EFEKTIVITAS KONSELING KB TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PUS TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD
DI DESA BATU MELENGGANG KECAMATAN HINAI KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2012
S K R I P S I
Oleh:
NIM. 091000273
SRI NATALINA BANJARNAHOR
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EFEKTIVITAS KONSELING KB TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PUS TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD
DI DESA BATU MELENGGANG KECAMATAN HINAI KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2012
S K R I P S I
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NIM. 091000273
SRI NATALINA BANJARNAHOR
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:
EFEKTIVITAS KONSELING KB TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PUS TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD
DI DESA BATU MELENGGANG KECAMATAN HINAI KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2012
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
NIM. 091000273
SRI NATALINA BANJARNAHOR
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 09 Juli 2012 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
dr.Yusniwarti Yusad, M.Si
NIP.19510520 198703 2 001 NIP. 19531018 198203 2 001 dr.Ria Masniari Lubis, M.Si
Penguji II Penguji III
Asfriyati, SKM, M.Kes
NIP. 19701220 199403 2 001 NIP.19761005 200912 2 003 Maya Fitria, SKM, M.Kes
Medan, Juli 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
ABSTRAK
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang sesuai untuk digunakan sehingga responden merasa lebih puas. Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya adalah IUD yang merupakan salah satu metode kontrasepsi non hormonal yang efektif dengan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas konseling terhadap pengetahuan dan sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012. Jenis penelitian adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah seluruh PUS yang akseptor KB di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012 dan sampel berjumlah 194 responden dipilih dengan menggunakan teknik systematic random sampling
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa konseling efektif terhadap peningkatan pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi IUD (p = 0.017) dan konseling efektif terhadap perubahan sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD (p = 0,004).
Disarankan bagi BkkbN dan puskesmas agar memonitor dan mengevaluasi kinerja petugas dalam pemberian konseling kepada PUS supaya dapat menyusun program untuk meningkatkan pengetahuan petugas dalam pemberian konseling melalui pelatihan sehingga konseling menjadi lebih efektif meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD menjadi lebih baik. Bagi petugas kesehatan untuk lebih aktif dalam pemberian konseling dan memberikan penjelasan tentang isu-isu kontroversial yang berkembang dimasyarakat terhadap efek samping yang ditimbulkan dalam pemakaian alat kontrasepsi terutama IUD.
ABSTRACT
Counseling is as an important aspect in family planning service and reproduction health. Performance counseling means that health officers participate to help in selecting and deciding the appropriate contraception to use by respondents for getting satisfied feeling. There are numerous types of contraceptive, one of the options is IUD which is one of non-hormonal contraceptive methods that effective for a long time with once use.
This is research aimed to identify the effectiveness of counseling to knowledge and attitude of reproductive age couples about IUD contraception in Melengang Batu Village Hinai Sub Discrit of Langkat Regency in 2012. The type of research is a analytic descriptive survey with cross sectional approach. The population is all reproductive age couples which are Family Planning acceptor in Melengang Batu Village Hinai Sub Discrit of Langkat Regency in 2012 and the sample consist of 194 respondents which draw using systematic random sampling.
The results of research showed that counseling effective to add knowledge of reproductive age couples about IUD contraception (p=0,017) and the counseling effective to change attitude of reproductive age couples about IUD contraception (p=0,004).
It is suggested for National Family Planning Coordinating Board and Public Health Center to monitor and evaluate the performance of health officers in giving counseling to reproductive age couples so they can arrange program for adding knowledge of officers through training so counseling becomes more effective to increase and to change attitude of reproductive age couples more fine about IUD contraception. For health officers more active in giving counseling and to give explanation about controversial issues in the society related to effect of using contraception particularly IUD.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sri Natalina Banjarnahor
Tempat/Tanggal Lahir : Medan/22 Desember 1986
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Jl. Binjai Km 13,5 No.14 Pasar Kecil Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1991-1992 : TK Swasta Andreas 2. Tahun 1992-1998 : SD Swasta Andreas 3. Tahun 1998-2001 : SMP Negeri 1 Sunggal 4. Tahun 2001-2004 : SMU Negeri 15 Medan
5. Tahun 2004-2007 : Akademi Kebidanan Senior Medan 6. Tahun 2009-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Riwayat Pekerjaan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Konseling KB Terhadap Pengetahuan dan Sikap PUS Tentang Alat Kontrasepsi IUD di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Surya Utama, Drs.,MS.,Dr. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penasehat akademik yang telah memberrikan bimbingan dan motivasi selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Heru Santosa, Drs.,MS.,Ph.D selaku Kepala Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Ria Masniari Lubis, dr.,Msi selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah meluangkan waktu serta atas kesabaran dan pengertian dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis.
5. Seluruh dosen dan staf administrasi di Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
6. PLKB dan bidan desa yang bertugas di desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat yang telah membantu penulis dalam pemberian informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Kepala Desa Batu Melenggang beserta staf yang telah membantu penulis dalam pemberian informasi unutk kesempurnaan skripsi ini.
8. Bapak (M.Banjornahor,SE) dan Mama (R.Siregar, Spd) serta adik (Okta Banjarnahor, Ssos dan Cesar Banjarnahor) yang tersayang atas doa, semangat dan bantuan kepada penulis.
9. Rekan-rekan sepeminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Reproduksi (ita, mova, rizka, nuraini, sulis, susi, ira, yunita, pesta) dan teman Riris Damanik dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmatNya kepada kita semua.
Medan, Juni 2012 Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konseling ... 6
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29
4.1.1. Data Geografi ... 29
4.1.2. Gambaran Penduduk ... 29
4.2. Analisis Univariat ... 31
4.3. Analisis Bivariat ... 33
4.3.1. Efektivitas Konseling Terhadap Pengetahuan PUS Tentang Alat Kontrasepsi IUD ... 33
4.3.2. Efektivitas Konseling Terhadap Sikap PUS Tentang Alat Kontrasepsi IUD ... 34
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Efektivitas Konseling Terhadap Pengetahuan PUS Tentang Alat Kontrasepsi IUD ... 35
5.2. Efektivitas Konseling Terhadap Pengetahuan PUS Tentang Alat Kontrasepsi IUD ... 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 37
6.2. Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN:
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Master Data Efektivitas Konseling Terhadap Pengetahuan dan Sikap PUS Tentang Alat Kontrasepsi IUD
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Desa Batu Melenggang menurut
Jenis Kelamin……….… 29
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Menurut Agama ………. 29
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Suku ………... 30
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur……….. 30
Tabel 4.5 Keikutsertaan PUS dalam KB ………. 30
Tabel 4.6 Karakteristik PUS (Pasangan Usia Subur) Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012……….. 31
Tabel 4.7 Konseling yang diperoleh Responden TentangKB……….. 32
Tabel 4.8 Pengetahuan PUS tentang Alat Kontrasepsi IUD………. 32
Tabel 4.9 Sikap PUS Tentang Alat Kontrasepsi IUD……….. 32
Tabel 4.10 Efektivitas Konseling Terhadap Pengetahuan PUS (Pasangan Usia Subur) tentang Alat Kontrasepsi IUD di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012……… 33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ABSTRAK
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang sesuai untuk digunakan sehingga responden merasa lebih puas. Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya adalah IUD yang merupakan salah satu metode kontrasepsi non hormonal yang efektif dengan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas konseling terhadap pengetahuan dan sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012. Jenis penelitian adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah seluruh PUS yang akseptor KB di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012 dan sampel berjumlah 194 responden dipilih dengan menggunakan teknik systematic random sampling
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa konseling efektif terhadap peningkatan pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi IUD (p = 0.017) dan konseling efektif terhadap perubahan sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD (p = 0,004).
Disarankan bagi BkkbN dan puskesmas agar memonitor dan mengevaluasi kinerja petugas dalam pemberian konseling kepada PUS supaya dapat menyusun program untuk meningkatkan pengetahuan petugas dalam pemberian konseling melalui pelatihan sehingga konseling menjadi lebih efektif meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD menjadi lebih baik. Bagi petugas kesehatan untuk lebih aktif dalam pemberian konseling dan memberikan penjelasan tentang isu-isu kontroversial yang berkembang dimasyarakat terhadap efek samping yang ditimbulkan dalam pemakaian alat kontrasepsi terutama IUD.
ABSTRACT
Counseling is as an important aspect in family planning service and reproduction health. Performance counseling means that health officers participate to help in selecting and deciding the appropriate contraception to use by respondents for getting satisfied feeling. There are numerous types of contraceptive, one of the options is IUD which is one of non-hormonal contraceptive methods that effective for a long time with once use.
This is research aimed to identify the effectiveness of counseling to knowledge and attitude of reproductive age couples about IUD contraception in Melengang Batu Village Hinai Sub Discrit of Langkat Regency in 2012. The type of research is a analytic descriptive survey with cross sectional approach. The population is all reproductive age couples which are Family Planning acceptor in Melengang Batu Village Hinai Sub Discrit of Langkat Regency in 2012 and the sample consist of 194 respondents which draw using systematic random sampling.
The results of research showed that counseling effective to add knowledge of reproductive age couples about IUD contraception (p=0,017) and the counseling effective to change attitude of reproductive age couples about IUD contraception (p=0,004).
It is suggested for National Family Planning Coordinating Board and Public Health Center to monitor and evaluate the performance of health officers in giving counseling to reproductive age couples so they can arrange program for adding knowledge of officers through training so counseling becomes more effective to increase and to change attitude of reproductive age couples more fine about IUD contraception. For health officers more active in giving counseling and to give explanation about controversial issues in the society related to effect of using contraception particularly IUD.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya dan disamping itu dapat membuat merasa lebih puas. Program KB bersama-sama program kesehatan reproduksi dan kependudukan memiliki keuntungan lain yang sangat penting yaitu meningkatkan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak (Siswanto, 2010).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Keluarga Berencana adalah wujud kepedulian pemerintah membangun aspek kependudukan secara berkelanjutan. Pembangunan keluarga diarahkan pada keluarga sejahtera, berkualitas, serasi, dan seimbang dengan daya dukung sosial ekonomi wilayah. Atas dasar itu, paradigma pembangunan kependudukan tidak lagi bersifat sentralistik dari pemerintah pusat, namun diamanatkan pada pemerintah daerah sesuai dengan potensi wilayah masing-masing. Ini berarti bahwa Undang-Undang kependudukan tersebut adalah piranti bagi pemerintah daerah untuk menentukan ukuran penduduk ideal bagi pembangunan (Pitoyo, 2010).
masing-masing metode kontrasepsi mempunyai kesesuaian dan kecocokan yang berbeda dari setiap individu.
Macam-macam alat kontrasepsi ada 2 yaitu metode sederhana dan modern . metode sederhana seperti kondom dan metode modern seperti pil KB, suntik KB bulanan/tiga bulanan. Dan metode jangka panjang misalnya IUD/spiral/AKDR, susuk/AKBK, tubektomi (kontrasepsi mantap wanita), vasektomi (kontrasepsi mantap pria) (Hasanah, 2011).
Salah satu strategi dalam upaya menurunkan tingkat fertilitas adalah melalui penggunaan kontrasepsi guna mencegah terjadinya kehamilan. Alat kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan adalah kontrasepsi yang bersifat jangka panjang.
IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) selama periode 1991-2007 menunjukkan pola penggunaan kontrasepsi MKJP khususnya IUD cenderung mengalami penurunan, yakni 13,3% (SDKI 1991), turun menjadi 6,2% (SDKI 2002-2003) dan turun lagi menjadi 4,9% (SDKI 2007) dan menurut hasil mini survey tahun 2010 menjadi 4,7%.
masih terbatas dan meningkatnya kampanye penggunaan kontrasepsi hormonal sehingga melemahkan promosi IUD (BkkbN, 2011).
Menurut SDKI, provinsi Sumatera Utara menggunakan IUD, yakni 7,7% (SDKI 1991), turun menjadi 3,3% (SDKI 2002-2003) dan turun menjadi 2,1% (SDKI 2007) (Listiyaningsih, 2010). Dari hasil survey penelitian tahun 2011, di desa Batu Melenggang terdapat 1206 PUS, dan yang menjadi akseptor KB jumlahnya adalah 845 PUS. Dimana yang dipakai adalah KB-Pil 348 (41,2%) wanita PUS, suntik 366 (43,33%) wanita PUS, MOW 32 (3,7%), kondom 40 (4,7%), Implant 42 (4,9%) dan IUD 17 (2,01%). Dari data diatas dapat dilihat bahwa yang menggunakan IUD sangat sedikit, padahal IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang aman dan sangat efektif (BkkbN, 2011).
Menurut BPS, Kecamatan Hinai pada tahun 2010 target peserta IUD yaitu 1459 dan pencapaian peserta IUD yaitu 75, pada tahun 2009 target peserta IUD yaitu 1380 dan pencapaian peserta IUD yaitu 45 (BPS, 2010).
Desa Batu Melenggang adalah salah satu desa di Kecamatan Hinai yang memiliki jumlah pencapaian peserta KB yang cukup besar. Dari survei awal penelitian di Desa Batu Melenggang, diketahui yang melakukan konseling KB sebanyak 584 pada tahun 2011 dengan jumlah petugas konseling sebanyak 2 orang dimana pendidikan petugas konseling dari akademi keperawatan dan akademi kebidanan.
dari teman ke teman, dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat bahwa terdapat pelayanan konseling KB.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul efektivitas konseling KB terhadap pengetahuan dan sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD Kecamatan Hinai di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Masih rendahnya cakupan persentase penggunaan alat kontrasepsi IUD 2. Belum meratanya pemberian konseling sehingga ingin diteliti efektivitas
konseling terhadap pengetahuan dan sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui efektivitas konseling KB terhadap pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi IUD di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012.
2. Untuk mengetahui efektivitas konseling KB terhadap sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konseling
2.1.1 Pengertian Konseling
Secara etiomologi, konseling berasal dari bahasa Latin “Consilium” artinya dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami sedangkan dalam bahasa Angglo Saxon istilah konseling berasal dari “Sellan” yang berarti menyerahkan atau menyampaikan.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, konseling berarti pemberian bimbingan oleh orang yang ahli kepada seseorang. Dalam situs Wikipedia bahasa Indonesia, konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli teratasinya masalah yang dihadapi klien. Bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang mengalami hambatan, memecahkan sesuatu melalui pemahaman terhadap fakta,harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien (Sagala, 2011).
Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dengan panduan keterampilan interpersonal, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Sulastri, 2009).
2.1.2 Tujuan Konseling
c. Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif d. Memulai dan melanjutkan KB
e. Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang tersedia.
2.1.3 Fungsi Konseling
a. Konseling dengan fungsi pencegahan merupakan upaya mencegah timbulnya masalah kesehatan.
b. Konseling dengan fungsi penyesuaian dalam hal ini merupakan upaya untuk membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, social, cultural, dan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan.
c. Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika terjadi penyimpangan perilaku klien atau pelayanan kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan terjadi masalah kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan dengan konseling.
d. Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan upaya peningkatan peran serta masyarakat.
2.1.4 Langkah-Langkah Konseling KB
SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempatyang nyamanserta terjamin privasinya. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang diperoleh.
T : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengalami pengalaman Keluarga Berencana. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Coba tempatkan diri kita didalam hati klien.
U : Uraian kepada klien mengenai dan pilihannya dan diberi tahu apa pilihan kontrasepsi, bantu klien pada jenis kontrasepsi yang diingini.
TU : banTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan.
J : Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi pilihannya. U Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan (Saifuddin, 2006).
2.2. Kontrasepsi
Kontrasepsi Menurut (Kapita Selekta Kedokteran 2001) adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dan dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat atau dengan operasi.
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara kontrasepsi modern.
1. Kontrasepsi sederhana
Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama terputus, pantang berkala, metode suhu badan basal, dan metode kalender. Sedangkan kontrasepsi sederhana dengan alat/obat dapat dilakukan dengan kondom, diafragma, kap serviks, dan spermisid.
2. Kontrasepsi Modern
Kontrasepsi modern dibedakan atas 3 yaitu: 1) kontrasepsi hormonal, yang terdiri dari pil, suntik, implant/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit). 2) IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). 3) Kontrasepsi mantap yaitu dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria) (Hartanto, 2003).
2.3. Intra Uterine Devices (IUD)/ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 2.3.1 Pengertian
2.3.2 Jenis IUD
Adapun jenis-jenis dari IUD yaitu: 1. Cooper-T
Berbentuk T terbuat dari bahan polyetheleb dimana bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan ini mempunyai efek anti fertilasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
2. Cooper-7
Berbentuk angkat 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertical 32 mm, ditambahkan gulungan tembaga yang fungsinya sama seperti lilitan tembaga halus pada jenis Cooper-T. 3. Multi Load
Terbuat dari plastik atau polyethelen dengan dua tangan, kiri dan kanan terbentuk sayap yang fleksibel. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga untuk menambah efektifitas.
4. Lippes Loop
Gambar 2.1 Jenis-jenis IUD
2.3.3 Efektifitas IUD
AKDR/IUD efektif mencegah kehamilan dari 98% hingga mencapai hampir 100%, yang bergantung pada alatnya. AKDR terbaru, seperti T 380A, memiliki angka kegagalan yang jauh lebih rendah pada semua tahap pemakaian tanpa ada kehamilan setelah 8 tahun pemakaian (Everett, 2007).
Cupper T-380 A primadona BKKBN. Pertimbangan mengapa BKKBN memilih Cupper T-380 sebagai primadona:
1. Teknik pemasangan mudah, tidak sakit 2. Efektifitas tinggi
3. Kejadian ekspulsi rendah
4. Tidak mudah menimbulkan perforasi 5. Tidak banyak menimbulkan komplikasi 6. Tidak banyak menimbulkan trauma
2.3.4 Mekanisme Kerja IUD
Mekanisme Kerja IUD adalah sebagai berikut:
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii 2. Mempengaruhi fertilitasasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (Saifuddin, 2006).
Gambar 2.2 Mekanisme Kerja
2.3.5 Keuntungan IUD
Keuntungan dari IUD ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi
2. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan 3. Metode jangka panjang
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil 7. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
8. Tidak efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
10.Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir) 11.Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12.Membantu mencegah kehamilan ektopik 2.3.6 Kerugian IUD
1. Efek samping yang umum terjadi:
- Perubahan pada siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
- Haid lebih lama dan banyak
- Perdarahan (spotting) antarmenstruasi - Saat haid lebih sakit
2. Komplikasi lain:
- Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan. - Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia
- Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar) 3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, Penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas
6. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. 7. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
8. Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi setelah pemasangan AKDR (Saifuddin, 2006)
2.3.7 Indikasi IUD 1. Usia reproduktif 2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
4. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi 5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6. Risiko rendah dari IMS
7. Tidak menghendaki metode hormonal
8. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi 9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif. AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya: 1. Perokok
2. Sedang menyusui
3. Gemuk ataupun yang kurus
5. Sedang memakai antibiotika atau anti kejang
Begitu juga Ibu dalam keadaan seperti dibawah ini dapat menggunakan AKDR: 1. Penderita tumor jinak payudara, kanker payudara
2. Tekanan darah tinggi 3. Pusing-pusing, sakit kepala 4. Varises di tungkai atau di vulva 5. Penderita penyakit jantung 6. Pernah menderita stroke
7. Penderita diabetes dan penyakit hati atau empedu 8. Epilepsi
9. Setelah pembedahan pelvic 10.Penyakit tiroid
11.Setelah kehamilan ektopik (saifuddin, 2006) 2.3.8 Kontraindikasi IUD
Yang tidak boleh menggunakan AKDR secara mutlak, apabila: 1. Kehamilan
2. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis; bila penyebab didiagnosis dan diobati, AKDR dapat dipasang.
3. Kelainan pada uterus missal uterus bikornu 4. Alergi terhadap komponen AKDR mis, tembaga.
Yang tidak boleh menggunakan AKDR secara relatif, apabila: 1. Riwayat infeksi panggul
2. Dismenorea dan/atau menoragi 3. Fibroid dan endometriosis
4. Terapi penisilamin dapat mengurangi keefektivan tembaga (Everett, 2008) 2.3.9 Waktu Penggunaan IUD
1. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
2. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amonorea laktasi (MAL).
4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi
5. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi (Saifuddin, 2006).
2.3.10 Pemeriksaan Ulang IUD
Setelah pemasangan IUD perlu dilakukan control medis dengan jadwal: a. Setelah pemasangan kalau dipandang perlu diberikan antibiotika profilaksis. b. Jadwal pemeriksaan ulang:
1. Dua minggu setelah pemasangan
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat dibuka sebelum waktunya bila dijumpai:
1. Ingin hamil kembali
2. Leokorea, sulit diobati dan peserta menjadi kurus. 3. Terjadi infeksi
4. Terjadi perdarahan
5. Terjadi kehamilan mengandung bahan aktif dengan AKDR (Manuaba, 2001). 2.4 Pengetahuan dan Sikap PUS (Pasangan Usia Subur)
2.4.1 Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Menurut tim kerja dari WHO, Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1. Awareness (Kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evalution (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru selesai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. 1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari/rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada (Notoadmodjo, 2003).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
2.4.2 Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Dengan kata lain, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Beberapa tingkatan sikap antara lain yaitu: 1. Menerima
2. Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
3. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4. Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab atas semua jawaban yang dipilihnyadengan segala resiko (Notoadmodjo, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah : 1. Pengalaman Pribadi
Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
2. Kebudayaan
sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang sangat mengutamakan kepentingan perorangan.
3. Orang yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantaranya komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan lain-lain.
4. Media massa
Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampian informasi sebagai tugas pokoknya. Media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
5. Institusi/Lembaga pendidikan dan lembaga agama
pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor emosi dalam diri individu
Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan serta berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang mempengaruhi pembentukan sikap, menurut Walgito (2003) dalam Azwar adalah faktor pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang terhadap objek menunjukan pengetahuan tersebut mengenai objek yang bersangkutan (Azwar, 2009).
2.5 Pasangan Usia Subur (PUS)
2.6 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.7 Hipotesis Penelitian
1. Konseling efektif terhadap pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi IUD.
2. Konseling efektif terhadap sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD. Pengetahuan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada kurun waktu tertentu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas konseling KB terhadap pengetahuan dan sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD di desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober 2011- April 2012 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PUS yang akseptor KB di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012 yaitu sebanyak 809 orang.
3.3.2 Sampel
pengambilan systematic random sampling dengan cara membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan yang dimana hasilnya adalah interval sampel, yaitu 809/194 = 4,17. Jadi intervalnya adalah 4. Maka anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen yang nomor kelipatan 4, 8 dan seterusnya sampai mencapai jumlah 194 anggota sampel (Notoatmodjo, 2005). Pada pengambilan sampel yang tercabut nomor 2, 6 dan seterusnya sampai mencapai jumlah sampel 194. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel tunggal untuk uji hipotesis suatu populasi (Sastroasmoro, 2002), yaitu :
Keterangan :
n = Besar sampel
= Nilai deviasi standar pada tingkat kemaknaan ( ) 5% sebesar 1,96
= Nilai deviasi standar pada = 20% sebesar 0,842
Power = Kekuatan uji sebesar 80%
Po = Proporsi PUS yang akseptor KB yang memiliki pengetahuan dan sikap baik tentang alat kontrasepsi IUD sebesar 0,5 (50%)
Sehingga :
n = 194
Dari hasil perhitungan di atas, maka yang menjadi sampel yaitu sebanyak 194 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui teknik wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan.
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui pencatatan yang ada di PLKB di Desa Batu Melenggang Kabupaten Langkat Tahun 2012.
3.5 Definisi Operasional
Pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai dengan fokus penelitian digunakan definisi operasional yang dikembangkan dalam uraian dibawah ini:
1. Efektivitas adalah kemampuan konseling dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap responden.
2. Pengetahuan adalah kemampuan responden menjawab dengan benar pertanyaan mengenai alat kontrasepsi IUD.
4. Konseling KB adalah proses pemberian bantuan berupa informasi tentang KB yaitu jenis alat kontrasepsi, manfaat kontrasepsi, keuntungan, kerugian, dan efek samping kontrasepsi
3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Pengetahuan
Pengukuran variabel pengetahuan terdiri dari 9 pertanyaan dimana pertanyaan tersebut memiliki 25 item jawaban. Pertanyaan nomor 1 dan 2 masing-masing memiliki 2 item jawaban. Untuk pertanyaan nomor 3-9 masing-masing memiliki 3 item jawaban. Jika responden menjawab dengan benar maka diberi skor 1 dan jika responden tidak menjawab dengan benar maka diberi skor 0. Sehingga skor jawaban responden tertinggi bernilai 25. Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, Pengetahuan dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2006):
1 = Baik , jika total skor jawaban >75% atau dalam interval 19-25 2 = Cukup, jika total skor jawaban 40-75% atau dalam interval 10-18 3 = Kurang, jika total skor jawaban <40% atau dalam interval 0-9 3.6.2 Sikap
Pengukuran variabel sikap terdiri dari 13 pernyataan. Sikap diukur dengan memberikan skor terhadap pernyataan yang telah diberikan bobot berdasarkan skala likert. 1 = Tidak Setuju (TS), 2 = Kurang Setuju (KS), 3 = Ragu-Ragu (RG), 4 = Setuju (S), 5 = Sangat Setuju (SS). Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, sikap dikategorikan sebagai berikut (Nazir, 2009) :
3.6.3 Efektivitas Konseling KB
Pengukuran variabel konseling KB terdiri dari 6 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai 7 item pertanyaan, jika responden menjawab “Ya” pada item 1 maka diberi skor 1 kemudian dilanjutkan dengan item pertanyaan berikutnya, jika responden menjawab masing-masing item diberi skor 1 dan responden tidak menjawab diberi skor 0. Maka skor tertinggi untuk setiap pertanyaan bernilai 7. Jika responden menjawab “Tidak” pada item 1 maka diberi skor 0. Sehingga skor jawaban tertinggi 42. Berdasarkan jumlah informasi yang diperoleh responden, dibagi 2 kategori yaitu:
1 = Efektif, jika skor total jawaban ≥75%, atau interval 32-42 2 = Tidak Efektif, jika skor total jawaban <75%, atau interval 0-31
3.7 Metode Analisis Data
Dari data yang telah dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan komputer, analisis dilakukan secara bertahap yaitu:
3.7.1 Analisis Univariat
Untuk mengetahui distribusi masing-masing variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi
3.7.2 Analisis Bivariat
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Data Geografi
Luas Desa Batu Melenggang ± 1153 ha yang terdiri dari 8 dusun dengan batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cempa
- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Mulia - Sebelah barat berbatasan dengan Desa Muka Paya
- Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sei Batangserangan
Ketinggian tanah dari permukaan laut sekitar 5-10 meter dengan suhu udara rata-rata 30ºC-34ºC. Jarak Desa Batu Melenggang dari pusat pemerintahan kecamatan 4 km dan jarak dari pusat pemerintahan kabupaten (Stabat) 13 km sedangkan jarak dari ibukota provinsi (Medan) 55 km.
4.1.2 Gambaran Penduduk
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Desa Batu Melenggang Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Menurut Agama
Agama n %
Islam 6869 99,03
Kristen 67 0,97
Total 6936 100,0
Sumber : Profil Desa Batu Melenggang Tahun 2011
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Suku
Suku n %
Sumber : Profil Desa Batu Melenggang Tahun 2011
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur n %
Sumber : Profil Desa Batu Melenggang Tahun 2011
Tabel 4.5 Keikutsertaan PUS dalam KB
PUS n %
Peserta KB 1206 70,2
Bukan Peserta KB 512 29,8
Total 1718 100,0
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.6 s/d tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012
No Karakteristik Responden n %
Akademi/Sarjana 21 10,8
Total 194 100,0
3 Pekerjaan
IRT/Tidak bekerja 127 65.5
Petani/Buruh 43 22,1
PNS/Pegawai Swasta 24 12,4
Total 194 100,0
Tabel 4.7 Konseling yang diperoleh Responden Tentang KB
Konseling n %
Efektif 52 26,8
Tidak Efektif 142 73,2
Total 194 100,0
Dari tabel 4.7 diatas menunjukkan mayoritas responden memperoleh konseling tentang KB yang kurang baik yaitu 142 responden (73,2%).
Tabel 4.8 Pengetahuan PUS Tentang Alat Kontrasepsi IUD
Pengetahuan n %
Baik 30 15,5
Cukup 63 32,5
Kurang 101 52,1
Total 194 100,0
Dari tabel 4.8 diatas menunjukkan mayoritas responden berpengetahuan kurang tentang alat kontrasepsi IUD yaitu 101 responden (52,1%).
Tabel 4.9 Sikap PUS Tentang Alat Kontrasepsi IUD
Sikap n %
Baik 56 28,9
Buruk 138 71,1
Total 194 100,0
4.3 Analisis Bivariat
4.3.1 Efektivitas konseling KB Terhadap Pengetahuan PUS Tentang Alat Kontrasepsi IUD
Efektivitas Konseling terhadap pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi IUD dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.10 Efektivitas Konseling KB Terhadap Pengetahuan PUS (Pasangan Usia Subur) tentang Alat Kontrasepsi IUD di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012
Konseling
Pengetahuan
Total p
Baik Cukup Kurang
n % n % n % n %
Efektif 13 25,0 10 19,2 29 55,8 52 100,0 0,017 Tidak Efektif 17 12,0 53 37,3 72 50,7 142 100,0
Total 30 15,5 63 32,5 101 52,1 194 100,0
Dari tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa pengetahuan responden yang berpengetahuan baik tentang alat kontrasepsi IUD lebih banyak yang memperoleh konseling KB yang efektif yaitu 13 responden (25,0%) dibandingkan dengan konseling KB yang tidak efektif yaitu 17 responden (12,0%).
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa p=0,017 < α=0,05 artinya ada
4.3.2 Efektivitas Konseling KB Terhadap Sikap PUS Tentang Alat Kontrasepsi IUD
Efektivitas Konseling KB terhadap sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11 Efektivitas Konseling KB Terhadap Sikap PUS (Pasangan Usia Subur) tentang Alat Kontrasepsi IUD di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012
Konseling
Dari tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa sikap responden yang bersikap baik tentang alat kontrasepsi IUD lebih banyak pada yang memperoleh konseling KB efektif yaitu 23 responden (44,2%) dibandingkan dengan yang memperoleh konseling KB yang tidak efektif yaitu 33 responden (23,2%),
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka akan dibahas secara berurutan sesuai dengan analisis dari variabel-variabel penelitian
5.1 Efektivitas Konseling KB Terhadap Pengetahuan PUS tentang Alat Kontrasepsi IUD
Konseling merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan selain berasal dari pengalaman sendiri juga dapat berasal dari pengalaman orang lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konseling efektif terhadap peningkatan pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi IUD. Konseling KB efektif terhadap peningkatan pengetahuan PUS karena pada saat PUS memperoleh konseling diberitahukan dan dijelaskan tentang pengenalan dari semua alat kontrasepsi, pengertian dari semua alat kontrasepsi, keuntungan, kerugian, efek samping, dan efektifitas dari semua kontrasepsi oleh petugas pemberi konseling sehingga PUS mendapat informasi yang lebih lengkap mengenai seluruh alat kontrasepsi termasuk IUD yang berarti pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi IUD meningkat.
5.2 Efektivitas Konseling KB Terhadap Sikap PUS tentang Alat Kontrasepsi IUD
disebabkan oleh pengetahuan dan informasi tentang IUD yang diperoleh PUS tersebut.
Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang dekat dengan kita. Banyak ibu bersikap negatif terhadap alat kontrasepsi IUD, hal ini karena beredarnya rumor bahwa IUD bisa berpindah-pindah tempatnya bahkan bisa ke jantung, ditemukan kegagalan pemakainan IUD yang dapat membuat hamil, selain itu pemasangan alat kontrasepsi IUD membuat rasa malu karena harus membuka bagian yang paling rahasia dari tubuhnya dan takut karena yang didengarnya sangat sakit saat pemasangan IUD.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Konseling KB efektif terhadap meningkatkan pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi IUD di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012.
2. Konseling KB efektif terhadap perubahan sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD di Desa Batu Melenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2012.
6.2 Saran
1. Bagi BkkbN dan Puskesmas
Agar memonitor dan mengevaluasi kinerja petugas dalam pemberian konseling kepada PUS supaya dapat menyusun program untuk meningkatkan pengetahuan petugas dalam pemberian konseling melalui pelatihan sehingga konseling menjadi lebih efektif meningkatkan pengetahuan PUS dan mengubah sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD menjadi lebih baik.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.
Azwar.S, 2009. Sikap Manusia Teori dan Penularannya, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta.
BkkbN, 2011. Kajian Implementasi Kebijakan Penggunaan Kontrasepsi. Pusat Penelitian dan Pengembangan KB-KS, Jakarta.
Everett, 2008. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. EGC, Jakarta.
Fertitest, 2010. Jenis-Jenis Kontrasepsi.
Hasanah, 2011. Pengaruh Penggunaan Jenis Alat Kontrasepsi terhadap Fertilitas di Kabupaten Temanggung. Tugas Akhir, Univesitas Negeri Semarang. Semarang.
Hartanto, 2003. KB dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Lalik, 2010. Kontrasepsi IUD. http//widamedika.com/kontrasepsi-iud. Diakses 26 September 2011.
Listyaningsih, 2010. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Manuaba, 2001. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana. EGC, Jakarta.
Nazir. M, 2009. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Darussalam.
Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Pitoyo, 2010. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sagala, 2011. Konsep Dasar Konseling.
Sastroasmoro, 2002. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Sagung Seto, Jakarta.
Siswanto, 2010. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
KUESIONER
EFEKTIVITAS KONSELING KB TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PUS TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA BATU MELENGGANG
KECAMATAN HINAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012
5. Alat kontrasepsi yang digunakan sekarang : ………. 6. Alat kontrasepsi yang pernah digunakan : ……….
Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda (√) untuk pilihan jawaban yang anda anggap benar!
II. PENGETAHUAN TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD/SPIRAL No
Pertanyaan
Jawaban BENAR SALAH 1 Sepengetahuan ibu, apakah alat kontrasepsi IUD/Spiral
itu ?
- IUD/Spiral termasuk alat kontrasepsi yang berbentuk
spiral (1) (0)
- IUD/Spiral ada yang berbentuk seperti huruf T (1) (0) 2 Sepengetahuan Ibu, apakah manfaat IUD itu?
- IUD/Spiral berguna mencegah kehamilan (1) (0) - IUD/Spiral berguna untuk kecantikan (0) (1) 3 Keuntungan memakai IUD/Spiral?
- Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat (seperti pemakaian Pil KB)
(1) (0) - Tidak mempengaruhi produksi ASI (1) (0) - Tidak mempengaruhi hubungan seksual (1) (0) 4 Kerugian memakai IUD/Spiral?
5 Menurut Ibu kapan sebaiknya IUD/Spiral boleh dipasang?
- Hari pertama sampai ke 7 siklus haid (1) (0) - Setelah melahirkan selama 2 hari atau 4 minggu (1) (0) - Setelah keguguran selama dalam waktu 7 hari (1) (0) 6 Sepengetahuan Ibu IUD/Spiral dapat digunakan untuk
waktu berapa lama?
- 1- 4 tahun (0) (1)
- 5- 10 tahun (0) (1)
- 6-8 tahun (1) (0)
7 Di bagian tubuh manakah IUD/Spiral dipasang?
- Bokong (0) (1)
- Vagina (1) (0)
- Tangan (0) (1)
8 IUD/Spiral dapat dibuka sebelum waktunya bila dijumpai:
- Terjadi infeksi (1) (0)
- Bila Ingin hamil lagi (1) (0)
- Bila Tidak terjadi perdarahan (0) (1)
9 Kapan dilakukan Pemeriksaan ulang setelah pemasangan IUD/Spiral?
- Setelah pemasangan 2-7 hari (1) (0)
- Dua minggu setelah pemasangan (1) (0)
III. SIKAP TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD/SPIRAL
Jawablah pernyataan berikut dengan member tanda (√) untuk pilihan jawaban yang anda anggap benar!
SS : Sangat Setuju S : Setuju
RG : Ragu-Ragu KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
No Pernyataan SS S RG KS TS 1 IUD/Spiral merupakan kontrasepsi yang digunakan untuk
jangka lama 6-8 tahun.
2 IUD/Spiral merupakan kontrasepsi yang memiliki sangat sedikit efek samping.
3 IUD/Spiral bekerja untuk menghambat sperma masuk kedalam rahim.
4 IUD/Spiral tidak dapat mencegah penyakit menular seksual 5 IUD/Spiral lebih praktis dari pada alat kontrasepsi pil,
suntik, dan kondom
6 IUD/Spiral adalah alat kontrasepsi tidak mempengaruhi ASI 7 Terasa sakit dan nyeri saat pemasangan IUD/Spiral
8 Alat kontrasepsi IUD/Spiral adalah alat kontrasepsi yang tersedia di tempat pelayanan kesehatan.
9 Petugas tenaga kesehatan (dokter, bidan) yang dapat memasang IUD/Spiral
10 IUD/Spiral tidak ada interaksi dengan obat/hormon 11 Memakai IUD/Spiral harus ada dukungan dari suami. 12 IUD/Spiral bekerja langsung efektif setelah pemasangan. 13 Gangguan siklus haid bisa terjadi setelah pemasangan
IV. Kuesioner Konseling
Berikan tanda (√) jika Ibu diberitahukan/dijelaskan dari setiap alat kontrasepsi
Sewaktu Ibu melakukan konseling, apakah Ibu diberitahukan/dijelaskan oleh petugas kesehatan tentang: (Jawaban boleh lebih dari satu)
1. Pengenalan dari semua kontrasepsi?
Ya Tidak
Jika “Ya” apa saja yang diberitahukan/dijelaskan kepada ibu Pil KB Suntik KB
Implan/susuk Kondom
IUD/Spiral Tubektomi/Vasektomi 2. Pengertian dari semua kontrasepsi?
Ya Tidak
Jika “Ya” apa saja yang diberitahukan/dijelaskan kepada ibu Pil KB Suntik KB
Implan/susuk Kondom
IUD/Spiral Tubektomi/Vasektomi 3. Keuntungan dari semua kontrasepsi?
Ya Tidak
Kondom
Sebutkan: ……… Tubektomi/Vasektomi
Sebutkan: ……… 4. Kerugian dari semua kontrasepsi?
Ya Tidak
Jika “Ya” apa saja yang diberitahukan/dijelaskan kepada ibu Pil KB 5. Efek Samping dari semua kontrasepsi?
Ya Tidak
Kondom
Sebutkan: ……… Tubektomi/Vasektomi
Sebutkan: ……… 6. Efektifitas dari semua kontrasepsi?
Ya Tidak
Jika “Ya” apa saja yang diberitahukan/dijelaskan kepada ibu Pil KB Suntik KB
Implan/susuk Kondom
Lampiran output
Frequencies
Statistics
194 194 194 194 194 194
0 0 0 0 0 0
1.97 2.18 1.47 2.37 1.71 1.73
.754 .992 .706 .738 .454 .444
2 3 2 2 1 1
Frequency Percent Valid P erc ent
PEKERJAAN
Frequency Percent Valid P erc ent
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent
Crosstabs
1. Efektivitas konseling terhadap Pengetahuan PUS tentang alat kontrasepsi IUD
Case Processing Summary
194 100.0% 0 .0% 194 100.0%
KONSELING * PENGETAHUAN
N Percent N Percent N Percent
Chi-Square Te sts minimum expected count is 8.04.
a.
Crosstabs
2. Efektivitas konseling terhadap Sikap PUS tentang alat kontrasepsi IUD
Case Processing Summary
194 100.0% 0 .0% 194 100.0%
KONSELING * SIKAP
N Percent N Percent N Percent