pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul:

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MISOPROSTOL

PER ORAL DAN INTRAVAGINAL

PADA MISSED ABORTION DAN BLIGHTED OVA

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola, dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya

Dibuat di Medan

Pada tanggal 2012 Yang menyatakan

(5)

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MISOPROSTOL

PER ORAL DAN INTRAVAGINAL

PADA MISSED ABORTION DAN BLIGHTED OVA

ABSTRAK

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat efektivitas dan keberhasilan pemberian misoprostol secara oral dan intravagina pada kasus missed abortion dan

blighted ova

Rancangan Penelitian : Penelitian ini bersifat penelitian eksperimental dengan pengambilan sampel consecutive yang dilakukan terhadap penderita gagal kehamilan trimester I yang diterapi dengan pemberian misoprostol peroral atau intravagina. Penelitian ini dilakukan di ruang bersalin Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik, dan di Klinik Pribadi Prof. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K). Waktu peneliian direncanakan mulai bulan Januari 2012. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi-square dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Data penelitian diolah dan dianalisa dengan menggunakan program statistik SPSS ver.15.

Hasil Penelitian : Didapatkan responden berjumlah 58 orang dengan kelompok pemberian 28 orang (48,3%) dan kelompok pemberian intravagina sebanyak 30 orang (51,7%). Didapatkan dari kelompok pertama keberhasilan sebesar 78,6% dan keberhasilan pada kelompok kedua sebanyak 86,7%.

Kesimpulan : Tidak dijumpai perbedaan bermakna antara kedua cara pemberian dengan tingkat keberhasilan.

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang

Segala puji dan sykur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Rahmat dan Karunianya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Magister kedokteran Klinik. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MISOPROSTOL PER ORAL DAN INTRAVAGINAL

PADA MISSED ABORTION DAN BLIGHTED OVA

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Magister di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. M.Fidel Ganis Siregar, SpOG, Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Dr. M. Rhiza Tala, SpOG (K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan dan Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K) selaku ketua divisi fetomaternal SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSHAM Medan, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melakukan penelitian ini

3. Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG(K), Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K), selaku pembimbing utama penelitian ini yang dengan rela dan penuh kesabaran, yang telah meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

4. Dr. Risma F. Kaban, SpOG, Dr. Hotma Partogi Pasaribu, SpOG, Dr. Ichwanul Adenin, SpOG(K) selaku tim penyanggah dalam penulisan tesis ini, yang telah banyak memberikan bbingan dan masukan dalam perbaikan tesis ini.

(7)

6. Kepada residen obgin yang telah membantu pengumpulan data dalam penelitian ini.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya yang tercinta, Ayahanda Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K), dan ibunda Dr. Yuritna Haryono, SpTHT.K yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari masa kanak-kanak hingga kini, mengantarkan saya meraih cita-cita, tanpa kenal lelah memberikan motivasi dan semangat yang telah diberikan kepada saya.

Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan dan doa, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin

Medan, Juli 2012

Dr. HAYU LESTARI HARYONO, SpOG

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Hipotesis ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Definisi ... 4

2.2. Insidens Abosrtus ... 4

2.3. Abortus Spontan ... 5

2.4. Pembagian Secara Gejala Klinis ... 6

a. Threatened Abortion ... 6

(9)

c. Incomplete Abortion ... 7

d. Complete Abortion ... 7

e. Missed Abortion ... 7

2.5. Penanganan Abortus a. Threatened Abortion ... 8

b. Inevitable Abortion ... 9

c. Incomplete Abortion ... 9

d. Missed Abortion ... 10

e. Blighted Ovum ... 10

2.6. Penatalaksanaan ... 11

a. Dilatasi dan Kuretase ... 11

b. Dilatasi Hygroscopic ... 11

c. Laparotomy ... 12

2.7. Komplikasi ... 12

2.8. Misoprostol ... 12

a. Farmakokinetik ... 13

b. Farmakodinamik ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1. Rancangan Penelitian ... 18

3.2. Tempat dan Waktu ... 18

3.3. Populasi Penelitian ... 18

(10)

3.3.2. Jumlah Sampel ... 19

3.4. Kriteria Penerimaan ... 19

3.5. Kriteria Penolakan ... 19

3.6. Kerangka Konsepsional ... 20

3.7. Pengolahan Data dan Analisa Statistik ... 20

3.8. Etika Penelitian ... 21

3.9. Batasan Operasional ... 22

3.10. Cara Kerja Penelitian ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian ... 24

Tabel 2. Jumlah Pemberian Misoprostol dan Ulangannya ... 25

Tabel 3. Lamanya Darah dan Jaringan Keluar Sejak Pemberian

Misoprostol ... 26

Tabel 4. Keberhasilan Evakuasi Uterus pada Pemberian

(12)

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MISOPROSTOL

PER ORAL DAN INTRAVAGINAL

PADA MISSED ABORTION DAN BLIGHTED OVA

ABSTRAK

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat efektivitas dan keberhasilan pemberian misoprostol secara oral dan intravagina pada kasus missed abortion dan

blighted ova

Rancangan Penelitian : Penelitian ini bersifat penelitian eksperimental dengan pengambilan sampel consecutive yang dilakukan terhadap penderita gagal kehamilan trimester I yang diterapi dengan pemberian misoprostol peroral atau intravagina. Penelitian ini dilakukan di ruang bersalin Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik, dan di Klinik Pribadi Prof. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K). Waktu peneliian direncanakan mulai bulan Januari 2012. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi-square dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Data penelitian diolah dan dianalisa dengan menggunakan program statistik SPSS ver.15.

Hasil Penelitian : Didapatkan responden berjumlah 58 orang dengan kelompok pemberian 28 orang (48,3%) dan kelompok pemberian intravagina sebanyak 30 orang (51,7%). Didapatkan dari kelompok pertama keberhasilan sebesar 78,6% dan keberhasilan pada kelompok kedua sebanyak 86,7%.

Kesimpulan : Tidak dijumpai perbedaan bermakna antara kedua cara pemberian dengan tingkat keberhasilan.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO, setidaknya sekitar 13 % kematian

ibu di negara berkembang disebabkan oleh penanganan abortus yang tidak

adekuat. Dari 70.000 kematian akibat aborsi diseluruh dunia, lebih dari 99 %

terjadi di Negara-negara seperti Afrika, Asia Tenggara, Amerika latin dan

Karibia.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya angka kematian wanita

dalam kasus ini, dari tingkat pengetahuan yang rendah, penanganan yang tidak

memadai, juga pandangan masyarakat dan norma-norma yang berlaku pada

tiap komunitas. 1,2

Pendekatan dan penanganan yang adekuat secara primer, sekunder, dan

tersier di masyarakat sebenarnya dapat mengurangi dan mencegah komplikasi

lebih lanjut seperti perdarahan dan sepsis yang sering terjadi akibat

keterlambatan penanganan terutama di daerah-daerah terpencil. 3,4

Mengingat tingkat kesadaran pemakaian alat kontrasepsi di negara-negara

berkembang masih kurang, angka mortalitas yang berkaitan dengan tindakan

aborsi illegal masih tinggi. Data dari United Nations Population Fund (UNFPA)

menunjukkan bahwa persentase pemakai alat kontrasepsi di Asia Tenggara

(14)

pelayanan tentang alat-alat kontrasepsi, pandangan sosial, dan norma adat

yang masih erat.

Badan Kesehatan Dunia atau WHO saat ini telah menemukan cara penanganan

keguguran yang tidak beresiko tinggi terutama dalam menimbulkan perdarahan

dan infeksi dan ekonomis untuk menurunkan angka kematian ibu akibat abortus

terutama di Negara berkembang dengan cara pemberian Misoprostol.

Di Departemen Obstetri dan Ginekologi Universitas Sumatera Utara, metode

penanganan keguguran dengan misoprostol belum diteliti tingkat dan derajat

efektivitasnya baik pemberian secara oral maupun intravaginal, sehingga

penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.

1,2,9

1.2. RUMUSAN MASALAH

Telah diketahui sejak dahulu penanganan abortus adalah evakuasi hasil

konsepsi. Hanya saja cara dan metode yang digunakan selalu berubah sesuai

kemajuan ilmu pengetahuan. Metode penanganan yang ideal ialah ibu

mengalami sakit dan perdarahan yang minimal, tanpa harus menambah trauma

psikis. Berbagai cara telah dilakukan untuk penangan abortus, dari metode

sederhana dan masih menjadi golden standard yaitu dengan cara dilatasi dan

kuretase, aspirasi vacum, dan yang terahir memakai zat-zat kimiawi yang

merangsang rahim untuk berkontraksi dan mengeluarkan sendiri hasil konsepsi.

1.3. HIPOTESIS

Pemberian misoprostol peroral dan intravagina untuk evakuasi uterus pada

(15)

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan tingkat keberhasilan pemberian Misoprostol

peroral dan intravaginal.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui efektivitas dari pemberian Misoprostol pada missed

abortion.

2. Untuk mengetahui efektivitas dari pemberian Misoprostol pada

Blighted ovum.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

2. Apakah pemakaian Misoprostol dapat menjadi pilihan dengan resiko rendah

pada penangan abortus.

3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk penelitian

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak

direncanakan, diduga atau terjadi tiba-tiba gugurnya janin dalam kandungan

sebelum janin dapat hidup diluar rahim. Ada beberapa definisi tentang abortus

Eastman menyatakan “Abortus merupakan suatu keadaan dimana terputusnya

kehamilan pada saat janin tidak sanggup untuk bertahan hidup sendiri diluar

uterus, dengan berat antara 400-1000 gr atau saat usia kehamilan kurang dari

28 minggu.

Holmer mendefinisikan ”Abortus sebagai terputusnya kehamilan sebelum

minggu ke 16 dimana plasentasi belum selesai” 2,10

Pada tahun 1977 WHO mendefinisikan abortus sebagai keluarnya janin dari

rahim dengan berat kurang dari 500 gr yaitu sekitar usia kehamilan 20-22

minggu. Di Indonesia diperkirakan abortus spontan terjadi sekitar 10-15%.2,10

2.2. INSIDENS ABORTUS

Sekitar 12- 15 % kehamilan secara klinis berakhir dengan abortus spontan

pada usia 4-20 minggu usia kehamilan. Meski demikian tingkat abortus yang

sesungguhnya termasuk abortus dini adalah 2 hingga 4 kali lebih besar

tergantung usia ibu.

(17)

Abortus spontan merupakan kejadian yang paling sering dialami, insidensnya

sekitar 50 % dari semua kehamilan. Abortus yang dialami pada minggu-minggu

pertama kehamilan lebih sering disebabkan oleh kelainan kromosom sebanyak

50-60%, diikuti oleh faktor endokrin sekitar 10-15%, faktor servik inkompeten

sebanyak 8-15%, immunologis dan infeksi 3-5% serta kelainan uterus 1-3%.

Jika keguguran pertama kali disebabkan oleh kelainan kromosom, maka

kemungkinan untuk abortus kedua dengan sebab yang sama meningkat

menjadi 80%. 11,12

Sementara abortus spontan yang terjadi pada trimester kedua lebih sering

disebabkan oleh faktor maternal, kelainan plasenta, dan keadaan lain.

Beberapa faktor resiko penyebab abortus spontan ini termasuk jumlah paritas,

usia ibu, dan hamil dengan jarak kurang dari 3 bulan dari kehamilan

sebelumnya dan keadaan umum dan gizi ibu.

Terlepas dari riwayat obstetrik sebelumnya, resiko abortus spontan bertambah

seiring dengan bertambahnya usia. Resiko secara relatif lebih rendah pada

wanita usia dibawah 30 tahun, yaitu sekitar 7-15%. Pada wanita berusia abtara

30-34 tahun sekitar 8-21%, lalu meningkat tajam pada wanita berusia antara

35-40 tahun yaitu 17-28% , dan pada wanita berusia 35-40 keatas sebanyak 75%. 13

8,9

2.4. PEMBAGIAN SECARA GEJALA KLINIS

Tiap kejadian perdarahan yang dialami pada awal kehamilan bisa disebabkan

(18)

cervisitis, tetapi belum tentu setiap perdarahan pada kehamilan, dikatakan

keguguran. Dari anamnese dan pemeriksaan klinis, dapat diketahui pembagian

abortus untuk membantu penegakan diagnosa dan penentuan terapi

selanjutnya. 2

a. Threatened Abortion

Dari arti katanya sendiri merupakan abortus yang mengancam, abortus yang

akan terjadi. Sekitar 25% kejadian perdarahan yang ditemui merupakan

threatened abortion.

Diawali dengan pemeriksaan β-Hcg, pemeriksaan fisik untuk melihat asal

perdarahan dan ada atau tidaknya pembukaan jalan lahir, dan dengan

ultrasonografi / USG dapat diketahui masih ada atau tidaknya kantong

gestasi. Dengan USG transabdominal dapat diidentifikasi kantong gestasi

jika β-Hcg kuantitatif mencapai 5000-6000 IU/ml, sementara dengan

transvaginal kehamilan sudah dapat diditeksi lebih awal, yaitu pada kadar β

-Hcg 1500 IU/ml. Biasanya terlihat kantong ketuban masih baik dan dapat

dilihat tanda-tanda kehidupan janin.6,11,14

b. Inevitable Abortion

Abortus ini didefinisikan jika keguguran sudah tidak dapat dicegah, yaitu

(19)

diikuti dengan timbulnya kontraksi dan pengeluaran hasil konsepsi. Pada

keadaan ini penanganan harus segera untuk mencegah infeksi. 2,11,14

c. Incomplete Abortion

Pada keadaan ini, sebagian hasil konsepsi telah keluar dari uterus. Pada

usia kehamilan kurang dari 10 minggu, janin dan plasenta dapat keluar

secara bersamaan. Setelah usia kehamilan 10 minggu, janin dan plasenta

dapat keluar secara terpisah dan meninggalkan sisa konsepsi didalam

kavum uteri. Sisa jaringan atau hasil konsepsi yang tertinggal

mengakibatkan rasa nyeri dan perdarahan. 10,14

d. Complete Abortion

Merupakan keadaan dimana baik jaringan dan hasil konsepsi telah keluar

seluruhnya.6

e. Missed Abortion

Pada beberapa kasus kegagalan kehamilan pada trimester pertama, sisa

embrio atau janin yang tidak berkembang beberapa lama sebelum adanya

tanda-tanda keguguran. 6

2.5. PENANGANAN ABORTUS

Ada berbagai cara penatalaksanaan abortus, masing-masing disesuaikan

(20)

a. Threatened Abortion

Tindakan awal yang dilakukan pada abortus ini adalah dengan bantuan USG

untuk menentukan kesejahteraan janin. USG transvaginal sangat membantu

untuk mendeteksi kehamilan awal 4-5 minggu. Gerak jantung janin dapat

dilihat pada embrio > 5 mm. USG dapat menentukan apakah kehamilan

masih dapat dipertahankan atau tidak. 10,14

Pada threatened abortion gambaran ultrasonografi akan menampilkan

kantong kehamilan yang normal, namun jika gambaran yang ditampilkan

berupa kantong kehamilan yang irreguler dan bentuk janin yang tidak

normal, adanya darah pada retrochorionic dan detak jantung janin yang < 85

bpm, maka kemungkinan besar kehamilan tidak dapat diteruskan. Jika

janin masih hidup, 94 % kemungkinannya untuk terus bertahan.

Hospitalisasi tidak diperlukan pada keadaan ini, namun dianjurkan untuk

dilakukan USG ulangan 1 minggu kemudian. 10,14

b. Inevitable abortion

Pada keadaan ini pasien harus dirawat dirumah sakit, pemberian antibiotik

dan analgetik diperlukan disini, USG diperlukan untuk membedakan antara

inevitable abortion atau incomplete abortion. Pengeluaran sisa hasil

konsepsi harus segera dilakukan.2,10

(21)

Pada incomplete abortion gambaran ultrasonografi biasanya kantong

kehamilan sudah pecah dan irreguler, tampak sisa-sisa plasenta pada

kavum uteri. Sejak tahun 1930, penanganan incomplete abortion dilakukan

dengan tehnik pembedahan. Sepuluh tahun terakhir ini, banyak peneliti

mulai menggunakan analog prostaglandin sintetik.1,2,10

Salah satu yang paling efektif adalah Misoprostol, yang dengan pemberian

secara oral dapat menurunkan insidensi evakuasi dengan tehnik bedah

sebanyak 50 % terlebih lagi komplikasi yang biasanya timbul pada tehnik

evakuasi pembedahan, menurun secara bermakna dengan pemberian

Misoprostol. Misoprostol telah ditetapkan sebagai terapi utama pada semua

penanganan kasus abortus karena dapat menghindari tehnik evakuasi

pembedahan dan menurunkan tingkat morbiditas. 15

Dosis tunggal sebanyak 400 μg secara oral atau 600 μg disarankan sebagai

penatalaksanaan incomplete abortion pada wanita dengan besar uterus

sebesar kehamilan 12 minggu. Kedua dosis ini telah menunjukkan tingkat

keberhasilan dan kenyamanan yang sama. 10

Crenin dkk (1997) mengadakan penelitian acak yang membandingkan

antara pemberian peroral dan intravagina pada kasus incomplete abortion

dan menemukan bahwa pemberian intravagina berkaitan secara bermakna

dalam pengosongan kavum uteri namun pada waktu yang bersamaan

(22)

intravagina dua kali lipat dibandingkan oral sehingga menyulitkan

interpretasi hasil.15

d. Missed Abortion

Diagnosa dapat ditegakkan dengan bantuan USG, jika diagnosa sudah

ditegakkan, pengeluaran sisa hasil konsepsi harus segera dilakukan untuk

mencegah kemungkinan timbulnya sepsis, gangguan pembekuan darah,

dan perdarahan lebih lanjut.

e. Blighted Ovum

Jika dengan USG ditemukan suatu kantong kehamilan dengan diameter lebih

dari 30 mm, tanpa dijumpai janin maka diagnosa blighted ovum dapat ditegakkan

untuk selanjutnya dilakukan tindakan pengeluaran hasil konsepsi.

Wagaarachchi P T meneliti 56 wanita dengan diagnosa missed abortion dan

blighted ova. Dosis sebesar 400 μg diberikan lalu dilakukan pengulangan tiga

jam kemudian, dengan dosis maksimal tiga kali pemberian. Angka keberhasilan

complete abortion mencapai 84,1%, dan 90% dari peserta lebih memilih

pemberian secara oral dibandingkan intravagina.

2.6. PENATALAKSANAAN

a. Dilatasi dan Kuretase

Diawali dengan dilatasi servik lalu mengeluarkan jaringan dengan melakukan

(23)

bahkan keduanya. Komplikasi penyerta termasuk perforasi, laserasi servik,

perdarahan, atau pengeluaran janin dan plasenta tidak lengkap semakin

meningkat seiring dengan meningkatnya usia kehamilan.Dengan alasan ini,

tindakan kuretase dilakukan sebelum usia kehamilan 14 minggu. Aspirasi

vakum digunakan pada kehamilan trimester pertama.2,10,16,17,18

b. Dilatasi Hygroscopic

Trauma dari dilatasi dapat diminimalisasi dengan pemakaian alat yang

secara perlahan mendilatasi servik. Cara kerja alat ini dengan menyerap air

pada jaringan servik hingga terbuka dan melunak secara perlahan.16,19

c. Laparotomy

Dalam beberapa keadaan, hysterotomy atau abdominal hysterectomy lebih

dipilih dibanding tehnik diatas. Hal ini dilakukan jika terdapat penyakit pada

uterus, atau pasien ingin disteril.1

2.7. KOMPLIKASI

a. Cervical shock

b. Perforasi

c. Perdarahan

d. Hematometra

(24)

Penatalaksanaan pada kejadian abortus tidak mengalami perubahan yang

berarti dalam 60 – 70 tahun ini. Evakuasi sisa jaringan dengan cara dilatasi dan

kuretase tetap menjadi pilihan utama sejak tahun 1930, namun prosedur ini

dapat menyebabkan morbiditas iatrogenik. Seiring dengan perkembangan

pengobatan, prostaglandin analog (seperti misoprostol) menunjukkan tingkat

efektivitas yang baik terhadap evakuasi jaringan.14,15

Misoprostol telah digunakan secara luas pada bidang Obstetri dan Ginekologi

antara lain sebagai pematangan servik dan penatalaksanaan abortus. Berawal

dari analog prostaglandin E1 yang semula ditujukan untuk pengobatan peroral

ulcus pepticus. Untuk kasus abortus dan pematangan servik, pemberian melalui

vaginal merupakan pilihan. Banyak penelitian menyatakan pemberian

intravagina lebih efektif dibandingkan pemberian peroral. Hal ini didukung oleh

penelitian farmakokinetik yang menunjukkan sistem bioavailibilitas misoprostol

intravagina tiga kali lebih tinggi dibanding pemberian peroral. 15,21

a. Farmakokinetik

Misoprostol merupakan turunan PGE1, pemberian secara oral lebih cepat

diserap, dibanding pemberian intravaginal, dengan konsentrasi plasma

puncak dicapai lebih lambat, dan bertahan selama 4 jam. Dengan

pemberian oral misoprostol dengan cepat diabsorbsi dengan waktu paruh

20- 40 menit. Konsentrasi plasma asam misoprostol bervariasi, nilai rata-rata

setelah pemberian dosis tunggal menunjukkan terdapat hubungan linier

(25)

berkurang jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan, atau obat antasida.

14,15

b. Farmakodinamik

Misoprostol merupakan zat sintetik, analog dengan prostaglandin, larut dalam air

dan cairan kental, bersifat uterotonika, serta stabil pada suhu ruangan.15,22

Terdapat lebih dari 30 regimen dosis penggunaan misoprostol dalam bidang

obstetri dan ginekologi. Regimen-regimen ini setidaknya mempunyai tiga cara

pemberian yang berbeda. Walaupun demikian, tablet misoprostol dapat diserap,

baik melalui oral, vaginal maupun rektal.

Khan R-U (2004) menyatakan dalam penelitiannya bahwa secara

farmakokinetik, misoprostol diserap paling baik secara intra-vaginal,

sementara pemberian melalui oral mencapai konsentrasi puncak dengan

sangat cepat namun turun kembali.23

1. Oral

Awalnya, penelitian tentang misoprostol bertujuan untuk mengetahui sifat

farmakokinetik setelah pemberian oral. Setelah dikonsumsi, misoprostol

dengan cepat dan hampir seluruhnya diabsorbsi disaluran pencernaan.

Namun, ternyata misoprostol berhasil melalui metabolisme dengan cepat

hingga membentuk asam misoprostol. Pada pemberian dengan dosis

400 μg, kadar plasma meningkat tajam dan berada di puncak selam 30

menit, lalu selama 120 menit mengalami penurunan dan tetap dalam

(26)

2. Intravagina

Terbukti dari studi klinis bahwa pemberian secara intravagina lebih efektif

jika dibandingkan dengan pemberian secara oral. Zieman dkk dalam

penelitiannya melakukan perbandingan cara pemberian, dan

menyatakan, berlawanan dari pemberian oral, konsentrasi plasma

meningkat secara perlahan pada pemberian intravagina, dan mencapai

kadar maximum 70-80 menit setelahnya sebelum akhirnya turun

perlahan dengan kadar yang masih terdeteksi setelah 6 jam. 24

MISOPROSTOL Sebagai Zat Abortif

Pemberian obat-obatan untuk mengevakuasi jaringan sangat membantu

mencegah terjadinya komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh prosedur

pembedahan, Hal ini sangat berguna terutama di negara-negara berkembang.

Misoprostol berbiaya murah, mudah didapat dan stabil pada suhu ruangan.

Sementara Mifepristone lebih mahal dan hanya terdapat di negara tertentu.

Misoprostol ternyata cukup efektif untuk evakuasi hasil konsepsi pada trimester

pertama. Dari 20 wanita yang diberi misoprostol 400 μg oral atau 800 μg intra

vaginal, sebanyak 25% persen mengalami abortus komplit 48 jam setelah

pemberian oral sedangkan pada wanita yang diberi intravaginal mencapai 88%. 24

Tidak dijumpai komplikasi berupa perdarahan hebat atau incomplete abortion.

Misoprostol yang digunakan pada incomplete abortion, sebanyak 24 wanita

yang diberikan 400 μg misoprostol peroral, 95% mengalami complete

(27)

a. Efek pada uterus

Semula, reaksi yang ditimbulkan pada uterus dan servik berupa uterotonika

dan pematangan servik dianggap sebagai efek samping dari kerja obat.

Namun karena efek samping yang ditimbulkan ini misoprostol sekarang

digunakan secara luas.

Arronson, Gemzell-Danielson meneliti efek misoprostol yang

menyebabkan kontraksi uterus, menyatakan setelah dosis tunggal yang

diberikan peroral, ditemukan tonus uterus yang meningkat, namun, kadar

plasma harus tetap dijaga hingga memerlukan dosis ulangan. Reaksi dari

pemberian secara intra-vaginal sama dengan pemberian peroral, namun,

setelah 1-2 jam kemudian, kontraksi uterus mulai teratur. Hal ini

menggambarkan bahwa absorpsi intra-vaginal tidak konsisten. Pada

kenyataannya, sisa tablet sering ditemukan beberapa jam setelah

pemberian, mengindikasikan penyerapan bervariasi dan tidak menyeluruh. 25,26

Kondisi ini dapat disebabkan perbedaan situasi dan kadar Ph pada tiap-tiap

wanita. Variasi dalam jumlah perdarahan juga dapat mempengaruhi

penyerapan misoprostol melalui mukosa vagina.22,27,28

2.9. EFEK SAMPING

Pang M W ( 2001) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa efek samping

yang ditimbulkan melalui pemberian per-oral meningkatkan insidensi diare.

Zieman et al (1997) menyatakan bahwa puncak konsentrasi plasma

(28)

intravaginal. Diyakini bahwa tingginya kadar plasma mempengaruhi tingginya

efek samping.22

Pada saluran cerna, efek samping yang ditimbulkan berupa diare, nyeri perut

dan kram. Sementara pada jantung, walaupun jarang dijumpai, berupa nyeri

dada, hipotensi, arritmia, dan pingsan. Disrefleksia juga dapat timbul akibat

rangsangan tonus otot kemih yang meningkat. Ruptur uteri, perdarahan, dan

kontraksi uterus merupakan efek samping yang timbul pada organ reproduksi

wanita.

2.10. TOKSISITAS

Misoprostol merupakan obat yang aman. Seperti halnya obat lain, Misoprostol

mempunyai tingkat toksisitas tersendiri. Dosis sebanyak 1600 μg merupakan

dosis terbanyak yang masih bisa ditolerir. Gejala klinis yang ditimbulkan akibat

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan uji klinik

dengan pengambilan sampel secara consecutive yang dilakukan terhadap

penderita gagal kehamilan Trimester I yang diterapi dengan pemberian

misoprostol peroral atau intravagina.

Kemudian dinilai efektifitas dan keberhasilannya dengan melihat jumlah darah

dan jaringan yang keluar, lamanya jaringan keluar, dan keberhasilan dinilai

dengan pemeriksaan USG ulangan minimal 24 jam setelah pemberian terakhir

misoprostol.

3.2. TEMPAT DAN WAKTU

Penelitian dilakukan diruang bersalin Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik dan

di Klinik Pribadi Prof. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K). Waktu penelitian

direncanakan mulai bulan Januari 2012 sampai jumlah sampel terpenuhi.

3.3. POPULASI PENELITIAN

3.3.1. Populasi Penelitian

Adalah semua penderita dengan sangkaan blighted ovum dan missed

abortion yang datang berobat kepoliklinik dan ruang bersalin Rumah Sakit

Umum Pusat H. Adam Malik dan di Klinik Pribadi Prof. R. Haryono Roeshadi,

(30)

Pengumpulan sampel dilakukan sejalan dengan berlangsungnya penelitian.

Sampel dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok yaitu Kelompok

pertama diberikan misoprostol peroral dan kelompok kedua diberikan

misoprostol intravagina dengan dosis dan waktu pemberian yang sama.

Jumlah sampel ditentukan berdasarkan durasi waktu antara Januari 2012

hingga Juli 2012 dengan perkiraan sampel mencapai 60 responden.

3.4. KRITERIA PENERIMAAN

• Penderita dengan kegagalan kehamilan Trimester I (≤ 12 minggu) ,

diagnosa akhir dengan Blighted ovum dan Missed Abortion.

• Usia reproduktif 20 – 40 tahun

• Bersedia ikut penelitian.

3.5. KRITERIA PENOLAKAN

• Abortus dengan infeksi

(31)

3.6. KERANGKA KONSEPSIONAL

3.7. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA STATISTIK

Data penelitian yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisa dengan

menggunakan program statistik SPSS ver. 12.

Kegagalan Kehamilan Trimester I

Pemeriksaan Klinis dan USG

Blighted Ovum Dan Missed Abortion

Pemberian misoprostol 400 µg peroral, dapat diulangi sampai

4 kali

Pemberian misoprostol 400 µg pervagina, dapat diulangi

sampai 4 kali

Diamati efektivitas Diamati efektivitas

Pemeriksaan ulangan dengan USG

(32)

3.8. ETIKA PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria

penelitian yaitu : kegagalan kehamilan Trimester I yang akan dilakukan

terminasi kehamilan dengan menggunakan tablet misoprostol peroral atau

intravagina.

Sebelum pemberian obat seperti tersebut diatas, kepada subjek penelitian

telah diminta persetujuannya tanpa paksaan dalam bentuk informed consent,

yang menerangkan mengenai maksud dan tujuan penelitian dan keuntungan

serta kerugian apabila turut serta penelitian. Subjek penelitian diberi

kebebasan untuk menolak turut serta dalam penelitian. Nama subjek, jenis

dan komposisi obat yang diberikan dirahasiakan. Bila terjadi efek samping

terhadap subjek penelitian akan segera dilakukan pengobatan dengan biaya

yang ditanggung sepenuhnya oleh peneliti.

Usulan proposal penelitian ini telah disetujui oleh Departemen Obstetri

Ginekologi Fakultas Kedokteran USU / RSUP. H. Adam Malik – RSUD. Dr.

Pirngadi Medan yang diteruskan dan disetujui oleh Komite Etik Penelitian

Bidang Kesehatan FK-USU dengan Nomor : 63/KOMET/FKUSU/2008

(33)

1. Kegagalan kehamilan Trimester I adalah terhentinya kehamilan dalam

Trimester I kehamilan

2. Blighted ovum adalah suatu keaadaan dimana janin tidak berkembang,

hanya dijumpai kantung ketuban, janin negatif. Blighted ovum diduga bila

kantong kehamilan dijumpai > 30 µmm.

3. Missed abortion adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan janin terhenti

dan hasil konsepsi tertahan didalam uterus. Pada pemeriksaan USG

dijumpai janin sangat kecil, tidak dijumpai tanda kehidupan dan tidak

sesuai dengan umur kehamilan.

4. Misoprostol adalah suatu Prostaglandin E1 sintetik yang dapat digunakan

sebagai uterus tonika untuk pematangan servik ataupun untuk evakuasi

uterus pada kegagalan kehamilan Trimester I dan Trimester II.

3.10. CARA KERJA PENELITIAN

Pasien yang memenuhi kriteria penerimaan dilakukan anamnese,

pemeriksaan fisik dan USG untuk menentukan klasifikasi abortusnya.

Kemudian secara acak dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok yang akan

mendapat misoprostol peroral dan kelompok yang diberikan misoprostol

intravagina.

Cara Kerja

• Pasien yang telah memenuhi kriteria penelitian masuk ke kamar bersalin

(34)

• Sebelum pemberian misoprostol pada penderita sekali lagi diterangkan

bagaimana cara penggunaan obat.

• Jumlah darah dan jaringan yang keluar dievaluasi dan dicatat waktunya.

• Kalau pada pemberian misoprostol pertama, darah dan jaringan belum

keluar dilakukan pemberian misoprostol kedua. Jumlah darah dan jaringan

yang keluar ditampung dan dicatat waktunya.

• Pemberian misoprostol dapat diulangi setiap 4 jam sampai 4 kali

pemberian.

• 24 jam setelah pemberian misoprostol terakhir dilakukan pemeriksaan

USG ulangan untuk menentukan apakah seluruh hasil konsepsi telah

(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Selama periode penelitian yang dimulai dari Januari 2012 sampai jumlah sampel

terpenuhi, didapatkan 58 sampel yang memenuhi kriteria penelitian, 28 sampel

masuk kelompok pemberian misiprostol peroral dan 30 sampel lainnya masuk

kelompok pemberian misoprostol intravagina. Adapun distribusi karakteristik subjek

penelitian dapat dilihat pada Tabel I.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik

Kelompok

Nilai p Peroral Intravagina

n = 28 % n = 30 %

4. Riwayat Abortus 0

Satu atau lebih

(36)

Dari tabel 1 dapat dilihat sebaran umur, pendidikan, graviditas, riwayat kehamilan

dan umur kehamilan dari kedua kelompok penelitian, ternyata tidak berbeda

bermakna (p>0,05) sehingga homogenitas kedua kelompok tidak berbeda bermakna

dan kedua kelompok layak untuk diteliti.

Tabel 2. Jumlah Pemberian Misoprostol dan ulangannya

Pemberian

(tidak ada jaringan keluar)

Dari tabel 2 terlihat tidak dijumpai perbedaan bermakna antara pemberian

misoprostol peroral atau intravagina, terbanyak pemberian misoprostol adalah 1 kali

(2 tablet) dan 2 kali pemberian (4 tablet). Sesuai dengan mekanisme kerja

misoprostol baik diberikan peroral atau intravagina mulai dapat dilihat kerjanya

menimbulkan kontraksi uterus setelah 30 menit dan mencapai puncaknya setelah 2

jam dan mulai menurun setelah itu. Karena itu pemberian misoprostol dapat diulangi

4 jam kemudian.

LAMANYA KELUAR JARINGAN

Pada tabel 3 dapat kita lihat lamanya darah dan jaringan keluar sejak misoprostol

mulai diberikan baik secara oral maupun intravagina.

(37)

Lamanya darah

(Tidak ada jaringan keluar)

Dari tabel diatas terlihat bahwa darah dan jaringan terbanyak keluar sesudah

pemberian misoprostol antara 0-8 jam. Pada kelompok peroral sebanyak 19 orang

dan pada kelompok intravagina 21 orang. Keadaan ini hampir tidak berbeda dengan

banyaknya pemberian misoprostol pada kedua kelompok yaitu sampai sebanyak 4

tablet (800 µgr).

Pada tabel juga terlihat bahwa sesudah 8-12 jam, terjadi penurunan keberhasilan

dalam pengeluaran darah dan jaringan. Bahkan setelah 16 jam tidak ada darah dan

jaringan yang keluar pada kedua kelompok yaitu 6 penderita pada kelompok peroral

dan 4 penderita pada kelompok intravagina. Dengan kata lain pemberian misoprostol

sesudah 16 jam pada kedua kelompok nampaknya gagal untuk evakuasi uterus.

ANGKA KEBERHASILAN

(38)

dilakukan pemeriksaan USG ulangan pada uterus. Apabila masih terdapat sisa

jaringan maka disebut pemberian misoprostol gagal. Sebaliknya jika uterus bersih dan

hanya terlihat endometrial lining dengan jelas dikatakan pemberian misoprostol

berhasil. Angka keberhasilan pemberian misoprostol untuk evakuasi uterus pada

kegagalan kehamilan trimester 1 dapat kita lihat pada tabel 4.

Tabel 4. Keberhasilan Evakuasi Uterus pada Pemberian Misoprostol

Angka

Dari tabel diatas terlihat angka keberhasilan pada pemberian misoprostol peroral

adalah 78,6 %, sedangkan keberhasilan pemberian misoprostol intravagina adalah

86,7 %, tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua cara pemberian

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Pada pemberian misoprostol dengan dosis 400 µgr peroral atau intravagina

dan dapat diulangi sampai empat kali setiap 4 jam, ditemukan angka

keberhasilan evakuasi uterus pada pemberian peroral sebesar 78,6% dan

pemberian intravagina sebesar 86,7%.

2. Tidak ditemukan perbedaan bermakna mengenai keberhasilan, komplikasi

dan efek samping antara pemberian misoprostol peroral atau intravagina.

SARAN

1. Melihat hasil yang diperoleh, pemberian misoprostol peroral atau intravagina

dapat digunakan sebagai alternatif pengganti dilatasi dan kuretase untuk

evakuasi uterus pada kegagalan kehamilan trimester I.

2. Karena harganya murah dan prosedurnya mudah dibandingkan dengan

dilatasi dan kuretase, pemberian misoprostol dapat digalakkan terutama untuk

(40)

DAFTAR PUSTAKA

1. Conclusions of an International Consensus Conference on Medical Abortion in

Early First Trisemester. Bellagio, Italy, 2006. World Health Organization.

2. Okonofua F. Abortion and maternal mortality in the developing world. J Obstet

Gynaecol Can 2006;28(11):974-9

3. Breibart V. Counseling for medical abortion. Am J Obstet Gynecol

2000.183:S26-S33

4. Grimes DA. Medical abortion: public health and private lives. Am J Obstet

Gynecol 2000.183:S1-S2

5. Breibart V, Rogers MK, VanDerhei D. Medical abortion service delivery. Am J

Obstet Gynecol 2005.183:S16-S25

6. Grewwal M, Burkman RT. Contraception & family planning. In: DeCherney AH,

Nathan L. Current obstetric & gynecologic diagnosis & treatment. 9th

7. Borgmann CE, Jones BS. Legal issues in the provision of medical abortion.

Am J Obstet Gynecol 2000.183:S84-S94

Ed,

Boston, McGraw-Hills Company. 2003. 33:644-8

8. Joffe C. Medical abortion in social context. Am J Obstet Gynecol

2000.183:S10-S15

9. Kruse B, Poppema S, Creinin MD, et al. Management of side effects and

complications in medical abortion. Am J Obstet Gynecol 2000.183:S65-S75

10. Arias F. Early pregnancy loss. In: Practical guide to high-risk pregnancy and

(41)

11. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KL, et al. Abortion. In: Cunningham FG,

Gant NF,Leveno KL, et al. Williams obstetric. 21st

12. Bennet MJ. Abortion. In : Essentials of obstetrics & gynecology. 3

Ed, New York,McGraw-Hills

Company. 2001. 33: 856-77

rd

13. Beckmann CR, Ling FW, Herbert WN, et al. Abortion. In: Beckmann CR, Ling

FW, Herbert WN. Obstetrics and Gynecology. 3

Ed,

Philadelphia, W.B. Saunders Company. 1998. 42:477-86

rd

14. Tang QS, Ho PC. Medical management of first-trimester miscarriages. Journal

of Paediatrics, Obstetrics & Gynaecology. 2006;32(3):102-5

Ed. Williams & Wilkins,

Baltimore, 1998. 14:172-81

15. Ernawati T, Djayadilaga. Penanganan medis dengan misoprostol pada

kegagalan kehamilan awal. Sari Pustaka. Bagian Kebidanan Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2004, Jakarta.

16. Chasen ST, Kalish RB, Gupta M, et al. Obstettric outcomes after surgical

abortion at ≥ 20 weeks’ gestation. AJOG 2005.193:1161-4

17. Jain JK, Mishell DR. A comparison of misoprostol with and without laminaria

tents for induction of second-trimester abortion. Am J Obstet Gynecol

1996.175:173-7

18. Lee DTS, Cheung LP, Haines CJ, et al. A comparison of the psychologic

impact and client satisfaction of surgiucal treatment with medical treatment of

spontaneous abortion : a randomized controlled trial. Am J Obstet Gynecol

(42)

19. Harris LH, Dalton VK, Johnson TR. Surgical management of early pregnancy

failure: history, politics, and safe, cost-effective care. Am J Obstet Gynecol

2007.196:e1-445.e5

20. Davis AR, Hendlish SK, Westhoff C, et al. Bleeding patterns after misoprostol

vs surgical treatment of early pregnancy failure: results from a randomized

trial. Am J Obstet Gynecol 2007.196:31.e1-31.e7

21. Hedley A, Ellertson C, Trussell J, et al. Accounting for time: insights from a

life-table analysis of the efficacy of medical abortion. AJOG 2004.191:1928-33

22. Khan RU, El-Refaey H, Sharma S, et al. Oral, rectal, and vaginal

pharmacokinetics of misoprostol. Obst & Gyne 2004.103:866-77

23. Ngai SW, Tang OS, Chan YM. Vaginal misoprostol alone for medical abortion

up to 9 weeks of gestation: efficacy and acceptability. Hum Repro

2000.15(5):1159-62

24. Fiala C, Aronsson A, Stephansson O, et al. Effects of slow release misoprostol

on uterine contractility in early pregnancy. Hum Repro 2005.20(9):2648-52

25. Murchison A, Duff P. Misoprostol for uterine evacuation in patients with early

pregnancy failures.Am J Obstet Gynecol2004.190:1445-6

26. Creinin MD, Huang X, Westhoff C, et al. Factors related to successful

misoprostol treatment for early pregnancy failure. Obstet Gynecol

2006.107:901-7

27. Tommiska MV, Mikkola TS, Ylikorkala O. Misoprostol induces cervical nitric

onxide release in pregnant, but not in nonpregnant, women. Am J Obstet

(43)

28. Harwood B, Mishell DR. Use of vaginal misoprostol for abortion. Euro Soc

Hum Rep and Emb 2000.15(12):2686:26

29. Lister MS, Shaffer LRT, Bell JG, et al. Randomized, double-blind,

placebo-controlled trial of vaginal misoprostol for management of early pregnancy

failures. Am J Obstet Gynecol 2005.193:1338-43

30. Newhall EP, Winikoff B. Abortion with mifepristone and misoprostol: regimens,

efficacy, acceptability and future directions. Am J Obstet Gynecol

Gambar

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 2. Jumlah Pemberian Misoprostol dan ulangannya
Tabel 4. Keberhasilan Evakuasi Uterus pada Pemberian Misoprostol

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dimana pengambilan data dilakukan hanya

Pirngadi Medan pada tahun 2014.Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Vela (2014) yaitu mayoritas pasien ibu hamil yang memeriksakan kehamilan pada usia kehamilan

pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik

Telah dilakukan penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif yang bersifat retrospektif mengenai &#34;Pola Penggunaan Obat pada Pasien Asma Akut Dewasa yang

Telah dilakukan penelitian retrospektif yang bersifat non eksperimental dengan rancangan analisa deskriptif mengenai pola penggunaan obat demam berdarah pada pasien dengan

METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian Populasi, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi penelitian Sampel penelitian Besar sampel penelitian Kriteria

Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan fenomena mengenai gambaran tingkat

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan cara memberikan perlakuan terhadap sampel yang akan digunakan yaitu terhadap instrumen medis sebelum