• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DAN SOLUSINYA MENURUT PERSPEKTIF ISLAM KAJIAN PADA DIKLAT PEMBINA KELUARGA SAKINAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DAN SOLUSINYA MENURUT PERSPEKTIF ISLAM KAJIAN PADA DIKLAT PEMBINA KELUARGA SAKINAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DAN

SOLUSINYA MENURUT PERSPEKTIF ISLAM

KAJIAN PADA DIKLAT PEMBINA KELUARGA SAKINAH

Oleh : Drs.H.Rasyidul Basri,MA Widyaiswara Madya BDK Padang

A. ABSTRAK

Tulisan ini berjudul “ Mengatasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Solusinya Menurut Perspektif Agama Islam “ merupakan sebuah kajian dalam Diklat bagi Pembina Keluarga Sakinah. Keluarga sakinah dambaan setiap pasangan suami istri yang telah memasuki jenjang perkawinan. Namun dalam perjalanan membina rumah tangga itu sering dihadapkan pada persoalan-persolan yang tidak dapat diselesaikan secara baik, tetapi kadangkala ditempuh dengan cara kekerasan dan perlakuan kejam terhadap pasangannya. Prilaku kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) harus dipandang sebagai kejahatan terhadap kemanusian dan bentuk pelanggaran hak azasi manusia.

Solusi yang ditawarkan oleh ajaran Islam untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) muslim antara lain sebagai berikut : (a) Supaya suami sebagai pemimpin atau istri sebagai yang dipimpin mampu melihat kebaikan pasangannya, (b) berikan nasehat dan peringatan yang nusyuz dengan penuh kasih sayang sesuai dengan ajaran agama, (c) tunaikan kewajiban suami istri dengan sebaik-baiknya, dan lakukanlah komuniksi dengan pasangannya secara kasih sayang.

Kata kunci : KDRT, pendidikan keluarga, solusinya menurut Islam

B. PENDAHULUAN

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan salah bentuk tindakan kekerasan suami terhadap istrinya ataupun sebaliknya, hal itu telah diantisipasi dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan KDRT. Pembinaan rumah tangga / keluarga sebagai cikal bakal dalam kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan kepribadian setiap anggotanya. Keluarga yang sering mengalami bermacam

(2)

tindakkan kekerasan dan penyiksaan akan berdampak buruk bagi seluruh anggota keluarga itu sendiri.

Berkeluarga sesungguhnya adalah sebuah nikmat dan karunia Allah Swt. kepada manusia. Kenikmatan itu akan lebih terasa bila keluarga itu dibina dengan sakinah, mawaddah dan rahmah. Keluarga yang anggotanya terdiri dari Ayah, ibu, dan anak-anak merupakan satu kesatuan yang semestinya memiliki hubungan kasih sayang, saling menghormati, dan saling mencintai antara sesamanya.

Namun, tidak jarang ditemukan fenomena-fenomena yang memprihatinkan dalam kehidupan rumah tangga, khususnya rumah tangga muslim, seperti terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) banyak terjadi dimana-mana. Bila dicermati, penyebab terjadinya beraneka ragam pula, mulai dari masalah-masalah spele hingga masalah vital, seumpama faktor ekonomi, pendidikan dan cemburu serta terjadinya perselingkuhan dan lain sebagainya.

Lantas, bagaimanakah solusi yang diajarkan Islam dalam mengatasi dilema itu ? dalam tulisan ini penulis mencoba mengungkapkan langkah-langkah yang akan diterapkan, sehingga para anggota keluarga dalam rumah tangga dapat mewujudkan impiannya “ rumah tanggku bagaikan surgaku”, bukanlah sindiran “ rumah tanggaku bagaikan nerakaku”.

C. Makna dan Ruang Lingkup KDRT

Undang-undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT), menyebutkan bahwa kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Dari pendapat tersebut di atas KDRT secara umum adalah berbagai berbentuk tindakan yang dilakukan dengan sengaja yang tujuannya menyakiti, melukai, secara lahir atau bathin yang dilakukan suami kepada istrinya, bukan keluarga lainnya, perbuatan itu bukanlah untuk mendidik sebagaimana yang diajarkan agama atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Secara empiris penyebab terjadi

(3)

KDRT itu dalam 4 bentuk. Pertama, penganiayaan menyakiti fisik, seperti pukulan, tendangan, siraman dengan air panas, setrika dan cubitan. Kedua, penganiayaan secara fisikis atau emosional, seperti hinaan, ancaman, dan cemoohan. Ketiga, penganiayaan secara finansial, seperti pengabaian uang belanja dan kebutuhan keluarga. Keempat, penganiayaan seksual, seperti pemaksaan hubungan seksual, tidak adanya saling suka sama suka.

Bagaimana kalau kekerasan itu dilakukan untuk mendidik/ pengajaran sebagaimana yang dibenarkan oleh ajaran agama dan dilindungi peraturan perundang-undangan, seperti suami dibolehkan memukul istri mereka yang nusyuz (QS. An-Nisa;34) dan anak-anak yang sudah menginjak usia sepuluh tahun, tapi masih saja meninggalkan shalat fardhu (HR.Sunan Abu Dawud). Ketentuan ini oleh sekelompok orang pemerhati KDRT ( kaum feminis, kaum gender ) yang tidak memahami maqashid al-syari’ah dengan congkaknya memojokkan, bahwa ajaran Islam ikut serta dalam mengabadikan kekerasan dalam rumah tangga muslim.

D. Batasan KDRT

Ajaran Islam secara tegas melarang terjadi kekerasan dalam rumah tangga muslim, ini terbukti dengan banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan hadits yang memerintahkan para suami untuk memperlakukan istrinya dengan pergaulan yang baik. Hal ini dijelaskan dengan firman Allah SWT “ dan bergaullah dengan mereka secara patut ( ma’ruf ). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, pada hal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (QS. An-Nisa,4:19). Rasulullah SAW bersabda : orang muslim yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik di antara mereka akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya” (Sunan at-Turmidzy).

Hadis tersebut menginformasikan betapa Islam senantiasa menghormati dan melindungi istri dari prilaku kasar dan menyakitkan dari para suaminya. Persolan tersebut menimbulkan pertanyaan dimana letak perbedaan antara kekerasan atau pendidikan, jawabannya tentu bertolak dari unsur-unsur yang jelas. Unsur itu diantaranya :

1. Niat; bagi seorang muslim niat itu memiliki peranan yang amat penting dalam menentukan makna suatu pekerjaan. Dalam hal ini yang harus diperhatikan apakah niat pelaku mengerjakan tindakan itu melaksanakan perintah agama

(4)

atau karena ingin memenuhi kehendak hawa nafsu. Jika dorongan hawa nafsu, jelaslah tindakan yang dilakukannya sekecil apapun bentuk dan dampaknya, maka dapat dikategorikan termasuk tindakan kekerasan. Tetapi kalau pelaku memberkan pengajaran dengan pukulan yang tidak menyakiti tentu hal itu termasuk kategori penidikan.

2. Tujuan, setiap orang dalam melakukan suatu tindakan pasti memiliki tujuan tertentu, baik di kemukakan secara eksplisit maupun secara implisit. Tujuan yang ingin dicapai oleh seorang dalam melakukan sebuah pekerjaan dapat diketahui dari alat yang digunakan atau dari akibat yang ditimbulkan. Sebagai contoh, apabila ada seorang suami mencubit istrinya karena untuk menyuruh pergi membantu orang tuanya, maka tindakan itu bukanlah katgori kekerasan tapi merupakan sebuah pendidikan untuk berbuat baik kepada orang tuanya. 3. Subjek atau pelaku suatu tindakan. Keadaan pelaku pada saat melakukan

sangat penting untuk diperhatikan dalam mengkategorikan apakah tindakan itu termasuk kekerasan atau pendidikan. Seorang suami yang sedang dalam keadaan mabuk karena minum keras ditengah malam menendang istrinya, disaat istri sedang shalat tahajud sampai pingsan, prilaku itu dapat dikategorikan bukanlah pendidikan tapi jelas suatu kekerasan. Kenapa demikian, orang mabuk tidaklah dibenarkan memberikan pendidikan dan tidak ada dalam teori pendidikan bahwa tendangan merupakan bagian alat untuk mendidik manusia.

4. Objek atau sasaran, sebuah tindakan untuk diperhatikan dalam menentukan apakah kekerasan atau bukan. Dalam hal ini, kondisi objek ini dan hubungannya dengan subjek merupakan dua hal yang paling penting diperhatikan. Misalnya, sangat tidak logis untuk dikategorikan bukan tindakan kekerasan, apabila seorang suami memukul wajah istrinya sampai lebam hanya karena sayur yang dimasak kurang garam, pada hal sehari-hari istrinya termasuk orang yang taat pada suami maupun pada agamanya. Dalam contoh ini, istri tidak sedang berada dalam keadaan harus didik, apa lagi dengan kekerasan.

E. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA MUSLIM

(5)

Kekerasan dalam rumah tangga bukanlah hal yang baru dihadapi oleh

para istri atau suami, akan tetapi telah ada semenjak kehiduan manusia membangun rumah tangga. Pemahaman yang jujur dan ikhlas terhadap faktor-faktor yang mendorong terjadinya kekerasan akan menjadi langkah strategis dalam menemukan solusi dari persolan yang dihadapi. Banyak faktor secara empirik telah terbukti memberikan kontribusi terhadap meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga muslim. Diantara penyebab itu adalah;

1. Sikap nusyuz istri atau suami yaitu sikap membangkang teradap kewajiban-kewajiban dalam kehidupan perkawinan, seperti istri tidak mau melayani suami pada hal tidak ada uzur seperti haid atau sakit.

2. Lemahnya pemahaman atau pengamalan ajaran Islam oleh individu umat Islam. Tidak adanya ketaqwaan pada individu, lemahnya pemahaman relasi suami-istri dalam rumah tangga, dan karakteristik yang tempramental juga sebagai pemicu bagi seseorang untuk melanggar hukum syari’at termasuk melakukan tindakan KDRT.

3. Disisi lain juga disebabkan adanya faktor ekonomi, pendidikan yang rendah, cemburu dan lain sebagainya. Kekerasan dalam rumah tangga yan disebabkan faktor ekonomi, bisa digambarkan karena minimnya penghasilan suami dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga. Terkadang adanya istri yang terlalu banyak menuntut untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, baik kebutuhan sandang, pangan maupun kebutuhan pendidikan. Dari situlah berawal pertengkaran antara suami dengan istri yang pada akhirnya menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga. Kedua belah pihak tidak lagi saling mengontrol emosinya.

F. SOLUSI MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

DALAM PERSPEKTIF AJARAN ISLAM

Untuk mengatasi tidak terjadinya kekerasan dalam rumah tangga,

ajaran agama Islam memberikan solusinya. Pada surat An-Nisa ayat 34 menjelaskan bahwa tentang kedudukan suami sebagai pemimpin keluarga dan juga menjelaskan tentang kewajiban istri untuk mentaati suami. Jika terjadi nusyuz dari pihak istri terhadap suami dengan tidak mengindahkan kewajiban yang harus dipenuhinya, maka Islam mengajarkan langkah-langkah yang harus dilakukan suami sebagai

(6)

pemimpin untuk mengarahkan istri kembali kejalan yang benar. Langkah tersebut diantaranya adalah :

1. Hendaklah suami sebagai pemimpin dan istri sebagai yang dipimpin mampu melihat dan menghargai sisi baik yang dimiliki pasangannya. Tentu akan lebih baik masing-masingnya menghindari sikap terlalu membanggakan kebaikan diri sendiri dan menspelekan pasangannya. 2. Berikan nasehat dan peringatan kepada pasangan yang nusyuz

dengan penuh kasih sayang sesuai yang istrinya tanpa sebelumnya melakukan proses penyadaran istri dengan menasehatinya dan memisahkan dari tempat tidurnya. Memisahkan istri dari tempat tidurnya atau membelakanginya ketika tidur, hal ini merupakan sebuah pelajaran dari suami. Biasanya seorang istri akan merasa siksa jika suami memperlakukan demikian karena sekan-akan suami sudah tidak memperhatikannya lagi.

3. Tunaikan kewajiban suami – istri dengan sebaik-baiknya. Kepada para suami, ketahuilah bahwa sering terjadi kekerasan menjelma dalam bentuk tekanan secara ekonomi, maksudnya istri sulit terpenuhi kebutuhan ekonomi keluarga karena jumlah penghasilan suami tidak pernah utuh sampai ke tangan keluarga. Suami sama sekali tidak melibatkan istri memenej keuangan keluarga, banyak pengeluaran dibelakang istri, kikir kepada istri, boros diluar sepengetahuan istri. Harus disadari oleh suami bahwa kewajiban memberi nafkah memang ada di pundak para suami. Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena memang Allah telah melibihkan sebagian mereka (laki-laki) dengan sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberi nafkah dan hartanya, (QS.An-Nisa’:34), namun menjadi sebuah catatan bahwa suami tidak serta merta dapat melakukan sesuatu terhadap istrinya.

4. Berkomunikasi secara baik, setelah menikah suami istri kecendrungan nya tak jarang yang berbntuk kalimat perintah, ini merupakan atmosfer tidak sehat mengarah pada kekerasan verbal dan non verbal. Kekerasan verbal misalnya mengumbar kata-kata cerai, mencela pasangan, mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan atau mengeluarkan kata bernada ancaman. Kekerasan nonverbal misalnya,

(7)

bahasa tubuh menjauh, memusuhi pasangan, dingin tidak melayani pasangan, ringan tangan, jarang pulang, acuh, cuek, dan diam seribu bahasa. Seiring hati dan pikiran tidak tertuju pada pasangan, tidak diisi dengan rasa kangen, tidak cemburu, masa bodoh, akhirnya hidupnya nafsi-nafsi seperti dua orang asing yang saling menjaga area agar tidak diintervensi. Pada hal istri dan suami ibarat ladang yang saling menutupi kelebihan dan kekurangan masing-masing (QS.al-Baqarah 2:223).

Wujud komunikasi yang terbaik secara nonverbal misalnya ungkapan belaian cinta kasih sayang, penuh perhatian, sikap lembut yang dibumbui dengan kata-kata verbal penuh keikhlasan, berupa panggilan mesra, tatapan penuh gelora yang menumbus dada, dan kata-kata rayuan sanjungan pada pasangan yang bisa membuat hati melayang, sebagai pupuk rasa mawaddah, dan rahmah yang pada akhirnya mewujudkan rumah tangga sakinah.

G. Penutup

Mengakhiri penulisan pada makalah ini, penulis mengemukakan beberapa generalisasi sebagai berikut :

1. Ajaran Islam secara tegas melarang terjadinya kekerasan dalam sebuah rumah tangga, hal ini ditunjukan dengan banyak ayat al-Qur’an dan hadits memerintahkan kepada para suami untuk memperlakukan istrinya dengan sebaik-baiknya.

2. Semua bentuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) harus dipandang sebagai kejahatan terhadap kemanusian dan bentuk pelanggaran hak azasi manusia. Karena itu, semua pihak harus berperan serta dalam mencegah terjadinya prilaku kekerasan tersebut apapun alasannya dan siapapun pelakunya.

3. Solusi yang ditawarkan oleh ajaran Islam untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) muslim antara lain sebagai berikut :

a. Supaya suami sebagai pemimpin atau istri sebagai yang dipimpin mampu melihat kebaikan pasangannya.

(8)

b. Berikan nasehat dan peringatan yang nusyuz dengan penuh kasih sayang sesuai dengan ajaran agama.

c. Tunaikan kewajiban suami istri dengan sebaik-baiknya, dan lakukanlah komuniksi dengan pasangannya secara kasih sayang.

(9)

DAFTAR PUSTAKA :

1. Arifin, Tajul, Tesis- Teori Sosiologi Klasik dan Kontemporer, (Bandung: Gunung Djati Press, 2008).

2. Jurnal Diklat BDK Surabaya, edisi Januari-Maret 2010; Solusi Islam

dalam mengatasi Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), (Surabaya;

2010).

3. Mulia, Siti Musdah, Makalah : Kekerasan dalam rumah tangga;

Perpeksif Agama-Agama, ( Jakarta; tahun 2004).

4. Indonesia, Undang- Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.

Referensi

Dokumen terkait

Dari arah taman, dia ngeliat * ke dapur, dan melihat wajan yang ditinggal. * Miranda masuk ke

(1). RTH: hanya penghijauan yang dinilai. TPS, meliputi ketersediaan/bentuk fisik dan kebersihan sekitar TPS. Jika ada pengangkutan langsung dari rumah ke TPA, TPS

Disarankan untuk penelitian selanjutnya, dapat mengembangkan skenario seperti perbandingan dengan jumlah drone yang jauh lebih besar, atau dengan membandingkan kondisi

Berdasarkan hasil pengukuran beban kerja dengan KEP/75/M.PAN/2004 dan work sampling , perlu dilakukan pengurangan satu orang pegawai pada jabatan Pengadministrasi Umum

One approach that has seen a steady rise in popularity in recent years is the introduction of service virtualization as a means for development teams to regain control over

Ini disebabkan membudidayakan ikan hias dapat memberikan nilai ekonomis walaupun hanya dilakukan dilahan sempit dengan jumlah air terbatas (Lesmana dan Damawan,

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Khoirun Nisa salah satu konsumen pengguna member card Rabbani bahwa, Saya kan punya member card, saya akan mendapatkan diskon 10%